Professional Documents
Culture Documents
- Jadi, etika ekologi didasarkan pada gagasan bahwa bagian-bagian lingkungan yang
bukan manusia perlu dijaga demi bagian-bagian itu sendiri, tidak masalah apakah itu
menguntungkan manusia atau tidak.
- Etika ekologi adalah sebuah etikan yang mengklaim bahwa kesejahteraan dari
bagian-bagian non-manusia di bumi ini secara intrinsik memiliki nilai tersendiri dan
bahwa, karena adanya nilai intrinsik ini, kita manusia memiliki tugas untuk
menghargai dan mempertahankannya.
- Terdapat beberapa macam etika ekologi, versi yang paling populer mengklaim
bahwa selain bagi manusia, binatang memiliki nilai intrinsik dan layak kita hargai
dan kita lindungi.
- Pengikut utilitarian mengklaim bahwa rasa sakit yang dialami binatang haruslah
dianggap setara dengan rasa sakit manusia.
- Non-utilitarian mengklaim bahwa kehidupan setiap binatang memiliki nilai,
terpisah dari kepentingan-kepentingan manusia. Karena nilai ini, setiap binatang
memiliki hak-hak moral tertentu, salah satunya adalah diperlakukan dengan hormat.
- Sejumlah pakar etika mengklaim bahwa adalah hal yang sewenang-wenang dan
kedonistik jika kita membatasi tugas kita pada makhluk-makhluk yang bisa merasa
sakit. Semua makhluk hidup termasuk tumbuhan memiliki kepentingan untuk tetap
hidup dan dan pada akhirnya mereka berhak mendapatkan pertimbangan moral
mereka sendiri.
- Penulis lain mengklaim bahwa tidak hanya makhluk hidup, tapi bahkan spesies
alam seperti danau, sungai, bahkan komunitas biotik memiliki hak atas integritas,
stabilitas, dan keindahannya tetap terjaga.
- Pendekatan terhadap alam:
(a) Albert Schweitzer tentang Penghormatan pada Kehidupan, yang menyatakan
bahwa menjadi seseorang yang menghormati kehidupan berarti melihat
kehidupan itu sendiri, dalam segala bentuknya, sebagai sesuatu yang bernilai,
nilai yang menginspirasikan ketidaksediaan untuk merusak dan keinginan untuk
menjaga.
(b) Taylor: pendapatnya didasarkan pada fakta bahwa masing-masing makhluk
hidup berusaha mencari yang baik bagi dirinya dan demikian pula sebuah pusat
teleologi kehidupan. Sifat makhluk hidup yang berorientasi pada tujuan.
Makhluk hidup memiliki kebaikannya sendiri yang perlu dihargai.
Hak Lingkungan dan Pembatasan Mutlak
- William T. Blackstone menyatakan bahwa kepemilikan atas lingkungan yang
nyaman tidak hanya sangat diinginkan, namun merupakan hak bagi setiap manusia.
Dengan kata lain, lingkungan yang nyaman bukanlah sesuatu yang kita semua ingin
miliki, namun sesuatu dimana yang lain berkewajiban untuk memungkinkan kita
memilikinya.
- Mengapa manusia memiliki hak ini? Menurut Blackstone, hak ini penting karena
memungkinkan dia untuk bisa menjalani kehidupan sebagaimana layaknya manusia,
yang mengembangkan kapasitasnya sebagai makhluk rasional dan bebas.
- Sejumlah negara bagian Amerika Serikat memberlakukan amandemen terhadap
undang-undang mereka yang mengizinkan warga negara untuk memperoleh hak-hak
lingkungan, yang mirip dengan konsep hak lingkungan Blackstone. Peraturanperaturan pemerintah federal ini tidak didasarkan pada analisis biaya-keuntungan
utilitarian yang mengatakan bahwa perusahaan harus mengurangi polusi sejauh
keuntungannya lebih tinggi dari biaya yang dikeluarkan. Tetapi lebih menerapkan
pembatasan mutlak atas populasi, berapapun biaya yang dikeluarkan, yang mengacu
pada hak-hak manusia.
- Argumen Blackstone memberikan sebuah dasar pemikiran untuk membatasi hakhak properti dalam cara-cara yang mutlak demi penegakan hak manusia atas
lingkungan yang bersih. Argumen ini didasarkan pada teori Kant.
- Masalah utama pandangan Blackstone: gagal memberikan petunjuk tentang
sejumlah pilihan yang cukup berat mengenai lingkungan.
- Karena adanya hambatan-hambatan yang muncul dari pelarangan mutlak yang
disampaikan oleh Blackstone, pemerintah federal pada awal 1980-an mulai beralih
pada metode-metode pengendalian polusi dan tidak menerapkan pelarangan mutlak
Dengan demikian, peraturan berganti didasarkan pada pendekatan utilitarian
terhadap lingkungan. Perusahaan diijinkan menambah pengeluaran bahan
pencemar yang cukup mahal biaya penanganannya apabila mereka bersedia
mengurangi jumlah bahan pencemar yang lebih murah penanganannya
Utilitarianisme dan Pengendalian Parsial
- Utilitarianisme memberi suatu cara guna menjawab pertanyaan yang tidak bisa
dijawab oleh teori hak-hak lingkungan Blackstone.
- Berdasarkan Pendekatan utilitarianisme, jika suatu industri mencemari lingkungan,
harga pasar komoditas-komoditasnya tidak lagi mencerminkan biaya sesungguhnya
dalam proses produksi komoditas tersebut, sehingga dapat mengakibatkan kesalahan
alokasi sumber daya dan kesejahteraan ekonomi akan menurun. Jadi, pendekatan ini
menekankan bahwa seseorang perlu berusaha menghindari polusi karena dia juga
tidak ingin merugikan kesejahteraan masyarakat.
Biaya Pribadi vs Biaya Sosial
- Biaya pribadi: harga yang harus dibayarkan produsen untuk memproduksi satu
kilowatt listrik.
- Dari sudut pandang masyarakat, biaya untuk menghasilkan satu kilowatt listrik
tidak hanya mencakup biaya-boaya internal seperti bahan bakar, tenaga kerja dan
peralatan, namun juga mencakup biaya-biaya eksternal untuk pembersihan dan
perawatan kesehatan yang harus dibayar oleh orang-orang yang tinggal di sekitar
pabrik.
- Biaya total (biaya internal dan biaya eksternal) adalah yang disebut biaya sosial
untuk memproduksi sati kilowatt listrik.
- Biaya pribadi dan biaya sosial tidak selalu sedemikian berbeda seperti contoh
produksi ini, namun tekadang keduanya tergabung.
- Polusi merupakan satu masalah dasar dalam perbedaan antara biaya pribadi dan
biaya sosial. Hal ini dipermasalahan karena saat biaya pribadi untuk menghasilkan
suatu produk berbeda dari biaya sosial yang terkait dengan produksinya, maka pasar
tidak lagi memberikan harga yang tepat atas komoditas yang dihasilkan.
informasi konsumen jika itu yang diinginkan konsumen. Namun karena pasar tidak
dapat mendukung organisasi-organisasi yang memberikan informasi yang
diperlukan konsumen, maka organisasi bergantung pada sumbangan sukarela
atau bantuan pemerintah, karena adanya 2 alasan terkait sifat informasi
konsumen, yaitu:
a) Setelah informasi diberikan kepada seseorang yang membayarnya, informasi
tersebut sangat mudah bocor ke orang lain yang tidak membayar, khususnya di
zaman fotokopi.
b) Konsumen sering tidak bersedia membayar untuk memperoleh informasi,
karena mereka tidak tahu nilai kegunaannya sampai mereka mendapatkannya,
dan bila sudah mendapatkannya mereka tidak mau membayar karena merasa
sudah punya.
o Kritik kedua atas argumen bahwa pasar bebas mampu menangani semua masalah
konsumen, berdasarkan asumsi semua pembeli dan penjual merupakan
pemaksimal utilitas yang rasional. Konsumen merupakan pemaksimal keggunaan
rasional, yang berarti sebagai seseorang yang memiliki rangkaian preferensi yang
didefinisikan dengan baik dan konsisten, dan yang selalu merasa pasti bahwa
pilihan-pilihannya akan berpengaruh pada preferensi tersebut. Sayangnya hampir
semua pilihan konsumen didasarkan pada perkiraan probabilitas yang kita buat
dalam kaitannya dengan kemungkinan bahwa produk yang kita beli akan berfungsi
sebagaimana yang diharapkan. Semua hasil penelitian menunjukkan bahwa kita
cenderung kurang tepat, tidak rasional dan tidak konsisten saat menentukan pilihan
berdasarkan perkiraan probabilitas.
Jadi secara keseluruhan tidak terlihat bahwa kekuatan-kekuatan pasar mampu
menghadapi semua pertimbangan konsumen tentang keamanan, bebas risiko, dan nilai.
Konsumen harus dilindungin dengan menggunakan struktur hukum pemerintah dan
juga inisiatif sukarela dari para pelaku bisnis yang bertanggung jawab.
Sebagian tanggung jawab atas kecelakaan konsumen dibebankan pada konsumen itu
sendiri. Konsumen sering menggunakan peralatan dimana mereka tidak memiliki
keahlian, pengetahuan, atau pengalaman.
Kecelakaan juga terjadi akibat adanya cacat dalam desain produk, dalam bahanbahannya, dan atau proses pembuatannya. Karena produsen sebagai pihak yang
membuat produk, mengetahui dengan pasti cara kerja produk, maka dia selayaknya
memberikan informasi tentang cara paling aman untuk menggunakan serta tindakan
pencegahan yang perlu dilakukan.
Pandangan kontrak menempatkan tanggung jawab yang lebih besar pada konsumen,
sementara pandangan due care dan biaya sosial menempatkan sebagian besar
tanggung jawab pada produsen.
ke pasar. Jadi siapa yang harus menanggung biaya kerugian akibat penggunaan produk
yang keruakannya tidak dapat dideteksi oleh produsen apalagi konsumen?
Hambatan ketiga teori due care terlihat paternalistik: mengaumsikan bahwa
produsen adalah pihak yang mengambil keputusan penting bagi konsumen mengenai
tingkat risiko yang layak diterima konsumen. Namun muncul pertanyaan apakah
keputusan ini seharusnya diberikan kepada konsumen yang bisa memutuskan bagi
dirinya sendiri apakah ingin membayar biaya tambahan untuk produk dengan risiko
rendah.
mencegahnya. Jadi, dengan memaksa perusahaan membayar ganti rugi atas akibat
yang tidak bisa mereka perkirakan atau cegah, teori biaya sosial memperlakukan
perusahaan secara tidak adil.
Kritik Kedua asumsi biaya sosial adalah membebankan semua biaya kerugian pada
perusahaan, akan mengurangi jumlah kecelakaan konsumen tidak dibebani
tanggungjawab, maka akan mendorong konsumen untuk bertindak ceroboh, yang
mengakibatkan kenaikan jumlah kecelakaan.
Kritik ketiga fokus pada beban finansialpada perusahaan dan asuransi. Tidak hanya
jumlah tuntutan pertanggungjawaban penuh yang naik, namun nilai ganti rugi yang
diberikan juga semakin tinggi memunculkan krisis dalam industri asuransi karena
perusahaan-perusahaan asuransi inilah yang harus membayar ganti rugi yang diajukan
perusahaan perusahaan asuransi rugi besar.
Pembela teori biaya sosial dalam realita, nilai tuntutan yang diajukan konsumen
tidaklah besar. Perusahaan asuransi dan industri asuransi secara keseluruhan tetap
mendapat keuntungan. Biaya asuransi yang tinggi disebabkan oleh fator-faktor lain
selain kenaikan jumlah klaim pertanggungjawaban.
Kesimpulan secara umum teori ini merupakan suatu usaha untuk memahami
masalah mengalokasikan biaya kerugian antara dua pihak yang secara moral tidak
bersalah (perusahaan yg tidak dapat memperkirakan/ mencegah kecelakaan, dan
konsumen yang tidak mampu menjaga diri dari kecelakaan yang tidak diketahui
sebelumnya). Namun masalah ini tidak memiliki solusi yang adil.
5. Etika Iklan
- Biaya iklan harus ditutup dari harga yang dibayar konsumen utuk produk-produk yang
mereka beli: konsumen yang membayarnya. Namun menurut sebagian dari konsumen,
sangat sedikit yang mereka dapat dari iklan.
- Pembela industri periklanan iklan memiliki fungsi dasar memberikan informasi
kepada konsumen tentang produk-produk yang tersedia- sebuah jasa yang
menguntungkan.
a. Definisi
- Iklan sering tidak memuat banyak informasi objektif, karena fungsi utamanya bukan
untuk memberikan informasi yang sifatnya tidak bias. Fungsi sesungguhnya untuk
menjual semua produk kepada para calon pembeli, dan informasi dalam iklan sifatnya
hanya sebagai tambahan dari fungsi dasar dan ditentukan oleh fungsi dasar.
- Definisi dalam kaitannya dengan hubungan antara pembeli-penjual: iklan komersial
dapat didefinisikan sebagai jenis komunikasi tertentu antara penjual dan calon
pembeli. Komunikasi ini berbeda dengan komunikasi lain dalam 2 hal:
(1) Iklan ditujukan kepada khalayak ramai, yang pesannya berbeda dari yang
disampaikan kepada individu dipastikan memiliki pengaruh yang luas.
(2) Iklan dimaksud untuk mendorong sebagian orang yang melihat atau membaca
untuk membeli produk. Dan dikatakan dapat memenuhi tujuan dalam 2 cara:
(a) Menciptakan keinginan dalam diri konsumen untuk membeli produk
(b) Menciptakan keyakinan dalam diri konsumen bahwa produk tersebut
merupakan sarana untuk memenuhi keinginan yang ada dalam diri konsumen.
Aspek etis dari iklan dikelompokkan menurut sejumlah karakteristik, pengaruh sosial,
pembentukan keinginan dalam diri konsumen, dan pengaruhnya pada keyakinan
konsumen.
b. Pengaruh Sosial Iklan
- Iklan memberikan sejumlah pengaruh buruk pada masyarakat: menurunkan citarasa,
merupakan pemborosan sumber daya, dan menciptakan monopoli.
(1) Pengaruh Psikoogis Iklan
- Kritik iklan merendahkan citarasa publik dengan cara menyajikan tampilantampilan yang menjengkelkan dan secara estetis tidak menyenangkan. Memang
disayangkan bahwa iklan tidak disesuaikan dengan norma-norma estetika kita,
namun ini tidak berarti iklan melanggar norma etis.
- Kritik iklan merendahkan citarasa konsumen dengan sicara bertaap dan tidak
kentara menanamkan nilai-nilai dan gagasan materialistik tentang bagaimana
kebahagiaan bisa dicapai. Akibatnya usaha pribadi dialihkan dari tujuan dan sasaran
nonmaterialistik, yang dalam hal ini lebih mampu meningkatkan kebahagiaan, dan
disalurkan ke konsumen material.
- Kelemahan kritik masih belum pasti apakah iklan benar-benar memberikan
pengaruh psikologis yang luas seperti yang dikatakan. Maka iklan tidak bisa
dikatakan menciptakan nilai dalam masyarakat, tetapi hanya merefleksikannya.
(2) Iklan dan Pemborosan
- Kritik iklan merupakan pemborosan. Pakar ekonomi membedakan biaya produksi
dan biaya penjualan. Biaya produksi biaya sumber daya yang digunakan untuk
memproduksi atau meningkatkan kualitas suatu produk. Biaya penjualan biaya
tambahan atas sumber daya yang tidak ditunjukkan untuk mengubah produk, namun
diinvestasikan pada usaha-usaha untuk membujuk calon konsumen agar membeli
produk tersebut.
- Menurut kritikus biaya sumber daya yang digunakan iklan pada dasarnya adalah
biaya penjualan. Jadi sumber daya yang digunakan untuk iklan terbuang sia-sia
karena digunakan tanpa memberikan tambahan kegunaan dalam hal apapun.
- Tanggapan lain iklan berperan menciptakan kenaikan permintaan yang
menguntungkan atas semua produk memungkinkan dilakukan produksi masal
hasilnya, perluasan ekonomi secara bertahap, dimana produk dihasilkan dengan
tingkat efisiensi yang semakin tinggi dan semakin murah iklan menambah utilitas
konsumen dengan berperan menciptakan konsumen yang lebih besar memotivasi
produktivitas dan efisiensi yang lebih besar, dan struktur harga lebih rendah.
- Meskipun iklan merupakan pemacu konsumsi yang efektif, beberapa penulis
mengatakan bahwa ini bukan merupakan suatu berkeh. Kebutuhan sosial yang
paling mendesak saat ini adalah mencari cara menurunkan konsumsi. Jadi klaim
bahwa iklan mendorong tingkat konsumsi yang lebih besar tidaklah menguntungkan.
(3) Iklan dan Kekuatan Pasar
- Nicholas Kaldor usaha iklan yang masif dari perusahaan-perusahaan modern
memungkinkan mereka mencapai dan mempertahankan monopoli (atau oligopoli)
atas pasar. Jadi usaha yang masif tersebut digunakan untuk memperkenalkan produk
c.
-
d.
-
3. Tindakan diskriminatif mungkin merupakan bagian dari perilaku yang terpisah (tidak
terinstituionalisasi) dari seseorang yang secara tidak sengaja dan tidak sadar melakukan
idskriminasi terhada orang lain karena dia menerima dan melaksanakan praktik-praktik
stereotip tradisional drai masyarakat.
4. Tindakan diskriminatif mungkin merupakan bagian drai rutinitas sistemiatis dari
organisasi perusahaan atau kelompok yang secara tidak sengaja memasukkan prosedurprosedur formal yang mendiskriminasikan kaum perempuan atau kelompok minoritas.
Tingkat Diskriminasi
Indikator pertama diskriminasi muncul apabila terdapat proporsi yang tidak seimbang
atas anggota kelompok tertentu yang memegang jabatan yang kurang diminati dalam suatu
institusi tanpa mempertmbangkan preferensi ataupun kemampuan mereka.
Ada 3 perbandingan yang bisa membuktikan distribusi semacam itu: 1) perbandingan
atas keuntungan rata-rata yang diberikan institusi pada kelompok yang terdiskriminasi dan
kelompok lain. 2) perbandingan atas proporsi kelompok terdiskriminasi yang terdapat
dalam tingkat pekerjaan paling rendah dengan proporsi kelompok lain dalam tingkat yang
sama. 3) perbandingan proporsi dari anggota kelompok tersebut yang memegang jabatan
lebih menguntungkan dengan proporsi kelompok lain dalam jabatan yang sama.
Perbandingan Penghasilan Rata-Rata
Perbandingan penghasilan memberikan indikator paling sugestif aats diskriminasi.
Perbandingan penghasilan juga mengungkapkan adanya berbagai kesenjangan yang
berkaitan dengan gender.
Perbandingan Kelompok Penghasilan Rendah
Kelompok penghasilan terendah di Amerika terdiri dari orang-orang yang penghasilan per
tahunnya di bawah tingkat kemiskinan.
Dalam kaitannya dengan tingkat penghasilan yang lebih rendah untuk perempuan, juga
tidaklah mengejutkan bila keluarga-keluarga yang dikepalai oleh perempuan lebih banyak
yang termasuk di bawah tingkat kemiskinan dibandingkan dengan yang dikepalai oleh
pria.
Perbandingan Pekerjaan yang Diminati
Pekerjaan-pekerjaan yang lebih diminati dimiliki oleh orang-orang kulit putih sementara
yang kurang diminati dimiliki oleh orang-orang kulit hitam, demikian juga pekerjaanpekerjaan dengan gaji yang tinggi dimiliki oleh kaum pria, dan sisanya untuk kaum
perempuan.
Tenaga kerja perempuan dan minoritas tetap menghadapi hambatan-hambatan besar di
pasar kerja. 1) sebagian besar tenaga kerja perempuan diarahkan menuju pekerjaanpekerjaan perempuan yang gajinya lebih kecil dibandingkan pekerjaan pria. 2) saat
tenaga kerja perempuan memperoleh kemajuan karier, mereka menghadapi hambatan
(yang disebut dinding kaca) saat mereka berusaha meraih jabatan manajemen tinggi. 3)
perempuan yang sudah menikah dan ingin punya anak, berbeda dengan pria yang sudah
menikah dan ingin punya anak, saat dia menghadapi hambatan-ha,batan besar dalam
perkembangan karier mereka.
Anggota kelompok minoritas yang memasuki pasar kerja dalam jumlah besar juga
menghadapi hambatan-hambatan penting. Saat mereka memasuki pasar kerja, mereka
mendapati bahwa sebagian besar pekerjaan yang ada mensyaratkan tingkat keahlian dan
pendidikan yang jauh lebih tinggi dari yang mereka miliki. Kelompok minoritas saat ini
merupakan kelompok dengan tingkat keahlian dan tingkat pendidikan paling rendah.
lebih jauh lagi, muncul hambatan lain yaitu 42% pegawai perempuan yang bekerja di
pemerintahan federal melaporkan bahwa mereka mengalami pelecehan seksual yang tidak
diinginkan.
Diskriminasi: Utilitas, hak, dan Keadilan
Argumen yang menentang diskriminasi secara umum dibagi menjadi 3 kelompok: 1)
argumen utilitarian, yang menyatakan bahwa diskriminasi mengarahkan pada penggunaan
sumber daya manusia secara tidak efisien. 2) argumen hak, yang menyatakan bahwa
diskriminasi melanggar HAM. 3) argumen keadilan, yang menyatakan bahwa diskriminasi
mengakibatkan munculnya perbedaan distribusi keuntungan dan beban dalam masyarakat.
Utilitas
Argumen utilitarian yang menentang diskriminasi rasial dan seksual didasarkan pada
gagasan bahwa produktivitas masyarakat akan optimal jika pekerjaan diberikan dengan
berdasarkan kompetensi. Untuk memastikan agar pekerjaan bisa dilaksanakan seproduktif
mungkin, maka semuanya harus diberikan pada individu-individu yang keahlian dan
kepribadiannya merupakan yang paling kompeten bagi pekerjaan tersebut.
Diskriminasi terhadap para pencari kerja berdasarkan ras, jenis kelamin, agama, atau
karakteristik-karakteristik lain yang tidak berkaitan dengan pekerjaan adalah tidak efisien
dan bertentangan dengan prinsip-prinsip utilitarian.
Argumen utilitarian dihadapkan pada 2 keberatan: 1) jika argumen ini benar, maka
pekerjaan haruslah diberikan dengan dasar kualifikasi yang berkaitan dengan pekerjaan,
hanya jika hal tersebut akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Jika dalam suatu
situasi tertentu, kesejahteraan masyarakat akan menjadi lebih baik dengan memberikan
pekerjaan berdasarkan faktor yang tidak berkaitan dengan pekerjaan, maka para
pendukung argumen utilitarian akan mengatakan bahwa dalam situasi-situasi semacam itu,
pekerjaan tidak perlu diberikan dengan berdasakan kualifikasi pekerjaan, namun
berdasarkan pada faktor lain. 2) argumen utilitarian juga harus menjawab tuntutan
penentangnya yang menyatakan bahwa masyarakat secara keseluruhan akan memperoleh
keuntungan dari keberadaan bentuk-bentuk diskriminasi seksual tertentu.
Hak
Argumen non-utilitarian yang menentang diskriminasi rasial dan seksual salah satunya
menyatakan bahwa diskriminasi salah karena hal tersebut melanggar hak moral dasar
manusia. Yang Hal ini berkaitan dengan teori Kant.
Masing-masing individu memiliki hak moral untuk diperlakukan sebagai seorang yang
merdeka dan sejajar dengan semua orang lain, dan bahwa semua individu memiliki
kewajiban moral korelatif untuk memperlakukan satu sama lain sebagai individu yang
merdeka dan sejajar.
Tindakan diskriminasi melanggar prinsip hak tersebut dalam 2 cara: 1) diskriminasi
didasarkan pada keyakinan bahwa suatu kelompok tertentu dianggap lebih rendah
dibandingkan kelompok lain. 2) diskriminasi menempatkan kelompok yang
terdiskriminasi dalam posisi sosial dan ekonomi yang rendah.
Sejumlah argumen Kantian, yang berkaitan dengan argumen di atas menyatakan bahwa
diskriminasi salah karena orang yang melakukan diskriminasi tidak ingin perilakunya
diuniversalkan.
Keadilan
Kelompok argumen non-utilitarian kedua melihat diskriminasi sebagai pelanggaran
atas prinsip-prinsip keadilan. John Rawls menyatakan bahwa prinsip-prinsip keadilan
yang menjelaskan original position yang paling penting adalah prinsip kesamaan hak
untuk memperoleh kesempatan.
Diskriminasi melanggar prinsip tersebut dengan cara menutup kesempatan bagi kaum
minoritas untuk menduduki posisi-posisi tertentu dalam sebuah lembaga sehingga
otomatis berarti mereka tidak memperoleh kesempatan yang sama dengan orang lain.
Pendekatan lain terhadap moralitas diskriminasi juga melihat diskriminasi sebagai salah
satu bentuk ketidakadilan, mendasarkan pandangannya pada prinsip keadilan formal:
individu-individu yang setara dalam segala hal yang berkaitan dengan, misalnya
pekerjaan haruslah diperlakukan secara sama sekalipun mereka berbeda dalam aspekaspek yang tidak relevan lainnya.
Praktik Diskriminasi
Tindakan-tindakan yang dianggap diskriminatif adalah sebagai berikut:
1. Rekrutmen: perusahaan-perusahaan yang sepenuhnya bergantung pada referensi verbal
para pegawai saat ini dalam merekrut pegawai baru cenderung merekrut pegawai dari
kelompok ras dan seksual yang sama dnegan yang terdapat dalam perusahaan.
2. Screening (seleksi): kualifikasi pekerjaan dianggap diskriminatif jika tidak relevan dengan
pekerjaan yang akan dilaksanakan.
3. Kenaikan pangkat: proses kenaikan pangkat, kemajuan kerja, dan transfer dikatakan
diskriminatif jika perusahaan memisahkan evaluasi kerja pria kulit putih dengan pegawai
perempuan dan pegawai dari kelompok minoritas.
4. Kondisi pekerjaan: pemberian gaji dikatakan diskriminatif jika diberikan dalam jumlah
yang tidak sama untuk orang-orang yang melaksanakan pekerjaan yang pada dasarnya
sama.
5. PHK: memecat pegawai berdasarkan pertimbangan ras dan jenis kelamin jelas
merupakan diskriminasi.
Pelecehan Seksual
Kaum perempuan merupakan korban dari salah satu bentuk diskriminasi yang terangterangan dan koersif: mereka menghadapi kemungkinan pelecehan seksual.
Pada tahun 1978, Equal Employment Commission mempublikasikan serangkaian
pedoman untuk mendefinisikan pelecehan seksual dan menetapkan apa yang menurut
mereka sebagai tindakan yang melanggar hukum, diantaranya: 1) sikap tunduk terhadap
tindakan tersebut secara eksplisit ataupun implisit dikaitkan dengan situasi atau syaratsyarat kerja seseorang. 2) sikap tunduk atau penolakan terhadap tindakan digunakan
sebagai dasar untuk membuat keputusan yang berpengaruh pada individu yang
bersangkutan. 3) tindakan tersebut bertujuan mengganggu pelaksanaan pekerjaan seserang
atau menciptakan lingkungan kerja yang diwarnai kekhawatiran, sikap permusuhan, atau
penghinaan.
Namun, ada aspek-aspek tertentu dalam pedoman yang perlu dibahas lebih jauh: 1)
pedoman tersebut tidak hanya melarang tindakan pelecehan seksual, namun juga tindakan
yang menciptakan lingkungan kerja yang diwarnai kekhawatiran, sikap permusuhan, dan
penghinaan. Hal itu berarti perusahaan dianggap bersalah melakukan pelecehan seksual
apabila mencipatakan lingkungan kerja yang memusuhi terhadap perempuan sekalipun
tidak terjadi insiden-insiden khusus ataupun pelecehan seksual yang sesungguhnya. 2)
pada pedoman dinyatakan bahwa kontak verbal dan fisik yang sifatnya seksual merupakan
pelecehan seksual apabila berpengaruh buruk pada prestasi kerja seseorang. Hal ini berarti
bahwa apa yang dianggap sebagai pelecehan seksual bergantung pada penilaian yang
sepenuhnya subjektif dari korban. Selain itu pelanggaran tindakan verbal pada akhirnya
akan melanggar kebebasan berbicara. 3) karakteristik penting yang perlu dicatat pada
pedoman adalah seorang penguasa dikatakan bersalah atas pelecehan seksual sekalipun dia
tidak tahu dan tidak mungkin bisa mengerti apa yang terjadi, dan sekalipun dia secara
eksplisit melarangnya.
Di Luar Ras dan Jenis Kelamin: Kelompok Lain
Age Discrimination dalam Employment Act tahun 1967 melarang diskriminasi terhadap
pegawai yang lebih tua berdasarkan usia, sampai mereka berusia 65 tahun.
Meskipun para pegawai tua dan yang menderita cacat setidaknya memiliki perlindungan
hukum terhadap diskriminasi, namun perlindungan semacam ini tidak atau jarang
diberikan pada para pegawai yang memiliki preferensi seksual yang tidak lazim.
Banyak perusahaan yang juga menerapkan kebijakan yang melarang perekrutan tenaga
kerja yang kelebihan berat badan .
Tindakan Afirmatif
untuk menghapus pengaruh-pengaruh diskriminasi masa lalu, banyak perusahaan yang
melakukan program-program tindakan afirmatif yang dimaksudkan untuk mencapai
distribusi yang lebih representatif dalam perusahaan dengan memberikan preferensi pada
kaum perempuan dan kelompok minoritas.
Inti program tindakan afirmatif adalah sebuah penyelidikan yang mendetail atas semua
klasifikasi pekerjaan besar dalam perusahaan.
Program tindakan afirmatif secara umum dikritik dengan alasan bahwa dalam upaya
memperbaiki kerugian akibat diskriminasi masa lalu, program-program itu sendiri juga
menjadi diskriminatif, baik rasial ataupun seksual.
Program tindakan afirmatif dianggap sebagai diskriminasi terhadap para kulit putih
karena menggunakan karakteristik-karakteristik yang tidak relevan (ras atau jenis kelamin)
dalam mengambil keputusan, dan ini melanggar keadilan karena tidak mengindahkan
prinsip-prinsip kesamaan hak dan kesempatan.
Argumen yang digunakan untuk membenarkan program-program tindakan afirmatif
dalam menghadapi kecaman di atas dapat dikelompokkan ke dalam dua bagian: 1)
menginterpretasikan perlakuan preferensial yang diberikan pada kaum perempuan dan
minoritas sebagai suatu bentuk kompensasi atas kerugian yang mereka alami di masa lalu.
2) menginterpretasikan perlakuan preferensial sebagai suatu sarana guna mencapai tujuantujuan sosial tertentu.
kualifikasi calon dari kelompok minoritas hanya sedikit lebih rendah (atau sama atau lebih
tinggi) dibandingkan yang bukan dari kelompok minoritas, maka calon tersebut harus
lebih diutamakan. 3) jika calon dari kelompok minortitas dan bukan minoritas sama-sama
berkualifikasi atas suatu pekerjaan, namun calon dari kelompok bukan minoritas jauh
lebih berkualifikai maka, (a) jika pelaksanaan pekerjaan tersebut berpengaruh langsung
pada kehidupan/ keselamatan orang lain/memiliki pengaruh penting pada efisiensi seluruh
perusahaan maka calon dari kelompok bukan minoritas yang lebih jauh berkualifikasi
harus lebih diutamakan; (b) jika pekerjaan tersebut tidak berkaitan langsung dengan aspek
keselamatan dan tidak memiliki pengaruh penting terhadap efisiensi seluruh perusahaan,
maka calon dari kelompok minoritas harus lebih diutamakan. 4) preferensi juga harus
diberikan pada calon dari kelompok minoritas hanya jika jumlah pegawai minoritas dalam
berbagai tingkat jabatan dalam perusahaan tidak proporsional dengan ketersediaan dalam
populasi.
Gaji yang Sebanding untuk Pekerjaan yang Sebanding
Tidak seperti program tindakan afirmatif, program nilai sebanding tidak berusaha
menempatkan lebih banyak pegawai perempuan dalam jabatan-jabatan dengan gaji yang
tinggi. Tetapi, berusaha memberikan gaji yang lebih tinggi bagi pegawai perempuan
dalam pekerjaan mereka saat ini.
Program nilai sebanding diawali dengan memperkirakan nilai setiap pekerjaan terhadap
suatu organisasi dan memastikan bahwa pekerjaan dengan nilai yang sebanding gajinya
juga sebanding. Tidak peduli apakah pasar tenaga kerja eksternal memberi gaji yang sama
atau tidak untuk pekerjaan-pekerjaan tersebut.
Program nilai sebanding menilai setiap pekerjaan menurut tingkat kesulitan, persyaratan
keahlian, pengalaman, akuntabilitas, risiko, persyaratan pengetahuan, tanggung jawab,
kondisi kerja, dan semua faktor lain yang dianggap layak memperoleh kompensasi.
Argumen dasar yang mendukung program nilai sebanding didasarkan pada prinsip
keadlilan. Para pendukung program tersebut menyatakan bahwa sekarang pekerjaanpekerjaan yang dijalani kaum perempuan oleh pasar kerja dibayar kebih rendah
dibandingkan pekerjaan kaum pria meskipun kedua pekerjaan tersebut memiliki tanggung
jawab dan persyaratan keahlian yang sebanding.
1) Argumen utama yang menentang program nilai difokuskan pada kelayakan pasar
sebagai penentu gaji. Penentang program menyatakan bahwa tidak ada cara yang objektif
untuk mengevaluasi apakah suatu pekerjaan sebanding dengan pekerjaan lain selain
menggunakan penilaian pasar kerja yang dalam hal ini merupakan gabungan dari ratusan
evaluasi dari pembeli dan penjual. 2) Jika pasar kerja membayar orang-orang yang
melakukan pekerjaan tertentu dengan gaji rendah, ini karena jumlah persediaan tenaga
kerja yang menginginkan pekerjaan tersebut relatif lebih besar dari pada permintaan. 3)
Terakhir, para penentang program ini mengatakan bahwa pekerjaan pria yang gajinya
lebih besar juga terbuka bagi kaum perempuan.
Para pendukung program nilai sebanding menjawab kritik tersebut dengan mengatakan
bahwa 1) pasar kerja tidak objek. Pekerjaan perempuan digaji lebih kecil karena pasar
kerja yang ada saat ini diskriminatif: mereka memberikan gaji lebih kecil pada pekerjaanpekerjaan perempuan hanya karena pekerjaan tersebut ditangani oleh pegawai perempuan.
2) Pekerjaan perempuan yang gajinya kecil bukan karena banyaknya tenaga kerja yang
tersedia, namun merupakan indikasi bahwa kaum perempuan oleh para pelaku pasar kerja
masih dilihat sebagai individu yang kurang cakap, kurang keahlian, dan kurang
memiliki komitmen dibanding pria. Karena adanya bias subjektif dan diskriminasi, para
pembeli di pasar kerja tidak memberi nilai yang tepat bagi pekerjaan-pekerjaan yang
ditangani kaum perempuan. Jadi, pasar kerja bukan merupakan indikator skala kelayakan
gaji yang tepat bagi pekerjaan-pekerjaan kaum perempuan.
BAB 8 Buku Manual G Velasquez
Ethics and The Employee
Pendahuluan
Tidak semua orang merasakan pengalaman yang sama dalam suatu organisasi. Terdapat
berbagai karakteristik problematis dari organisasi bisnis diantaranya pengasingan yang
dialami oleh pegawai yang menjalankan pekerjaan ynag monoton, perasaan tertekan yang
muncul dari masalah otoritas, tanggung jawab yang harus diterina manajer, taktik kekuasaan
yang dipakai oleh manajer yang sangat berambisi dalam karier, dan tekanan yang dialami
bawahan dan atasan saat mereka berusaha melaksanakan pekerjaan dnegan baik. Bab ini akan
membahas masalah-masalah tersebut dan masalah lain yang muncul dalam kehidupan
organisasi bisnis.
Organisasi Rasional
Model organisasi bisnis yang rasional, yang lebih tradisional, mendefinisikan organisasi
sebagai suatu struktur hubungan formal (yang didefinisikan secara eksplisit dan digunakan
cara terbuka) yang bertujuan mencapai tujuan teknis atau ekonomi dengan efisiensi
maksimal.
E. H. Schein mendefinisikan organisasi sebagai koordinasi rasional atas aktivitas-aktivitas
sejumlah individu untuk mencapai tujuan atau sasaran eksplisit bersama, melalui
pembagian tenaga kerja dan fungsi dan melalui hierarki otoritas dan tanggung jawab.
Model organisasi rasional mengasumsikan bahwa sebagian besar informasi dikumpulkan
dari tingkat operator, naik melalui sejumlah tingkat manajemen formal, yang masingmasing mengumpulkan informasi serupa, sampai akhirnya mencapai manajemen tertinggi.
Yang mengikat lapisan atau tingkat organisasi dan yang mengatur semua individu tersebut
ke dalam tujuan organisasi dan hierarki formal adalah kontrak. Model tersebut
mengasumsikan pegawai sebagai agen yang secara bebas dan sadar telah setuju untuk
menerima otoritas formal organisasi dan berusaha meraih tujuan organisasi, dan
sebagai gantinya mereka memperoleh dukungan dalam bentuk gaji dan kondisi kerja
yang baik.
Tanggung jawab etis dasar yang muncul dari aspek-aspek rasional organisasi difokuskan
pada 2 kewajiban moral: 1) kewajiban pegawai untuk mematuhi atasan dalam organisasi,
mencapai tujuan-tujuan organisasi, dan tidak melakukan aktivitas-aktivitas yang
mengancam tujuan tersebut. 2) kewajiban atasan untuk memberikan gaji yang adil dan
kondisi kerja yang baik.
dengan lebih akurat nilai saham yang sesungguhnya dan otomatis menciptakan pasar yang
lebih efisien. 2) insider trading tidak merugikan siapapun. Saat seseorang menjual
sahamnya, itu karena dia butuh uang pada saat itu. Tidak masalah apakah mereka menjual
pada insider atau orang lain, dia akan memperoleh uang senilai harga pasar dari sahamnya.
Jadi, insider tidak hanya tidak merugikan orang-orang yang menjual saham kepadanya,
namun juga memberikan keuntungan bagi orang-orang yang menjual saham kepadanya di
saat-saat berikutnya. 3) tidak benar jika insider diuntungkan atas orang lain yang tidak
memiliki akses atas informasi yang dimilikinya dari dalam organisasi. Faktanya, banyak
orang yang membeli dan menjual saham di pasar saham yang memiliki informasi yang
lebih baik dari orang lain.
Tetapi, orang-orang yang mengklaim bahwa insider trading tidak etis menyatakan
bahwa para pendukung insider trading mengabaikan beberapa fakta penting tentang
insider trading. 1) informasi yang dimiliki pelaku insider trading bukan informasi yang
merupakan miliknya. Jadi insider yang mengambil informasi dari dalam perusahaan dan
menggunakannya untuk memperkaya diri sendiri berarti mencuri apa yang bukan
miliknya. Pelaku insider trading melanggar hak-hak moral dari semua pemegam
saham, khususnya yang secara tidak sadar menjual saham kepadanya. 2) informasi yang
dimiliki insider sama sekali tidak fair. Karena informasi itu adalah informasi yang dia
curi, berarti berbeda dengan informasi yang dimiliki para pakar bursa saham atau analis.
Informasi yang dimiliki insider dianggap tidak fair karena merupakan hasil curian dari
orang lain (pemiliki perusahaan) yang melakukan investasi dan akhirnya menghasilkan
informasi tersebut. 3) tidak benar bahwa tidak ada seorang pun yang dirugikan oleh
insider trading. Insider trading memiliki 2 pengaruh pada pasar saham yang merugikan
semua orang di pasar saham pada khususnya dan masyarakat pada umumnya: (a) insider
trading mengurangi ukuran pasar. Ukuran pasar yang kecil memberikan sejumlah
pengaruh buruk termasuk penurunan likuiditas saham, naiknya variabilitas harga saham,
penurunan kemampuan pasar untuk mendistribusikan risiko, penurunan efisiensi pasar,
dan penurunan perolehan utilitas yang diambil pedagang. (b) insider trading
mengakibatkan kenaikan biaya pembelian dan penjualan saham (atau biaya transaksi).
Semakin banyak insider yang muncul, semakin tinggi pula biaya yang dinaikkan, dan
semakin tinggi biaya pertukaran saham.
Insider trading melanggar hak, keadilan, dan utilitas masyarakat. Masalah tersebut terus
diperdebatkan dan belum terselesaikan sepenuhnya. Namun hukum tentang insider trading
telah ditetapkan, meskipun cakupannya masih kurang jelas. SEC telah mengajukan
tuntutan atas kasus-kasus insider trading, dan keputusan pengadilan dalam kasus-kasus
tersebut cenderung menyatakan sebagai tindakan ilegal.
Kewajiban Perusahaan terhadap Pegawai
Kewajiban moral dasar perusahaan terhadap pegawai, menurut pandangan rasional adalah
memberikan kompensasi yang secara sukarela dan sadar telah mereka setujui sebagai
imbalan atas jasa mereka. ada 2 masalah yang berkaitan dengan kewajiban ini: kelayakan gaji
dan kondisi kerja pegawai.
Gaji
Dari sudut pandang pegawai, gaji adalah sarana untuk memenuhi kebutuhan ekonomi
dan keluarganya. Dari sudut pandang pengusaha atau perusahaan, gaji adalah biaya
produksi yang harus ditekan agar harga produk tidak terlalu tinggi dari kemampuan pasar.
Kelayakan gaji sebagian bergantung pada dukungan yang diberikan masyarakat,
kebebasan pasar kerja, kontribusi pegawai, dan posisi kompetitif perusahaan.
Faktor yang perlu dipertimbangkan untuk menentukan gaji dan upah: 1) gaji dalam
industri dan wilayah tempat seseorang bekerja, 2) kemampuan perusahaan, 3) sifat
pekerjaan, 4) peraturan upah minimum. 5) hubungan dengan gaji lain, 6) kelayakan
negosiasi gaji, dan 7) biaya hidup lokal.
Kondisi Kerja: Kesehatan dan Keamanan
Pada tahun 1970, Kongres menetapkan Occupational Safety and Health Act dan
membentuk Occupational Safety and Health Administration (OSHA) untuk sejauh
mungkin menjamin bahwa awal OSHA sudah menghadapi banyak kontroversi.
Risiko memang merupakan bagian yang tak terpisahkan dari pekerjaan. Sejauh mereka 1)
memperoleh kompensasi penuh dalam menghadapi risiko tersebut dan 2) secara
sukarela dan sadar menerimanya dan memperoleh kompensasi sebagai imbalannya, maka
kita bisa mnegasumsikan bahwa pengusaha atau perusahaan telah bertindak secara etis.
Masalahnya adalah dalam banyak pekerjaan yang berbahaya, syarat-syarat berikut tidak
terpenuhi: 1) gaji atau upah dikatakan gagal memberikan nilai kompensasi yang
proporsional terhadap risiko pekerjaan jika pasar tenaga kerja dalam suatu industri tidak
kompetitik atau bila pasar tidak mempertimbangkan risiko-risiko tersebut karena emang
belum diketahui. 2) pegawai mungkin menerima risiko tanpa mengetahuinya karena
mereka tidak memiliki akses ke informasi tentang risiko-risiko tersebut. 3) pegawai
mungkin menerima risiko karena putus asa, karena mereka tidak dapat mendapatkan
pekerjaan dalam industri-industri yang kurang beresiko, atau karena mereka tidak
memiliki informasi tentang alternatif-alternatif yang tersedia bagi mereka.
Apabila ada salah satu dari ketiga kondisi di atas yang tidak terpenuhi, maka kontrak
antara perusahaan dan pegawai dikatakan tidak fair.
Secara khusus: 1) perusahaan wajib menawarkan gaji yang merefleksikan prevalensi
risiko-premi dalam pasar tenaga kerja yang serupa, namun kompetitif. 2) untuk menjamin
pegawai terhadap bahaya yang diketahui, perusahaan perlu memberikan program asuransi
kesehatan yang sesuai. 3) perusahaan perlu mengumpulkan informasi tentang bahaya
kesehatan yang terdapat dalam suatu pekerjaan dan menyebarkan informasi tersebut ke
seluruh pegawai.
Kondisi Kerja: Kepuasan Kerja
Pandangan rasional tentang organisasi menempatkan nilai yang tinggi pada masalah
efisiensi: semua pekerjaan dan tugas didesain untuk mencapai tujuan perusahaan seefisien
mungkin. Apabila efisiensi dicapai melalui spesialisasi, maka pandangan rasional
tentang organisasi cenderung memasukkan pekerjaan-pekerjaan yang sangat spesifik.
Pekerjaan dapat dispesialisasikan dalam 2 dimensi. Secara horisontal dengan membatasi
jangkauan tugas dalam suatu pekerjaan dan meningkatkan repetisi atau pengulangan
dalam cakupan tugasnya. Pekerjaan juga bisa dispesialisasikan secara vertikal dengan
utama difokuskan bukan pada kewajiban kontraktual perusahaan dan pegawai, namun
pada hambatan-hambatan moral terhadap penggunaan kekuasaan di dalam organsasi.
Etika perilaku organisasional yang dilihat dari perspektif model politik difokuskan pada
pertanyaan: apa batasan moral, jika ada, pada pelaksanaan kekuasaan dalam organisasi?
Bagian ini kita akan membahas 2 pertanyaan: apa, jika ada, batasan moral pada kekuasaan
manajer yang dapat diterapkan pada pegawai? Apa, jika ada, batasan moral pada
kekuasaan pegawai yang dapat diterapkan pada pegawai lain?
Hak Pegawai
Pemerintah dibagi menjadi 4 bagian. 4 bagian tersebut juga menjadi karakteristik hierarki
manajerial yang terdapat di perusahaan-perusahaan besar: 1) seperti kota, negara bagian,
atau pemerintah federal, para manajer tinggi tertinggi di sebuah perusahaan merupakan
lembaga pembuat keputusan yang tersentralisasi, 2) para manajer ini memiliki kekuasaan
dan otoritas yang diakui secara hukum atas para pegawai dimana kekuasaan yang
didasarkan pada kemampuan mereka untuk memecat, menurunkan dan menaikkan
pangkat, dan otoritas yang didasarkan pada hukum agensi yang siap mendukung dan
melaksanakan keputusan-keputusan manajerial, 3) keputusan para manajer menentukan
distribusi atas pendapatan, status, dan kebebesan diantara konstitusional perusahaan, 4)
melalui hukum agensi dan kontrak, melalui akses ke lembaga pemerintah, dan melalui
kemampuan ekonomi yang diperoleh, para manajer perusahaan besar secara efektif juga
memiliki monopoli kekuasaan seperti pemerintah politik.
Keberatan utama pandangan tentang hak pegawai ini adalah bahwa ada beberapa
perbedaan penting antara kekuasaan manajer perusahaan dengan kekuasaan pejabat
pemerintah, dan perbedaan itu mengurangi validitas argumen bahwa kekuasaan manajer
haruslah dibatasi oleh hak pegawai, yang dalam hal ini serupa dnegan hak sipil yang
membatasi kekuasaan pemerintah. 1) kekuasaan pejabat pemerintah didasarkan pada
persetujuan, sementara kekuasaan manajer perusahaan didasarkan pada kepemilikan. 2)
kekuasaan manajer perusahaan, tidak seperti pejabat pemerintah, secara efektif dibatasi
oleh serikat kerja. 3) sementara seorang warga negara bisa melarkian diri dari keuasaan
pemerintah dengan biaya yang besar, namun seorang pegawai bisa melepaskan diri dari
kekuasaan manajemen dengan relatif mudah.
Para pendukung hak-hak pegawai menanggapi ketiga keberatan tersebut dalam seumlah
cara: 1) aset perusahaan tidak lagi dikendalikan oleh para pemilik pribadi, aset tersebut
dikuasai oleh sekelompok pemegang saham yang beragam dan hampir tidak memiliki
kekuasaan. 2) meskipun sebagian pegawai menjadi anggota serikat pekerja, namun banyak
yang tidak menjadi anggota serikat pekerja, dan mereka-mereka yang tidak menjadi
anggota serikat pekerja memiliki hak-hak moral yang tidak dihormati oleh manajer. 3)
mengubah pekerjaan kadang sama sulitnya dengan mengubah kewarganegaraan,
khususnya bagi pegawai yang telah menguasai keahlian tertentu yang hanya dapat
digunakan dalam organisasi tertentu.
Hak Privasi
Hak privasi merupakan hak individu untuk menentukan apa, dengan siapa, dan seberapa
banyak informasi tentang dirinya yang boleh diungkapkan pada orang lain.
perusahaan, dengan syarat mereka tidak dipaksa melakukan sesuatu yang melanggar
moral.
Whistleblowing eksternal hanya dapat dibenarkan jika cara-cara lain seperti
whistleblowing internal untu mencegah terjadinya sesuatu telah dicoba dan tidak
berhasil, dan hanya jika kerugian yang dicegah lebih serius dibandingkan dengan kerugian
yang dialami pihak lain.
Whistleblowing ekstenal secara moral dibenarkan jika: 1) ada bukti yang jelas, kuat, dan
cukup komprehensif bahwa suatu organisasi melakukan aktivitas yang melanggar hukum
atau berakibat serius pada pihak lain. 2) usaha-usaha lain telah dilakukan untuk
mencegahnya melalui whistleblowing internal dan gagal. 3) dapat dipastikan bahwa
tindakan whistleblowing eksternal mampu mencegah kerugian tersebut. 4) pelanggaran
tersebut cukup serius dan lebih buruk dibandingkan akibat tindakan whistleblowing pada
diri seseorang, keluarganya, dan pihak-pihak lain.
Whistleblowing hanyalah sarana untuk mencapai tujuan-tujuannya untuk memperbaiki
atau mencegah suatu tindakan yang merugikan. Jadi,seseorang hanya berkewajiban
melakukan tindakan tersebut dalam artian bahwa dia memiliki kewajiban untuk mencapai
tujuan tersebut. Jelasnya seseorang memiliki kewajiban moral untuk melakukan
whistleblowing eksternal hanya jika dia memiliki kewajiban moral untuk mencegah suatu
tindakan yang merugikan.
Seseorang memiliki kewajiban melakukan whistleblowing apabila: 1) orang tersebut
memiliki kewajiban untuk mencegah terjadinya pelanggaran, baik karena itu merupakan
bagian dari tanggung jawab profesionalnya atau karena tidak ada orang lain yang mampu
atau bersedia mencegahnya. 2) pelanggaran tersebut bisa mengakibatkan kerugian serius
terhadap kesejahteraan masyarakat, mengakibatkan ketidakadilan pada seseorang atau
suatu kelompok, atau merupakan pelanggaran serius terhadap hak-hak moral seseorang
atau banyak orang.
Banyak perusahaan yang menerapkan program-program yang memberikan saluran dan
prosedur yang mendukung whistleblowing internal, contohnya FMC mendirikan ethic
hotline.
Untuk menjamin bahwa pegawai tidak dihukum karena menggunakan pelayanan tersebut,
perusahaan menerapkan kebijakan bahwa semua pengawas yang melakukan aksi balas
dendam kepada pegawai yang melapor suatu pelanggaran akan dihukum.
Hak untuk Berpartisipasi dan Manajemen Partisipatif
Dalam suatu demokrasi, pengambilan keputusan biasanya memiliki 2 karakteristik: 1)
keputusan yang berpengaruh pada kelompok ditetapkan oleh mayoritas anggotanya. 2)
keputusan ditetapkan setelah dilakukan diskusi yang menyeluruh, bebas, dan terbuka.
Tujuan-tujuan demokrasi perlu diterapkan dalam organisasi bisnis. 1) Sebagian
menyatakan bahwa mengizinkan pegawain untuk berpartisipasi dalam proses
pengambilan keputusan suatu organisasi merupakan suatu perintah etis. Para pegawai
diizinkan menyampaikan kritik secara terbuka, memperoleh informasi yang tepat tentang
keputusan-keputusan yang akan berpengaruh pada mereka, menyampaiakan usulan, dan
memprotes keputusan. 2) langkah kedua menuju demokrasi organisasional adalah dengan
memberikan bukan hanya untuk berkonsultasi, namun juka hak untuk membuat keputsuan
sementara pemerintah Amerika hanya melakukan sedikit langkah dalam arah tersebut.
Faktor-faktor tersebut mengubah Amerika dari ekonomi pemanufakturan menuju
ekonomi jasa.
Hilangmya daya saing tentu saja bukan satu-satunya alasan penutupan pabrik. Pabrikpabrik yang ditutup karena produk mereka sudah ketinggalan zaman. Apapun
penyebabnya, penutupan pabrik membebankan biaya yang tinggi pada pegawai dan
komunitas mereka.
Prinsip utilitarian mengimplikasikan bahwa kerugian yang diakibatkan dari PHK
haruslah ditekan, dan ini selanjutnya berarti biaya penutupan pabrik harus ditanggung
oleh pihak-pihak yang memiliki sumber daya lebih besar dan juga pihak pihak yang
paling sedikit dirugikan dari tindakan tersebut.
William Diehl menyampaikan 8 langkah yang dapat dilakukan perusahaan untuk
menekan pengaruh-pengaruh merugikan dari penutupan pabrik: 1) pemberitahuan
sebelumnya, 2) pesangon, 3) jaminan kesehatan, 4) pensiun awal, 5) transfer, 6) pelatihan
kembali, 7) pembelian oleh pegawai, dan 8) pembayaran pajak lokal.
Serikat Pekerja dan Hak untuk Berorganisasi
Hak yang sama untuk menjalin hubungan secara bebas yang membenarkan pembentukan
dan keberadaan perusahaan juga mendasari organisasi pekerja yang kita sebut serikat
pekerja.
Hak pekerja untuk berorganisasi dalam serikat pekerja berasal dari hak untuk diperlakukan
sebagai manusia yang bebas dan sederajat.
Serikat pekerja secara umum dilihat sebagai sarana untuk menyeimbangkan kekuasaan
perusahaan besar sehingga para pekerja dapat saling membantu guna mencapai negosiasi
yang seimbnag dalam perusahaan.
Pekerja tidak hanya berhak membantuk serikat pekerja, namun serikat pekrja juga berhak
melakukan pemogokan. Pemogokan serikat pekerja secara moral dibenarkan sejauh hal itu
tidak melanggar ketentuan perjanjian untuk tidak mogok dan sejauh pemogokan tersebut
tidak melanggar hak-hak moral pihak lain.
Ada banyak faktor yang berkaitan dengan penurunan keanggotaan serikat pekerja,
termasuk kenaikan jumlah pekerja kerah putih dan pekerja perempuan, perubahan dari
industri manufaktur menuju industri jasa, dan turunnya kepercayaan publik terhadap
serikat pekerja. Penyebab utamanya adalah meningkatnya penolakan terhadap serikat
pekerja oleh manajer dan bertambahnya penggunaan taktik-taktik ilegal untuk
mengalahkan usaha-usaha serikat pekerja.
Politik Organisasional
Organisasi juga memiliki kantung-kantung dan saluran kekuasaan informasi: sumber-sumber
kekuasaan yang tidak terlihat dalam bagan organisasional dan penggunaan kekuasaan yan
samar dan mungkin tidak dianggap sah. Kita sekarang beralih pada bagian penting dalam
organisasi: politik organisasional.
Taktik Politik dalam Organisasi
Taktik politik adalah proses dimana individu atau kelompok menggunakan taktik-taktik
kekuasaan yang diebentuk secara non-formal untuk mencapai tujuannya sendiri.
Dalam sebuah penelitian, para responden diminta menggambarkan taktik politik yang
sering mereka jumpai dalam organisasi tempat mereka bekerja, diantaranya: menyalahkan
atau menyerang pihak lain, mengendalikan informasi, mengembangkan dukungan bagi
gagasan seseorang, membangun image, menjalin hubungan dengan pihak yang
berpengaruh, membentuk koalisi kekuasaan dan mengembangkan aliansi yang kuat,
menciptakan kewajiban.
Etika Taktik Politik
Karakteristik yang secara moral relevan dengan penggunaan taktik politik: a)
pertanyaan dari prinsip utilitarian b) pertanyaan dari prinsip hak, c) pertanyaan dari prinsip
keadilan, d) pertanyaan dari prinsip perhatian.
Prinsip utilitarian mengimplikasikan bahwa secara sukarela berusaha mencapai tujuan
yang secara sosial merugikan atau sukarela bekerja sama dalam usaha tersebut adalah
tindakan immoral, apa pun jenis taktik politik yang digunakannya.
Meskipun penggunaan taktik politik untuk menetapkan tujuan-tujuan yang tidak sah
adalah tidak etis, namun taktik politik juga bisa digunakan untuk menetapkan tujuantujuan yang secara moral sah dengan syarat taktik tersebut memenuhi 2 kriteria yaitu
konsistensi tindakan politik dengan hak moral dan kewajaran konsistensi.
Dalam upaya memutuskan apakah perlu menggunakan taktik politik atau tidak, perlu
mempertimbangkan konsekuensi jangka panjangnya terhadap diri sendiri dan pada
hubungan dengan orang lain dalam organisasi.
Organisasi yang Penuh Perhatian
Dalam organisasi caring, kepercayaan tumbuh subur karena orang merasa wajib saling
mempercayai jika mereka melihat diri mereka sebagai pihak-pihak yang saling
membutuhkan dan saling terkait.
Perhatian yang diberikan mampu mengurangi biaya organisasi dan menekan biaya
tindakan disipline, pencurian, absensi, moral, dan motivasi yang rendah.
Masalah etis yang muncul dari perspektif organisasi caring adalah: a) masalah moral
dari memberikan perhatian terlalu besar, dan b) masalah moral dari kurang memberikan
perhatian.