Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
Tujuan Umum
Meningkatkan pengetahuan dan menambah wawasan mahasiswa
dalam menerapkan Asuhan Keperawatan Medikal Bedah dengan masalah
Kolelitiasis.
1.2.2
Tujuan Khusus
Melalui pendekatan proses keperawatan medikal bedah diharapkan
mahasiswa mampu :
1. Melakukan pengkajian
masalah
Kolelitiasis.
2. Merumuskan diagnosa keperawatan pada pasien dengan masalah
Kolelitiasis.
3. Menyusun rencana asuhan keperawatan pada pasien dengan masalah
Kolelitiasis.
4. Melaksanakan rencana dalam asuhan keperawatan pada pasien dengan
masalah Kolelitiasis.
5. Melakukan evaluasi pada pasien dengan masalah Kolelitiasis.
6. Melakukan pendokumentasian asuhan keperawatan Kolelitiasis.
BAB II
PEMBAHASAN
2
2.1 Defenisi
Kholelithiasis merupakan adanya atau pembentukan batu empedu; batu
ini mungkin terdapat dalam kandung empedu (cholecystolithiasis) atau dalam
ductus choledochus (choledocholithiasis) (Dorland, 2002).
Kolelitiasis (kalkuli/kalkulus, batu empedu) merupakan suatu keadaan
dimana terdapatnya batu empedu di dalam kandung empedu (vesica fellea)
yang memiliki ukuran,bentuk dan komposisi yang bervariasi. Kolelitiasis lebih
sering dijumpai pada individu berusia diatas 40 tahun terutama pada wanita
dikarenakan memiliki faktor resiko,yaitu: obesitas, usia lanjut, diet tinggi
lemak dan genetik (Lesmana, 2002).
Sinonimnya adalah batu empedu, gallstones, biliary calculus. Istilah
kolelitiasis dimaksudkan untuk pembentukan batu di dalam kandung empedu.
Batu kandung empedu merupakan gabungan beberapa unsur yang membentuk
suatu material mirip batu yang terbentuk di dalam kandung empedu
(Sjamsuhidajat, 2005).
Kandung empedu (Vesica fellea) adalah kantong berbentuk buah pear yang
terletak pada permukaan visceral hepar, panjangnya sekitar 7 10 cm.
Kapasitasnya sekitar 30-50 cc dan dalam keadaan terobstruksi dapat
menggembung sampai 300 cc. Vesica fellea dibagi menjadi fundus, corpus dan
collum. Fundus berbentuk bulat dan biasanya menonjol dibawah pinggir inferior
hepar yang dimana fundus berhubungan dengan dinding anterior abdomen
setinggi ujung rawan costa IX kanan. Corpus bersentuhan dengan permukaan
visceral hati dan arahnya keatas, belakang dan kiri. Collum dilanjutkan sebagai
duktus cysticus yang berjalan dalam omentum minus untuk bersatu dengan sisi
kanan ductus hepaticus comunis membentuk duktus koledokus. Peritoneum
mengelilingi fundus vesica fellea dengan sempurna menghubungkan corpus dan
collum dengan permukaan visceral hati (John, 2003).
Pembuluh arteri kandung empedu adalah arteri cystica, cabang arteri
hepatica kanan. Vena cystica mengalirkan darah lengsung kedalam vena porta.
Sejumlah arteri yang sangat kecil dan vena vena juga berjalan antara hati dan
kandung empedu (John, 2003).
Pembuluh limfe berjalan menuju ke nodi lymphatici cysticae yang terletak
dekat collum vesica fellea. Dari sini, pembuluh limfe berjalan melalui nodi
lymphatici hepaticum sepanjang perjalanan arteri hepatica menuju ke nodi
lymphatici coeliacus. Saraf yang menuju kekandung empedu berasal dari plexus
coeliacus (John, 2003).
akan
merangsang
mukosa
sehingga
hormon
Dari Hati
Air
97,5
gm %
95
gm %
Garam Empedu
1,1
gm %
gm %
Bilirubin
0,04
gm %
0,3
gm %
Kolesterol
0,1
gm %
0,3 0,9
gm %
Asam Lemak
0,12
gm %
0,3 1,2
gm %
Lecithin
0,04
gm %
0,3
gm %
Elektrolit
2.4 Prognosis
Insiden kolelitiasis di negara barat adalah 20% dan banyak menyerang
orang dewasa dan usia lanjut. Angka kejadian di Indonesia di duga tidak berbeda
jauh dengan angka di negara lain di Asia Tenggara dan sejak tahu 1980-an
berkaitan erat dengan cara diagnosis dengan ultrasonografi (Mansjoer, 1999).
2.5 Etiologi
Menurut (Sjamsuhidajat, 2005), kolelitiasis dapat terjadi dengan atau tanpa
faktor resiko dibawah ini. Namun, semakin banyak faktor resiko yang dimiliki
seseorang, semakin besar kemungkinan untuk terjadinya kolelitiasis. Faktor resiko
tersebut antara lain :
a. Jenis Kelamin
Wanita mempunyai resiko 3 kali lipat untuk terkena kolelitiasis
dibandingkan dengan pria. Ini dikarenakan oleh hormon esterogen
berpengaruh terhadap peningkatan eskresi kolesterol oleh kandung
empedu.
Kehamilan,
yang
menigkatkan
kadar
esterogen
juga
Intake rendah klorida, kehilangan berat badan yang cepat (seperti setelah
operasi gatrointestinal) mengakibatkan gangguan terhadap unsur kimia
dari empedu dan dapat menyebabkan penurunan kontraksi kandung
empedu.
e. Riwayat keluarga
Orang dengan riwayat keluarga kolelitiasis mempunyai resiko lebih besar
dibandingn dengan tanpa riwayat keluarga.
f. Aktifitas fisik
Kurangnya aktifitas fisik berhungan dengan peningkatan resiko terjadinya
kolelitiasis. Ini mungkin disebabkan oleh kandung empedu lebih sedikit
berkontraksi.
g. Penyakit usus halus
Penyakit yang dilaporkan berhubungan dengan kolelitiasis adalah crohn
disease, diabetes, anemia sel sabit, trauma, dan ileus paralitik.
h. Nutrisi intravena jangka lama
Nutrisi intravena jangka lama mengakibatkan kandung empedu tidak
terstimulasi untuk berkontraksi, karena tidak ada makanan/ nutrisi yang
melewati intestinal. Sehingga resiko untuk terbentuknya batu menjadi
meningkat dalam kandung empedu.
2.6 Manifestasi Klinis
Penderita batu kandung empedu baru memberi keluhan bila batu tersebut
bermigrasi menyumbat duktus sistikus atau duktus koledokus, sehingga gambaran
klinisnya bervariasi dari yang tanpa gejala (asimptomatik), ringan sampai berat
karena adanya komplikasi. Dijumpai nyeri di daerah hipokondrium kanan, yang
kadang-kadang disertai kolik bilier yang timbul menetap/konstan (Lesmana,
2000).
Rasa nyeri kadang-kadang dijalarkan sampai di daerah subkapula disertai
nausea, vomitus dan dyspepsia, flatulen dan lain-lain. Pada pemeriksaan fisik
didapatkan nyeri tekan hipokondrium kanan, dapat teraba pembesaran kandung
empedu dan tanda Murphy positif. Dapat juga timbul ikterus. Ikterus dijumpai
10
pada 20 % kasus, umumnya derajat ringan (bilirubin < 4,0 mg/dl). Apabila kadar
bilirubin tinggi, perlu dipikirkan adanya batu di saluran empedu ekstra hepatik
(Lesmana, 2000).
Kolik bilier merupakan keluhan utama pada sebagian besar pasien. Nyeri
viseral ini berasal dari spasmetonik akibat obstruksi transient duktus sistikus oleh
batu. Dengan istilah kolik bilier tersirat pengertian bahwa mukosa kandung
empedu tidak memperlihatkan inflamasi akut.
Kolik bilier biasanya timbul malam hari atau dini hari, berlangsung lama antara
30 60 menit, menetap, dan nyeri terutama timbul di daerah epigastrium. Nyeri
dapat menjalar ke abdomen kanan, ke pundak, punggung, jarang ke abdomen kiri
dan dapat menyerupai angina pektoris. Kolik bilier harus dibedakan dengan gejala
dispepsia yang merupakan gejala umum pada banyak pasien dengan atau tanpa
kolelitiasis (Lesmana, 2000).
Diagnosis dan pengelolaan yang baik dan tepat dapat mencegah terjadinya
komplikasi yang berat. Komplikasi dari batu kandung empedu antara lain
kolesistitis akut, kolesistitis kronis, koledokolitiasis, pankreatitis, kolangitis,
sirosis bilier sekunder, ileus batu empedu, abses hepatik dan peritonitis karena
perforasi
kandung
empedu.
Komplikasi
tersebut
akan
mempersulit
11
mikroskopis.
Kristal
terperangkap
dalam
mukosa
bilier,
akan
mengahasilkan suatu endapan. Oklusi dari saluran oleh endapan dan batu
menghasilkan komplikasi penyakit batu empedu (Price, 2000).
Pada kondisi normal kolesterol tidak mengendap di empedu karena
mengandung garam empedu terkonjugasi dan lesitin dalam jumlah cukup agar
kolesterol berada di dalam larutan misel. Jika rasio konsentrasi kolesterol
berbanding garam empedu dan lesitin meningkat, maka larutan misel menjadi
12
sangat jenuh. Kondisi yang sangat jenuh ini mungkin karena hati memproduksi
kolesterol dalam bentuk konsentrasi tinggi. Zat ini kemudian mengendap pada
lingkungan cairan dalam bentuk kristal kolesterol (Price, 2000).
Bilirubin, pigmen kuning yang berasal dari pemecahan heme, secara aktif
disekresi ke dalam empedu oleh dati. Sebagian besar bilirubin di dalam empedu
berada dalam bentuk konjugat glukoronida yang larut dalam air dan stabil, tetapi
sebagian kecil terdiri dari bilirubin tak terkonjugasi. Bilirubin tak terkonjugasi,
seperti lemak, fosfat, karbonat, dan anion lainnya cenderung untuk membentuk
presipitat tak larut dengan kalsium. Kalsium memasuki empedu secara pasif
bersama dengan elektrolit lain. Dalam situasi pergantian heme tinggi, seperti
hemolisis kronis atau sirosis, bilirubin tak terkonjugasi mungkinberada dalam
empedu pada konsentrasi yang lebih tinggi dari biasanya.
Kalsium bilirubinat
13
bersaturasi
tinggi
(supersaturated)
oleh
substansi
berpengaruh
14
15
16
17
18
2.10
Penatalaksanaan Medis
Jika tidak ditemukan gejala, maka tidak perlu dilakukan pengobatan. Nyeri
ini
dibandingkan
prosedur
konvensional
adalah
dapat
19
c) Disolusi medis
Masalah umum yang mengganggu semua zat yang pernah digunakan
adalah angka kekambuhan yang tinggi dan biaya yang dikeluarkan. Zat
disolusi hanya memperlihatkan manfaatnya untuk batu empedu jenis
kolesterol. Penelitian prospektif acak dari asam xenodeoksikolat telah
mengindikasikan bahwa disolusi dan hilangnnya batu secara lengkap
terjadi sekitar 15%. Jika obat ini dihentikan, kekambuhan batu tejadi pada
50% pasien.
d) Disolusi kontak
Meskipun pengalaman masih terbatas, infus pelarut kolesterol yang poten
(metil-ter-butil-eter (MTBE)) ke dalam kandung empedu melalui kateter
yang diletakkan per kutan telah terlihat efektif dalam melarutkan batu
empedu pada pasien-pasien tertentu. Prosedur ini invasif dan kerugian
utamanya adalah angka kekambuhan yang tinggi (50% dalam 5 tahun).
e) Litotripsi Gelombang Elektrosyok (ESWL)
Sangat populer digunakan beberapa tahun yang lalu, analisis biayamanfaat pad saat ini memperlihatkan bahwa prosedur ini hanya terbatas
pada pasien yang telah benar-benar dipertimbangkan untuk menjalani
terapi ini.
f) Kolesistotomi
20
21
Proses Keperawatan
A. Pengkajian
Aktifitas/Istirahat
Gejala
: Kelemahan
Tanda
: Gelisah
Sirkulasi
Tanda
: Takikardia, berkeringat
Gejala
Tanda
: Distensi abdomen.
Eliminasi
Makanan / Cairan
Gejala
: Anoreksia, mual/muntah.
Tidak
toleraran
pembentukan
terhadap
gas
lemak
regurgitasi
dan
makanan
berulang,
nyeri
Bertahak.
Tanda
Nyeri/Kenyamanan
Gejala
Tanda
Pernapasan
Tanda
Keamanan
Tanda
: Demam, menggigil.
Ikterik, dengan kulit berkeringat dan gtal (Pruiritus).
Kecenderungan perdarahan (kekurangan vitamin K).
Penyuluhan/Pembelejaran
Gejala
Pertimbangan
Pemeriksaan Diagnostik
Darah lengkap: Leukositosis sedang (akut).
Bilirubin dan amilase serum: Meningkat.
Enzim hati serum-AST (SGOT): ALT (SGPT); LDH; agak meningkat
alkaline fosfat dan 5-nukletiase;
Di tandai obstruksi bilier.
23
retrograd
endeskopik:
Memperlihatkan
Analisa Data
Analisis meliputi pemeriksaan temuan pengkajian, pengelompokan
24
2.13
Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan menunjukkan masalah keperawatan/masalah klien,
orang terdekat, dan atau perawat yang memerlukan intervensi keperawatan dan
penatalaksanaan (Doenges, 2001:14).
The North American Nursing Diagnosis Association (NANDA) telah
menerima definisi kerja dari diagnose keperawatan, yaitu: penilaian klinis tentang
respon
individu,
keluarga,
atau
komunitas
terhadap
masalah-masalah
25
2.14
Diagnosa
No
1
: Gastritis
Diagnosa Keperawatan
Nyeri Akut
NOC :
Pain Level,
Definisi :
Pain control,
Sensori yang tidak menyenangkan Comfort level
dan pengalaman emosional yang
muncul secara aktual atau potensial Kriteria Hasil :
kerusakan
jaringan
atau o Mampu mengontrol nyeri (tahu
menggambarkan adanya kerusakan
penyebab nyeri, mampu menggunakan
(Asosiasi Studi Nyeri Internasional):
tehnik
nonfarmakologi
untuk
serangan mendadak atau pelan
mengurangi nyeri, mencari bantuan)
intensitasnya dari ringan sampai o Melaporkan bahwa nyeri berkurang
dengan menggunakan manajemen
berat yang dapat diantisipasi dengan
akhir yang dapat diprediksi dan
nyeri
o Mampu mengenali nyeri (skala,
dengan durasi kurang dari 6 bulan.
intensitas, frekuensi dan tanda nyeri)
o
Menyatakan rasa nyaman setelah
Batasan karakteristik :
nyeri berkurang
Laporan secara verbal atau non
o Tanda vital dalam rentang normal
verbal
Fakta dari observasi
Posisi
antalgic
untuk
menghindari nyeri
Gerakan melindungi
Tingkah laku berhati-hati
Intervensi
NIC :
Pain Management
Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif
termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
kualitas dan faktor presipitasi
Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan
Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk
mengetahui pengalaman nyeri pasien
Kaji kultur yang mempengaruhi respon nyeri
Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau
Evaluasi bersama pasien dan tim kesehatan lain
tentang ketidakefektifan kontrol nyeri masa
lampau
Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan
menemukan dukungan
Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri
seperti suhu ruangan, pencahayaan dan
kebisingan
Kurangi faktor presipitasi nyeri
Pilih dan lakukan penanganan nyeri (farmakologi,
non farmakologi dan inter personal)
Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan
intervensi
26
Muka topeng
Gangguan tidur (mata sayu,
tampak capek, sulit atau gerakan
kacau, menyeringai)
Terfokus pada diri sendiri
Fokus menyempit (penurunan
persepsi waktu, kerusakan proses
berpikir, penurunan interaksi
dengan orang dan lingkungan)
Tingkah laku distraksi, contoh :
jalan-jalan, menemui orang lain
dan/atau
aktivitas,
aktivitas
berulang-ulang)
Respon
autonom
(seperti
diaphoresis, perubahan tekanan
darah, perubahan nafas, nadi dan
dilatasi pupil)
Perubahan autonomic dalam
tonus otot (mungkin dalam
rentang dari lemah ke kaku)
Tingkah laku ekspresif (contoh :
gelisah, merintih, menangis,
waspada,
iritabel,
nafas
panjang/berkeluh kesah)
Perubahan dalam nafsu makan
dan minum
NOC :
NIC :
Nutritional Status : food and Fluid Nutrition Management
Intake
Kurang Pengetahuan
Definisi :
Tidak adanya atau kurangnya
informasi kognitif sehubungan
dengan topic spesifik.
Batasan karakteristik :
memverbalisasikan adanya masalah,
ketidakakuratan mengikuti instruksi,
perilaku tidak sesuai.
NOC :
Kowlwdge : disease process
Kowledge : health Behavior
Kriteria Hasil :
Pasien dan keluarga menyatakan
pemahaman tentang penyakit, kondisi,
prognosis dan program pengobatan
Pasien dan keluarga mampu
melaksanakan prosedur yang
dijelaskan secara benar
Pasien dan keluarga mampu
menjelaskan kembali apa yang
dijelaskan perawat/tim kesehatan
lainnya
NIC :
Teaching : disease Process
Berikan penilaian tentang tingkat pengetahuan
pasien tentang proses penyakit yang spesifik
Jelaskan patofisiologi dari penyakit dan
bagaimana hal ini berhubungan dengan anatomi
dan fisiologi, dengan cara yang tepat.
Gambarkan tanda dan gejala yang biasa muncul
pada penyakit, dengan cara yang tepat
Gambarkan proses penyakit, dengan cara yang
tepat
Identifikasi kemungkinan penyebab, dengna cara
yang tepat
Sediakan informasi pada pasien tentang kondisi,
dengan cara yang tepat
Hindari harapan yang kosong
Sediakan bagi keluarga informasi tentang
kemajuan pasien dengan cara yang tepat
Diskusikan perubahan gaya hidup yang mungkin
diperlukan untuk mencegah komplikasi di masa
yang akan datang dan atau proses pengontrolan
penyakit
30
NOC:
Fluid balance
Hydration
Nutritional Status : Food and Fluid
Intake
Kriteria Hasil :
Mempertahankan urine output sesuai
dengan usia dan BB, BJ urine normal,
HT normal
Tekanan darah, nadi, suhu tubuh
dalam batas normal
Tidak ada tanda tanda dehidrasi,
Elastisitas turgor kulit baik, membran
mukosa lembab, tidak ada rasa haus
yang berlebihan
NIC :
Fluid management
Berikan cairan
31
32
I.
IDENTITAS/DATA DASAR
1.
Identitas Klien
2.
2. Suami/Keluarga
Nama
: Tn. F
Nama
: Tn. A
Umur
: 59 tahun
Umur
: 39 tahun
Pendidikan
: SPG
Pendidikan : SMU
Pekerjaan
: PNS (Guru)
Pekerjaan : Swasta
Agama
: Islam
Agama
Alamat
: Tambelan
Gol. Darah
:O
dihubungi : Anak
: Islam
3.
RIWAYAT KESEHATAN
a. Riwayat Penyakit Sekarang
Kronologis dari penyakit yang diderita saat ini mulai awal hingga dibawa
33
34
sudah berusaha menjaga gaya hidup sehat dengan sering berolahraga, klien
mengatakan sangat hobi berolahraga sepak bola. Klien mengatakan jarang
untuk kontrol mengenai kesehatannya kerumah sakit karena malas.
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
Klien mengatakan keluarganya tidak ada yang mempunyai riwayat
penyakit diabetes mellitus, TBC, kanker namun ibu klien memiliki riwayat
penyakit jantung yaitu hipertensi.
Genogram :
Keterangan :
: Laki-laki
: Perempuan
: Serumah
: Klien
: Meninggal
III. RIWAYAT POLA PEMELIHARAAN KESEHATAN KLIEN
ADL
Pola pemenuhan
Dirumah
Makan/minum: 3x sehari
Dirumah Sakit
Makan/minum: 2x sehari
Jumlah/frekuensi: sering
Jumlah/frekuensi: sering
35
cairan
Jenis diet
putih
Sayur: Sayur
bersantan
Intake cairan/24jam:
Pantangan: minuman
1500 ml/hari
dengan gula
Pantangan: minuman
BB/TB: 70 kg
/160cm
Alergi makanan: tidak
ada
pedas/bersantan
BAK
BAK
Warna: kekuningan
sehari)
bening
Warna: Kuning
Tidak ada
BAB
Tidak ada
JUmlah: banyak
BAB
Warna: kekuningan
Jumlah: sedikit
Bau: Khas
Warna: kemerahan
Bau: khas
Tidak pernah
menggunakan obat
pencahar
semangka
Pola Istirahat dan Tidur
Jumlah/waktu
Gangguan tidur
Kebiasaan sebelum
tidur
Upaya untuk
mengatasi gangguan
9jam/hari
Tidak ada
Sulit tidur/insomnia
tidur
Hal-hal yang
mempermudah bangun
8 jam/hari
dan tidur
Keluhan lain ..
-
Sesak nafas/sulit
bergerak
Frekuensi mandi
Frekuensi mencuci
rambut
Frekuensi gosok gigi
Frekuensi mengganti
pakaian
Keadaan kuku
3x sehari
Setiap hari
Tidak pernah
3x sehari
1x sehari
Kuku panjang
Kuku bersih
Berternak ayam
Aktivitas lain/mobilitas
fisik/rekreasi
tiduran
dilakukan untuk
keluarga
Kegiatan dihari libur
Hiburan/rekreasi
Bersilahturahmi kerumah
saudara
Beternak ayam
Mendengarkan musik
37
Olahraga
Program olahraga
Jenis&frekuensi
olahraga
Kondisi setelah
berolahraga
Sepak bola
sesak
Balance Cairan: Intake-output : 1400-350 ml/24jam
1150ml/24jam
2)
Riwayat Psikologi
a. Status Emosi
Perasaan klien tenang dan ekspresi klien tampak tenang tidak ada tingkah
laku yang menonjol, klien merasa senang bila sanak saudara menjenguk.
Stresing yang membuat klien tidak nyaman adalah saat nyeri ulu hatinya
muncul. Koping pasien bila stress adalah hanya diam saja dan tenang.
Klien merasa penyakit yang dirasa adalah cobaan. Klien berharap bahwa
dengan dirawat diRSUD ini penyakitnya lekas sembuh, dan klien tidak
merasa harga diri rendah dengan keluhan penyakitnya.
b. Gaya Komunikasi
Klien saat berbicara tidak tampak berhati-hati, berbicara lepas dan tenang,
klien berbicara spontanl, klien berkomunikasi dengan jelas tanpa
menggunakan bahasa isyarat.
c. Pola Pertahanan Bagaimana Mekanisme Kopig Klien dalam mengatasi
masalahnya?
Klien mengatasi masalah dengan diamn, berusaha melepas stress dengan
berlapang dada dan tenang. Mencoba untuk menghindar dahulu lalu
mencari solusi yang baik.
d. Dampak dirawata RS apakah ada perubahan secara fisik dan psikologis
selama klien dirawat dirs?
Terasa sumpek, lelah berbaring, risau sulit bergerak, takut nyeri ulu hati
semakin muncul.
e. Kondisi Emosi/Perasaan klien
Sudah lebih baik daripada saat awal masuk. Klien merasa lebih tenang
daripda sebelumnya. Ekspresi klien tampak tenang dan sesuai dengan
38
Riwayat Sosial
Klien aktif berinteraksi dengan lingkungan rumah dengan
bergotong
Riwayat Spiritual
Klien mengatakan kebutuhan untuk beribadah tidak terpenuhi, akibatnya
klien hanya bisa berbaring. Klien mengatakan klien sulit untuk solat
karena merasa nyeri di ulu hatiny dan tidak tenang untuk melakukan solat
klien hanya dapat berdoa untuk memenuhi kebutuhan spiritualnya.
IV.
PEMERIKSAAN FISIK
Tanggal 21 November 2016
1. Keadaan Umum ; Pasien tampak tenang, tidak lemah
Kesadaran
: Compos mentis
GCS : 15
E: 4 M : 6 V :5
2. Pemeriksaan Tanda-tanda Vital, jam 15.30 wib
TD : 130/90 mmHg
Nadi: 84x/menit
RR : 22 x/menit
Suhu : 36,7 C
3. Pemeriksaan Wajah
1) Mata
Inspeksi ; mata simetris kanan dan kiri, kelopak mata tidak odem, tidak
ada peradangan/luka, Bulu mata tidak rontok/jatuh, konjungtiva tidak
pucat, skelera tidak ikterik, warna iris hitam, pupil isokor.
2) Hidung
Inspeksi : Bentuk tulang hidung normal tidak bengkak, poisisi septum
nasi lurus tidak bengkok, tidak ada perdarahan pada meatus. Tidak ada
secret berlebih
Palpasi: Tidak ada membengkakan
39
3) Mulut
Inspeksi: Tidak ada kelainan congenital, warna bibir merah muda,
tidak pucat, tidak ada lesi dan tidak ada gigi lagi, gusi warna merah
muda, lidah lembab warna merah muda, lidah bersih, tidak ada
perdarahan, tidak ada bau mulut, tidak ada sianosis.
4) Telinga
Inspeksi: Bentuk telinga simetris kanan dan kiri, ukuran sama kanan
kiri, tidak ada perbedaan warna pada kulit sekitar telinga, tidak ada
peradangan, tidak ada penumpukan serumen, tidak ada tanda-tanda
infeksi.
Palpasi: tidak ada nyeri tekan, tidak ada pembengkakan
4.
5.
Pemeriksaan Thoraks/Dada
a) PEMERIKSAAN PARU
1. INSPEKSI
Bentuk thoraks normal chest, tidak ada kelainan bentuk susunan ruas
tulang belakang. Bentuk dada simetris. Keadaan kulit lembab, retraksi otot
bantu pernafasan tidak ada. Tidak ada pernafasan cuping hidung, Pola
nafas takipneu, tidak ada sianosis, tidak ada batuk.
2. AUSKULTASI
Suara nafas area vesikuler bersih, tidak ada bunyi nafas tambahan, pada
paru-paru kanan dan kiri
3. PALPASI
Pemeriksaan taktil fremitus didapat dengan hasil getaran antara kanan dan
kiri teraba sama.
4. PERKUSI
Didapat dari hasil berupa sonor, pada daerah paru-paru kanan dan paru40
paru kiri
b) PEMERIKSAAN JANTUNG
1. INSPEKSI
Ictus Cordis tidak terlihat, tidak ada pelebaran ictus cordis, CRT <3detik
2. AUSKULTASI
BJ I terdengar keras dan regular
BJ II terdengar keras dan regular
Tidak terdapat bunyi jantung tambahan
Tidak ada keluhan terkait dengan jantung
3. PALPASI
Pada dinding thoraks teraba lemah.
4. PERKUSI
Batas-batas jantung dengan batas atas di ics II
Batas bawah di ics V
Batas kiri di ICS V Clavicula Sinistra
Batas kanan di ICS IV Mid Sternalis dextra
6.
Pemeriksaan Abdomen
1. INSPEKSI
Bentuk abdomen cembung, tidak ada massa/benjolan, bentuk simetris
2. AUSKULTASI
Frekuensi peristaltic usus 15x/menit
3. PALPASI
Hepar dipalpasi tidak ada nyeri tekan, tidak ada pembesaran, perabaan
lunak, permukaan halus, dengan adanya nyeri tekan, didaerah ulu hati atau
dibagian kandung empedu dengan skala 7.
4. PERKUSI
Hasil perkusi tympani pada daerah gastric, keluhan pada perut nyeri bila
didaerah ulu hati.
7.
Pemeriksaan Genetali
a. Genetalia Pria
b. Pada Wanita
-
8.
41
9.
Pemeriksaan Ekstremitas/Muskuloskeletal
Inspeksi: Otot antar sisi kanan dan kiri simetris, tidak ada deformitas, tidak
ada fraktur
Palpasi: tidak ada oedem pada kaki dan tangan, tidak da peradangan sendi,
terdapat nyeri tekan ditangan kanan bekas pencabutan infuse
Kekuatan otot
10.
11.
12.
Pemeriksaan Kulit/Integument
Inspeksi: Tidak ada lesi, tidak ada jaringan parut, warna kulit kecoklatan,
tidak ada luka bakar, tidak ada jaringan nekrotik.
Palpasi: Tekstur kasar, turgor kulit baik, struktur keriput, lemak subkutan
tipis, nyeri tekan dipergelangan tangan kanan bekas pencabutan infuse
14.
15.
Pemeriksaan Penunjang
Tanggal 18 November 2016
a. ANALISA LABORATORIUM (Urin, Darah, Feses, Sputum, dll)
Leukosit 8.100/mm3
Normal: 5.000-10.000/mm3
Eritrosit 5,1jt/mm3
Normal: 3-5jt/mm3
Trombosit 169.000 mm3
Normal 150.000-400.000mm3
Hemoglobin 14,5 gr%
Normal 12-16gr%
Gula Darah Acak 219 mg/dl
<125mg/dl
Colestrol total 205 mg/dl
<200mg/dl
SGOT 27l
SOPT 52l
BUN/Area 37 mg/dl
b. PEMERIKSAAN RADIOLOGI
<31l
<34l
20-40mg/dl
USG Abdomen
Photo Thoraks
EKG
43
V.
B.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1) Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri biologi pada kandung empedu
yang terkena kolelithiasis ditandai dengan posisi klien menahan nyeri,
gangguan tidur dan laporan secara verbal tentang nyeri.
2) Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan nyeri pada ulu hati akibat
kolelithiasis ditandai dengan penggunaan otot pernafasan tambahan, nafas
cepat.
3) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan tirah baring akibat nyeri pada
ulu
hati
disebabkan
kolelithiasis
ditandai
dengan
tirah
baring,
44
2.
ANALISA DATA
Etiologi
Obstruksi duktus sistikus
Masalah
Nyeri akut berhubungan
dengan
agen
injuri
(kolik billier)
dan peningkatan
kontraksi peristaltik
Kolik billier
berhubungan
Nyeri epigastrium
ulu
dengan
hati
oleh
kolelitiasis
Nyeri terus menerus dan
tiba-tiba
45
Kolelitihiasis
Kolik billier
bedrest/tirah baring
DO: Klien tampak hanya
Intoleransi
aktivitas
berhubungan
dengan
tirah
karena
baring
kolelitiasis
Nyeri epigastrium
Bedrest/tirah baring
untuk perbaikan nutrisi
Ketidaknyaman aktivitas
Intoleransi aktivitas
Kolelitiasis
Proses perawatan
penyakit
Gangguan
pola
tidur
berhubungan
dengan
kebisingan
kurang
kenyamanan lingkungan
Dirawat di RS
Bedrest
Perubahan suasana
sebelum sakit dan setelah
sakit
Tidak nyaman untuk tidur
Gangguan pola tidur
46
1 Nyeri Akut
Definisi :
Sensori yang tidak
menyenangkan
dan pengalaman
emosional yang
muncul secara
aktual atau
potensial
kerusakan
jaringan atau
menggambarkan
adanya kerusakan
(Asosiasi Studi
Nyeri
Internasional):
serangan
mendadak atau
pelan
intensitasnya dari
ringan sampai
berat yang dapat
diantisipasi
dengan akhir yang
dapat diprediksi
dan dengan durasi
kurang dari 6
bulan.
Batasan
karakteristik :
Laporan
secara verbal
atau non
verbal
Fakta dari
observasi
Posisi antalgic
untuk
menghindari
nyeri
Gerakan
melindungi
Tingkah laku
berhati-hati
NOC :
Pain Level,
Pain control,
Comfort level
Kriteria Hasil :
o Mampu mengontrol
nyeri
(tahu
penyebab
nyeri,
mampu
menggunakan
tehnik
nonfarmakologi
untuk mengurangi
nyeri,
mencari
bantuan)
o Melaporkan bahwa
nyeri
berkurang
dengan
menggunakan
manajemen nyeri
o Mampu mengenali
nyeri
(skala,
intensitas, frekuensi
dan tanda nyeri)
o Menyatakan rasa
nyaman
setelah
nyeri berkurang
o Tanda vital dalam
rentang normal
NIC :
Pain Management
Lakukan pengkajian nyeri
secara
komprehensif
termasuk
lokasi,
karakteristik,
durasi,
frekuensi, kualitas dan
faktor presipitasi
Observasi reaksi nonverbal
dari ketidaknyamanan
Gunakan teknik komunikasi
terapeutik
untuk
mengetahui pengalaman
nyeri pasien
Kaji
kultur
yang
mempengaruhi
respon
nyeri
Evaluasi pengalaman nyeri
masa lampau
Evaluasi bersama pasien dan
tim kesehatan lain tentang
ketidakefektifan
kontrol
nyeri masa lampau
Bantu pasien dan keluarga
untuk
mencari
dan
menemukan dukungan
Kontrol lingkungan yang
dapat mempengaruhi nyeri
seperti suhu ruangan,
pencahayaan
dan
kebisingan
Kurangi faktor presipitasi
nyeri
Pilih
dan
lakukan
penanganan
nyeri
(farmakologi,
non
farmakologi dan inter
personal)
Kaji tipe dan sumber nyeri
untuk
menentukan
intervensi
Ajarkan tentang teknik non
47
Muka topeng
Gangguan
tidur (mata
sayu, tampak
capek, sulit
atau gerakan
kacau,
menyeringai)
Terfokus pada
diri sendiri
Fokus
menyempit
(penurunan
persepsi
waktu,
kerusakan
proses
berpikir,
penurunan
interaksi
dengan orang
dan
lingkungan)
Tingkah laku
distraksi,
contoh : jalanjalan,
menemui
orang lain
dan/atau
aktivitas,
aktivitas
berulangulang)
Respon
autonom
(seperti
diaphoresis,
perubahan
tekanan
darah,
perubahan
nafas, nadi
dan dilatasi
pupil)
farmakologi
Berikan analgetik untuk
mengurangi nyeri
Evaluasi keefektifan kontrol
nyeri
Tingkatkan istirahat
Kolaborasikan dengan dokter
jika ada keluhan dan
tindakan
nyeri
tidak
berhasil
Monitor penerimaan pasien
tentang manajemen nyeri
Analgesic Administration
Tentukan
lokasi,
karakteristik,
kualitas,
dan
derajat
nyeri
sebelum pemberian obat
Cek instruksi dokter
tentang jenis obat, dosis,
dan frekuensi
Cek riwayat alergi
Pilih analgesik yang
diperlukan
atau
kombinasi dari analgesik
ketika pemberian lebih
dari satu
Tentukan
pilihan
analgesik tergantung tipe
dan beratnya nyeri
Tentukan
analgesik
pilihan, rute pemberian,
dan dosis optimal
Pilih rute pemberian
secara IV, IM untuk
pengobatan nyeri secara
teratur
Monitor
vital
sign
sebelum dan sesudah
pemberian
analgesik
pertama kali
Berikan analgesik tepat
waktu terutama saat
nyeri hebat
48
Perubahan
autonomic
dalam tonus
otot (mungkin
dalam rentang
dari lemah ke
kaku)
Tingkah laku
ekspresif
(contoh :
gelisah,
merintih,
menangis,
waspada,
iritabel, nafas
panjang/berke
luh kesah)
Perubahan
dalam nafsu
makan dan
minum
Evaluasi
efektivitas
analgesik, tanda dan
gejala (efek samping)
Faktor yang
berhubungan :
Agen injuri
(biologi, kimia,
fisik, psikologis)
2 Pola nafas tidak
efektif
Definisi :
Pertukaran udara
inspirasi dan/atau
ekspirasi tidak
adekuat
NOC :
NIC :
Respiratory status :
Ventilation
Airway Management
Respiratory status :
Airway patency
Buka
jalan
nafas,
Vital sign Status
guanakan teknik chin lift
atau jaw thrust bila perlu
Kriteria Hasil :
Mendemonstrasikan Posisikan pasien untuk
Batasan
memaksimalkan ventilasi
batuk efektif dan
karakteristik :
pasien
suara nafas yang Identifikasi
- Penurunan
perlunya
pemasangan
alat
bersih,
tidak
ada
tekanan
jalan nafas buatan
sianosis
dan
inspirasi/ekspira
dyspneu
(mampu
si
Pasang mayo bila perlu
mengeluarkan
- Penurunan
Lakukan fisioterapi dada
sputum,
mampu
pertukaran
jika perlu
bernafas
dengan
udara per menit
mudah, tidak ada Keluarkan sekret dengan
- Menggunakan
49
otot pernafasan
tambahan
Nasal flaring
Dyspnea
Orthopnea
Perubahan
penyimpangan
dada
Nafas pendek
Assumption of
3-point position
Pernafasan
pursed-lip
Tahap ekspirasi
berlangsung
sangat lama
Peningkatan
diameter
anteriorposterior
Pernafasan ratarata/minimal
Bayi : < 25
atau > 60
Usia 1-4 : <
20 atau > 30
Usia 5-14 :
< 14 atau > 25
Usia > 14 : <
11 atau > 24
- Kedalaman
pernafasan
Dewasa
volume tidalnya
500 ml saat
istirahat
Bayi volume
tidalnya 6-8
ml/Kg
Timing rasio
Penurunan
kapasitas vital
Faktor yang
berhubungan :
Hiperventilasi
pursed lips)
Menunjukkan jalan
nafas yang paten (klien
tidak merasa tercekik,
irama nafas, frekuensi
pernafasan
dalam
rentang normal, tidak
ada
suara
nafas
abnormal),
Tanda
Tanda vital dalam
rentang
normal
(tekanan darah, nadi,
pernafasan)
Terapi Oksigen
Bersihkan mulut, hidung
dan secret trakea
Pertahankan jalan nafas
yang paten
Atur peralatan oksigenasi
Monitor aliran oksigen
Pertahankan posisi pasien
Onservasi adanya tanda
tanda hipoventilasi
Monitor adanya kecemasan
pasien terhadap oksigenasi
Catat
adanya
tekanan darah
fluktuasi
duduk,
atau
Deformitas
tulang
Kelainan
bentuk
dinding dada
Penurunan
energi/kelelah
an
Perusakan/pel
emahan
muskuloskeletal
Obesitas
Posisi tubuh
Kelelahan
otot
pernafasan
Hipoventilasi
sindrom
Nyeri
Kecemasan
Disfungsi
Neuromuskul
er
Kerusakan
persepsi/kogn
itif
Perlukaan
pada jaringan
syaraf tulang
belakang
Imaturitas
Neurologis
3 Intoleransi
aktivitas
Definisi :
Ketidakcukupan
energu secara
fisiologis maupun
psikologis untuk
meneruskan atau
menyelesaikan
aktifitas yang
diminta atau
dan
Monitor
frekuensi
irama pernapasan
dan
NOC :
Energy
conservation
Self Care : ADLs
Kriteria Hasil :
Berpartisipasi
dalam aktivitas fisik
tanpa
disertai
peningkatan tekanan
darah, nadi dan RR
Mampu melakukan
NIC :
Energy Management
Observasi
adanya
pembatasan klien dalam
melakukan aktivitas
Dorong anal untuk
mengungkapkan
perasaan
terhadap keterbatasan
Kaji adanya factor yang
menyebabkan kelelahan
Monitor nutrisi dan
sumber energi tangadekuat
51
aktifitas sehari
hari.
Batasan
karakteristik :
a. melaporkan
secara verbal
adanya kelelahan
atau kelemahan.
b. Respon
abnormal dari
tekanan darah atau
nadi terhadap
aktifitas
c. Perubahan
EKG yang
menunjukkan
aritmia atau
iskemia
d. Adanya
dyspneu atau
ketidaknyamanan
saat beraktivitas.
Faktor factor yang
berhubungan :
Tirah
Baring atau
imobilisasi
Kelemahan
menyeluruh
Ketidakseimbanga
n antara suplei
oksigen dengan
kebutuhan
Gaya
hidup yang
dipertahankan.
Monitor
respon
kardivaskuler
terhadap
aktivitas
Monitor pola tidur dan
lamanya tidur/istirahat pasien
Activity Therapy
Kolaborasikan dengan
Tenaga Rehabilitasi Medik
dalammerencanakan progran
terapi yang tepat.
Bantu
untuk
mengidentifikasi
dan
mendapatkan sumber yang
diperlukan untuk aktivitas
yang diinginkan
Bantu untuk mendpatkan
alat bantuan aktivitas seperti
kursi roda, krek
Bantu
untu
mengidentifikasi
aktivitas
yang disukai
Sediakan penguatan
positif bagi yang aktif
beraktivitas
Bantu pasien untuk
mengembangkan
motivasi
diri dan penguatan
52
NOC
NIC
Sleep enchancement
Comfort level
Determinasi
efek Pain level
efek
medikasi
Rest:
Extent
terhadap pola tidur
and Pattern
Jelaskan pentingnya
Sleep: extent
tidur yang adekuat
and pattern
Fasilitasi
untuk
Setelah
dilakukan
mempertahankan
tindakan keperawatan
aktivitas
sebelum
selama
2x24
jam
tidur
gangguan pola tidur
Ciptakan lingkungan
pasien teratasi dengan
kriteria hasil:
yang nyaman
Jumlah
jam
Kolaborasi pemberian
tidur normal
obat tidur
Pola
tidur
kualitas dalam
batas normal
Perasaan segar
sesudah
tidur/istirahat
Mampu
mengidentifika
sikan hal yang
meningkatkan
tidur
53
Tanggal/Jam
No.D
o
1
21 nov 2016
x
1
16.00
Implementasi
Evaluasi
Melakukan
S: Klien mengatakan
pengkajian nyeri
secara
komprehensif
tiba-tiba, seperti
Paraf
ditusuk-tusuk selama
1-2 menit
O: Skala nyeri 7,
dengan ekspresi sakit
bila ditekan didaerah
2
21 nov 2016
16.10
Mengkontrol
ulu hati
S: Klien berusaha
lingkungan yang
menghindari daerah
dapat
mempengaruhi
bergerak
nyeri
O: Klien mengatakan
tidak suka AC yang
terlalu dingin karena
tidak nyaman dengan
16.10
Mengajarkan
nyerinya
S: Klien mengatakan
teknik relaksasi
nafas dalam
nyerinya berkurang
dari skala 7 menjadi
skala 5, dengan rasa
nyeri hanya sedikitsedikit
54
21 Nov 2016
18.30
Memberikan obat
analgetik
(kolaborasi)
Ranitidine 1 ampul
berkurang
(2cc) IV bolus
O: Klien tampak
nyaman tidur dengan
21 Nov 2016
19.10
Menganjurkan
skala nyeri 0
S: Klien mengatakan
meningkatkan
istirahat, monitor
vital sign
O: Klien tampak
tenang, hasil TTV
TD:120/80 mmHg,
Nadi: 79x/i
55
Nama : Tn. F
Diagnosa: Kolelitiasis
N
o
1
Tanggal/Jam
No.D
21 nov 2016
x
2
Implementasi
Evaluasi
Posisikan pasien
S: Klien mengatakan
dengan posisi
semi fowler
Auskultasi suara
nafas
Monitor Vital
sign
Monitor pola
O: Klien bernafas
15.40
nafas
Paraf
21 nov 2016
17.00
Informasikan pada
Takipneu
S: Klien mengatakan
pasien dan
setelah
keluarga tentang
mempraktekkan
teknik relaksasi
untuk memperbaiki
pola nafas
21 Nov 2016
19.30
Aulkustasi suara
dengan RR 20x/i
S: Klien mengatakan
nafas
bernafas, klien
mengatakan nyaman
berbaring
O: Suara nafas
vesikuler
56
TTV: TD:
130/80mmHg
RR:18x/i
N: 75x/i
T: 36,4C
Pola nafas Bradipneu
57
Diagnosa: Kolelitiasis
N
o
1
Tanggal/Jam
No.D
22 Nov 2016
x
1
15.50
Implementasi
Evaluasi
Melakukan
S: Klien mengatakan
pengkajian nyeri
Observasi reaksi
nonverbal dari
ketidaknyamanan
Paraf
seperti ditusuk-tusuk
selama 1 menit
O: Klien tampak
tenang, berbaring
menonton TV dan
klien tetap berusaha
menjaga lokasi nyeri
agar tidak tersenggol
2
22 nov 2016
15.10
22 Nov 2016
18.40
RR: 18x/i
S: klien mengatakan
badannya sudah lebih
enakan, tidak ada
sesak, tidak ada nyeri
58
ulu hati
O: Klien tampak
tenang, duduk
menonton TV, Hasil
Observasi :
TD: 110/80mmHg
N: 73x/i
T: 36,4
RR: 20x/i
59
N
o
1
Tanggal/Jam
No.D
22 nov 2016
x
3
15.50
Implementasi
Evaluasi
Monitor respon
S: Klien mengatakan
kardiovaskuler
terhadap aktivitas
Paraf
Mengobservasi
Nadi: 78x/i
S: Klien mengatakan
klien adanya
pembatasan dalam
melakukan
terpasang
aktivitas
O: Klien tampak
berhati-hati, bergerak
22 Nov 2016
16.00
untuk bangun
S: Klien mengatakan
pasien
22 Nov 2016
17.00
Membantu klien
atau mengantuk
S: Klien mengatakan
mengidentifikasi
aktivitas yang
bergerak bangun
mampu dilakukan
60
23 Nov 2016
08.30
Menjelaskan
dahulu
S: Klien mengatakan
pentingnya tidur
berusaha menjaga
yang adekuat
09.00
Ciptakan
kooperatif
S: Klien mengatakan
lingkungan yang
nyaman
CATATAN PERKEMBANGAN
Nama : Tn. F
Diagnosa: Kolelitiasis
N
Tanggal/Jam
No. Dx
Catatan perkembangan
Paraf
o
61
22 Nov 2016
15.30
CATATAN PERKEMBANGAN
Nama : Tn. F
Diagnosa: Kolelitiasis
N
Tanggal/Jam
No. Dx
Catatan perkembangan
Paraf
62
o
2
22 Nov 2016
15.05
CATATAN PERKEMBANGAN
Nama : Tn. F
Diagnosa: Kolelitiasis
63
Tanggal/Jam
No. Dx
Catatan perkembangan
o
3
22 Nov 2016
08.30
Paraf
CATATAN PERKEMBANGAN
Nama : Tn. F
Diagnosa: Kolelitiasis
64
Tanggal/Jam
No. Dx
o
4
23 Nov 2016
12.15
Catatan perkembangan
Paraf
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
65
hasil
yang
maksimal
dan
mencegah
terjadinya
komplikasi.
66