You are on page 1of 6

LAPORAN KEGIATAN INTERNSIP

F.4 Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat


Penyuluhan Makanan Pendamping ASI
Pada Balita usia 6 24 bulan

Oleh:
Dr. Siska Dewi Agustina

DIBAWAKAN DALAM RANGKA MENYELESAIKAN


TUGAS SEBAGAI DOKTER INTERNSIP
WAHANA UPTD PUSKESMAS PORIAHA
KABUPATEN TAPANULI TENGAH

PERIODE OKTOBER 2016 FEBRUARI 2017

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Nutrisi yang adekuat pada masa bayi dan anak-anak sangat dibutuhkan
untuk perkembangan setiap anak. Diketahui bahwa periode dari lahir hingga
usia 2 tahun merupakan periode yang penting untuk mendapatkan
pertumbuhan dan perkembangan yang optimal (Ariani, 2008). Untuk
mencapai tumbuh kembang optimal, di dalam Global Strategy for Infant and
Young Child Feeding, WHO/UNICEF merekomendasikan 4 hal penting yang
harus dilakukan, yaitu memberikan Air Susu Ibu (ASI) kepada bayi segera
dalam waktu 30 menit setelah bayi lahir, memberikan ASI secara eksklusif
sejak lahir sampai bayi berusia 6 bulan, memberikan Makanan Pendamping
Air Susu Ibu (MP-ASI) sejak bayi berusia 6 bulan sampai 24 bulan, dan
meneruskan pemberian ASI sampai anak berusia 24 bulan atau lebih (Depkes
RI, 2006). Pemberian MP-ASI didefinisikan sebagai suatu proses dimana ASI
saja tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan nutrisi sehingga diperlukan
makanan dan minuman lain yang diberikan bersamaan dengan ASI (Didah,
2004).
ASI merupakan makanan yang baik dan memenuhi semua kebutuhan
nutrisi dari bayi selama 6 bulan pertama. Akan tetapi, setelah usia 6 bulan ASI
tidak cukup untuk membuat bayi tumbuh dengan baik, tambahan makanan
lain juga dibutuhkan. Hal ini dikarenakan pertumbuhan bayi dan aktivitas dari
bayi yang bertambah. Sehingga nutrisi yang dibutuhkan oleh bayi akan
meningkat sesuai pertambahan usia. Pemberian MP-ASI pada usia 6 bulan ke
atas disertai dengan pemberian ASI lanjutan adalah hal yang penting dalam
perkembangan dan pertumbuhan bayi (Bahri, 2010).
Di negara-negara berkembang, angka kejadian gizi buruk masih cukup
tinggi berkisar 6,9-53% (Chintia, 2008). Memburuknya gizi bayi dapat saja
terjadi karena penghentian pemberian ASI dengan alasan ASI tidak keluar dan

ketidaktahuan ibu atas tata cara pemberian ASI kepada bayinya (Husaini,
2001). Data Survei Demografis dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2003
menunjukkan konsumsi MP-ASI secara dini cukup besar, yaitu sebanyak 35%
pada bayi kurang dari 2 bulan dan sebanyak 37% pada usia 2-3 bulan.
Cakupan ASI eksklusif di Kabupaten Temanggung cenderung
meningkat selama 3 tahun terakhir. Pada tahun 2008 mencapai 28,14%, tahun
2009 mencapai 42,55%, tahun 2010 mencapai 63,52% dan tahun 2011
mencapai 67,48%. Capaian ini belum melampaui target nasional maupun
kabupaten yaitu 80%. Padahal pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan dan
diteruskan sampai usia 2 tahun disamping pemberian Makanan Pendamping
ASI (MP-ASI) secara adekuat terbukti merupakan salah satu intervensi efektif
dapat menurunkan Angka Kematian Bayi (Eko, 2012).
1.2 Permasalahan
Pemberian Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) masih belum
terlaksana dengan baik di masyarakat, termasuk pada masyarakat di Desa
Kupen. Pengetahuan masyarakat mengenai tujuan serta waktu pemberian MPASI masih tergolong rendah. Hal ini terbukti bahwa masih sering dijumpai
ibu-ibu di Desa Kupen yang terlalu dini memberikan MP-ASI dan terlalu
cepat menyerah untuk memberikan ASI eksklusif kepada anak-anaknya.
Bahkan pernah dijumpai di Dusun Karang Lo, seorang bayi berusia 18 bulan
sudah terbiasa makan nasi goreng sejak usia 10 bulan. Tradisi-tradisi yang
salah mengenai MP-ASI pun masih kerap kali ditemui. Masih banyak bayi
yang belum genap berusia 6 bulan, sudah diberi kerokan pisang maupun nasi
lumat. Padahal sosialisasi mengenai pentingnya ASI eksklusif dilanjutkan
dengan MP-ASI sudah sejak lama dilakukan. Namun agaknya masyarakat
masih cenderung memegang teguh tradisi lama yang malah dapat
membahayakan gizi anak-anak mereka.

C. POA (Plan of Action) Perencanaan Intervensi


No

Kegiatan

Tujuan

1.

Pemberitahuan
kepada kader dan
kepala dusun
akan diadakannya
penyuluhan
mengenai MPASI saat
puskesmas
keliling bulan
Maret

Meningkatkan
pengetahuan warga
tentang pentingnya
MP-ASI

Sasaran

Tempat

Kader
Ruang
posyandu
Sekretariat
Dusun Karang PKK Desa
Lo,
Desa Kupen (Saat
Kupen
Rakor bulan
Februari
2013

Waktu

Biaya

Jumat, 21
Februari
2014

Metode

Indikator
Keberhasilan

Sosialisasi tentang Pengumuman akan


waktu pelaksanaan diadakan penyuluhan
penyuluhan tentang
MP-ASI
MP-ASI
saat
tersampaikan oleh
posyandu di Dusun
seluruh warga di
Karang Lo
Karang Lo
Saat puskesmas
keliling (pelaksanaan
penyuluhan) dihadiri
minimal 50% dari
jumlah warga
(terutama yang
memiliki balita) di
masing-masing
dusun

D. PELAKSANAAN INTERVENSI
No.
1.

Alternatif

Tujuan

Sasaran

Penyuluhan

Meningkatkan

Seluruh ibu

tentang MP-

pengetahuan

yang memiliki Maret 2014 Karang Lo,

secara dua arah

ASI

masyarakat tentang

balita di

dan tanya

MP-ASI

Dusun Karang 10.00 WIB

jawab tentang

Lo, Desa

(bersamaan

MP-ASI

Kupen

dengan

Kegiatan

Waktu
Kamis, 13
pukul

acara
puskesmas
keliling)

Tempat

Metode

TPQ Dusun

Penyuluhan

Desa Kupen

Biaya
-

Penanggung

Indikator

Jawab
Dokter

internship

mampu
menjawab

Bidan desa

pertanyaan

Dusun Kupen

mengenai
materi

Sosialisasi
contoh resep
MP-ASI
sederhana

10% peserta

penyuluhan.
10% peserta
mengajukan
pertanyaan
terkait materi
penyuluhan.

E. Monitoring dan Evaluasi

Monitoring & Evaluasi Kegiatan Perencanaan


Sosialisasi tentang akan diadakannya penyuluhan tentang pemberian MP-ASI
berhasil dilakukan oleh kader posyandu di Dusun Karang Lo. Hal ini terbukti
dari antusiasnya kedatangan warga Dusun Karang Lo, yaitu datang + 20 ibu

(dari total + 40 ibu yang memiliki balita).


Monitoring & Evaluasi Intervensi
Penyuluhan tentang pemberian MP-ASI dapat diterima dengan baik oleh para
ibu yang mempunyai balita. Terlihat dari peserta penyuluhan sejumlah + 20
ibu. Saat dilakukan sesi tanya jawab, 70% ibu dapat menjawab dengan benar
pertanyaan yang diberikan oleh dokter internship. Saat diberikan kesempatan
untuk bertanya, 40% ibu mau bertanya dan bahkan menyampaikan
pengalaman pribadinya dalam pemberian MP-ASI. Ibu-ibu tampak semakin
antusias saat diberikan beberapa resep pembuatan MP-ASI sederhana yang

dapat mereka masak sendiri di rumah.


Kesimpulan
Intervensi berupa penyuluhan tentang MP-ASI ini dapat terlaksana dengan
lancar. Saat pelaksanaan pun, hasil pencapaian melebih dari indikator yang
telah ditetapkan. Diharapkan dengan adanya penyuluhan ini ibu-ibu yang
memiliki

balita

dapat

mempraktekkannya

dalam

sehari-hari

serta

meninggalkan tradisi lama mengenai MP-ASI. Dengan demikian, kejadian


kurang gizi serta diare dan alergi pada balita karena pemberian MP-ASI
terlalu dini dapat berkurang atau bahkan teratasi.

You might also like