Professional Documents
Culture Documents
I. PENDAHULUAN
Katarak adalah setiap kekeruhan pada lensa1, yang dapat terjadi akibat hidrasi
(penahanan cairan) lensa, denatuasi protein lensa atau akibat kedua-duanya.
Katarak terjadi ketika transparansi dari lensa berkurang sehingga mengganggu
penglihatan. Istilah katarak berasal dari bahasa Yunani, katarraktes (air terjun),
karena sebelumnya katarak dianggap merupakan cairan terkoagulasi yang berasal
dari otak yang dialirkan ke bagian depan lensa.2
Penuaan merupakan penyebab katarak yang terbanyak, tetapi banyak juga faktor
lain yang mungkin terlibat, antara lain: trauma, toksin, penyakit sistemik
(misalnya diabetes), merokok dan herediter. Patogenesis katarak belum
sepenuhnya dimengerti. Walaupun demikian, pada lensa katarak secara
karakteristik terdapat agregat-agregat protein yang menghamburkan berkas cahaya
dan mengurangui transparansinya. Perubahan protein lainnya akan mengakibatkan
perubahan warna lensa menjadi kuning atau coklat. Temuan tambahan mungkin
berupa vesikel di antara serat-serat lensa atau migrasi sel epitel dan pembesaran
sel-sel epitel yang menyimpang. Sejumlah faktor yang diduga turut berperan
dalam terbentuknya katarak, antara lain kerusakan oksidatif (dari proses radikal
bebas), sinar ultraviolet, dan malnutrisi.1
II. ANATOMI LENSA DAN FISIOLOGI
Lensa mata merupakan struktur yang terletak diantara iris dan corpus vitreous
yang bersifat transparan, bikonveks, menyerupai kristal. Diameternya berkisar
antara 9-10 mm dan ketebalannya bervariasi menurut umur antara 3,5 mm (saat
lahir) hingga 5 mm. Beratnya sekitar 135 mg (0-9 tahun) hingga 225 mg (40-80
tahun). Lensa memiliki dua permukaan. Bagian anterior kurang cembung
dibandingkan posterior (radius kurvatura 10mm : 6 mm). Kedua permukaan ini
bertemu pada satu garis ekuator. Indeks refraksi lensa adalah 1,39 dan kekuatan
lensa mencapai 15-16 Dioptri. Daya akomodasi lensa berbeda beda bergantung
pada umur meliputi 14-16 D (saat lahir), 7-8 D (pada usia 25 tahun) dan 1-2 D
(pada usia 50 tahun). 3,4
STRUKTUR4
1. Kapsula Lensa. Merupakan bagian yang tipis, transparan dan dikelilingi
membran hyaline yang lebih tebal pada bagian anterior dibandingkan posterior
lensa. Kapsula lensa paling tebal pada regio preekuator (14 ) dan paling tipis
pada kutub posterior (3 ).
2. Epitel Anterior. Merupakan lapisan sel kuboid tunggal yang terletak lebih
dalam dari kapsula anterior. Pada area ekuator, sel ini berubah menjadi kolumnar
yang secara aktif membelah dan memanjang untuk membentuk serat lensa baru
sepanjang masa hidup. Tidak ada epitel pada bagian posterior karena sel ini
mengisi kavitas sentral lensa selama periode pembentukan lensa.
3. Serat Lensa Sel epitelial memanjang membentuk serat lensa yang memiliki
struktur yang rumit. Serat lensa yang matur adalah sel yang telah kehilangan inti.
Karena serat lensa dibentuk sepanjang usia kehidupan, lensa ini ttersusun dan
akan membentuk suatu barisan teratur sebagai nukleus dan korteks dari lensa.
i. Nukleus.Merupakan bagian pusat lensa yang mengandung serat lensa yang
paling tua. Nukleus tersusun atas zona yang berbeda yang tersusun sesuai
dengan perlangsungan perkembangan lensa. Melalui cahaya slit lamp, area
ini akan terlihat sebagai zona yang tidak bersambung. Bergantung pada
waktu perkembangannya, zona pada lensa meliputi:
Nukleus Embrionik. Merupakan bagian nukleus yang paling dalam yang
terbentuk pada trimester pertama kehamilan. Bagian ini mengandung serat
lensa primer yang dibentuk dari elongasi sel dari dinding posterior vesikel
lensa.
Nukleus Fetal. Tersusun diatas nukleus embrionik dan terbentuk sejak dari
trimester pertama hingga kelahiran bayi, Seratnya bertemu pada suatu sutura
dimana pada bagian anterior beberntuk Y dan bagian posterior berbentuk Y
terbalik.
Nukleus Infantil. Terbentuk sejak lahir hingga mencapai pubertas
Serat yang berasal dari pars plana dan bagian anterior ora serrata berjalan
ii.
iii.
Transparansi Lensa4
Faktor yang memiliki peranan signifikan dalam mempertahan kejernihan dan
transparansi lensa adalah
1.
2.
3.
4.
5.
Avaskularitas
Sel lensa yang tersusun sangat rapat
Pengaturan protein lensa
Karakterisitik kapsula lensa yang semipermeabel
Mekanisme pompa pada pemukaan serat lensa untuk mengatur
yang
merupakan
struktur
avaskular
menggantungkan
proses
metabolismenya pada pertukaran zat kimia pada humor aquos. Komposisi kimia
lensa yang berasal dari humor aquos dan proses pertukaran zat kimia.
Jalur Metabolisme Glukosa
Glukosa sangat penting untuk kinerja lensa yang normal. Aktivitas metabolik
lensa terbatas hanya pada epitelium dan korteks sedangkan nukleus cenderung
tidak aktif. Pada lensa, 80% glukosa dimetabolisme secara anaerobik melalui jalur
glikolitik. 15% melalui jalur heksosa pentosa monofosfat dan sebagian kecil
melalui siklus kreb asam sitrat. Jalur sorbital sangat tidak umum terjadi namun
peranannya dalam menimbulkan katarak pada pasien diabetes dan dan
galaktosemia sangat tinggi.
III.
EPIDEMIOLOGI
KATARAK JUVENIL
Herediter.
Katarak yang genetis biasanya terjadi karena anomali pada pola
kromosom individu. Sekira 1/3 kasus katarak kongenital biasanya
bersifat hereditar. Metode penurunan biasanya bersifat dominan.
Gambaran katarak familial meliputi katarak pulverulenta,katarak
zonular (dapat juga bersifat non familial) katarak koroner dan total
soft cataract (dapat pula terjadi karena rubella)
b.
Faktor Maternal
1. Malnutrisi selama kehamilan berhubungan dengan katarak zonular
non familial.
2. Infeksi. Infeksi maternal misalnya rubella berhubungan dengan
katarak pada 50% kasus. Infeksi maternal lainnya meliputi
toxoplasmosis dan cytomegalo-inclusion.
3. Obat obatan. Katarak congenital juga dilaporkan pada anak
dengan ibu yang mengkonsumsi obat obatan tertentu selama
kehamilan misalnya (thalidomide, kortikosteroid).
4. Radiasi Paparan radiasi pada ibu selama kehamilan dapat
c.
d.
katarak developmental .
Idiopatik.Sekitar 50% kasus bersifat sporadik tanpa etiologi yang
jelas.
Katarak memberikan pengaruh yang berbeda pada anak yang berbeda. Katarak
biasanya menyebabkan buramnya penglihatan. Semakin keruh lensa, semakin
buramlah penglihatan. Banyak anak dengan katarak pada satu mata mempunyai
penglihatan yang baik pada mata lainnya. Anak ini tidak begitu mengeluhkan
masalah penglihatannya.
Anak dengan katarak bilateral merasa bahwa penglihatan mereka normal.
Awalnya mereka berpikir bahwa orang lain memiliki penglihatan yang sama
dengan mereka. Kekeruhan penglihatan tergantung pada:
kekeruhan lensa
f.
V.
DIAGNOSIS
PENATALAKSANAAN KATARAK
Pembedahan dilakukan jika penderita tidak dapat melihat dengan baik
dengan bantuan kaca mata untuk melakukan kegitannya sehari-hari.
Beberapa penderita mungkin merasa penglihatannya lebih baik hanya
dengan mengganti kaca matanya, menggunakan kaca mata bifokus yang
lebih kuat atau menggunakan lensa pembesar. Jika katarak tidak
mengganggu biasanya tidak perlu dilakukan pembedahan.
Indikasi operasi katarak dibagi dalam 3 kelompok:4
1. Indikasi Optik
Merupakan indikasi terbanyak dari pembedahan katarak. Jika
penurunan tajam penglihatan pasien telah menurun hingga
mengganggu kegiatan sehari-hari, maka operasi katarak seharusnya
dilakukan.
2. Indikasi Medis
Pada beberapa keadaan di bawah ini, katarak perlu dioperasi
segera, bahkan jika prognosis kembalinya penglihatan kurang baik:
-
Katarak hipermatur
Glaukoma sekunder
Uveitis sekunder
Dislokasi/Subluksasio lensa
Retinopati diabetika
Ablasio retina
3. Indikasi Kosmetik
Jika penglihatan hilang sama sekali akibat kelainan retina atau
nervus optikus, namun kekeruhan katarak secara kosmetik tidak
dapat diterima, misalnya pada pasien muda, maka operasi katarak
Gula darah
Hb, Leukosit, masa perdarahan, masa pembekuan
Tekanan darah
Elektrokardiografi
Riwayat alergi obat
Pemeriksaan rutin medik lainnya dan bila perlu konsultasi untuk
maka
lensa
diukur
10
11
menggunakan
getaran
ultrasonik
untuk
Gambar 4. Fakoemulsifikasi8
Intraokular Lens (IOL)
Setelah pembedahan, pasien akan mengalami hipermetropi karena
kahilangan kemampuan akomodasi. Maka dari itu dilakukan penggantian
dengan lensa buatan (berupa lensa yang ditanam dalam mata, lensa kontak
maupun kacamata). IOL dapat terbuat dari bahan plastik, silikon maupun
akrilik.
Untuk metode fakoemulsifikasi digunakan bahan yang elastis sehingga
dapat dilipat ketika akan dimasukan melalui lubang insisi yang kecil.
VII.
KOMPLIKASI
PROGNOSIS
Prognosis penglihatan untuk pasien anak-anak yang memerlukan
15
DAFTAR PUSTAKA
1. Harper RA, Shock JP. Lensa. Dalam: Raurdan P, Whitcher JP. Vaughan
dan Asbury: Oftalmologi Umum. Edisi 17. Jakarta: EGC; 2009.hal.169-83.
2. Lang GK. Lens. In: Lang GK. Ophthalmology: A Pocket Textbook Atlas.
2nd Edition. New York: Thieme Stuttgart; 2006.p.169-98.
3. Widyasari J. Katarak. Bagian Mata RSUD Cianjur Fakultas Kedokteran
Universitas Muhammadiyah Jakarta.2010.
4. Khurana AK, editor. Comprehensive Ophthalmology. 4th Edition. New
Delhi: New Age International; 2007.p.175-202.
5. Ilyas S, Yulianti SR. Ilmu Penyakit Mata. Edisi 4. Jakarta:Balai Penerbit
FKUI; 2011. 204-16.
6. Olver J, Cassidy L. Cataract Assessment. Ophtalmology at A Glance.
Blackwell Publishing Company. p 72-3
7. Zorab AR, Straus H, Dondrea LC, Arturo C, Mordic R, Tanaka S, et all.
Lens and Cataract. San Francisco: American Academy of Oftalmology.
2006.p.45-69.
8. Khaw PT, Shah P, Elkinhton AR, editors. ABC of Eyes. 4th Edition.
London: BMJ Books; 2004.p.42-51.
9. Sundaram V, Barsam A, Alwitry A, Khaw PT, editors. Training in
Ophthalmology. New York: Oxford University Press; 2009.p.244-54.
16