ortodonti dilakukan dengan tujuan agar tercapai efisiensi yang fungsional, keseimbangan struktur dan keharmonisan estetik. Sebelum melakukan perawatan ortodonti, prosedur diagnostik yang dilakukan dalam membuat suatu rencana perawatan antara lain yaitu, pemeriksaan klinis, analisa model, analisa sefalometri, analisa foto profil, maupun analisis foto rontgen. Pengukuran sefalometri digunakan untuk mengetahui pertumbuhan kraniofasial, mengetahui tipe fasial, merencanakan suatu perawatan ortodonti, dan mengevaluasi kasus-kasus yang telah dirawat. Penentuan diagnosis maloklusi tidak dapat hanya didasarkan pada analisa sefalometri saja. Kombinasi dari semua analisa akan memberikan gambaran secara menyeluruh tentang keadaan pasien. Tujuan: Untuk mengetahui diagnosis maloklusi pada pasien berdasarkan pada hasil pemeriksaan dan rencana perawatan yang akan dilakukan sesuai dengan diagnosis maloklusi pada pasien. Kasus: Perempuan berusia 10 tahun dengan maloklusi klas I Angle disertai gigitan terbalik anterior pada gigi 11 dan 21 terhadap
ortodonti dilakukan dengan tujuan agar tercapai efisiensi yang fungsional, keseimbangan struktur dan keharmonisan estetik. Sebelum melakukan perawatan ortodonti, prosedur diagnostik yang dilakukan dalam membuat suatu rencana perawatan antara lain yaitu, pemeriksaan klinis, analisa model, analisa sefalometri, analisa foto profil, maupun analisis foto rontgen. Pengukuran sefalometri digunakan untuk mengetahui pertumbuhan kraniofasial, mengetahui tipe fasial, merencanakan suatu perawatan ortodonti, dan mengevaluasi kasus-kasus yang telah dirawat. Penentuan diagnosis maloklusi tidak dapat hanya didasarkan pada analisa sefalometri saja. Kombinasi dari semua analisa akan memberikan gambaran secara menyeluruh tentang keadaan pasien. Tujuan: Untuk mengetahui diagnosis maloklusi pada pasien berdasarkan pada hasil pemeriksaan dan rencana perawatan yang akan dilakukan sesuai dengan diagnosis maloklusi pada pasien. Kasus: Perempuan berusia 10 tahun dengan maloklusi klas I Angle disertai gigitan terbalik anterior pada gigi 11 dan 21 terhadap
ortodonti dilakukan dengan tujuan agar tercapai efisiensi yang fungsional, keseimbangan struktur dan keharmonisan estetik. Sebelum melakukan perawatan ortodonti, prosedur diagnostik yang dilakukan dalam membuat suatu rencana perawatan antara lain yaitu, pemeriksaan klinis, analisa model, analisa sefalometri, analisa foto profil, maupun analisis foto rontgen. Pengukuran sefalometri digunakan untuk mengetahui pertumbuhan kraniofasial, mengetahui tipe fasial, merencanakan suatu perawatan ortodonti, dan mengevaluasi kasus-kasus yang telah dirawat. Penentuan diagnosis maloklusi tidak dapat hanya didasarkan pada analisa sefalometri saja. Kombinasi dari semua analisa akan memberikan gambaran secara menyeluruh tentang keadaan pasien. Tujuan: Untuk mengetahui diagnosis maloklusi pada pasien berdasarkan pada hasil pemeriksaan dan rencana perawatan yang akan dilakukan sesuai dengan diagnosis maloklusi pada pasien. Kasus: Perempuan berusia 10 tahun dengan maloklusi klas I Angle disertai gigitan terbalik anterior pada gigi 11 dan 21 terhadap
Background: Malocclusion is abnormalities occlusion of imbalance
maxilla and mandibular arch. Orthodontic treatment is done in order to achieve functional efficiency, structure balance and aesthetic harmony. Before doing orthodontic treatment, diagnostic procedures that must be done is a clinical examination, analysis models, cephalometric analysis, analysis of profile photos, and the the analysis of x-rays. Cephalometric measurement is used to determine craniofacial growth, to know the type of facial, planning an orthodontic treatment, and evaluate the cases that have been treated. Determination of malocclusion diagnosis cant be based only on cephalometric analysis. The combination of all of the analysis will give an overall picture of the patient's condition. Objective: To decide the diagnosis of malocclusions in patients based on the results of the examination. Case: A 10 years old female class I Angle with anterior crossbite on 11-21 to 41-31. In the lower jaw there is a persistence of the tooth 84 with lower anterior crowding. Method: In the maxilla treatment, use distal labial bow entry of 53-63, a double cantilever spring in the teeth 11 and 21, cangkolan adams on the teeth 16 and 26. In the lower jaw use distal labial bow entry 73-83, a single cantilever spring in 32 and 42, cangkolan adams on 36 and 46. Conclusion: Treatment with Class I Angle with anterior inverted bite use labial bows, spring cantilever and cangkolan adams. Keywords: Class I malocclusion, anterior crossbite, lower anterior crowded, removable appliance ABSTRAK Latar Belakang: Maloklusi merupakan keadaan oklusi abnormal yang terjadi karena ketidakseimbangan lengkung gigi dan lengkung rahang. Perawatan ortodonti dilakukan dengan tujuan agar tercapai efisiensi yang fungsional, keseimbangan struktur dan keharmonisan estetik. Sebelum melakukan perawatan ortodonti, prosedur diagnostik yang dilakukan dalam membuat suatu rencana perawatan antara lain yaitu, pemeriksaan klinis, analisa model, analisa sefalometri, analisa foto profil, maupun analisis foto rontgen. Pengukuran sefalometri digunakan untuk mengetahui pertumbuhan kraniofasial, mengetahui tipe fasial, merencanakan suatu perawatan ortodonti, dan mengevaluasi kasuskasus yang telah dirawat. Penentuan diagnosis maloklusi tidak dapat hanya didasarkan pada analisa sefalometri saja. Kombinasi dari semua analisa akan memberikan gambaran secara menyeluruh tentang keadaan pasien. Tujuan: Untuk mengetahui diagnosis maloklusi pada pasien berdasarkan pada hasil pemeriksaan dan rencana perawatan yang akan dilakukan sesuai dengan diagnosis maloklusi pada pasien. Kasus: Perempuan berusia 10 tahun dengan maloklusi klas I Angle disertai gigitan terbalik anterior pada gigi 11 dan 21 terhadap gigi 41 dan 31 juga adanya gigitan silang pada gigi 54 terhadap gigi 44. Terdapat pergeseran garis median Rahang Atas ke arah kanan. Pada rahang bawah terdapat persistensi gigi 84 disertai berdesakan anterior. Metode: Pada Rahang Atas dilakukan perawatan dengan menggunakan busur labial masuk distal pada gigi 53 dan 63, pegas kantilever ganda pada gigi 11 dan 21, cangkolan adams pada gigi 16 dan 26. Pada Rahang bawah digunakan busur labial masuk distal gigi 73 dan 83, pegas kantilever tunggal pada gigi 32 dan 42, cangkolan adams pada gigi 36 dan
46. Kesimpulan: Perawatan maloklusi klas I Angle dengan gigitan terbalik
anterior menggunakan busur labial, pegas cantilever dan cangkolan adams. Kata Kunci: Maloklusi klas 1 Angle, gigitan terbalik anterior, berdesakan anterior