Professional Documents
Culture Documents
Pencernaan
43-2
Nyeri akut abdomen merupakan gejala berbagai jenis cedera jaringan yang berbeda
dan dapat muncul dari kerusakan organ abdomen atau pelvis dan pembuluh darah.
Nyeri merupakan gejala umum gangguan abdomen dan pelvis. Mual, muntah,
diare, letih, demam, dan konstipasi mungkin juga mewakili pasien dengan nyeri
abdomen akut.
Hasil yang diharapkan pada pasien dengan nyeri abdomen akut meliputi pemulihan
penyebab nyeri abdomen akut, meredakan nyeri abdomen, bebas dari komplikasi
(khususnya shock hipovolemik dan septikemia), dan status nutrisi, cairan, dan
elektrolit normal.
Hal yang penting dilakukan adalah monitor pasien untuk mendeteksi memburuknya
kondisi mereka (seperti., demam, denyut nadi dan pernapasan meningkat,
penurunan tekanan darah, penurunan oksigenasi, perubahan status mental, perfusi
kulit memburuk, penurunan haluaran urin).
Pencernaan
43-3
Tanda khas appendiksitis dimulai dengan nyeri periumbilikus, diikuti tidak nafu
makan, mual, dan muntah. Nyeri bersifat persisten dan terus menerus, kadangkadang berpindah ke kuadran kanan bawah dan terlokalisasi pada titik McBurneys.
Tritmen biasanya dilakukan pengangkatan dengan pembedahan segera, tetapi
tritmen konservatif (antibiotika dan istirahat) bila ada kontraindikasi pembedahan.
Peritonitis
Peritonitis akibat dari proses peradangan peritoneum terlokalisasi atau general yang
terjadi ketika organisme atau zat kimia masuk ke rongga peritoneum steril. Hal ini
dapat terjadi bila organ mengalami perforasi, mengeluarkan isinya ke rongga
peritoneum.
Gejala umum iritasi peritoneum meliputi abdomen keras seperti papan, rebound
tenderness, atau nyeri bertambah dengan gerakan.
Perhatian utama adalah mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit dan
mencegah septic shock.
Pembedahan dilakukan untuk mengalirkan cairan purulen dan memperbaiki
kerusakan. Perawatan lain yang dilakukan adalah pemberian antibiotika, suction
nasogastrik, pemberian analgetik, dan cairan IV.
Gastroenteritis
Gastroenteritis adalah peradangan mukosa lambung dan usus halus.
Manifestasi klinik meliputi mual, muntah, diare, kejang abdomen, dan kembung.
Sebagian kasus bisa pulih dan tidak perlu di rawat di rumah sakit.
Jika agen penyebab teridentifikasi, diberikan obat antibiotika dan antimikroba.
Asuhan keperawatan difokuskan kepada mempertahankan hidrasi yang adekuat dan
mengurangi mual, muntah, dan diare.
Inflammatory Bowel Disease
Crohns disease dan kolitis ulseratif merupakan penyakit yang berkaitan dengan
immun sering disebut inflammatory bowel disease (IBD).
IBD dicirikan oleh respon immun yang menetap, tidak wajar, over aktif terhadap
zat yang normalnya dapat ditoleransi.
Pasien menderita eksaserbasi akut ringan sampai parah yang terjadi dengan interval
tidak dapat diduga sepanjang hidup.
Kolitis ulseratif terbatas pada lapisan mukosa rektum dan kolon, tetapi beberapa
pasien memiliki peradangan ringan pada ileum terminalis. Gejala primer adalah
diare berdarah dan nyeri abdomen. Obat diperlukan untuk mencegah kekambuhan.
Crohns disease dapat terjadi dimanapun pada saluran pencernaan dari mulut
sampai anus tetapi paling umum terjadi pada ileum terminalis dan kolon.
Peradangan melibatkan semua lapisan dinding usus dengan segmen usus normal
terjadi antara bagian penyakitsering disebut skip lesions.
Gejala umum Crohns disease yaitu diarrhea dan nyeri kolik abdomen. Jika usus
halus terkena, masalah nutrisi dan turun berat badan merupakan hal yang umum
karena malabsorpsi. Pasien mungkin mengalami gejala sistemik seperti demam.
Tujuan tritmen untuk IBD meliputi mengistirahatkan usus, kendalikan peradangan
dan infeksi, perbaikan nutrisi, redakan stress, kurangi gejala, dan perbaikan kualitas
hidup.
Pencernaan
43-4
o Lima kelas utama obat yang biasa digunakan untuk tritmen IBD:
aminosalicylates, antimicrobia, kortikosteroid, immunosuppressan, dan
terapi biologi dan target.
o Kolitis ulseratif dapat diobati dengan kolektomi total, karena kolon dan
rektum tidak dapat dipertahankan. Pembedahan merupakan cara terakhir
pada Crohns disease karena rerata kekambuhan tinggi dan risiko
berkembang menjadi short bowel syndrome.
o Indikasi pembedahan jika pasien dengan IBD gagal berespon terhadap
tritmen; eksaserbasi sering terjadi dan melemahkan; perdarahan masif,
perforasi, striktur,d an/atau terjadi obstruksi; perubahan jaringan
mendukung bahwa dysplasia sedang terjadi; atau berkembang menjadi
karsinoma.
Selama eksaserbasi akut IBD, asuhan keperawatan difokuskan pada stabilitas
hemodinamika, mengendalikan nyeri, keseimbangan cairan dan elektrolit, dan
dukungan nutrisi.
Perawat dan anggota tim yang lain dapat membantu pasien menerima kekronisan
IBD dan belajar strategi koping jika kambuh, sifat tidak pasti.
OBSTRUKSI USUS
Obstruksi usus terjadi dapat terjadi pada usus halus atau usus besar. Obstruksi usus
dapat dibagi menjadi parsial atau komplikata, simpel atau strangulata. Obstruksi
parsial biasanya pulih dengan tritmen konservatif dan obstruksi komplikata perlu
pembedahan.
Obstruksi simpel memiliki suplai darah utuh, dan pada strangulata tidak.
Obstruksi fisik (mekanikal) dapat dilihat, tetapi obstruksi yang disebabkan oleh
gangguan fungsi neuromuskuler atau suplai darah yang buruk ke usus tidak dapat
dilihat.
Usus yang terobstruksi menyebabkan retensi cairan dalam usus dan pada akhirnya
rongga peritoneum, dimana dapat mengakibatkan berkurangnya volume darah
sirkulasi diikuti oleh hipotensi dan shock hipovolemik.
Manifestasi klinik obstruksi usus bervariasi, tergantung kepada lokasi obstruksi,
dan termasuk mual, muntah, nyeri abdomen lokal parah, distensi abdomen,
ketidakmampuan mengeluarkan flatus, obstipasi, dan tanda dan gejala hipovolemia.
Jika obstruksi strangulata, jaringan mati dapat menjadi nekrosis dan sepsis, dan
bedah emergensi perlu agar pasien selamat.
Asuhan keperawatan pada pasien berkisar pada diagnosa keperawatan nyeri akut,
defisiensi volume cairan, dan ketidakseimbangan nutrisi, serta monitoring ketat
untuk mendeteksi kemungkinan shock hipovolemik atau septik.
POLIP USUS BESAR
Adenomatous polyp dicirikan oleh perubahan neoplastik dalam epithelium dan
berkaitan erat ke adenokarsinoma kolorektum.
Familial adenomatous polyposis (FAP) merupakan penyakit polip herediter paling
umum.
Pencernaan
43-5
KANKER KOLOREKTAL
Faktor risiko mayor kanker kolorektal (KK) meliputi bertambah usia, riwayat KK
personal atau famili, polip kolorektal, dan IBD. Faktor gaya hidup berasosiasi
dengan KK meliputi obesitas, merokok, alkohol, dan diet.
Gejala tidak tampak sampai tahap lanjut dan meliputi hematochezia, melena, nyeri
abdomen, dan/atau perubahan kebiasaan BAB. Gejala tampak lebih dahulu kanker
sisi kiri dibandingkan kanker sisi kanan.
Sebagian besar KK muncul dari polip adenomatosa. Sehingga deteksi awal dan
pengangkatan polip prakanker dapat mencegah KK lebih lanjut.
Mulai pada usia 50, baik laki-laki dan wanita berisiko sama berkembang KK
seharusnya tes skreening dikerjakan untuk mendeteksi polip dan kanker atau tes
hanya untuk mendeteksi kanker. Kolonoskopi merupakan gold standard untuk
skreening KK.
Prognosis KK dan tritmen berkorelasi dengan tahap penyakit. Tritmen meliputi
diangkat dengan endoskopi, diangkat dengan pembedahan saja, diangkat dengan
pembedahan plus kemoterapi, atau kemoterapi paliatif untuk KK yang tidak dapat
direseksi.
Tujuan perawatan pasien dengan KK meliputi pola eliminasi usus normal, kualitas
hidup wajar terhadap progresi penyakit, meredakan nyeri, dan merasakan nyaman
dan sejahtera.
Dukungan psikologis untuk pasien dengan KK dan keluarga sangat penting.
Periode pemulihan lama, dan kanker dapat kambuh kembali.
Bedah usus dapat mengganggu saraf dan suplai pembuluh darah ke genital. Terapi
radiasi, kemoterapi, dan obat juga dapat mengganggu fungsi seksual.
BEDAH OSTOMI
Ostomi adalah membuat lubang dengan pembedahan disebut stoma yang bisa
membuat isi usus keluar melalui jalan pintas ke lubang pada kulit abdomen. Ostomi
digunakan jika rute eliminasi normal tidak memungkinkan.
Dua aspek mayor asuhan keperawatan untuk pasien yang dilakukan bedah ostomi
adalah dukungan emosi karena pasien memiliki koping terhadap perubahan radikal
citra tubuh dan pendidikan kesehatan tentang berbagai aspek perawatan stoma dan
ostomi.
Asuhan keperawatan postoperasi meliputi pengkajian stoma dan penetapan sistem
kantongan yang tepat yang melindungi kulit dan berisi drainase dan bau.
Pasien seharusnya mampu melakukan penggantian kantong, melakukan perawatan
kulit dengan tepat, mengendalikan bau, perawat stoma, dan mengidentifikasi tanda
dan gejala komplikasi.
Pasien dengan ileostomy seharusnya diobservasi terhadap tanda dan gejala
ketidakseimbangan cairan dan elektrolit, terutama natrium, potassium, dan defisit
cairan.
Orang dengan stoma selalu perhatian tentang bagaimana stoma akan
mempengaruhi gaya hidupnya termasuk aktivitas yang berhubungan dengan
pekerjaan, makan, olah raga, seksual, dan tidur. Mereka ingin tahu bagaimana
mengelola gas dan bau badan, dan bagaimana memilih pakaian yang dapat
menyembunyikan stoma. Mereka perlu memutuskan kapan atau jika perlu
memberitahu orang lain tentang stoma.
Copyright 2014 by Prodi Keperawatan Purwokerto.
Pencernaan
43-6
Pencernaan
43-7
Gejala meliputi bloating, flatulans, nyeri abdomen kram, dan diarrhea, dimana
biasanya terjadi dalam setengah jam sampai beberapa jam setelah minum produk
susu.
Tritmen terdiri atas menghindari laktose dari diet dengan menghindari susu dan
produk susu/ atau terapi sulih laktase dengan produk yang tersedia secara
komersial.
Pencernaan
43-8
Anorectal abscesses merupakan kumpulan pus perianal akibat dari infeksi kelenjar
di anus.
Manifestasi meliputi nyeri dan pembengkakan lokal, drainase berbau busuk, teraba
lunak, dan demam.
Tritmen yang dilakukan yaitu mendrainase abscess. Setelah tindakan, pasien harus
diajarkan tentang perawatan luka, sitz baths, dan membersihkan sekitar area setelah
buang air besar.
Fistula Anal
Fistula anal adalah terowongan abnormal yang dimulai dari anus atau rektum,
sering menuju vagina, atau kulit disekitarnya. Hal ini sering disertai dengan infeksi
dan inkontinensia.
Fistula ditutup dengan pembedahan atau menggunakan lem fibrin. Asuhan
keperawatan postoperasi sama dengan hemorrhoid.
Kanker Anal
Kanker anal merupakan kejadian yang jarang pada populasi umum, tetapi insiden
terus meningkat. Human papillomavirus (HPV) diasosiasikan dengan sekitar 80
persen kanker anal.
Faktor risiko meliputi sering berganti pasangan seksual, genital warts, merokok,
seks anal, dan infeksi HIV.
Gejala awal paling sering yaitu perdarahan rektum. Gejala lain meliputi nyeri
rektum dan sensasi adanya massa di rektum. Beberapa pasien tidak memiliki gejala,
dimana menjadikan diagnosis dan tritmen terlambat.
Saat ini sebuah vaksin telah disetujui untuk pencegahan kanker anal dan berasosiasi
dengan lesi prekanker karena HPV tipe 6, 11, 16, dan 18 pada orang berusia 9
sampai 26 tahun.
Tritmen tergantung pada ukuran dan kedalaman lesi. Tritmen bervariasi dari ablasi
lokal sampai reseksi bedah.
Pilonidal Sinus
Sinus pilonidal adalah saluran kecil dibawah kulit antara bokong di dalam area
sacrococcygeal.
Asuhan keperawatan pada pasien dengan kista atau abses pilonidal termasuk
aplikasi uap hangat, lembab ketika ada abses.