Professional Documents
Culture Documents
Nama
: Rafida Mahmudah
NIM
: 135040101111256
Kelompok
Asisten
: Dewi Anggraeni
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Upaya peningkatan produksi khususnya padi, kini terus diupayakan petani
bersama pemerintah, guna memenuhi kebutuhan pangan masyarakat serta
ketahanan pangan nasional. Namun ada beberapa kendala yang terjadi di lapangan
yaitu adanya gangguan Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT), diantaranya
penggerek batang padi.
Penggerek Batang Padi merupakan salah satu Organisme Pengganggu
Tumbuhan (OPT) Utama pada tanaman padi. Beberapa musim yang lalu luas serta
intensitas serangan OPT tersebut selalu menunjukan angka tertinggi dibanding
dengan OPT utama lainnya.
Upaya pengendalian menggunakan pestisida sering dilakukan, namun tidak
dapat menyelesaikan dengan tuntas, bahkan sering terjadi masalah baru seperti
kerusakan ekosistem, matinya jasad bukan sasaran, terjadinya resistensi dan
resurgensi.
Dalam sistem pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT)
pemerintah telah mengeluarkan Inpres Nomor 3 Tahun 1985 tentang Pengendalian
Hama Terpadu (PHT) serta Undang-undang no 12 Tahun 1992. Tentang budidaya
tanaman yang menetapkan bahwa dalam pelaksanaan pengendalian OPT dilakukan
dengan sistem PHT.
Pengendalian Hama Terpadu (PHT) adalah suatu cara pengendalian yang
memadukan berbagai cara pengendalian yang diarahkan pada pendekatan yang
mengandalkan
peran
agroekosistem.
Dengan
konsep
berdasarkan
pada
lingkungan
dan
berkelanjutan.
Sasarannya
bukan
hanya
penggerek padi. Parasitoid tersebut akan bermanfaat bila digunakan sebagai agen
pengendalian biologis (Kamras dan Raros, 1968 ).
Trichogramma sp merupakan salah satu parasitoid telur penggerek batang padi,
keberadaan di lapangan selalu tersedia dan dapat berkembang sendiri, tetapi
perkembangannya sering terganggu oleh pemakaian pestisida, sehingga dalam
pemanfaatan parasitoid tersebut untuk keperluan pengendalian penggerek batang di
lapangan diperlukan campur tangan manusia (Reisig,1986).
Parasitoid ini termasuk Hymenoptera. Di Malaysia parasitoid ini telah berhasil
diperbanyak dengan menggunakan telur Sitotroga sp. Dan telah berhasil dilepas ke
lapangan untuk mengendaliakan hama Chilo dan Tryporyza. Tingkat parasitasi
parasitoid Trichogramma sp tehadap telur Chilo 5-9 kali lebih besar di bandingkan
dengan perlakuan control berdasarkan hasil pengamatan di lapangan, pelepasan
parasitoid tersebut menyebabkan tangkapan ngengat menurun dari 45% hingga
34% ( Vreden dan Achmadzabidi, 1986 ).
Persentase parasitasi Trichogramma sp terhadap telur penggerek batang padi
biasanya di bawah 10% dan jarang mencapai 30% (Vreden dan Achmad zabidi,
1986). Pada umumnya telur penggerek batang padi di jalur pantura yang diambil dari
lapangan terparasit oleh Trichogramma sp sekitar 20% (Baehaki, 1992). Melaporkan
bahwa parasitasi kelompok telur penggerek batang padi meningkat sejalan dengan
meningkatnya populasi penggerek batang padi. Parasitasi telur penggerek batang
padi generasi awal menunjukkan relatif tinggi yaitu di atas 10%, namun parasitasi
pada generasi ke tiga umumnya sangat rendah yaitu di bawah 5%. Melaporkan
bahwa tingkat parasitasi Trichogramma sp terhadap telur penggerek batang padi
kuning berkisar antara 7.1-14,0% (Mahrub, 1993).
Hasil pendahuluan, menunjukkan bahwa parasitoid telur penggerek batang padi
Trichogramma sp, mampu pula memparasitasi telur C. cephalonica. Mengingat
peranan parasitoid cukup penting dalam menekan perkembangan penggerek batang
padi, maka perlu di lakukan studi intensif mengenai teknik perbanyakan pada telur
C. cephalonica.
1.2 Tujuan
Tujuan dari pembuatna laporan praktikum teknologi produksi agen hayati ini
adalah sebagai berikut :
a. Untuk mengetahui hasil perbanyakan inang alternatif dari Trichogramma sp
dan
sekunder,
dimana
pathogen
dimasing-masing
inang
bisa
a. Alat
1. Kuas
: Untuk mengambil telur Corcyra chepalonica
2. Cawan Petri
: Sebagai wadah telur C. chepalonica
3. Timbangan
: Untuk menimbang dedak dan beras jagung
4. Oven
: Untuk mensterilkan pakan
5. Freezer
: Untuk menyimpan telur C. chepalonica
6. Toples plastik
: Sebagai wadah perbanyakan C. chepalonica
7. Kain kassa
: Untuk menutup toples plastic
8. Wrapping
: Untuk membungkus cawan petri
b. Bahan
1. Dedak
: Sebagai pakan tambahan C. chepalonica
2. Beras Jagung
: Sebagai pakan C. chepalonica
3. Serangga C. Cephalonica : Sebagai serangga yang diperbanyak
3.1.2 Pembuatan sangkar Perkawinan
a. Alat
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Pensil
Penggaris
Gunting
Pisau
Staples besar
Cawan petri
Fial film
b. Bahan:
1. Kertas karton
3. Tabung reaksi
telah
ditaburi telur C.chepalonica
4. Kain perca
: Untuk menutup tabung reaksi
5. Kertas label
: Untuk memberi label pada kertas pias
6. Telur C. cephalonica yang sudah steril : Sebagai spesimen
pengamatan
Masukkan telur C. cephalonica yang akan di perbanyak ke dalam toples, dan amati hingga
menjadi imago C. cephalonica
Telur C. cephalonica yang ada pada kain kasa di alas dan atas tabung disapu menggunakan
kuas dan ditampung ke bagian bawah (cawan Petri) alas tabung.
Telur yang telah ditampung di cawan Petri, dipisah yang bersih dan kotor, telur yang bersih
akan dipakai untuk perbanyakan C. cephalonica, sedangkan yang kotor dikembalikan ke
toples perbanyakan imago (imago bertelur 1 x 24 jam)
3.2.2
Lubang yang dibentuk di sisi tinggi tabung ditutup dengan fial film.
3.2.3
Perbanyakan Parasitoid
Gunting kertas karton dengan ukuran 1,5 x 7 cm.
3.3.1
Perbanyakan Parasitoid
Untuk perbanyakan parasitoid dipersiapkan kertas manila berukuran
1,5 x 7 cm. Lalu oleskan lem perekat kebagian tepi karton seluas 1,5 x 4 cm
lalu taburkan telur C. cephalonica yang sudah diberi lem perekat secara
merata di atasnya. Masukkan pada tabung reaksi sebanyak kurang lebih 5
pias dengan 1 pias yang sudah terparasit Trichogramma spp. setelah 3 4
hari telur inang terparasit akan berubah warna menjadi hitam kelabu. Apabila
telur C. cephalonica tidak terparasit akan menetas dan sebaiknya larva yang
baru menetas ddikeluarkan agar tidak memakan telur yang terparasit dan
kemudian pias siap disebarkan di lapangan.
3.3.4
3.3.6
3.3.8
cephalonica. C. cephalonica atau yang sering disebut dengan ulat beras digunakan
sebagai inang pengganti (alternatif) untuk perbanyakan massal Trichograma spp.
Karena mudah dikembangbiakkan menggunakan media yang mudah didapat yaitu
beras. Menurut Herlinda (2002) mengatakan bahwa inang pengganti harus
memenuhi syarat, yaitu mudah dipelihara dan disediakan di laboratorium. Selain itu,
pembiakan inang pengganti harus relatif lebih cepat dan murah dibanding dengan
pembiakan inang alami.
3.3.9
Inang pengganti di lapangan tidak diserang oleh parasitoid. Inang
pengganti yang umum digunakan untuk produksi masal parasitoid telur adalah
serangga yang hidup di gudang, seperti ulat beras, Corcyra chepalonica (Stainton)
(Lepidoptera: Pyralidae) (Alba, 1990; Herlinda, dkk. 1997; Djuwarso & Wikardi, 1999;
Herlinda, 1999; Herlinda, dkk. 1999).
3.3.10
Di Indonesia banyak penelitian menggunakan perbanyakan inang
alternative sebagai objek penelitiannya, salah satu yang paling sering digunakan
adalah C. cephalonica. Salah satu spesies serangga hama yang dapat digunakan
sebagai inang alternatif dan telah banyak digunakan di Indonesia adalah C.
cephalonica (Strong et a1.,1968 dalam Alba, 1989).
3.3.11
Hasil yang diperoleh pada praktikum C2 menghasilkan kurang lebih
100-150 telur C. cephalonica perhari nya. Sebagai inang pengganti, C. cephalonica
memiliki beberapa kelebihan dibanding dengan spesies serangga gudang lainnya,
seperti mudah didapatkan dari berbagai macam bahan simpanan lokal, seperti padi,
beras, terigu, tepung jagung, dan dedak. Serangga ini mudah dan murah dibiakkan
di laboratorium. Ukurannya telurnya cukup besar sehingga nutrisi yang dibutuhkan
3.3.14
3.3.15
3.3.17
Trichogramma
3.3.16
Hasil dari perbanyakan yang telah dilakukan oleh kelompok C2
sp.
termasuk
famili
Trichogrammatidae,
ordo
Hymenoptera.
(Kalshoven 1981). Diketahui tidak kurang dari 100 spesies parasitoid termasuk famili
Tricogrammatidae. Umumnya berupa serangga dengan ukuran tubuh sangat kecil
(0,4-0,69 mm) dan hidup sebagai parasitoid telur khususnya serangga dari ordo
Lepidoptera (Nishida dan Torii 1970).
3.3.18
Pengendalian Hama
Terpadu
(PHT)
sangat
mengutamakan
praktikum
teknologi
produksi
agen
hayati
pada
perbanyakan inang parasitoid inang yang digunakan dalam percobaan ini adalah
telur Corcyra cephalonica. C. cephalonica atau yang sering disebut dengan ulat
beras/ulat
gudang
digunakan
sebagai
inang
pengganti
(alternatif)
untuk
pelaksanaan praktikum dapat jelas dan materi yang disampaikan harus lebih
diperjelas. Semoga praktikum TPAH untuk kedepannya
semakin baik.
dapat
terus menjadi
Parasitoid.
http://aqwy
Hal.17.1-8.
Dalam
bactrae
bactrae
yang
ramah
lingkungan
untuk
Peran Ilmu
3.3.47 LAMPIRAN
3.3.48 Dokumentasi Cara Kerja dan Hasil Praktikum
3.3.49
3.3.50
3.3.51