Professional Documents
Culture Documents
Oleh :
Fadhli Rahman
G99152013
Adhizti N E N
G99152014
Rizki Febriawan
G99152015
Ria Tustina H
G99152016
Annisa Pertiwi
G99152017
M Yusuf Karim
G99152018
Pembimbing:
dr. Subandi, Sp.S, FINS
KEPANITERAAN KLINIK SMF ILMU PENYAKIT SYARAF
FAKULTAS KEDOKTERAN UNS / RSUD Dr. MOEWARDI
SURAKARTA
2016
arteri
carotis
interna
(internal
carotid
artery/ICA)
(CT) angiography
dilakukan
untuk
membantu
memastikan
Scientific,
Natick,
Massachusetts,
USA)
dan
Transcend
14
Gambar4.EmbolisasipostcoilangiogrampadaICAsinistramenunjukkan
okulusitotaldaripseudoaneurisme
5
Diskusi
Hanya 3%-5% dari semua aneurisme intrakranial berasal dari ICA
cavernosa (4). Sebagian besar kasus-kasus ini dikaitkan trauma, dengan tingkat
kematian terkait mencapai 50% (5). Defek dinding pembuluh darah yang
diinduksi trauma dengan adanya tekanan arteri konstan akan menghasilkan diseksi
dalam
darah
ke
lingkungan
dan
membentuk
kantung
perfusi
(yaitu
awal
yang
diperlukan
untuk
memberi
kesan
kemungkinan
pseudoaneurisma ICA.
pendekatan
teknis
telah
dianjurkan
untuk
penanganan
mendukung mesh coil (13). Pasien kami tetap asimtomatik satu tahun paska
embolisasi. Penempatan stent yang baik dapat mempertahankan arteri proksimal.
Namun, di beberapa pseudoaneurisma yang kompleks dan anatomi ICA yang
sulit, oklusi pembuluh darah proksimal merupakan alternatif yang dapat diterima.
Penempatan coiling atau detachable balloon endosakular dilaporkan cukup aman
dan berhasil pada okluding pseudoaneurisma dengan mempertahankan arteri
proksimal (13,14). Kami percaya bahwa coil embolisation dari saccus aneurisma
memiliki keuntungan lebih banyak daripada balloon embolisation dalam kasus
kami. Coils dapat menyerap kekuatan hemodinamik yang disebabkan oleh pulsatil
aliran darah yang lebih baik dari balon yang lebih kaku yang dapat meningkatkan
tekanan pada dinding pseudoaneurisma tersebut (13). Baru-baru ini, stent graft
telah berhasil digunakan untuk mengobati ICA pseudoaneurisma (15). Sekarang
teknologi endovaskular termasuk penggunaan stent yang dapat mempertahankan
arteri proksimal dengan salah satu pemasangan stent atau penggunaan stent dan
detachable coils bersamaan untuk pengobatan wide-necked pseudoaneurisma,
yang tidak dapat dilakukan dengan coil embolisation. Namun, ada kelemahan
untuk pengenalan stent endovaskular, khususnya di pasien kami, seperti
penggunaannya yang dapat meningkatkan risiko cedera tambahan pada dinding
pembuluh darah dan dapat mengakibatkan stent thrombosis. Stent relatif tidak
fleksibel setelah pemasangan dan dapat menimbulkan kemungkinan komplikasi,
seperti diseksi atau delayed intima hiperplasia, terutama ketika digunakan di
segmen tortuous arteri.
Singkatnya, meskipun pseudoaneurisma intrakavernous sangat jarang
terjadi pada kasus isolated fraktur sphenoid, tetapi tetap harus dipertimbangkan
dalam diagnosis banding ketika pasien memiliki epistaksis refraktori dengan
riwayat trauma kepala. Lesi ini berpotensi lethal sehingga deteksi dini dan terapi
endovaskular merupakan prosedur yang sangat penting. Kasus ini menunjukkan
bahwa ICA pseudoaneurisma dapat dengan aman dan efektif diobati melalui
coiling, dengan mempertimbangkan lokasi anatomi pseudoaneurisma dan waktu
perawatan.
DAFTAR PUSTAKA
1. Elahi MM, Parnes LS, Fox AJ, Pelz DM, Lee DH. Therapeutic embolization
in the treatment of intractable epistaxis. Arch Otolaryngol Head Neck Surg
1995; 121:65-9.
2. Chen D, Concus AP, Halbach VV, Cheung SW. Epistaxis originating from
traumatic pseudoaneurysm of the internal carotid artery: diagnosis and
endovascular therapy. Laryngoscope 1998; 108:326-31.
3. Juselius H. Epistaxis. A clinical study of 1,724 patients. J Laryngol Otol
1974; 88:317-27.
4. Bars HW, Blackwood W, Meadows SP. Intracavernous carotid aneurysms. A
clinical-pathological report. Brain 1971; 94:607-22.
5. Wang AN, Winfield JA, Ger G. Traumatic internal carotid aneurysm with
rupture into the sphenoid sinus. Surg Neurol 1986; 25:77-81.
6. Bhatoe HS, Suryanarayana KV, Gill HS. Recurrent massive epistaxis due to
traumatic intracavernous internal carotid artery aneurysm. J Laryngol Otol
1995; 109:650-2.
7. Chandy MJ, Rajshekhar V. Nontraumatic intracavernous carotid aneurysm
presenting with epistaxis. J Laryngol Otol 1989; 103:425-6.
8. Renn WH, Rhoton AL Jr. Microsurgical anatomy of the sellar region. J
Neurosurg 1975; 43:288-98.
9. Chambers EF, Rosenblum AE, Norman D, Newton TH. Traumatic aneurysms
of cavernous internal carotid artery with secondary epistaxis. Am J
Neuroradiol 1981; 2:405-9.
10. Kim JY, Farkas J, Putman CM, Varvares M. Paraclinoid internal carotid artery
aneurysm presenting as massive epistaxis. Ann Otol Rhinol Laryngol 2000;
109:782-6.
11. Mathis JM, Barr JD, Jungreis CA, et al. Temporary balloon test occlusion of
the internal carotid artery: experience in 500 cases. Am J Neuroradiol 1995;
16:749-54.
12. de Vries EJ, Sekhar LN, Horton JA, et al. A new method to predict safe
resection of the internal carotid artery. Laryngoscope 1990; 100:85-8. 13.
Lempert TE, Halbach VV, Higashida RT, et al. Endovascular treatment of
pseudoaneurysms with electrolytically detachable coils. AJNR Am J
10
13. Lempert TE, Halbach VV, Higashida RT, et al. Endovascular treatment of
pseudoaneurysms with electrolytically detachable coils. AJNR Am
JNeuroradiol 1998; 19:907-11.
14. Tantana S, Pilla TJ, Awwad EE, Smith KR. Balloon embolization of a
traumatic carotid-ophthalmic pseudoaneurysm with control of the epistaxis
and preservation of the internal carotid artery. AJNR Am J Neuroradiol 1987;
8:923-4.
15. Maras D, Lioupis C, Magoufis G, et al. Covered stent-graft treatment of
traumatic internal carotid pseudoaneurysms: a review. Cardiovasc Intervent
Radiol 2006; 29:958-68.
11