You are on page 1of 10

Intravesical migration of an intrauterine contraceptive device complicated by bladder stone: a

case report
I Dewa Gede Reza Sanjaya 1, Fikri Rizadi1, Lukman Hakim1, Candra Dwi Kusuma Wijaya 2, Kristianto
Budi Laksono2
1. Urology Departement Airlangga University, Surabaya, Indonesia
2. Sidoarjo General Hospital, Sidoarjo, Indonesia
Abstract
Background : Intrauterine contraceptives devices have been in use for many years and the most
popular method of reversible contraception in developing countries due to its efficiency and low cost.
However, this device is often inserted by paramedics of variable skills, and follow-up evaluations are
irregular or absent which can be the source of major complications. Although perforation of the uterus
by an intrauterine device is not uncommon, intravesical migration with secondary stone formation is a
rare complication. In this report, we present a case of an intrauterine contraceptive device migration
into the urinary bladder complicated by bladder stone of a 34 year old at the Sidoarjo General
Hospital, Sidoarjo, Indonesia.
Case Report: A 34-year-old woman presented with presented with irritative voiding symptoms, supra
pubic pain and hematuria for 4 months but she did not receive any treatment for these symptoms. She
had an IUCD inserted by a midwife 9 years ago. She had not attended any follow-up visits after the
implantation of the device. She did not receive annual gynaecological exams and had one unattended
labours without IUCD removal. Two years later, she delivered a child without the removal of the
device. Her pregnancy was not medically followed up, and she did not give any mention of the
already existing contraceptive device to the midwife who was following up her in a primary care
health unit. Four months after labour she inserted an IUCD by midwife. A plain film of the kidney,
ureter and bladder revealed that she had a two T-shaped IUCD with the one IUCD in a proper position
and the other IUCD had a 2-cm stone developed on its long arm. On cystoscopy, one arm of the IUCD
emerged in the bladder lumen at the posterior of the bladder with intact bladder mucosa. The stone
was fragmented endoscopically using a lithotripter and the IUCD was completely extracted.
Postoperative course was uneventful.
Keyword: Intrauterine contraceptive device, bladder, migration, stone

Migrasi AKDR ke Buli dengan Komplikasi Batu Buli: Laporan Kasus


I Dewa Gede Reza Sanjaya 1, Candra Dwi Kusuma Wijaya 2, Kristianto Budi Laksono2, Fikri Rizadi1,
Lukman Hakim1.
3. Urology Departement Airlangga University, Surabaya, Indonesia
4. Sidoarjo General Hospital, Sidoarjo, Indonesia

ABSTRAK
Pendahuluan : Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) merupakan metode kontrasepsi wanita yang
reversibel dan populer digunakan selama lebih dari 3 dekade oleh wanita di seluruh dunia karena
efektivitas, aman, murah dan telah digunakan. Pemakaian alat kontrasepsi ini terkadang dikerjakan
oleh tenaga paramedis dengan keterampilan yang bervariasi dan evaluasi paska pemasangan yang
tidak teratur atau bahkan tanpa evaluasi sehingga mengakibatkan timbulnya komplikasi. Insiden
perforasi uterus dilaporkan 1.6 insiden per 1000 pemasangan. Migrasi AKDR ke intravesika dengan
komplikasi batu buli buli merupakan kasus yang jarang terjadi. Kami melaporkan sebuah kasus
seorang wanita berusia 34 tahun dengan migrasi AKDR ke intravesika dengan komplikasi batu bulibuli di RSUD Sidoarjo, Sidoarjo, Indonesia.
Laporan Kasus: Seorang wanita usia 34 tahun dengan keluhan nyeri saat kencing yang berulang,
nyeri suprapubik dan hematuria selama 4 bulan. Pasien dengan riwayat pemasangan alat kontrasepsi
dalam rahim (AKDR) yang dilakukan oleh bidan 9 tahun yang lalu dan tidak pernah kontrol setelah
pemasangan AKDR. Pasien tidak rutin melakukan pemeriksaan ginekologis dan menjalani satu kali
persalinan tanpa pelepasan AKDR. Dua tahun kemudian pasien menjalani persalinan tanpa pelepasan
AKDR. Empat bulan paska persalinan pasien memasang AKDR kembali oleh bidan, dan pasien tidak
pernah menyebutkan bahwa pasien telah terpasang AKDR sebelumnya. Pada pemeriksaaan fisik
benang dari AKDR tidak dapat terdeteksi. Foto polos abdomen menunjukkan adanya gambaran 2
AKDR dengan 1 dalam posisi baik dan satu AKDR lainnya tampak adanya bayangan radioopak
sepanjang lengan AKDR yaitu 2 cm. Pemeriksaan ultrasonografi menunjukkan adanya batu buli-buli.
Pada sistoskopi didapatkan bagian ekor AKDR menembus mukosa buli-buli dan tertanam di bagian
dinding posterior buli-buli. Dilakukan vesicolithotripsi dan ekstraksi batu secara lengkap beserta
AKDR dengan menggunakan forceps. Evaluasi paska operasi memberikan hasil yang memuaskan.
Kata Kunci: Alat kontrasepsi dalam rahim, buli-buli, migrasi, batu.

Laporan Kasus
Migrasi AKDR ke Buli dengan Komplikasi Batu Buli: Laporan
Kasus

Oleh:
dr. I Dewa Gede Reza Sanjaya

Pembimbing:
dr. Fikri Rizaldi Sp.U
dr. Lukman Hakim MARS, Sp.U, PhD

PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS-I (PPDS) UROLOGI


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS AIRLANGGA /
RSUD Dr. SOETOMO SURABAYA NOVEMBER 2016

Pendahuluan
Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) merupakan metode kontrasepi yang reversibel dan populer
karena efektivitas, aman, murah dan telah digunakan hampir lebih dari 3 dekade oleh wanita di
seluruh dunia. Banyak komplikasi yang terjadi, termasuk disuria, nyeri suprapubik, infeksi saluran
kemih berulang, hematuria, iritasi saluran kemih, dismenore, hypermenorrhea, infeksi panggul,
kehamilan, aborsi spontan, ruptur uterus, dan beberapa didapatkan migrasi ke organ lainnya seperti
migrasi ke pelvis atau ke dalam organ abdomen. Insiden perforasi perforasi uterus dilaporkan 1.6
insiden per 1000 pemasangan. Migrasi Alat Kontrasepsi Dalam Rahim ke intravesika jarang terjadi
dan menimbulkan komplikasi sebagai batu buli. Literatur menyebutkan sebanyak 40 kasus migrasi
AKDR ke buli-buli selama 10 tahun terakhir. Kami akan menyajikan sebuah kasus batu buli yang
disebabkan migrasi AKDR ke dalam buli yang menimbulkan keluhan lower urinary tract symptoms.
Presentasi Kasus
Seorang wanita 34 tahun datang ke poliklinik Urologi RSUD Sidoarjo dengan keluhan nyeri saat
kencing yang berulang, nyeri supra pubik dan hematuria sejak 4 bulan. Nyeri juga dirasakan saat
berhubungan seksual. Pasien memasang alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR) pertama tahun 2007 di
bidan dan pasien tidak pernah memeriksakan diri kembali. Tahun 2009 pasien melahirkan anak ketiga
dan 4 bulan setelah partus dilakukan pemasangan alat kontrasepsi dalam rahim kembali di bidan.
Setelah hampir kurang lebih 7 tahun berselang, pasien datang dengan keluhan nyeri kencing dan nyeri
saat berhubungan seksual, dilakukan pemeriksaan oleh ahli ginekologis benang dari AKDR tidak
dapat dideteksi dan dari gambaran USG terdapat gambaran batu di intravesika. Dilakukan
pemeriksaan foto polos abdomen (gambar 1) dan ultrasonografi abdomen (gambar 2)

Gambar 1. AKDR terpasang baik, terdapat corpal pada cavum pelvis menyerupai gambaran AKDR
yang mengalami enkrustasi.
Pada gambaran foto polos abdomen didapatkan AKDR terpasang baik, terdapat korpal yang
menyerupai AKDR dan sudah mengalami enckustasi di kavum pelvis. Gambaran ultrasonografi
menunjukkan gambaran batu di intravesika dan ginjal kanan maupun kiri tidak tampak kelainan.

Gambar 2. Menunjukkan gambaran batu di intravesika dan kedua ginjal tampak normal tak tampak
kelainan.

Gambar 3. Sistoskopi didapatkan bagian ekor dan kepala AKDR yang berpenetrasi ke bagian mukosa
kandung kemih dan tertanam di bagian posterior vesika
Pada Evaluasi sistoskopi didapatkan bagian ekor dan kepala AKDR yang berpenetrasi ke bagian
mukosa vesika dan tertanam di bagian posterior vesika dan sudah mengalami enkrustasi, dilakukan
vesikolithotripsi pada bagian yang mengalami enkrustasi (Gambar 3).

Gambar 4. Hasil AKDR yang berhasil diangkat dengan menggunakan forceps


Bagian ekor dari AKDR yang telah dilakukan lithotripsi diambil dengan menggunakan forceps,
kemudian dengan mudah seluruh bagian ditarik dari kandung kemih dan dibawa keluar oleh forceps.
Operasi berjalan dengan lancar tanpa didapatkan komplikasi setelah operasi.

Pembahasan
Alat kontrasepsi dalam Rahim merupakan metode kontrasepsi reversible yang populer dan telah
digunakan hampir lebih dari 3 dekade oleh wanita di seluruh dunia karena efektivitas, aman dan
murah. Di Negara berkembang, seringkali pemasangan AKDR dikerjakan oleh tenaga paramedis
dengan keterampilan yang beragam dan evaluasi paska pemasangan seringkali tidak teratur atau
bahkan tidak sama sekali seperti kasus yang kami laporkan.
Salah satu komplikasi AKDR meskipun jarang adalah perforasi ke pelvis ataupun kavum abdomen.
Lokasi yang mungkin sebagai migrasi AKDR adalah omentum, kolon rectosigmoid, peritoneum,
kandung kemih, appendiks, usus kecil, adneksa dan vena iliaka. 4 Data yang dilaporkan oleh Kassab
dan Audra dari total 165 kasus migrasi AKDR, hanya 23 kasus yang migrasi ke buli-buli (14%).
Ozcelik dan Istanbulluoglu menyebutkan hingga saat ini, didapatkan 100 kasus perforasi AKDR ke
buli-buli yang telah dilaporkan dan separuhnya terbentuk batu buli-buli. Kebanyakan perforasi AKDR
dapat didiagnosis saat pemasangan (86% dari semua kasus), dan sisanya didiagnosis beberapa tahun
setelah pemasangan AKDR. 5
Mekanisme terjadinya migrasi AKDR masih belum diketahui dengan pasti. 2 Penyebab dari perforasi
sangat bervariasi, tipe dari AKDR, kesalahan teknik pemasangan, pengalaman yang kurang dari
operator, bentuk sistem anatomi reproduksi wanita seperti posisi uterus posterior yang ekstrim. 3
Perforasi sekunder dapat terjadi karena migrasi secara perlahan melalui miometrium yang semakin
meningkat dengan kontraksi spontan dari uterus. Pada kasus ini, migrasi ke buli buli merupakan
suatu proses yang progresif dan didukung oleh adanya reaksi inflamasi endometrium dan enzim yang
di rangsang oleh AKDR copper T. AKDR yang tertanam di miometrium dan mengalami migrasi
keluar dari uterus diyakini telah terjadi kerusakan pada dinding uterus. Itulah sebabnya masalah teknis
dalam pemasangan AKDR harus selalu dicurigai pada kasus ini.
Kehamilan dengan AKDR yang masih terpasang sangat besar resiko untuk terjadinya perforasi uterus
dan mengalami migrasi. AKDR yang migrasi ke buli-buli paling sering berlokasi di dinding maupun
lumen buli-buli. Benda asing di dalam buli sebagai nidus untuk terbentuknya batu. Batu karena benda

asing kebanyakan terdiri atas gabungan struvite dan cabonate apetite, dimana merupakan komponen
dari batu infeksi.6 Laporan tentang perforasi AKDR ke dalam buli kebanyakan adalah jenis Copper T
dan Lippes Loop.7 Batu buli pada wanita muda relatif tidak biasa, biasanya terjadi pembentukkan batu
disekitar AKDR yang bermigrasi. 8 Derajat dan jumlah pembentukkan batu tergantung pada lamanya
paparan dari AKDR di buli.9 Pembentukan batu tercepat yang dilaporkan pada salah satu jurnal yaitu
6 bulan setelah terjadinya perforasi.10
Pasien dengan migrasi AKDR ke buli-buli seringkali menimbulkan gejala infeksi saluran kemih.
Disuria, nyeri suprapubik, hematuria nyeri panggul kronis merupakan gejala klinis yang ditimbulkan
oleh migrasi AKDR ke buli-buli. Adanya gejala tersebut dengan riwayat pemasangan AKDR
mengindikasikan telah terjadi migrasi. Pada kasus ini pasien mengeluh frekuensi, nyeri suprapubik
dan hematuria tanpa disertai adanya infeksi saluran kemih.
Pemeriksaan penunjang Ultrasonografi adalah yang terbaik digunakan saat hilangnya AKDR dari
uterus. Adanya gambaran batu pada foto polos abdomen dengan tidak didapatkan adanya AKDR pada
pemeriksaan fisik semakin meningkatkan kecurigaan terhadap migrasi ke buli-buli.

12

Migrasi parsial

pada buli-buli sulit dibedakan dengan hanya menggunakan Ultrasonografi saja. Sistoskopi merupakan
sarana yang optimal dalam mendiagnosis dan tatalaksana AKDR yang bermigrasi ke buli. 5,12
Sistoskopi merupakan tindakan dengan morbiditas rendah dan sangat efektif. Vesicolithotripsi dan
ekstraksi AKDR dilakukan dengan mudah pada kasus ini, karena AKDR mengalami migrasi parsial
ke mukosa buli-buli. Evaluasi paska operasi memberikan hasil yang memuaskan.
Kesimpulan
Adanyakeluhan lowerurinarytractsymptoms denganriwayatpemasanganalatkontrasepsidalam
rahimdapatdicurigaisebagaimigrasialatkontrasepsidalamrahimkebulibuli.Pemeriksaanfoto
polos abdomen dan ultrasonografi dapat membantu menegakkan diagnosa. Sistoskopi merupakan
saranadiagnostikdantatalaksanayangtepatpadapasienini.

DAFTAR PUSTAKA
1. Gyasi-Sarpong CK, Maison manu PO, Morhe Emmanuel, et al. Intravesical Migration of an
intrauterine device. BioMedCentral 2016;9(4):1-3
2. Tosun Migraci, Celik Handan, Yavuz Erhan, et al. Intravesical migration of an intrauterine
device detected in a pregnant woman. CUAJ 2010;4(5):141-143
3. Dimitropoulos K, Skriapas K, Karvounis G, et al. Intrauterine device migration to the urinary
bladder causing sexual dysfunction: a case report. HIPPOKRATIA 2016;20(1): 70-72
4. Esfahani MR, Abdar A. Case report: Unusual Migration of Intrauterine Device into Bladder
and Calculus Formation. Urol J (Tehran) 2007;4:49-51
5. Nouira Yassine, Rakrouki Salah, Gargouri Mourad, et al. Intravesical migration of an
intrauterine contraceptive device complicated by bladder stone: a report of six cases. Int
Urogynecol J (2007) 18:575578
6. Vermeulecn W, Grove WJ, Goetz R, et al. Experimental urolithiasis. Development of calculi
upon foreign bodies surgically introduced into bladders of rats. J Urol. 1950;64:541-548
7. Rafque, M. Rauf, N. Khan, A., Haque, T.U. An unusual cause of vesical stone: a migrant
intrauterine device. The Eur J of Contraception and Reprod. Health Care 2003; 8:170-172
8. Atakan H. Kaplan M, Ertrk E. Intravesical migration of intrauterine device resulting in stone
formation. Urology 2002; 60(5):911
9. Zakin, David. Perforation of the Bladder by the Intrauterine Device . Obstetrical Gynecolo
Surv 1984;39(2):59-66.
10. Zakin, David. Perforation of the Bladder by the Intrauterine Device . Obstetrical Gynecolo
Surv 1984;39(2):59-66.

11. Ozcelik B, Serin IS, Basbus M, et al. Differential diagnosis of intrauterine device migrating to
bladder using radiographic image of calculus formation and review of literature. Eur J Obstet
Reprod Biol 2003;108:94-7
12. Mahmutyazicioglu K, Ozdemir H, Ozkan P (2002) Migration of an intrauterine contraceptive
device to the urinary bladder: sonographic findings. J Clin Ultrasound 30:496498

You might also like