Professional Documents
Culture Documents
Appendisitis
1. Pengertian
2. Klasifikasi
5. Patofisiologi
Penyebab utama appendiksitis adalah obstuksi
penyumbatan yang dapat disebabkan oleh
hiperplasia dari polikel lympoid merupakan
penyebab terbanyak adanya fekalit dalam lumen
appendik.Adanya benda asing seperti :
cacing,striktur karenan fibrosis akibat adanya
peradangan sebelunnya.Sebab lain misalnya :
keganasan (Karsinoma Karsinoid).
Obsrtuksi apendiks itu menyebabkan mukus yang
diproduksi mukosa terbendung, makin lama mukus
yang terbendung makin banyak dan menekan
dinding appendiks oedem serta merangsang tunika
serosa dan peritonium viseral. Oleh karena itu
persarafan appendiks sama dengan usus yaitu
torakal X maka rangsangan itu dirasakan sebagai
rasa sakit disekitar umblikus.
Mukus yang terkumpul itu lalu terinfeksi oleh
bakteri menjadi nanah, kemudian timbul gangguan
aliran vena, sedangkan arteri belum terganggu,
peradangan yang timbul meluas dan mengenai
peritomium parietal setempat, sehingga
menimbulkan rasa sakit dikanan bawah, keadaan ini
disebut dengan appendisitis supuratif akut.
Bila kemudian aliran arteri terganggu maka timbul
alergen dan ini disebut dengan appendisitis
gangrenosa. Bila dinding apendiks yang telah akut
itu pecah, dinamakan appendisitis perforasi.
Bila omentum usus yang berdekatan dapat
mengelilingi apendiks yang meradang atau perforasi
akan timbul suatu masa lokal, keadaan ini disebut
sebagai appendisitis abses. Pada anak anak karena
omentum masih pendek dan tipis, apendiks yang
relatif lebih panjang , dinding apendiks yang lebih
tipis dan daya tahan tubuh yang masih kurang,
demikian juga pada orang tua karena telah ada
gangguan pembuluh darah, maka perforasi terjadi
lebih cepat. Bila appendisitis infiltrat ini
menyembuh dan kemudian gejalanya hilang timbul
dikemudian hari maka terjadi appendisitis kronis
(Junaidi ; 1982).
6. Komplikasi
Perforasi dengan pembentukan abses
Peritonitis generalisata.
Pieloflebitis dan abses hati, tapi jarang.
7. Pencegahan
Sistem kardiovaskuler :
Untuk mengetahui tandatanda vital, ada tidaknya
distensi vena jugularis, pucat,
edema, dan kelainan bunyi
jantung.
Sistem hematologi : Untuk
mengetahui ada tidaknya
peningkatan leukosit yang
merupakan tanda adanya
infeksi dan pendarahan,
mimisan splenomegali.
Sistem urogenital : Ada
tidaknya ketegangan kandung
kemih dan keluhan sakit
pinggang.
Sistem muskuloskeletal :
Untuk mengetahui ada
tidaknya kesulitan dalam
pergerakkan, sakit pada
tulang, sendi dan terdapat
fraktur atau tidak.
Sistem kekebalan tubuh :
Untuk mengetahui ada
tidaknya pembesaran kelenjar
getah bening.
4. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan darah rutin :
untuk mengetahui adanya
peningkatan leukosit yang
merupakan tanda adanya
infeksi.
Pemeriksaan foto abdomen :
untuk mengetahui adanya
komplikasi pasca
pembedahan.
Diagnosa Keperawatan 1. :
Nyeri berhubungan dengan luka insisi pada daerah
mesial abdomen post operasi appendiktomi
Tujuan
Nyeri berkurang / hilang dengan
Kriteria Hasil :
Tampak rilek dan dapat tidur dengan tepat.
Intervensi
Kaji skala nyeri lokasi, karakteristik dan
laporkan perubahan nyeri dengan tepat.
Pertahankan istirahat dengan posisi semi
powler.
Dorong ambulasi dini.
Berikan aktivitas hiburan.
Kolborasi tim dokter dalam pemberian
analgetika.
Rasional
1. Berguna dalam pengawasan dan
keefesien obat, kemajuan
penyembuhan,perubahan dan
karakteristik nyeri.
2. Menghilangkan tegangan abdomen yang
bertambah dengan posisi terlentang.
3. Meningkatkan kormolisasi fungsi organ.
4. meningkatkan relaksasi.
5. Menghilangkan nyeri.
Diagnosa Keperawatan 2. :
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan
pembatasan gerak skunder terhadap nyeri
Tujuan
Toleransi aktivitas
Kriteria Hasil :
Klien dapat bergerak tanpa pembatasan
Tidak berhati-hati dalam bergerak.
Intervensi
catat respon emosi terhadap mobilitas.
Berikan aktivitas sesuai dengan keadaan
klien.
Berikan klien untuk latihan gerakan
gerak pasif dan aktif.
Bantu klien dalam melakukan aktivitas
yang memberatkan.
Rasional
memperbesar kegelisahan.
2. Meningkatkan kormolitas organ sesuiai
memperparah keadaan.
Diagnosa Keperawatan 3. :
Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan prosedur
invasive appendiktomi
Tujuan
Infeksi tidak terjadi
Kriteria Hasil :
Tidak terdapat tanda-tanda infeksi dan peradangan
Intervensi
Ukur tanda-tanda vital
Observasi tanda-tanda infeksi
Lakukan perawatan luka dengan
menggunakan teknik septik dan aseptik
Observasi luka insisi
Rasional
1. Untuk mendeteksi secara dini gejala
awal terjadinya infeksi
2. Deteksi dini terhadap infeksi akan
mudah
3. Menurunkan terjadinya resiko infeksi
dan penyebaran bakteri.
4. Memberikan deteksi dini terhadap
infeksi dan perkembangan luka.
Diagnosa Keperawatan 4. :
Resiko kekurangan volume cairan berhubungna
dengan pembatasan pemasuka n cairan secara oral
Tujuan
Intervensi
Ukur dan catat intake dan output cairan
tubuh
Awasi vital sign: Evaluasi nadi,
pengisian kapiler, turgor kulit dan
membran mukosa
Kolaborasi dengan tim dokter untuk
pemberian cairan intra vena
Rasional
1. Dokumentasi yang akurat akan
membantu dalam mengidentifikasi
pengeluaran cairan atau kebutuhan
pengganti.
2. Indikator hidrasi volume cairan sirkulasi
dan kebutuhan intervensi
3. Mempertahankan volume sirkulasi bila
pemasukan oral tidak cukup dan
meningkatkan fungsi ginjal
Daftar Pustaka
1. Barbara Engram, Askep Medikal Bedah,
Volume 2, EGC, Jakarta.
2. Carpenito, Linda Jual, Diagnosa
Keperawatan, Edisi 8, EGC, 2000,
Jakarta.
3. Doenges, Marlynn, E, Rencana Asuhan
Keperawatan, Edisi III, EGC, 2000,
Jakarta.
4. Elizabeth, J, Corwin, Biku saku
Fatofisiologi, EGC, Jakarta.
5. Ester, Monica, SKp, Keperawatan
Medikal Bedah (Pendekatan
Gastrointestinal), EGC, Jakarta.
6. Peter, M, Nowschhenson, Segi Praktis
Ilmu Bedah untuk Pemula. Bina Aksara
Jakarta