You are on page 1of 3

1.

Anatomi dan fisiologi kandung empedu


a. Anatomi kandung empedu
Kandung empedu merupakan sebuah pir yang terletak pada permukaan inferior dari
hati pada garis yang memisahkan lobus hepatis dextra da lobus hepatis sinistra yang
disebut fossa kandung empedu. Ukuran kandung empedu pada manusia normal
sekitar 7 cm sampai 10 cm dengan kapasitas kurang lebih 30 ml. kandung empedu
terletak di belakang heppar dan digantung oleh jaringan ikat longgar yang
mengandung vena dan saluran limfe yang menghubungkan kandung empedu dengan
hati. Bagian-bagian yang ada pada kandung empedu diantaranya fundus, corpus, dan
collum vesica biliaris (Avunduk, 2002).
Empedu yang telah dihasilkan oleh heppar nantinya akan melewati ductus atau
saluran yaitu berawal dari ductus hepatica dextra dan sinistra, kemudian berlanjut ke
ductus hepatica communis. Kemudian ductus yang langsung bertemu dengan collum
vesica vellea yaitu ductus cysticus. Ductus cysticus nantinya bergabung dengan
ductus hepatica communis nantinya menjadi ductus choledocus. Ductus choledocus
nantinya akan mengalirkan cairan empedu ke duodenum bersama ductus pancreaticus
wirsungi melalui ampulla hepatopancreatica dan nantinya akan bermuara di papilla
duodeni mayor.
Suplai darah ke kandung empedu biasanya melalui asteri cystica yang berasal dari
arteri hepatica dextra. Sedangkan untuk aliran vena pada kandung empedu biasanya
langsung berhubungan dengan vena-vena kecil. Vena tersebut nantinya akan melalui
permukaan kandung empedu langsung ke hati dan bergabung dengan vena kolateral
dari saluran empedu bersama dan akhirnya menuju vena portal. Aliran life dari
kandung empedu hamper menyerupai dengan aliran limfanya. Kandung empedu
diinervasi oleh saraf preganglionik simpatetik yang berasal dari T8 dan T9. Saraf
postganglionic simpatetik berasal dari plexus seliaka dan berjaan bersama arteri
hepatik dan vena portal menuju kandung empedu. Sedangkan saraf parasimpatik
berasal dari nervus vagus.
b. Fisiologi kandung empedu
Kandung empedu memiliki fungsi sebagai berikut, diantaranya :
- Menyimpan dan mengkonsentrasikan cairan empedu yang berasal dari hati
diantara dua periode makan.

Berkonsentrasi dan mengalirkan garam empedu yang merupakan turunan


kolesterol, dahn stimulasi oleh kolesistokinin ke duodenum sehingga membantu
proses pencernaan lemak (Barret, 2006).
Cairan empedu dibentuk leh sel hepatosit yang ada di heppar sekitar 600 ml
perhari yang terdiri dari garam empedu, air, elektrolit, kolesterol, fosfolipid,
bilirubin dan senyawa organic lainnya. Pembentukan bilirubin sendiri berawal
dari destruksi eritrosit yang terjadi pada umur eritrosit sekitar 120 hari dan terjadi
di makrofag di heppar. Nmantinya hemoglobin akan dipecah menjadi heme dan
globin. Heme nantinya akan menjadi Fe yang nantinya akan berguna dalam
pembentukan eritrosit di sumsum tulang dan bilirubin yang belum terkonjugasi.
Bilirubin yang belum terkonjugfasi nantinya akan berikatan dengan albimun dan
dibawa ke sel hepatosit untuk diubah menjadi bilirubin yang terkonjugasi.
Bilirubin yang belum terkonjugasi nantinya akan berikatan dengan glukoronik
acid dan berubah menjadi bilirubin yang terkonjugasi. Sedangkan untuk globin
nantinya akan berguna untuk proses eritropoiesis juga di sumsum tulang.
Bilirubin yang telah terkonjugasi nantinya akan disekresikan heppar ke ductus
hepatica dextra dan sinistra, bergabung menjadi ductus hepatica communis dan
berlanjut ke ductus cysticus. Selanjutnya setelah dipekatkan nantinya empedu
yang didalamnya terdapat bilirubin akan disekresikan melalui ductus choledocus
masuk ke duodenum bersama ductus pancreatica wirsugi dan bermuara di papilla
duodeni mayor. Bilirubin tersebut selanjutnya akan masuk ke duodenum dan
belanjut ke jejejun dan ileum hingga ke colon. Di dalam colon nantinya bilirubin
akan bertemu dengan bakteri sehingga glokoronik acid akan dilepaskan menjadi
urobilin dan disalurkan ke pembuluh darah sekitar 10 % sekitar 90% diubah oleh
bakteri akan menjadi sigacobilin yang berfungsi untuk memberikan warna pada
feces. Sekitar 5 % urobilinogen dikembalikan ke heppar untuk proses
pembentukan bilirubin dan 5 % sisanya akan diberikan ke ginjal sebagai pewarna
urine. Hal yang perlu diingat bahwasannya bilirubin yang belum terkonjugasi
bersifat larut dalam lemak, sedangtkan bilirubin yang terkonjugasi bersifat larut
dalam air (Guyton, 2012).

Dapus

Guyton AC, Hall JE. 2012. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 11.
Penterjemah: Irawati, Ramadani D, Indriyani F. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC
Barret, D, et al., 2006. Cardiac Care : an Introduction for Healthcare
Professionals. West Sussex,England: John Wiley & Sons, Ltd.
Avunduk, C., 2002. Manual of Gastroenterology: Diagnosis and therapy.
Edisi 3 bab V, 38.

You might also like