Professional Documents
Culture Documents
KASUS
ANAKKU SERING PUCAT
An. N umur 6 tahun, lemah, bentuk mukanya mongoloid, konjungtiva
anemis, sclera ikterik, bibir pucat kehitaman, hepatosplenomegali, BB kurang dari
normal, Hb 5 gr %, pasien disarankan untuk transfuse dan melakukan
pemeriksaan hapusan darah
Langkah 1
Kata kunci:
1. Badan Lemah
: Keadaan dimaan seorang anak kekurangan
energi
2. Bentuk muka mongoloid
: Muka yang mirip dengan orang mongol
seperti mata sipit, muka lonjong, wajah datar, hidung pesek
3. Konjungtiva anemis
: Konjugtiva yang berwarna pucat
4. Sklera ikterik
: Sklera mata berwarna kuning
5. Bibir pucat kehitaman
: Suatu kondisi dimana bibir pucat
6. Hepatosplenomegali
: Pembesaran Hepar dan limpah
7. BB kurang dari normal
8. Hb 5 gr %
:Kondisi
dimana
tubuh
mengalami
penurunan volume darah
9. Transfusi dan hapusan darah
Langkah 2
Menetapkan masalah:
1. Anak N mengalami lemah, konjungtiva anemis, bibir pucat kehitaman, Hb
5 gr %
2. Anak N mengalami hepatosplenomegali, sclera ikterik
3. Anak N mengalami BB kurang dari normal
4. Anak N bentuk mukanya mongoloid
5. Anak N disarankan melakukan tranfusi dan hapusan darah
Langkah 3
Analisa masalah:
1. Apa yang menyebabkan An. N mengalami lemah?
a. Kekurangan energy dalam tubuh (nina)
b. Karena anak sedang sakit atau mengidap penyakit tertentu(andre)
c. Karena anak kecapekan dan terlalu banyak beraktifitas(aqib)
d. Karena anak telat makan atau belum makan(ratih)
e. Karena anemia (katon)
f. Karena Hb turun (dodik)
2. Apa dampak jika kelemahan pada anak dibiarkan ?
a. Sakit anak bertambah parah (ratih)
b. Pertumbuhan dan perkembangan anak kurang berjalan dengan
baik(nina)
c. Anak menjadi sakit (choli)
d. Anak kehilangan berat badan(bambang)
e. Terjadi kelemahan otot()
f. Anak tidak dapat beraktivitas seperti biasanya
g. Kesulitan dalam proses berfikir
3. Bagaimana penangan jika anak terlihat lemah ?
a. Segera periksakan ke dokter, untuk meghindari sakit yang lebih
parah
b. Berikan makanan dan minuman yang bergizi
c. Motivasi anak agar anak tetap mau makan
d. Istirahat cukup
4. Apa yang menyebabkan bentuk muka anak mongoloid?
a. Kelainan 6ciri tertentu
b. Mempunyai keturunan yang bentuk mukanya juga mongoloid
c. Menderita penyakit tertentu
5. Bagaimana cirri-ciri muka mongoloid?
a. Tinggi badan relative pendek
b. Kepala mengecil
c. Hidung datar
d. Mata sipit
6. Apa yang menyebabkan konjungtiva anemis?
a. Menderita anemia
b. Sel darah merah dalam darah berkurang
7. Bagaimana cirri-ciri konjungtiva anemis?
a. Konjungtiva berwarna pucat
8. Apa penyebab sclera ikterik?
b. Menderita penyakit hepatitis
c. Terjadi hepatosplenomegali
d. Peningkatan kadar bilirubin dalam darah
9. Apa yang menyebabkan anak mengalami hepatosplenomegali?
a. Menderita penyakit hepatitis
b. Limpa yang meradang
17. Bagaimana cara mengatasi anak yang Bbnya kurang dari normal ?
a. Memodifikasi lingkungan yang nyaman agar anak senang untuk
diajak makan
b. Memberikan makan-makanan yang disukai anak namun tetap
bergizi
c. Memodifikasi makanan, agar anak suka dengan makanan tersebut
18. Bagaimana cara pencegahan agar BB anak tidak kurang dari normal?
a. Memberikan makanan yang bergizi 4 sehat 5 sempurna
Langkah 4
Hipotesa:
1. Kemungkinan anak menderita Thalasemia
2. Ada pengaruh pemberian suplemen/vitamin untuk penambah darah
Langkah 5
Merumuskan Tujuan:
1. Teori Thalasemia
(Andzikriyanto Purnomo)
2. Askep Thalasemia
(Andzikriyanto Purnomo)
(Nibras Najmah)
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
2.1.1
Pengertian Talasemia
merupakan
penyakit
anemia
hemolitik
herediter
yang
Klasifikasi Talasemia
Secara klinik talasemia dibagi menjadi 2 golongan yaitu :
1. Talasemia mayor (memberi gejala klinik jelas)
2. Talasemia minor (biasanya tidak memberi gejala klinik) (Ngastiyah, 2001 :
377)
2.1.3
Etiologi
Penyakit thalassemia adalah penyakit keturunan yang tidak dapat
resesif. Penyakit ini diturunkan melalui gen yang disebut sebagai gen globin beta
yang terletak pada kromosom 11. Pada manusia kromosom selalu ditemukan
berpasangan. Gen globin beta ini yang mengatur pembentukan salah satu
komponen pembentuk hemoglobin. Bila hanya sebelah gen globin beta yang
mengalami kelainan disebut pembawa sifat thalassemia-beta. Seorang pembawa
sifat thalassemia tampak normal/sehat, sebab masih mempunyai 1 belah gen
dalam keadaan normal (dapat berfungsi dengan baik). Seorang pembawa sifat
thalassemia jarang memerlukan pengobatan. Bila kelainan gen globin terjadi pada
kedua kromosom, dinamakan penderita thalassemia (Homozigot/Mayor). Kedua
belah gen yang sakit tersebut berasal dari kedua orang tua yang masing-masing
membawa sifat thalassemia. Pada proses pembuahan, anak hanya mendapat
sebelah gen globin beta dari ibunya dan sebelah lagi dari ayahnya. Bila kedua
orang tuanya masing-masing pembawa sifat thalassemia maka pada setiap
pembuahan akan terdapat beberapa kemungkinan. Kemungkinan pertama si anak
mendapatkan gen globin beta yang berubah (gen thalassemia) dari bapak dan
ibunya maka anak akan menderita thalassemia. Sedangkan bila anak hanya
mendapat sebelah gen thalassemia dari ibu atau ayah maka anak hanya membawa
penyakit ini. Kemungkinan lain adalah anak mendapatkan gen globin beta normal
dari kedua orang tuanya.
Sedangkan menurut (Suriadi, 2001) Penyakit thalassemia adalah penyakit
keturunan yang tidak dapat ditularkan.banyak diturunkan oleh pasangan suami
isteri yang mengidap thalassemia dalam sel selnya/ Faktor genetik.
Jika kedua orang tua tidak menderita Thalassaemia trait/pembawasifat
Thalassaemia,
maka
tidak
mungkin
mereka
menurunkan
Thalassaemia
2.1.4
Gambaran Klinik
Pada talasemia mayor gejala klinik telah terlihat sejak anak baru berumur
kurang dari 1 tahun. Gejala yang tampak adalah anak lemah, pucat, perkembangan
fisik tidak sesuai dengan umur, berat badan kurang. Pada anak yang besar sering
dijumpai adanya gizi buruk, perut membuncit, karena adanya pembesaran limpa
dan hati yang mudah diraba. Adanya pembesaran limpa dan hati tersebut
mempengaruhi gerak pasien karena kemampuan terbatas, limpa yang membesar
ini akan mudah ruptur hanya karena trauma ringan saja.
Gejala lain (khas) ialah bentuk muka mongoloid, hidung pesek tanpa
pangkal hidung; jarak antara kedua mata lebar dan tulang dahi juga lebar. Hal ini
disebabkan karena adanya gangguan perkembangan tulang muka dan tengkorak.
(Gambaran radiologis tulang memperlihatkan medula yang besar, korteks tipis dan
trabekula kasar).
Keadaan kulit pucat kekuning-kuningan. Jika pasien telah sering mendapat
tranfusi darah kulit menjadi kelabu serupa dengan besi akibat penimbunan besi
dalam jaringan kulit.
Penimbunan besi (hemosiderosis) dalam jaringan tubuh seperti pada hepar,
limpa,
jantung
akan
mengakibatkan
gangguan
fatal
alat-alat
tersebut
Patofisiologi
Normal hemoglobin adalah terdiri dari Hb-A dengan polipeptida rantai
alpa dan dua rantai beta. Pada beta thalasemia yaitu tidak adanya atau kurangnya
rantai beta thalasemia yaitu tidak adanya atau kekurangan rantai beta dalam
molekul hemoglobin yang mana ada gangguan kemampuan ertrosit membawa
oksigen. Ada suatu kompensator yang meningkat dalam rantai alpa, tetapi rantai
beta memproduksi secara terus menerus sehingga menghasilkan hemoglobin
defictive. Ketidak seimbangan polipeptida ini memudahkan ketidakstabilan dan
disintegrasi. Hal ini menyebabkan sel darah merah menjadi hemolisis dan
menimbulkan anemia dan atau hemosiderosis.
Kelebihan pada rantai alpa ditemukan pada talasemia beta dan kelebihan
rantai beta dan gama ditemukan pada talasemia alpa. Kelebihan rantai polipeptida
ini mengalami presipitasi, yang terjadi sebagai rantai polipeptida alpa dan beta,
atau terdiri dari hemoglobin tak stabil badan heint, merusak sampul eritrosit dan
menyebabkan hemolisis. Reduksi dalam hemoglobin menstimulasi yang konstan
pada bone marrow, produksi RBC diluar menjadi eritropik aktif. Kompensator
produksi RBC secara terus menerus pada suatu dasar kronik, dan dengan cepatnya
destruksi RBC,menimbulkan tidak edukatnya sirkulasi hemoglobin. Kelebihan
produksi dan edstruksi RBC menyebabkan bone marrow menjadi tipis dan mudah
pecah atau rapuh. (Suriadi, 2001 : 23-24)
Pada talasemia letak salah satu asam amino rantai polipre tidak berbeda
urutannya/ditukar dengan jenis asam amino lain. Perubahan susunan asam amino
tersebut. Bisa terjadi pada ke-4 rantai poliper Hb-A, sedangkan kelainan pada
rantai alpha dapat menyebabkan kelainan ketiga Hb yaitu Hb-A, Hb-A2 dan Hb-F.
(Hassan, 1985 : 49)
2.1.6
Pemeriksaan Penunjang
Diagnosis untuk Thalassemia terdapat dua yaitu secara screening
a. Elektroforesis hemoglobin
Pemeriksaan ini dapat menentukan pelbagai jenis tipe hemoglobin di
dalam darah. Pada dewasa konstitusi normal hemoglobin adalah Hb A1
95-98%, Hb A2 2-3%, Hb F 0.8-2% (anak di bawah 6 bulan kadar ini
tinggi sedangkan neonatus bisa mencapai 80%). Nilai abnormal bisa
digunakan untuk diagnosis Thalassemia seperti pada Thalassemia
minor Hb A2 4-5.8% atau Hb F 2-5%, Thalassemia Hb H: Hb A2 <2%
dan Thalassemia mayor Hb F 10-90%. Pada negara tropikal
membangun, elektroporesis bisa juga mendeteksi Hb C, Hb S dan Hb J
(Wiwanitkit, 2007).
b. Kromatografi hemoglobin
Pada elektroforesis hemoglobin, HB A2 tidak terpisah baik dengan Hb
C.
Pemeriksaan
menggunakan high
performance
liquid
chromatography (HPLC) pula membolehkan penghitungan aktual Hb
A2 meskipun terdapat kehadiran Hb C atau Hb E. Metode ini berguna
untuk diagnosa Thalassemia karena ia bisa mengidentifikasi
hemoglobin dan variannya serta menghitung konsentrasi dengan tepat
terutama Hb F dan Hb A2 (Wiwanitkit, 2007).
c. Molecular diagnosis
Pemeriksaan ini adalah gold standard dalam mendiagnosis
Thalassemia. Molecular diagnosis bukan saja dapat menentukan tipe
Thalassemia malah dapat juga menentukan mutasi yang berlaku
(Wiwanitkit, 2007).
2.1.7
Penatalaksanaan Medis
Menurut (Suriadi, 2001:26) Penatalaksaan Medis Thalasemia antara lain :
1. Pemberian transfusi hingga Hb mencapai 9-10g/dl. Komplikasi dari
pemberian transfusi darah yang berlebihan akan menyebabkan terjadinya
penumpukan zat besi yang disebut hemosiderosis. Hemosiderosis ini dapat
dicegah dengan pemberian deferoxamine (Desferal), yang berfungsi untuk
mengeluarkan besi dari dalam tubuh (iron chelating agent). Deferoxamine
diberikan secar intravena, namun untuk mencegah hospitalisasi yang lama
dapat juga diberikan secara subkutan dalam waktu lebih dari 12 jam.
2. Splenectomy : dilakukan untuk mengurangi penekanan pada abdomen dan
meningkatkan rentang hidup sel darah merah yang berasal dari suplemen
(transfusi).
3. Pada thalasemia yang berat diperlukan transfusi darah rutin dan pemberian
tambahan asam folat. Penderita yang menjalani transfusi, harus
menghindari tambahan zat besi dan obat-obat yang bersifat oksidatif
(misalnya sulfonamid), karena zat besi yang berlebihan bisa menyebabkan
keracunan.
Pada bentuk yang sangat berat, mungkin diperlukan
2.1.8
1.
2.
3.
4.
Komplikasi
Fraktur patologi
Hepatosplenomegaly
Gangguan tumbuh kembang
Difungsi organ, seperti : hepar, limpa, kulit jantung (Suriadi, 2001 : 24)
2.1.9
Pencegahan
Menurut Tamam (2009), karena penyakit ini belum ada obatnya, maka
pencegahan dini menjadi hal yang lebih penting dibanding pengobatan. Program
pencegahan Talasemia terdiri dari beberapa strategi, yakni (1) penapisan
(skrining) pembawa sifat Talasemia, (2) konsultasi genetik (genetic counseling),
dan (3) diagnosis prenatal. Skrining pembawa sifat dapat dilakukan secara
prospektif dan retrospektif. Secara prospektif berarti mencari secara aktif
pembawa sifat thalassemia langsung dari populasi diberbagai wilayah, sedangkan
2.2
Konsep Asuhan Keperawatan Anak Dengan Thalasemia
2.2.1 Pengkajian
1. Asal keturunan/kewarganegaraan
2.
3.
4.
5.
6.
7.
risiko yang mungkin dialami oleh anaknya nanti setelah lahir. Untuk
memestikan diagnosis, maka ibu segera dirujuk ke dokter.
9. Data keadaan fisik anak thalassemia yang sering didapatkan diantaranya
adalah:
a. Keadaan umum
Anak biasanya terlihat lemah dan kurang bergairah serta tidak selincah
aanak seusianya yang normal.
b. Kepala dan bentuk muka
Anak yang belum/tidak mendapatkan pengobatan mempunyai bentuk
khas, yaitu kepala membesar dan bentuk mukanya adalah mongoloid,
yaitu hidung pesek tanpa pangkal hidung, jarak kedua mata lebar, dan
tulang dahi terlihat lebar.
c. Mata dan konjungtiva terlihat pucat kekuningan
d. Mulut dan bibir terlihat pucat kehitaman
e. Dada
Pada inspeksi terlihat bahwa dada sebelah kiri menonjol akibat adanya
pembesaran jantung yang disebabkan oleh anemia kronik.
f. Perut
Kelihatan membuncit dan pada perabaan terdapat pembesaran limpa
dan hati ( hepatosplemagali).
g. Pertumbuhan fisiknya terlalu kecil untuk umurnya dan BB nya kurang
dari normal. Ukuran fisik anak terlihat lebih kecil bila dibandingkan
dengan anak-anak lain seusianya.
h. Pertumbuhan organ seks sekunder untuk anak pada usia pubertas
Ada keterlambatan kematangan seksual, misalnya, tidak adanya
pertumbuhan rambut pada ketiak, pubis, atau kumis. Bahkan mungkin
anak tidak dapat mencapai tahap adolesense karena adanya anemia
kronik.
i. Kulit
Warna kulit pucat kekuning- kuningan. Jika anak telah sering
mendapat transfusi darah, maka warna kulit menjadi kelabu seperti
besi akibat adanya penimbunan zat besi dalam jaringan kulit
(hemosiderosis).
3.
4.
5.
6.
7.
2.2.3
N
o
1.
Defisiensi
Pengetahuan
RENCANA KEPERAWATAN
TUJUAN
INTERVENSI
NOC
NIC
2.
kebutuhan
suplai oksigen
1.
Tentukan
keterbatasan aktifitas
pernafasan
fisik pasien
Kaji
persepsi
pasien
tentang
penyebab
kelelahan
yang dialaminya
3.
Dorong
pengungkapan
peraaan klien tentang
adanya
kelemahan
fisik
4.
Monitor
intake
nutrisi
meyakinkan
untuk
sumber
Konsultasi dengan
ahli gizi tentang cara
peningkatan
energi
melalui makanan
6.
Monitor
respon
kardiopulmonari
terhadap
aktifitas
(seperti
takikardi,
dispnea,
disritmia,
diaporesis,
frekuensi
pernafasan,
warna
8.
Bantu
pasien
menjadwalkan
istirahat dan aktifitas
9.
Monitor
respon
oksigenasi
pasien
selama aktifitas
10.
kelelahan
sehingga
dapat
mengurangi
aktifitasnya.
Terapi Oksigen
Definisi: Mengelola
pemberian oksigen dan
memonitor
keefektifannya
Aktifitas:
1. Bersihkan
mulut,
secret
2. Pertahankan
kepatenan jalan nafas
3. Atur alat oksigenasi
termasuk humidifier
4. Monitor
aliran
oksigen
sesuai
program
3.
Gangguan
tubuh
citra NOC
Body image
Self esteem
Kriteria Hasil
5. 5. Secara periodik,
monitor
ketepatan
pemasangan alat
NIC
Body
image
management
4.
Ketidakefektifan
NOC
NIC
perfusi
ada
membaik,
gerakan-
gerakan involunter.
Peripheral
sensation
management
(manajemen
sensasi
perifer).
1. Monitor
adanya
daerah tertentu yang
hanya peka terhadap
panas/dingin/tajam/tu
mpul.
2. Monitor
adanay
paretase.
3. Intruksikan keluarga
untuk mengobservasi
kulit jika ada isi atau
laserasi.
4. Gunakan
sarung
tangan untuk proteksi.
5. Batasi gerakan kepala,
leher, dan punggung.
6. Monitor kemampuan
BAB.
7. Kolaborasi pemberian
analgesic.
8. Monitor
adanya
trombopleblitis.
9. Diskusikan mengenai
penyebab perubahan
sensai.
5.
Resiko infeksi
NOC
NIC
Immune status
Knowledge
infection control.
Risk control.
Kriteria Hasil :
Infection
: (control infeksi)
control
1. Bersihkan lingkungan
setelah dipakai pasien
lain.
2. Pertahankan
teknik
isolasi.
3. Batasi
pengunjung
bila perlu.
4. Intruksikan
pada
pengunjung
untuk
mencuci tangan saat
berkunjung
dan
setelah
berkunjung
meninggalkan pasien.
5. Gunakan sabun anti
mikroba untuk cuci
tangan.
6. Cuci tangan setiap
sebelum dan sesudah
tindakan keperawatan.
7. Gunakan baju, sarung
tangan
sebagai
pelindung.
8. Pertahankan
lingkungan
aseptic
selama pemasangan
alat.
9. Ganti letak IV perifer
dan line central da
dressing
sesuai
dengan
petunjuk
umum.
10. Gunakan
kateter
intermiten
untuk
menurunkan infeksi
kandung kemih.
11. Tingkatkan
intake
nutrisi.
12. Berikan terapi obat
bila perlu.
Infection
protection
(proteksi infeksi)
1. Monitor tanda dan
gejala
infwksi
sistemik dan local.
2. Monitor
hitung
granulosit, WBC.
3. Monitor kerentangan
terhadap infeksi.
4. Batasi pengunjung.
5. Sering
pengunjung
terhadap
penyakit
menular.
6. Pertahankan
teknik
aspeiss pada psien
yang beresiko.
7. Pertahankan
teknik
isolasi.
8. Berikan
perawatan
kulit
pada
area
epidema.
9. Inspeksi kulit dan
membrane
mukosa
terhadap kemerahan,
panas, drainase.
10. Inspeksi
kondisi
luka/insisi bedah.
11. Dorong
masukan
cairan.
12. Dorong istirahat.
13. Instruksikan
pasien
untuk
meminum
antibiotic
sesuai
dengan resep.
14. Ajarkan pasien dan
keluarga tanda dan
gejala infeksi.
15. Ajarkan
cara
menghndari infeksi.
16. Laporkan kecurigaan
6.
infeksi.
Laporkan kultur positif.
NIC
Ketidakefektifan
NOC
pola napas
14. Pertahankan
jalan
nafas paten.
15. Atur
peralatan
oksigen.
16. Monitor
aliran
oksigen.
17. Pertahankan
posisi
pasien.
18. Observasi
adanya
tanda-tanda
hipoventilasi.
19. Monitor
adanya
kecemasan terhadap
oksigen.
20. .
21. Monitor vital sign.
22. Catat adanya fluktuasi
tekanan darah.
23. Monitor vs saat pasien
berbaring., uduk, atau
berdiri.
24. Auskultasi TD pada
tangan
dan
bandingkan.
25. Monitor TD, nadi,
RR, sebelum, selama
dan
setelah
beraktifitas.
26. Monitor kualitas dari
nadi.
27. Monitor frekuensi dan
irama pernafasan.
28. Monitor suara paru.
29. Monitor
suara
pernafasan abnormal.
30. Monitor suhu, warna,
dan kelmbaban.
31. Monitor
sianosis
perifer.
32. Monitor
adanya
cushing triad (tekanan
nadi yang melebar,
7.
Keterlambatan
NOC
pertumbuhan
dan Growth
and
development.
perkembangan
Nutrition imbalance
less
than
body
requirements.
Kriteria Hasil :
1. Anak
berfungsi
optimal
sesuai
tingkatannya.
2. Keluarga dan anak
mampu
menggunakan
koping
terhadap
tantangan
karena
adanya
ketidakmampuan.
3. Keluarga
mampu
mendapatkan
sumber-sumber
sarana komunitas.
4. Kematangan
fisik
wanita : perubahan
fisik normal pada
wanita yang terjadi
transisi dari masa
anak-anak
ke
dewasa.
5. Kematangan fisik :
pria perubahan fisik
normal pada pria
yang terjadi transisi
dari masa anak-anak
ke dewasa.
6. Status
nutrisi
bradikardi,
peningkatan sistolik).
33. Identifikasi penyebab
dari perubahan vital
sign.
NIC
Peningkatan
perkembangan
anak
dan remaja.
1. Kaji faktor penyebab
gangguan
perkembangan anak.
2. Identifikasi
dan
gunakan
sumber
pendidikan
untuk
memfasilitasi
perkembangan anak
yang optimal.
3. Berikan
perawatan
yang konsisten.
4. Tingkatkan
komunikasi verbal dan
stimulasi traktil.
5. Berikan
intruksi
berulang
dan
sederhana.
6. Berikan reinforment
positif atas hasil yang
dicapai anak.
7. Dorong
anak
melakukan perawatan
sendiri.
8. Manajemen perilaku
anak yang sulit.
9. Dorong
anak
melakukan sosialisasi
kelompok.
10. Ciptakan lingkungan
yang aman.
Nutrition management
seimbang.
7. Berat badan.
1. Kaji
keadekuatan
asupan
nutrisi
(misalnya kalori, zat
besi).
2. Tentukan
makanan
yang disukai anak.
3. Pantau kecenderungan
kenaikan
dan
penurunan
berat
badan.
Nutrition Theraphy :
1. Menyelesaikan
penilaian gizi, sesuai.
2. Memantau
makanan/cairan
tertelan
dan
menghitung
asupan
kalori harian, sesuai.
3. Memantau kesesuaian
perintah diet untuk
memenuhi kebutuhan
gizi
sehari-hari,
sesuai.
4. Kolaborasi
dengan
ahli
gizi,
jumlah
kalori dan jenis nutrisi
yang
dibutuhkan
untuk persyaratan gizi
yang sesuai.
5. Pilih suplemen gizi,
sesuai.
6. Dorong pasien untuk
memilih
makanan
semisoft,
jika
kurangnya air liur
menghalangi menelan.
7. Mendorong
asupan
makan tinggi kalsium,
sesuai.
8. Mendorong
asupan
makan dan cairan
DAFTAR PUSTAKA
Suriadi S.Kp dan Yuliana Rita S.Kp. 2001. Asuhan Keperawatan Anak, Edisi I.
Jakrta: PT Fajar Interpratama.
Supardiman, I, 2002. Hematologi Klinik. Bandung: Penerbit alumni
Wilkinson, Judith M. and Nancy R. Ahern. 2011. Buku Saku Diagnosis
Keperawatan Edisi 9. Jakarta: EGC