You are on page 1of 13

TINJAUAN PUSTAKA

PERANAN SOLUBLE UROKINASE TYPE PLASMINOGEN


ACTIVATOR RECEPTOR (suPAR) SEBAGAI BIOMARKER
POTENSIAL UNTUK DETEKSI DINI MORTALITAS

PEMBIMBING

PROGRAM STUDI ILMU ANESTESI DAN REANIMASI


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2016

BAB I
PENDAHULUAN

Sepsis adalah infeksi yang ditambah dengan tanda-tanda respon inflamasi


terhadap infeksi tersebut. Beberapa tanda antara lain takikardia, takipnea, demam, atau
hipotermia dan leukositosis atau leukopenia. Penting untuk menyadari bahwa tidak
semua tanda semua tersebut harus ada, dan pada pasien dengan sepsis mungkin tidak
didapatkan demam ataupun leukositosis. Namun, tidak semua pasien dengan tandatanda tersebut didiagnosis dengan sepsis, beberapa mungkin menderita inflamasi
sistemik tanpa terdapatnya infeksi ( contoh: trauma, perdarahan, pankreatitis).
(Gomersall, 2012)
Sepsis berat adalah sepsis ditambah dengan adanya bukti penghantaran oksigen
ke jarngan yang tidak adekuat (contohnya: bingung, oliguria, peningkatan laktat,
hipotensi). Syok septik adalah sepsis berat disertai hipotensi yang tidak memberikan
respon terhadap terapi cairan. Syok septik adalah satu dari dua penyebab syok yang
paling sering. (Gomersall, 2012)
Keakuratan dan kecepatan diagnosis dari infeksi dalam beberapa kasus
merupakan tantangan baik bagi klinisi dan laboratorat (Hoenigl, 2012). Biomarker dan
sistem skor yang bervariasi digunakan untuk menentukan prognosis pasien di unit rawat
intensif. Diantaranya, APACHE II (Acute Physiology and Chronic Health Evaluation
II), C-reactive protein (CRP), procalcitonin (PCT) dan laktat adalah biomarker yang
paling sering diapakai. (Nazik, 2015).
Soluble urokinase type plasminogen activator receptor (suPAR) adalah
biomarker potensial yang berasal dari protein yang digunakan untuk penyakit infeksi.
suPAR adalah bentuk terlarut dari urokinase-type plasminogen activator receptor
(uPAR), dan uPAR terlibat dalam aktivasi plasminogen dan dengan demikian
memainkan peran dalam metastasis kanker. Peningkatan suPAR dapat memprediksi
mortalitas pada pasien dengan bakterimia, SIRS, sepsis, dan syok sepsis. (Nazik, 2015)
Telah ditunjukkan bahwa ekspresi uPAR diatur oleh sel inflamasi yang
teraktivasi citokinase, termasuk neutrofil yang diaktifkan, dan juga konsentrasi serum

sirkulasi dari suPAR meningkat di dalam proses inflamasi dan infeksi, termasuk
bakteremia dengan endotoxemia, infeksi HIV, infeksi virus, malaria dan rematoid
artritis. (Hoenigl, 2012)

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sepsis
Sepsis didefinisikan sebagai kehadiran (kemungkinan atau terdokumentasi)
infeksi bersama-sama dengan manifestasi sistemik dari infeksi. Sepsis berat
didefinisikan sebagai sepsis ditambah dengan disfungsi organ yang diinduksi sepsis atau
hipoperfusi jaringan. Hipotensi yang diinduksi sepsis didefinisikan sebagai tekanan
darah sistolik < 90mmHg atau MAP < 70 mmHg atau SBP berkurang > 40mmHg atau
kurang dari 2 standar deviasi di bawah normal untuk usia dimana tidak didapatkan
penyebab lain terjadinya hipotensi. Hipoperfusi jaringan yang diinduksi sepsis adalah
hipotensi yang diinduksi infeksi, peningkatan laktat atau oliguria. (Dellinger, 2013)
Menurut Rhodes, sepsis didefinisikan sebagai disfungsi organ yang mengancam
nyawa yang disebabkan oleh disregulasi respon tubuh terhadap infeksi. Syok septik
adalah bagian dari sepsis dengan disfungsi sirkulasi dan selular/metabolik berhubungan
dengan angka mortalitas yang tinggi. (Rhodes, 2017)
Sepsis dan syok sepsis adalah masalah kesehatan utama, yang mempengaruhi
jutaan orang di dunia setiap tahunnya, dan membunuh 1 dari 4 orang (bahkan lebih).
Sama seperti politrauma, infark miokard akut, atau stroke, deteksi dini dan penanganan
yang tepat dalam beberapa jam awal setelah sepsis terdiagnosis membantu
meningkatkan hasil luaran. (Rhodes, 2017)
Keakuratan dan kecepatan diagnosis dari infeksi dalam beberapa kasus
merupakan tantangan baik bagi klinisi dan laboratorat, dengan penggunaan marker
klinis dan laboratorium yang sangat sensitif menjadi terbatas oleh spesifisitas yang
jelek. Akibatnya kebutuhan untuk marker terpercaya muncul, tetapi hanya C-reactive
protein (CRP), procalcitonin (PCT) and interleukin 6 (IL-6) digunakan secara luas di
klinis sehari hari. (Hoenigl, 2012)

Tabel 1. Kriteria Diagnosis Sepsis

Biomarker dan sistem skor yang bervariasi digunakan untuk menentukan


prognosis pasien di unit rawat intensif. Diantaranya, APACHE II (Acute Physiology and
Chronic Health Evaluation II), C-reactive protein (CRP), procalcitonin (PCT) dan laktat
adalah biomarker yang paling sering diapakai. (Nazik, 2015)
Soluble urokinase type plasminogen activator receptor (suPAR) adalah
biomarker potensial yang berasal dari protein yang digunakan untuk penyakit infeksi.
Urokinase type plasminogen activator receptor (uPAR) diekspresikan dalam neutrofil,
limfosit, monosit, makrofag, sel endotel dan sel malignan, dan disebut suPAR.
Peningkatan suPAR dapat memprediksi mortalitas pada pasien dengan bakterimia,
SIRS, sepsis, dan syok sepsis. (Nazik, 2015)

Tabel 2. Sepsis berat


Severe sepsis definition = sepsis-induced tissue hypoperfusion or organ
dysfunction (any of the following thought to be due to the infection)
thought to be due to the infection)

Sepsis-induced hypotension
Lactate above upper limits laboratory normal
Urine output < 0.5 mL/kg/hr for more than 2 hrs despite adequate fluid resuscitation
Acute lung injury with Pao2/Fio2 < 250 in the absence of pneumonia as infection
source
Acute lung injury with Pao2/Fio2 < 200 in the presence of pneumonia as infection
source
Creatinine > 2.0 mg/dL (176.8 mol/L)
Bilirubin > 2 mg/dL (34.2 mol/L)
Platelet count < 100,000 L
Coagulopathy (international normalized ratio > 1.5)

2.2 suPAR
suPAR pertama kali diidentifikasi oleh peneliti asal Denmark pada awal tahun
1990 sebagai marker yang diasosiasikan dengan kanker dan perkembangan. suPAR
adalah bentuk terlarut dari urokinase-type plasminogen activator receptor (uPAR), dan
uPAR terlibat dalam aktivasi plasminogen dan dengan demikian memainkan peran
dalam metastasis kanker. Pada tahun 2000 dilaporkan bahwa suPAR digunakan untuk
memprediksi hasil keluaran pada pasien terinfeksi HIV. Segera setelahnya, penelitian
menunjukkan bahwa suPAR juga memprediksi hasil keluaran dalam infeksi bakteri
seperti tuberkulosis dan pneumonia pneumokokus, seperti infeksi parasit dengan
malaria. Semakin tinggi suPAR, semakin berat respon terhadap infeksi dan semakin
jelek hasil luarannya. (Eugen-Olsen, 2015)
Urokinase-type plasminogen activator system terdiri dari proteinase (uPA),
reseptor (uPAR) dan inhibitor. suPAR adalah bentuk terlarut dari uPAR. Sistem ini
termasuk ke dalam proteolisis periselular, migrasi sel, dan remodeling jaringan dengan
mode aksi yang beragam: proteolisis, transduksi sinyal, dan aktivitas chemokine-like.
Dibawah kondisi fisiologis, uPA dan UPAR diekspresikan oleh sel darah termasuk
neutrofil, monosit, makrofag, dan T-Cell yang teraktifasi, untuk apa yang mereka
percaya untuk memainkan peran yang penting dalam aktivasi sel, adhesi, migrasi, dan
extravasasi. (Hoenigl, 2012)

Urokinase-type plasminogen activator (uPA) receptor (uPAR) diekspresikan


dalam sel termasuk dalam respon imun seperti peripheral blood mononuclear cells
(PBMCs), neutrofil, dan sel endotel. Sistem uPA-uPAR terlihat menstimulasi beberapa
fungsi imunologis seperti fibrinolisis terkait sel dan penurunan berikutnya dari inflamasi
terkait fibrin. Level serum dari bentuk terlarut uPAR, yaitu suPAR, telah dipelajari
dalam

berbagai

penyakit

inflamasi

sistemik

seperti

infeksi

oleh

Human

Immunodeficiency Virus-1 (HIV-1) dan karsinotomasis difuse. Studi terkini telah


menunjukkan peranan untuk suPAR dalam resiko rendah pemeriksaan pasien dengan
sepsis. (Savva, 2011)
uPAR mengandung 3 lapis Ly6/uPAR (LU) terhubung ke permukaan sel melalui
glycophosphotidylinositol (GPI). LU terpaket secara ketat ke dalam protein globular
dengan celah konkaf sentral yang terbentuk dengan kontribusi dari ketiga domain.
Kavitas sentral dari uPAR terikat ke ligand utama, urokinase type plasminogen
activator (uPA), yang juga disebut fragmen terminal amino (ATF, residu uPA 1-134).
ATF menempati seluruh elemen struktural untuk deteksi uPAR dan berikatan dengan
reseptor yang memliki afinitas (0,1-1nM) yang sulit dibedakan dari ukuran penuh uPA
(18,20-22). Selain ligand primer uPA, uPAR juga dapat mengenali beberapa macam
ligand lainnya seperti vitronectin, sejajar dengan peran fungsional yang luas dari uPAR.
Namun, uPA tetap merupakan pengikat utama dan terkuat dari uPAR. (Zhou, 2016)
Sejumlah pemeriksaan ELISA secara komersial tersedia untuk pengukuran
uPAR. Telah ditemukan bahwa uPAR dapat dibelah menjadi fragmen-fragmen in vitro
dan in vivo, dan beberapa fragmen uPAR telah teridentifikasi secara in vivo seperti
suPAR D1domain dan domain suPAR D2D3. Sebagai tambahan, studi biochemical dan
struktural terakhir menunjukkan suPAR memiliki sifat yang sangat labil dalam
kedudukannya, terutama pada domain D1 miliknya. Hasil terbaru ini memberikan
tantangan dalam pemilihan antibodi spesifik yang sesuai untuk uPAR ELISA dan bentuk
dari uPAR yang terukur. (Zhou, 2016)
uPAR adalah reseptor multifungsional yang diekpresikan dalam beberapa tipe
permukaan sel dan ini termasuk dalam proteolisis matrix extraselular, adesi sel, migrasi,
dan proliferasi. uPAR terhubung ke permukaan sel melalui jangkar GPI yang terikat ke
domain D3 dari uPAR yang terhubung lebih lanjut ke domain D2 dan kemudian,
melalui penghubung yang panjang, ke domain D1. Panjang fragmen uPAR yang

bervariasi dapat dibentuk dari celah pada jangkar GPI atau penghubung yang panjang
antara D1 dan D2 D3, fragmen yang lenturtermasuk suPAR (D1-D3), suPAR-D1, atau
suPAR-D2D3. Fragmen-fragmen uPAR ini telah diidentifikasi untuk memainkan peran
fungsi yang berbeda. (Zhou, 2016)
uPAR-D1 adalah derivat dari celah regio penghubung yang panjang dari uPAR,
dan tidak dapat berikatan dengan ligand uPA nya (dengan 1000 lipatan lebih lemah
daripada uPAR panjang. suPAR-D1 hanya dapat ditemukan di urin, kemungkinan
karena klearens yang cepat dari darah. uPAR D2-D3 dapat digenerasi dari berbagai tipe
sel,

termasuk

humanneutrophils,

dan

mendemonstrasikan

fungsi

chemostatic

sehubungan dengan kehadiran epitope achemotatic ( asam amino SRSRY di regio


penghubung. suPAR dapat berikatan ke uPA dan khususnya vitronectin, dan karenanya
dapat berkompetisi dengan uPAR yang terikat membran dan fungsi sebagai pemulung
dari uPA dan vitronectin. (Zhou, 2016)
Telah ditunjukkan bahwa ekspresi uPAR diatur oleh sel inflamasi yang
teraktivasi citokinase, termasuk neutrofil yang diaktifkan, dan juga konsentrasi serum
sirkulasi dari suPAR meningkat di dalam proses inflamasi dan infeksi, termasuk
bakteremia dengan endotoxemia, infeksi HIV, infeksi virus, malaria dan rematoid
artritis. Perubahan sirkadian dalam konsentrasi plasma dari suPAR sangat terbatas,
bahkan prosedur freeze-thaw yang diulang dari contoh plasma tidak mempengaruhi
konsentrasi suPAR. Pengukuran suPAR berdasarkan derivat cairan biologis dari subjek
akan valid, tidak tergantung apakah subjek puasa atau tidak, dan sangat tidak tergantung
pada jadwal sampling. (Hoenigl, 2012)
Urokinase

plasminogen

activator

receptor

(uPAR)

adalah

glycosyl

phosphatidylinositol (GPI) yang ada dalam berbagai sel aktif imunologi. Sebagai
peningkatan level dari bentuk terlarut, suPAR dapat dihitung ketika extracellularmatrix
(ECM) mengalami remodeling, proliferasi sel, dan diferensiasi terjadi. Hipoksia dan
iskemia telah diketahui menginduksi ekspresi uPAR di otak dan sel endotel. uPAR telah
dilaporkan memperkuat kerusakan otak setelah serangan stroke iskemik dan suPAR
telah dihubungkan dengan derajat serebral iskemik pada manusia level suPAR lebih
tinggi pada pasien menderita struk atau transient ischaemic attack (TIA). (Jalkanen,
2014)

Aktivasi plasminogen menjadi plasmin melalui uPA dan tissue plasminogen


activator (tPA) adalah tahap kunci dalam fibrinolisis. tPA memiliki peran yang relatif
unik dalam koagulasi; dalam hal lain, uPA meregulasi migrasi sel, adesi, proliferasi, dan
memainkan peran dalam berbagai respon imun dan inflamasi. Efek dari uPA bergantung
pada ikatan ke reseptor uPAR, yang mana ditunjukkan pada sel endotel permukaan, sel
T yang teraktivasi, granulasi, dan makrofag. Hal ini sebagai gantinya menyebabkan
proteolisis dan fibrinolisis lokal. Pembelahan proteolitik dari uPAR dari permukaan sel
menyebabkan sekresi suPAR, yang mana hal ini merupakan kemotaktif aktif dari uPAR.
Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa level serum suPAR meningkat selama
penyakit infeksi dan keganasan, dan suPAR dapat berguna sebagai biomarker yang
efektif pada orang dewasa untuk memprediksi prognosis pasien dan efektifitas
pengobatan. (Nazik, 2015)
Beberapa penelitian telah menggambarkan bahwa konsentrasi serum suPAR
meningkat selama bakteremia S.Aureus dan Streptococcus pneumonia. Dalam
penelitian tersebut, nilai suPAR ditentukan dari sampel setelah kultur darah
menunjukkan hasil positif dan pengobatan antiinfeksi empiris telah diberikan. Ketika
banyak studi mengkonsentrasikan tentang peranan suPAR sebagai marker prognostik
dalam penyakit infeksi, studi yang menjelaskan kemungkinan peran dari suPAR dalam
prediksi/diagnosis dari infeksi sangat jarang. Kofoed dan rekan-rekannya telah
mengevaluasi 151 pasien dengan SIRS yangmana 91 infeksi bakterial dan ditemukan
dalam AUC. Yilmaz dan kolega menemukan konsentrasi serum tinggi secara signifikan
pada pasien SIRS dengan infeksi (n=76) dibanging SIRS tanpa infeksi (n=9, p=0,001).
Di antara pasien dengan SIRS dan infeksi, mereka juga menemukan konsentrasi serum
menjadi paling tinggi pada pasien dengan bakteremia. Hasilnya, bagaimanapun juga,
tidak signifikan oleh karena subgrup rendah dan patogen kausatif tidak dilaporkan.
(Hoenigl, 2012)
Inflamasi dianggap sebagai pengendali penyakit. Inflamasi subklinis kronik atau
grade rendah, sebagaimana yang terukur oleh peningkatan sedikit dari CRP, citokin pro
inflamasi, atau peningkatan dan pengaktifasian sel darah putih, mungkin merupakan
marker dari inflamasi kronik. Sebagaimana suPAR juga megalami peningkatan oleh
kondisi inflamasi, dan karena ini merupakan molekul yang sangat stabil baik secara in
vivo dan in vitro, dispekulasikan bahwa suPAR dapat menjadi marker perkembangan
penyakit didalam populasi umum. Pada penelitian di Denmark, ditemukan bahwa

suPAR telah memprediksi beberapa penyakit umum dari populasi umum, seperti
penyakit kardiovaskular, diabetes tipe 2, dan berbagai tipe kanker. (Eugen-Olsen, 2015)
CRP adalah biomarker klasik untuk infeksi bakteri, dan PCT memiliki
kemampuan yang sama untuk mengindikasikan infeksi bakteri dan memiliki nilai
prognostik yang lebih kuat. Sekarang ini, suPAR telah diujikan pada pasien sepsis.
Berkebalikan dengan CRP dan PCT, suPAR tidak memiliki nilai diagnostik tetapi
membawa nilai prognostik terkuat antara ketiga biomarker. (Nazik, 2015)
suPAR lebih baik dalam memprediksi bakteri gram negatif, sedangkan PCT dan
IL-6 lebih baik dalam memprediksi bakteri gram positif. Berdasarkan hasil yang
didapat, mengkombinasi suPAR dan/atau PCT dengan IL-6 mungkin menghasilkan
prediksi yang lebih baik untuk bakteremia pada pasien SIRS. (Hoenigl, 2012)
suPAR memiliki potensi sebagai marker prognostik di ICU. Pendekatan multi
langkah telah diikuti untuk mengembangkan peranan suPAR untuk prognosis awal dari
sepsis. Mulanya, penelitian telah dilakukan pada populasi Yunani, 180 pasien rumah
sakit di dalam ICU dengan penumonia terkait ventilator dan sepsis. suPAR dihitung
dalam 24 jam dari diagnosis dan konsentrasi >12.9 ng/mL dapat memprediksi kematian
dalam 28 hari pertama. Analisis Cox Regresi dikonfirmasi oleh peningkatan suPAR dan
APACHE II sebagai satu-satunya parameter independent berhubungan dengan hasil
luaran yang kurang baik. (Eugen-Olsen, 2015) APACHE II lebih baik dalam
memprediksi angka mortalitas dibandingkan suPAR, dan suPAR lebih baik
dibandingkan CRP. (Nazik, 2015)

BAB III
KESIMPULAN

Sepsis dan syok sepsis adalah masalah kesehatan utama, yang mempengaruhi
jutaan orang di dunia setiap tahunnya, dan membunuh 1 dari 4 orang (bahkan lebih).
Sama seperti politrauma, infark miokard akut, atau stroke, deteksi dini dan penanganan
yang tepat dalam beberapa jam awal setelah sepsis terdiagnosis membantu
meningkatkan hasil luaran.
Keakuratan dan kecepatan diagnosis dari infeksi dalam beberapa kasus
merupakan tantangan baik bagi klinisi dan laboratorat. Biomarker dan sistem skor yang
bervariasi digunakan untuk menentukan prognosis pasien di unit rawat intensif.
Diantaranya, APACHE II (Acute Physiology and Chronic Health Evaluation II), Creactive protein (CRP), procalcitonin (PCT) dan laktat adalah biomarker yang paling
sering dipakai.
Soluble urokinase type plasminogen activator receptor (suPAR) adalah bentuk
terlarut dari urokinase-type plasminogen activator receptor (uPAR). suPAR adalah
biomarker potensial yang berasal dari protein yang digunakan untuk penyakit infeksi.
Urokinase type plasminogen activator receptor (uPAR) diekspresikan dalam neutrofil,
limfosit, monosit, makrofag, sel endotel dan sel malignan. Peningkatan suPAR dapat
memprediksi mortalitas pada pasien dengan bakterimia, SIRS, sepsis, dan syok sepsis.
Pada tahun 2000 dilaporkan bahwa suPAR digunakan untuk memprediksi hasil keluaran
pada pasien terinfeksi HIV. Segera setelahnya, penelitian menunjukkan bahwa suPAR
juga memprediksi hasil keluaran dalam infeksi bakteri seperti tuberkulosis dan
pneumonia pneumokokus, seperti infeksi parasit dengan malaria. Semakin tinggi
suPAR, semakin berat respon terhadap infeksi dan semakin jelek hasil luarannya.
Sistem uPA-uPAR terlihat menstimulasi beberapa fungsi imunologis seperti
fibrinolisis terkait sel dan penurunan berikutnya dari inflamasi terkait fibrin. Level
serum dari bentuk terlarut uPAR, yaitu suPAR, telah dipelajari dalam berbagai penyakit
inflamasi sistemik seperti infeksi oleh Human Immunodeficiency Virus-1 (HIV-1) dan
karsinotomasis difuse.
suPAR lebih baik dalam memprediksi bakteri gram negatif, sedangkan PCT dan
IL-6 lebih baik dalam memprediksi bakteri gram positif. Berdasarkan hasil yang

didapat, mengkombinasi suPAR dan/atau PCT dengan IL-6 mungkin menghasilkan


prediksi yang lebih baik untuk bakteremia pada pasien SIRS.
APACHE II lebih baik dalam memprediksi angka mortalitas dibandingkan
suPAR, dan suPAR lebih baik dibandingkan CRP. suPAR memiliki potensi sebagai
marker prognostik di ICU. Pendekatan multi langkah telah diikuti untuk
mengembangkan peranan suPAR untuk prognosis awal dari sepsis. Sejumlah
pemeriksaan ELISA secara komersial tersedia untuk pengukuran uPAR.

DAFTAR PUSTAKA

Gomersall Charles, Joynt Gavin, Cheng Claudia, Yap Florence, Lam Philip, et al.
(2012). Basic assesment & support in intensive care. Jakarta: PERDICI, pp. 111-5.
Nazik S, Ulu A, Karakoc E, Ozcengiz D, Inal AS, et al. (2015). A new biomarker for
intensive care unit patients: suPAR. Journal of Disease Markers, 2(3), pp. 1-6.
Hoenigl Martin, Raggam Reinhard B, Wagner Jasmin, Valentin Thomas, Leitner Eva, et
al. (2013). Diagnostic accuracy of sluble urokinase plasminogen activator receptor
(suPAR) for prediction of bacteremia in patients with systemic inflammatory
response syndrome. Clinical Biochemistry, 46, pp. 225-9.
Dellinger R Phillip, Levy Mitchell, Rhodes Andrew, Annane Djilali, Gerlach Herwig, et
al. (2013). Surviving Sepsis Campaign: International Guidelines for Management
of Severe Sepsis and Septic Shock: 2012. Critical Care Med, 41, pp. 580-637.
Rhodes Andrew, Evans Laura, Alhazzani, Levy Mitchell, Antonelli Massimo, et al.
(2017). Surviving Sepsis Campaign: International Guidelines for Management of
Sepsis and Septic Shock: 2016. Intensive Care Med, DOI 10.1007/s00134-0174683-6.
Eugen-Olsen Jesper, Giamarellos-Bourboulis Evangelos J. (2015). suPAR: The
unspesific marker for disease presence, severity and prognosis. International
Journal of Antimicrobial Agents, 46, pp. S33-34.
Savva Athina, Raftogiannis Maria, Baziaka Fotini, Routsi Christina, Antonopoulou
Anastasia, et al. (2011). Soluble urokinase plasminogen activator receptor (suPAR)
for assessment of disease severity in ventilator-associated pneumonia and sepsis.
Journal of Infection, 63, pp. 344-50.
Zhou Xiaolei, Xu Mingming, Huang Hailong, Mazar Andrew, Iqbal Zafar, et al. (2016).
An ELISA method detecting the active form of suPAR. Talanta,
http://dx.doi.org/10.1016/j.talanta.2016.07.004.
Jalkanen Ville, Vaahersalo Jukka, Pettila Ville, Kurola Jouni, Varpula Tero, et al. (2014).
The predictive value of soluble urokinase plasminogen activator receptor (SuPAR)
regarding 90-day mortality and 12-month neurological outcome in critically ill
patients after out-of-hospital cardiac arrest. Data from the prospective
FINNRESUSCI study. Resuscitation, 85, pp. 1562-7.

You might also like