Professional Documents
Culture Documents
PEMBIMBING
BAB I
PENDAHULUAN
sirkulasi dari suPAR meningkat di dalam proses inflamasi dan infeksi, termasuk
bakteremia dengan endotoxemia, infeksi HIV, infeksi virus, malaria dan rematoid
artritis. (Hoenigl, 2012)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sepsis
Sepsis didefinisikan sebagai kehadiran (kemungkinan atau terdokumentasi)
infeksi bersama-sama dengan manifestasi sistemik dari infeksi. Sepsis berat
didefinisikan sebagai sepsis ditambah dengan disfungsi organ yang diinduksi sepsis atau
hipoperfusi jaringan. Hipotensi yang diinduksi sepsis didefinisikan sebagai tekanan
darah sistolik < 90mmHg atau MAP < 70 mmHg atau SBP berkurang > 40mmHg atau
kurang dari 2 standar deviasi di bawah normal untuk usia dimana tidak didapatkan
penyebab lain terjadinya hipotensi. Hipoperfusi jaringan yang diinduksi sepsis adalah
hipotensi yang diinduksi infeksi, peningkatan laktat atau oliguria. (Dellinger, 2013)
Menurut Rhodes, sepsis didefinisikan sebagai disfungsi organ yang mengancam
nyawa yang disebabkan oleh disregulasi respon tubuh terhadap infeksi. Syok septik
adalah bagian dari sepsis dengan disfungsi sirkulasi dan selular/metabolik berhubungan
dengan angka mortalitas yang tinggi. (Rhodes, 2017)
Sepsis dan syok sepsis adalah masalah kesehatan utama, yang mempengaruhi
jutaan orang di dunia setiap tahunnya, dan membunuh 1 dari 4 orang (bahkan lebih).
Sama seperti politrauma, infark miokard akut, atau stroke, deteksi dini dan penanganan
yang tepat dalam beberapa jam awal setelah sepsis terdiagnosis membantu
meningkatkan hasil luaran. (Rhodes, 2017)
Keakuratan dan kecepatan diagnosis dari infeksi dalam beberapa kasus
merupakan tantangan baik bagi klinisi dan laboratorat, dengan penggunaan marker
klinis dan laboratorium yang sangat sensitif menjadi terbatas oleh spesifisitas yang
jelek. Akibatnya kebutuhan untuk marker terpercaya muncul, tetapi hanya C-reactive
protein (CRP), procalcitonin (PCT) and interleukin 6 (IL-6) digunakan secara luas di
klinis sehari hari. (Hoenigl, 2012)
Sepsis-induced hypotension
Lactate above upper limits laboratory normal
Urine output < 0.5 mL/kg/hr for more than 2 hrs despite adequate fluid resuscitation
Acute lung injury with Pao2/Fio2 < 250 in the absence of pneumonia as infection
source
Acute lung injury with Pao2/Fio2 < 200 in the presence of pneumonia as infection
source
Creatinine > 2.0 mg/dL (176.8 mol/L)
Bilirubin > 2 mg/dL (34.2 mol/L)
Platelet count < 100,000 L
Coagulopathy (international normalized ratio > 1.5)
2.2 suPAR
suPAR pertama kali diidentifikasi oleh peneliti asal Denmark pada awal tahun
1990 sebagai marker yang diasosiasikan dengan kanker dan perkembangan. suPAR
adalah bentuk terlarut dari urokinase-type plasminogen activator receptor (uPAR), dan
uPAR terlibat dalam aktivasi plasminogen dan dengan demikian memainkan peran
dalam metastasis kanker. Pada tahun 2000 dilaporkan bahwa suPAR digunakan untuk
memprediksi hasil keluaran pada pasien terinfeksi HIV. Segera setelahnya, penelitian
menunjukkan bahwa suPAR juga memprediksi hasil keluaran dalam infeksi bakteri
seperti tuberkulosis dan pneumonia pneumokokus, seperti infeksi parasit dengan
malaria. Semakin tinggi suPAR, semakin berat respon terhadap infeksi dan semakin
jelek hasil luarannya. (Eugen-Olsen, 2015)
Urokinase-type plasminogen activator system terdiri dari proteinase (uPA),
reseptor (uPAR) dan inhibitor. suPAR adalah bentuk terlarut dari uPAR. Sistem ini
termasuk ke dalam proteolisis periselular, migrasi sel, dan remodeling jaringan dengan
mode aksi yang beragam: proteolisis, transduksi sinyal, dan aktivitas chemokine-like.
Dibawah kondisi fisiologis, uPA dan UPAR diekspresikan oleh sel darah termasuk
neutrofil, monosit, makrofag, dan T-Cell yang teraktifasi, untuk apa yang mereka
percaya untuk memainkan peran yang penting dalam aktivasi sel, adhesi, migrasi, dan
extravasasi. (Hoenigl, 2012)
berbagai
penyakit
inflamasi
sistemik
seperti
infeksi
oleh
Human
bervariasi dapat dibentuk dari celah pada jangkar GPI atau penghubung yang panjang
antara D1 dan D2 D3, fragmen yang lenturtermasuk suPAR (D1-D3), suPAR-D1, atau
suPAR-D2D3. Fragmen-fragmen uPAR ini telah diidentifikasi untuk memainkan peran
fungsi yang berbeda. (Zhou, 2016)
uPAR-D1 adalah derivat dari celah regio penghubung yang panjang dari uPAR,
dan tidak dapat berikatan dengan ligand uPA nya (dengan 1000 lipatan lebih lemah
daripada uPAR panjang. suPAR-D1 hanya dapat ditemukan di urin, kemungkinan
karena klearens yang cepat dari darah. uPAR D2-D3 dapat digenerasi dari berbagai tipe
sel,
termasuk
humanneutrophils,
dan
mendemonstrasikan
fungsi
chemostatic
plasminogen
activator
receptor
(uPAR)
adalah
glycosyl
phosphatidylinositol (GPI) yang ada dalam berbagai sel aktif imunologi. Sebagai
peningkatan level dari bentuk terlarut, suPAR dapat dihitung ketika extracellularmatrix
(ECM) mengalami remodeling, proliferasi sel, dan diferensiasi terjadi. Hipoksia dan
iskemia telah diketahui menginduksi ekspresi uPAR di otak dan sel endotel. uPAR telah
dilaporkan memperkuat kerusakan otak setelah serangan stroke iskemik dan suPAR
telah dihubungkan dengan derajat serebral iskemik pada manusia level suPAR lebih
tinggi pada pasien menderita struk atau transient ischaemic attack (TIA). (Jalkanen,
2014)
suPAR telah memprediksi beberapa penyakit umum dari populasi umum, seperti
penyakit kardiovaskular, diabetes tipe 2, dan berbagai tipe kanker. (Eugen-Olsen, 2015)
CRP adalah biomarker klasik untuk infeksi bakteri, dan PCT memiliki
kemampuan yang sama untuk mengindikasikan infeksi bakteri dan memiliki nilai
prognostik yang lebih kuat. Sekarang ini, suPAR telah diujikan pada pasien sepsis.
Berkebalikan dengan CRP dan PCT, suPAR tidak memiliki nilai diagnostik tetapi
membawa nilai prognostik terkuat antara ketiga biomarker. (Nazik, 2015)
suPAR lebih baik dalam memprediksi bakteri gram negatif, sedangkan PCT dan
IL-6 lebih baik dalam memprediksi bakteri gram positif. Berdasarkan hasil yang
didapat, mengkombinasi suPAR dan/atau PCT dengan IL-6 mungkin menghasilkan
prediksi yang lebih baik untuk bakteremia pada pasien SIRS. (Hoenigl, 2012)
suPAR memiliki potensi sebagai marker prognostik di ICU. Pendekatan multi
langkah telah diikuti untuk mengembangkan peranan suPAR untuk prognosis awal dari
sepsis. Mulanya, penelitian telah dilakukan pada populasi Yunani, 180 pasien rumah
sakit di dalam ICU dengan penumonia terkait ventilator dan sepsis. suPAR dihitung
dalam 24 jam dari diagnosis dan konsentrasi >12.9 ng/mL dapat memprediksi kematian
dalam 28 hari pertama. Analisis Cox Regresi dikonfirmasi oleh peningkatan suPAR dan
APACHE II sebagai satu-satunya parameter independent berhubungan dengan hasil
luaran yang kurang baik. (Eugen-Olsen, 2015) APACHE II lebih baik dalam
memprediksi angka mortalitas dibandingkan suPAR, dan suPAR lebih baik
dibandingkan CRP. (Nazik, 2015)
BAB III
KESIMPULAN
Sepsis dan syok sepsis adalah masalah kesehatan utama, yang mempengaruhi
jutaan orang di dunia setiap tahunnya, dan membunuh 1 dari 4 orang (bahkan lebih).
Sama seperti politrauma, infark miokard akut, atau stroke, deteksi dini dan penanganan
yang tepat dalam beberapa jam awal setelah sepsis terdiagnosis membantu
meningkatkan hasil luaran.
Keakuratan dan kecepatan diagnosis dari infeksi dalam beberapa kasus
merupakan tantangan baik bagi klinisi dan laboratorat. Biomarker dan sistem skor yang
bervariasi digunakan untuk menentukan prognosis pasien di unit rawat intensif.
Diantaranya, APACHE II (Acute Physiology and Chronic Health Evaluation II), Creactive protein (CRP), procalcitonin (PCT) dan laktat adalah biomarker yang paling
sering dipakai.
Soluble urokinase type plasminogen activator receptor (suPAR) adalah bentuk
terlarut dari urokinase-type plasminogen activator receptor (uPAR). suPAR adalah
biomarker potensial yang berasal dari protein yang digunakan untuk penyakit infeksi.
Urokinase type plasminogen activator receptor (uPAR) diekspresikan dalam neutrofil,
limfosit, monosit, makrofag, sel endotel dan sel malignan. Peningkatan suPAR dapat
memprediksi mortalitas pada pasien dengan bakterimia, SIRS, sepsis, dan syok sepsis.
Pada tahun 2000 dilaporkan bahwa suPAR digunakan untuk memprediksi hasil keluaran
pada pasien terinfeksi HIV. Segera setelahnya, penelitian menunjukkan bahwa suPAR
juga memprediksi hasil keluaran dalam infeksi bakteri seperti tuberkulosis dan
pneumonia pneumokokus, seperti infeksi parasit dengan malaria. Semakin tinggi
suPAR, semakin berat respon terhadap infeksi dan semakin jelek hasil luarannya.
Sistem uPA-uPAR terlihat menstimulasi beberapa fungsi imunologis seperti
fibrinolisis terkait sel dan penurunan berikutnya dari inflamasi terkait fibrin. Level
serum dari bentuk terlarut uPAR, yaitu suPAR, telah dipelajari dalam berbagai penyakit
inflamasi sistemik seperti infeksi oleh Human Immunodeficiency Virus-1 (HIV-1) dan
karsinotomasis difuse.
suPAR lebih baik dalam memprediksi bakteri gram negatif, sedangkan PCT dan
IL-6 lebih baik dalam memprediksi bakteri gram positif. Berdasarkan hasil yang
DAFTAR PUSTAKA
Gomersall Charles, Joynt Gavin, Cheng Claudia, Yap Florence, Lam Philip, et al.
(2012). Basic assesment & support in intensive care. Jakarta: PERDICI, pp. 111-5.
Nazik S, Ulu A, Karakoc E, Ozcengiz D, Inal AS, et al. (2015). A new biomarker for
intensive care unit patients: suPAR. Journal of Disease Markers, 2(3), pp. 1-6.
Hoenigl Martin, Raggam Reinhard B, Wagner Jasmin, Valentin Thomas, Leitner Eva, et
al. (2013). Diagnostic accuracy of sluble urokinase plasminogen activator receptor
(suPAR) for prediction of bacteremia in patients with systemic inflammatory
response syndrome. Clinical Biochemistry, 46, pp. 225-9.
Dellinger R Phillip, Levy Mitchell, Rhodes Andrew, Annane Djilali, Gerlach Herwig, et
al. (2013). Surviving Sepsis Campaign: International Guidelines for Management
of Severe Sepsis and Septic Shock: 2012. Critical Care Med, 41, pp. 580-637.
Rhodes Andrew, Evans Laura, Alhazzani, Levy Mitchell, Antonelli Massimo, et al.
(2017). Surviving Sepsis Campaign: International Guidelines for Management of
Sepsis and Septic Shock: 2016. Intensive Care Med, DOI 10.1007/s00134-0174683-6.
Eugen-Olsen Jesper, Giamarellos-Bourboulis Evangelos J. (2015). suPAR: The
unspesific marker for disease presence, severity and prognosis. International
Journal of Antimicrobial Agents, 46, pp. S33-34.
Savva Athina, Raftogiannis Maria, Baziaka Fotini, Routsi Christina, Antonopoulou
Anastasia, et al. (2011). Soluble urokinase plasminogen activator receptor (suPAR)
for assessment of disease severity in ventilator-associated pneumonia and sepsis.
Journal of Infection, 63, pp. 344-50.
Zhou Xiaolei, Xu Mingming, Huang Hailong, Mazar Andrew, Iqbal Zafar, et al. (2016).
An ELISA method detecting the active form of suPAR. Talanta,
http://dx.doi.org/10.1016/j.talanta.2016.07.004.
Jalkanen Ville, Vaahersalo Jukka, Pettila Ville, Kurola Jouni, Varpula Tero, et al. (2014).
The predictive value of soluble urokinase plasminogen activator receptor (SuPAR)
regarding 90-day mortality and 12-month neurological outcome in critically ill
patients after out-of-hospital cardiac arrest. Data from the prospective
FINNRESUSCI study. Resuscitation, 85, pp. 1562-7.