You are on page 1of 18

MAKALAH

KONSEP PERILAKU KESEHATAN

KELOMPOK : VIII
SUHAIDA

: NIM.20166524084

SYARIF. NAZARUDIN : NIM.20166524088


SYARIF. ADY YUSBA : NIM.20166524087
USMAN

: NIM.20166524091

PRODI D.IV KEPERAWATAN


POLITEKNIK KESEHATAN PONTIANAK KELAS.B

TAHUN 2016/2017
Daftar isi ...................................................................................................................
i
Kata Pengantar ........................................................................................................
ii
BAB I ........................................................................................................................
1
Pendahuluan ............................................................................................................
1
A.Latar Belakang ......................................................................................................
1
B.Rumusan Masalah ................................................................................................
2
C.Tujuan Penulisan...................................................................................................
2
BAB II........................................................................................................................
3
A.Landasan teori.......................................................................................................
3
B.Promosi Kesehatan ..............................................................................................
4
Visi dari Misis Kesehatan .........................................................................................
5
Misi dari Misi Kesehatan....................................................................................
6
1.Advokad...................................................................................................
6
2.Menjembatani..........................................................................................
6
Aspek Penting dalam Kesehatan.......................................................................
6
C.PHBS ( Perilaku Hidup Bersih dan Sehat )...........................................................
6
1.1.Tujuan PHBS..................................................................................................
6
1.2.Tatanan PHBS................................................................................................
7
1.Sepuluh Indikator PHBS di Tatanan Rumah tangga...............................
7
2.Indikator PHBS di Tatanan Sekolah.........................................................
7
3.Indikator PHBS di Tatanan Tempat Kerja................................................
7
4.Indikator PHBS di Tatanan Tempat Umum..............................................
8
5.Indikator PHBS di Tatanan Fasilitas Kesehatan......................................
8
D.PHBS ditatanan Pelayanan Kesehatan................................................................
8
E.Perlunya Pembinaan Pembinaan PHBS di Tatanan Pelayanan Kesehatan.........
9
PHBS di Institusi Kesehatan.................................................................................
9

F.Tujuan,sasaran dan manfaat PHBS di Tatanan Pelayanan Kesehatan................


9
Sasaran PHBS di Tatanan Pelayanan Kesehatan................................................
10
Manfaat PHBS di Tatanan Pelayanan Kesehatan ...............................................
10
Bagi Pasien/Keluarga Pasien/Pengunjung ..........................................................
10
Bagi Pemerintah Daerah.......................................................................................
10
Dukungan untuk PHBS di Tatanan Pelayanan Kesehatan...................................
10
BAB III.......................................................................................................................
12
Penutup.....................................................................................................................
12
Kesimpulan...............................................................................................................
12

Konsep Perilaku Kesehatan


BAB I
PENDAHULUAN
1.1.

Latar Belakang

Perilaku merupakan perbuatan, tindakan dan perkataan seseorang yang


sifatnya dapat diamati dan dicacat oleh orang lain. Perilaku adalah semua
kegiatan atau aktifitas manusia, baik yang dapat diamati langsung maupun
yang tidak dapat diamati oleh pihak luar, ( Notoatmodjo, 2003). Perilaku
tertutup adalah respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk
terselubung atau tertutup (convert). Perilaku terbuka adalah respon
seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka.

Berdasarkan sifatnya perilaku dapat dibagi menjadi dua yaitu perilaku baik
dan perilaku buruk. Seseorang dikatakan melakukan perbuatan baik, apabila
tindakan yang dilakukan sesuai dengan tata nilai yang dianut oleh kelompok
masyarakat dimana ia berada. Demikian sebaliknya, seseorang dikatakan
melakukan perbuatan buruk apabila tindakannya tidak sesuai dengan nilai
dan pandangan masyarakat yang bersangkutan. Tolak ukur perilaku yang
baik dan buruk ini pun dinilai dari norma-norma yang berlaku dimasyarakat.
Baik itu norma agama, hukum, kesopanan, kesusilaan dan norma-norma
lainnya.

Dalam kesehatan hubungan perilaku sangatlah erat sekali. Banyak hal yang
tanpa kita sadari dari perilaku yang kecil dapat menimbulkan efek kesehatan
yang besar bagi seseorang. Salah satu contohnya adalah berupa pesan
kesehatan yang sedang maraknya digerakkan oleh promotor kesehatan
tentang cuci tangan sebelum melakukan aktifitas, kita semua tahu bahwa
mencuci tangan merupakan hal yang sederhana, tapi dari hal kecil tersebut
kita bisa melakukan revolusi kesehatan ke arah yang lebih baik. Sungguh
besar efek perilaku tersebut bagi kesehatan, begitu pula dengan kesehatan
yang baik akan tercermin apabila seseorang tersebut melakukan perilaku
yang baik.

Memahami dan mengamati perilaku kesehatan masyarakat sangatlah perlu


dilakukan, hal ini bisa dijadikan sebagai studi awal dalam pemecahan
masalah kesehatan yang ada dimasyarakat. Sehingga kita dapat melakukan
promosi kesehatan yang efektif dan tepat sasaran dengan tujuan dapat
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Konsep Perilaku
2.1.1. Definisi Perilaku

Perilaku dari pandangan biologis adalah merupakan suatu kegiatan atau


aktivitas organisme yang bersangkutan. Perilaku manusia pada hakikatnya
adalah suatu aktivitas dari pada manusia itu sendiri. Perilaku adalah apa
yang dikrjakan oleh organisme tersebut, baik dapat diamati secara langsung
atau tidak langsung.

Menurut WHO, yang dikutip oleh Notoatmodjo (1993), perubahan perilaku


dikelompokkan menjadi 3 (tiga), yaitu :

Perubahan alamiah (natural change), ialah perubahan yang dikarenakan


perubahan pada lingkungan fisik, sosial, budaya ataupun ekonomi dimana
dia hidup dan beraktifitas.

Perubahan terencana (planned change), ialah perubahan ini terjadi, karena


memang direncanakan sendiri oleh subjek.
Perubahan dari hal kesediaannya untuk berubah (readiness to change),
ialah perubahan yang terjadi apabila terdapat suatu inovasi atau programprogram baru,maka yang terjadi adalah sebagian orang cepat mengalami
perubahan perilaku dan sebagian lagi lamban. Hal ini disebabkan setiap
orang mempunyai kesediaan untuk berubah yang berbeda-beda.

Tim ahli WHO (1984), menganalisis bahwa yang menyebabkan seseorang itu
berperilaku ada empat alasan pokok, yaitu :

Pemikiran dan perasaan

Bentuk pemikiran dan perasaan ini adalah pengetahuan, kepercayaan, sikap


dan lain-lain.

Orang penting sebagai referensi

Apabila seseorang itu penting bagi kita, maka apapun yang ia katakan dan
lakukan cenderung untuk kita contoh. Orang inilah yang dianggap kelompok
referensi seperti : guru, kepala suku dan lain-lain.

Sumber-sumber daya

Yang termasuk adalah fasilitas-fasilitas misalnya : waktu, uang, tenaga kerja,


ketrampilan dan pelayanan. Pengaruh sumber daya terhadap perilaku dapat
bersifat positif maupun negatif.

Kebudayaan

Perilaku normal, kebiasaan, nilai-nilai dan pengadaan sumber daya di dalam


suatu masyarakat akan menghasilkan suatu pola hidup yang disebut
kebudayaan. Perilaku yang normal adalah salah satu aspek dari kebudayaan
dan selanjutnya kebudayaan mempunyai pengaruh yang dalam terhadap
perilaku.

Robert Kwick (1994) menyatakan perilaku adalah tindakan atau perbuatan


suatu organisme yang dapat diamati bahkan dapat dipelajari (Soekidjo
Notoatmodjo, 1997).

Dari uraian tersebut diatas dapat dilihat bahwa, alasan seseorang itu
berperilaku. Oleh karena itu, perilaku yang sama diantara beberapa orang
dapat berbeda-beda penyebab atau latar belakangnya.
2.1.2. Perkembangan Manusia, Bakat, Dan Proses Belajar

Kita melihat bahwa perilaku seseorang bisa berbeda dengan orang lain.
Orang mempunyai ciri perilaku lamban, cekatan dan sebagainya. Situasi
seseorang juga mempengaruhi perilaku. Pengalaman seseorang dalam
perkembangan jiwanya juga mempengaruhi perilaku seseorang. Untuk itu
kita perlu mempelajari perkembangan yang dialami seseorang, bakat dan
proses belajar (Irchan Machfoedz, 2005).

Perkembangan

Perkembangan yang dialami seseorang ditinjau dari psikologi dibagi menjadi


5 macam.

Perkembangan fisik

Keadaan fisik dapat membedakan perilaku seseorang umpamanya perilaku


bayi, akan berbeda dengan anak-anak dan orang dewasa bahkan orang tua.
Ada perilaku yang membentuk orang lebih berani ada pula yang penakut.

Perkembangan motorik

Fungsi motorik bayi dan anak-anak balita berbeda dengan mereka yang
sudah dewasa. Bayi sangat tergantung pada orang yang mengasuhnya,
demikian anak-anak namun kualitas ketergantungan sangat berbeda, karena
anak balita sudah dapat belajar untuk mandiri.

Perkembangan emosional

Karena perkembangan emosi maka perilaku bayi, anak balita dan orang
dewasa tentu juga berbeda. Demikian pula mereka yang dalam pengalaman
hidupnya serba berkecukupan dan manja akan berbeda perilakunya dengan
mereka yang serba kekurangan dan harus mencukupi keperluannya sendiri

Perkembangan kepribadian

Kepribadian adalah sesuatu yang terdapat pada setiap orang yang dapat
membedakan ciri orang satu dengan lainnya. Perkembangan kepribadian
juga dapat menentukan bentuk perilaku seseorang.

Perkembangan mental

Mental atau jiwa berhubungan dengan kemampuan dan juga kecerdasan.


Jiwa dapat berkembang dengan dipengaruhi pengalaman hidupnya pula dan
dipengaruhi pula bentuk perilakunya.

Bakat

Bakat atau pembawaan seseorang dapat membentuk perilaku yang berbeda


antara satu orang dengan orang lainnya. Misalnya bakat seniman, bakat
cendikiawa dalam bidang tertentu. Bakat merupakan potensi yang dapat
menentukan perilaku seseorang. Ada orang berbuat jahat dan pula bakat
yang menyebabkan orang suka berbuat sosial pada orang lain dan
sebagainya.

Proses belajar

Proses belajar atau pengalaman belajar seseorang juga menentukan bentuk


perilaku orang. Mereka yang berpendidikan tinggi umumnya perilakunya jauh
berbeda dengan mereka yang berpependidikan rendah. Bahkan proses
belajar sebagainya pengalaman hidup, dapat memperbaiki perilaku orang
dari suka berbuat jahat menjadi suka berbuat baik (Machfoedz, 2005).
2.2. Ruang Lingkup Perilaku
2..2.1. Domain Perilaku

Benyamin Bloom (1908) seorang ahli psikologi pendidikan, membedakan


adanya tiga area, wilayah, ranah atau domain perilaku yaitu kognitif, afektif
dan psikomotor. Dalam perkembangan ini dikembangkan menjadi tiga tingkat
yaitu:

Pengetahuan (Knowledge)

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang
melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan yang
tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan yaitu :

Tahu (know), tahu diartikan sebagai recall (memanggil) memori yang telah
ada sebelumnya setelah mengamati sesuatu. Misalnya: Untuk mengetahui
atau mengukur bahwa orang tahu sesuatu dapat menggunakan pertanyaanpertanyaan, misalnya: apa tanda-tanda anak kurang gizi.
Memahami (comprehension), memahami suatu objek bukan sekedar tahu
terhadap objek tersebut, tetapi harus dapat menginterpretasikan secara
benar tentang objek yang diketahui. Misalnya, orang yang memahami
pemberantasan penyakit demam berdarah, bukan hanya sekedar
mnyebutkan 3M (mengubur, menutup dan menguras), tetapi harus dapat
menjelaskan mengapa harus menutup, mengubur, dan menguras.
Aplikasi (application), aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk
menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi
sebenarnya. Misalnya, seseorang yang telah paham tentang proses
perencanaan, ia harus dapat membuat perencanaan program kesehatan di
tempat ia bekerja atau dimana saja.
Analisis (analysis), analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan
materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di
dalam satu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain.
Seseorang dapat membedakan atau memisahkan, mengelompokkan,
membuat diagram (bagan) terhadap pengetahuan atas objek tersebut.
Misalnya, dapat membedakan antara nyamuk Aeds Agepty dengan nyamuk
biasa.
Sintesis (synthesis), sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk
menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang telah ada. Misalnya,
dapat membuat atau meringkas dengan kata-kata atau kalimat sendiri
tentang hal-hal yang telah dibaca atau didengar, dapat membuat kesimpulan
tentang artikel yang telah dibaca.
Evaluasi (evaluation), evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk
melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.
Misalnya, seseornag dapat menilai manfaat ikut keluarga berencana, d

Sikap (Attitude)

Sikap merupakan reaksi atau respons yang masih tertutup dari seseorang
terhadap suatu stimulus atau objek tertentu, yang sudah melibatkan faktor
pendapat dan emosi yang bersangkutan, sikap ini terdiri dari berbagai
tindakan yaitu:

Menerima (receiving), bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan


stimulus yang diberikan (objek). Misalnya sikap seseorang terhadap periksa
hamil, dapat diketahui dan diukur dari kehadiran si ibu untuk mendengarkan
penyuluhan di lingkungannya.
Merespon (responding), memberikan jawaban apabila ditanya. Misalnya,
ibu yang mengikuti penyuluhan ante natal care diminta menanggapi oleh
penyuluh, kemudian ia menanggapinya.
Menghargai (valuing), diartikan seseorang memberikan nilai positif
terhadap objek atau stimulus. Misalnya, ibu mendiskusikan ante natal care
dengan suaminya.
Bertanggung jawab (responsible), bertanggung jawab atas segala sesuatu
yang telah dipilihnya dengan segala risiko merupakan sikap yang paling
tinggi. Misalnya, ibu berani mengorbankan waktunya demi ikut penyuluhan
ante natal care.
Tindakan atau Praktik (Practice)

Praktik atau tindakan dibedakan menjadi tiga tingkatan menurut kualitasnya,


yaitu:

Praktik terpimpin (guided respons), apabila seseorang melakukan sesuatu


tetapi masih tergantung pada tuntunan atau menggunakan panduan.
Misalnya, seorang ibu hamil memeriksakan kandungannya jika sudah
diingatkan bidan.
Praktik secara mekanisme (mechanism), apabila seseorang telah
melakukan atau mempraktikkan sesuatu hal secara otomatis. Misalnya,
seorang ibu membawa anaknya ke posyandu secara rutin tanpa menunggu
perintah dari kader atau petugas kesehatan.
Adopsi (adoption), tindakan atau praktik yang sudah berkembang.
Misalnya, menggosok gigi bukan sekedar gosok gigi, melainkan dengan
teknik-teknik yang benar.

2.2.2. Teori Perlaku

Skinner (1938) adalah seorang ahli psikologi, merumuskan bahwa perilaku


merupakan respons atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan
dari luar). Oleh karena itu, perilaku ini terjadi melalui proses adanya stimulus
terhadap organisme dan kemudian organisme tersebut merespons, maka
teori Skinner ini disebut teori S-O-R atau Stimulus Organisme Respons.
Skinner membedakan adanya dua respon yaitu :

Respondent Response atau reflexive, yakni respons yang ditimbulkan


stimulus tertentu.
Operant Response atau instrumental response, yakni respons yang timbul
dan berkembang dan diikuti oleh rangsangan tertentu.

Dilihat dari bentuk respons terhadap stimulus ini dapat dibedakan menjadi
dua perilaku, yaitu :

Perilaku tertutup (covert behavior), yaitu respons seseorang terhadap


bentuk terselubung atau tertutup (covert).
Perilaku terbuka (overt behavior), yaitu respons seseorang terhadap
stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka.

Proses pembentukan dan perubahan perilaku masyarakat dipengaruhi oleh


beberapa faktor yang berasal dari dalam individu dan dari luar individu
(Notoatmodjo, 2003 ), yaitu :

Faktor dari dalam individu, berupa karakteristik orang yang bersangkutan,


yang bersifat bawaan, misalnya tingkat kecerdasan.
Faktor dari luar individu, berupa lingkungan, baik lingkungan fisik, sosial,
budaya, ekonomi, politik dan sebagainya. Faktor lingkungan ini sering
merupakan faktor yang dominan yang mewarnai perilaku seseorang.

Di dalam kehidupan sehari-hari, respons jenis pertama (respondent respons


atau respondent behaviour ) sangat terbatas keberadaanya pada manusia.
Hal ini disebabkan karena hubungan yang pasti antara stimulus dan respons
kemungkinan untuk memodifikasikannya adalah sangat kecil. Sebaliknya
operant respons atau instrumuntal behaviour merupakan bagian terbesar dari
perilaku manusia, dan kemungkinan untuk memodifikasi sangat besar,

bahkan dapat dikatakan tidak terbatas. Fokus teori skinner ini adalah pada
respons atau jenis perilaku yang kedua ini.
2.3.

Pembentukan Perilaku

Perilaku manusia sebagian besar ialah perilaku yang dibentuk dan dapat
dipelajari. Berikut ini adalah cara terbentuknya perilaku seseoarang (Walgio,
2003):

Kebiasaan, terbentuknya perilaku karena kebiasaan yang dilakukan, misal


menggosok gigi sebelum tidur, bangun pagi dan sarapan.
Pengertian (insight), terbentuknya perilaku ditempuh dengan pengertian,
misalnya bila naik motor harus memakai helm, karena helm tersebut untuk
keamanan diri.
Penggunaan model, pembentukan perilaku melalui contoh atau model.
Model yang dimaksud adalah pemimpin, orang tua dan tokoh panutan
lainnya.

Perilaku dapat dibentuk dimana pengetahuan selalu menjadi andalan untuk


membentuk perilaku seseorang, padahal perlu juga diperhatikan faktor-faktor
lain yang membuat stabil perilaku seseorang ( Smet, 1994). Menurut Ajazen
(1981) untuk membuat seseorang berperilaku seperti yang dianjurkan harus
ada keyakinan mengenai tersedia-tidaknya kesempatan dan sumber daya
yang diperlukan (Aswar, 2000).

Prosedur pembentukan perilaku dalam operant conditioning ini menurut


Skinner adalah sebagai berikut:

Melakukan identifikasi tentang hal-hal yang merupakan penguat atau


reinforcer. berupa hadiah- hadiah atau rewards bagi perilaku yang akan
dibentuk.
Melakukan analisis untuk mengidentifikasi komponen-komponen kecil yang
membentuk perilaku yang dikehendaki.
Menyusun komponen-komponen itu sebagai tujuan- tujuan sementara,
mengidentifikasi reinforcer atau hadiah untuk masing-masing komponen
tersebut.
Melakukan pembentukan perilaku dengan menggunakan urutan komponen
yang telah tersusun itu.

Apabila komponen pertama telah dilakukan maka hadiahnya diberikan. Hal


ini akan mengakibatkan perilaku tersebut cenderung akan sering dilakukan.
Kalau perilaku ini sudah terbentuk kemudian dilakukan komponen yang
kedua demikian berulang-ulang sampai komponen kedua terbentuk. Setelah
itu dilanjutkan dengan komponen ketiga, keempat, dan selanjutnya sampai
seluruh perilaku yang diharapkan terbentuk.
2.4.

Perilaku Kesehatan

Skinner mendefinisikan perilaku kesehatan ( Health Behaviour ) adalah suatu


respon seseorang terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan
sehat-sakit, penyakit, dan factor-faktor yang mempengaruhi sehat-sakit
(kesehatan). Pemeliharaan kesehatan ini mencakup mencegah atau
melindungi diri dari peyakit dan masalah kesehatan lain, meningkatkan
kesehatan, dan mencari penyembuhan apabila sakit atau terkena masalah
kesehatan. perilaku kesehatan dapat diklasifikasikan menjadi 3 kelompok,
yaitu :

Perilaku Pemeliharaan Kesehatan (Health Maintenance).

Health Maintenance adalah perilaku atau usaha-usaha seseorang untuk


memelihara atau menjaga kesehatan agar tidak sakit dan usaha untuk
menyembuhkan bila sakit. Oleh sebab itu, perilaku pemeliharaan kesehatan
ini terdiri dari 3 aspek yaitu :

Perilaku pencegahan penyakit, dan penyembuhan penyakit bila sakit, serta


pemulihan kesehatan bilamana telah sembuh dari penyakit.

Contoh : Mengimunisasi bayi atau anak ke fasilitas kesehatan

Perilaku peningkatan kesehatan, apabila seseorang dalam keadaan sehat.


Perlu dijelaskan disini bahwa kesehatan itu sangat dinamis dan dan relative,
maka dari itu orang yang sehat pun perlu diupayakan perilaku supaya
mencapai tingkat kesehatan yang seoptimal mungkin.

Contoh : Seorang ibu memasak makanan yang mengandung gizi dan


bervitamin bagi keluarganya

Perilaku gizi (makanan dan minuman). Makanan dan minuman dapat


memelihara serta meningkatkan kesehatan seseorang tetapi sebaliknya
makanan dan minuman dapat menjadi penyebab menurunnya kesehatan
seseorang, bahkan dapat mendatangkan penyakit. Contoh : Apabila
seseorang makan dengan makanan dengan gizi seimbang maka dapat tubuh
orang tersebut sehat sedangkan apabila seseorang makan makanan dengan
gizi berlebih dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan seperti
obesitas.
Perilaku Pencarian dan Penggunaan Sistem atau Fasilitas Pelayanan
Kesehatan/Perilaku Pencarian Pengobatan (Health Seeking Behaviour)

Perilaku ini menyangkut upaya atau tindakan seseorang pada saat menderita
penyakit dan atau kecelakaan. Tindakan atau perilaku ini dimulai dari
mengobati sendiri (self treatment) sampai mencari pengobatan keluar negeri.

Contoh : Membeli obat influenza ke apotek.

Perilaku Kesehatan Lingkungan

Adalah bagaimana seseorang merespon lingkungan, baik lingkungan fisik


maupun lingkungan sosial budaya, dan sebagainya sehingga lingkungan
tersebut tidak mempengaruhi kesehatannya.

Contoh : Bagaimana mengelola pembuangan tinja, air minum, tempat


pembuangan sampah, pembuangan limbah, dan lainnya.

Seorang ahli lain (Becker, 1979) membuat klasifikasi tentang perilaku


kesehatan yang berhubungan dengan kesehatan ( health related behavior )
adalah sebagai berikut:

Perilaku Hidup sehat

Perilaku hidup sehat dalah perilaku yang berkaitan dengan upaya atau
kegiatan
seseorang
untuk
mempertahankan
dan
meningkatkan
kesehatannya. Perilaku ini mencakup antara lain:

Respon seseorang terhadap makanan. Perilaku ini meliputi pengetahuan,


persepsi, sikap dan praktik kita terhadap makanan serta unsur-unsur yang
terkandung di dalamnya (zat gizi), pengelolaan makanan, dan makanan
dengan menu seimbang (appropriate diet).

Olah raga teratur, juga mencakup kualitas dan kuantitas dalam arti
frekuensi dan waktu yang digunakan untuk olahraga.
Tidak merokok, yang merupakan kebiasan jelek yang mengakibatkan
berbagai macam penyakit.
Tidak minum-minuman keras dan narkoba.
Istirahat yang cukup. Dengan meningkatkannya kebutuhan hidup akibat
tuntutan untuk penyesuaian dengan lingkungan modern, mengharuskan
orang untuk bekerja keras dan berlebihan, sehingga waktu beristirahat
berkurang. Hal ini juga membahayakan kesehatan
Mengendalikan stress. Stres akan terjadi pada siapa saja, dan akibatnya
bermacam-macam bagi kesehatan. Terlebih sebagai akibat dari tuntutan
hidup yang keras. Stress tidak dapat kita hindari, yang penting dijaga agar
stress tidak menyebabkan gangguan kesehatan dengan cara berpikir yang
positif dan mengendalikannya dengan baik.
Perilaku atau gaya hidup lain yang positif bagi kesehatan, yaitu tindakan
atau perilaku seseorang agar dapat terhindar dari berbagai macam penyakit
dan masalah kesehatan termasuk perilaku untuk meningkatkan kesehatan.

Contoh : Tidak berganti-ganti pasangan dalam berhubungan seks.

Perilaku Sakit (illness behavior)

Perilaku sakit adalah berkaitan dengan tindakan atau kegiatan seseorang


yang sakit atau terkena masalah kesehatan pada dirinya atau keluarganya,
untuk mencari penyembuhan, atau untuk mengatasi masalah kesehatan yang
lainnya. Pada saat orang sakit, ada beberapa tindakan atau perilaku yang
muncul, antara lain :

Didiamkan saja (no action), artinya sakit tersebut diabaikan, dan tetap
menjalankan kegiatan sehari-hari.
Mengambil tindakan dengan melakukan pengobatan sendiri (self treatment
atau self medication). Pengobatan sendiri ini ada 2 cara, yakni : cara
tradisional (kerokan, minum jamu, obat gosok dan sebagainya), dan cara
modern, misalnya minum obat yang dibeli dari warung, toko obat atau apotek.

Mencari penyembuhan atau pengobatan keluar yakni ke fasilitas


pelayanan kesehatan, yang dibedakan menjadi 2, yakni : fasilitas pelayanan
kesehatan tradisional (dukun, sinshe, dan paranormal), dan fasilitas
pelayanan kesehatan modern atau professional (puskesmas, poliklinik,
rumah sakit, dan lain-lain)
Perilaku Peran Sakit (the sick role behavior)

Dari segi sosiologi, orang sakit (pasien) mempunyai peran, yang


mencangkup hak-hak orang sakit (right) dan kewajiban sebagai orang sakit
(obligation). Hak dan kewajiban ini harus diketahui oleh orang sakit sendiri
maupun orang lain (terutama keluarganya), yang selanjutnya disebut perilaku
peran orang sakit (the sick role). Perilaku ini meliputi :

Tindakan untuk memperoleh kesembuhan.


Mengenal/mengetahui fasilitas atau sarana pelayanan penyembuhan
penyakit yang layak.
Melakukan kewajibannya sebagai pasien antara lain mematuhi nasehatnasehat dokter atau perawat untuk mempercepat kesembuhan.
Tidak melakukan sesuatu yang merugikan bagi proses penyembuhan.
Mengetahui hak (misalnya: hak memperoleh perawatan, memperoleh
pelayanan kesehatan, dan sebagainya).

Untuk berperilaku sehat, masyarakat kadang-kadang bukan hanya perlu


pengetahuan dan sikap positif dan dukungan fasilitas saja, melainkan
diperlukan contoh (acuan) dari para tokoh masyarakat, tokoh agama, dan
para petugas terutama petugas kesehatan dan diperlukan juga undangundang kesehatan untuk memperkuat perilaku tersebut (Notoatmodjo, 2003).
2.5.

Strategi Perubahan Perilaku Dan Penyesuaian Perilaku

Tidak mudah untuk mengubah dan menyesuaikan perilaku individu.


Berdasarkan teorinya tentang proses perubahan perilaku kesehatan, Kelman
bersama Warwick mengembangkan tipologi dari strategi untuk melakukan
intervensi sosial. Jenis-jenis strategi dapat disusun mulai dari membatasi
kebebasan individu untuk menentukan pilihannya berdasarkan kemauannya
sendiri. Ada 4 macam strategi yaitu :

Strategi paksaan (coertion)

Memaksa individu atau kelompok untuk melakukan suatu tindakan dengan


ancaman sangsi yang berat, yaitu akan menghilangkan atau mengurangi hak
individu atas hal/barang yang tinggi nilainya jika individu tersebut tidak
bersedia mematuhi paksaan tersebut.

Strategi manipulasi

Yaitu mengubah suatu lingkungan fisik sedemikian rupa sehingga


individu/kelompok tidak mempunyai pilihan lagi selain mematuhi peratuan
yang baru atau tanpa disadari oleh individu tersebut, menggunakan
karakter/sifat-sifat pribadi tertentu untuk mempengaruhi individu dalam
menentukan pilihannya. Misalnya menugaskan anak-anak untuk mengubah
perilaku orang tua mereka.

Strategi persuasi

Strategi yng memberikan kebebasan lebih besar kepada individu/kelompok


sasaran. Dalam strategi ini seseorang (petugas kesehatan) berusaha
menggunakan pengaruh pribadinya untuk mengubah sikap/perilaku orang
lain (pasien) melalui diskusi, argumentasi atau dengan mendengarkan
pendapat masing-masing.

Strategi fasilitasi

Dalam strategi ini individu/kelompok sasaran diberi kebebasan untuk


menentukan sendiri perilaku yang ingin dituju dan petugas kesehatan hanya
membantu mereka untuk mencapai tujuan tersebut. Strategi ini baru
dilaksanakan jika tujuan yang ditentukan oleh individu itu sesuai dengan
tujuan petugas kesehatan.

Untuk menyesuaikan pembentukan antar individu atau antar kelompok maka


petugas kesehatan dapat menilai kecocokan tujuan progaram kesehatan dan
kegiatannya, dengan tujuan kelompok sasaran dan norma budaya yang
berlaku sehingga dapat dicapai perubahan perilaku yang seoptimal mungkin.
Misal, penerapan program pelayanan kesehatan melalui posyandu.

Apabila perilaku yang dilakukan sudah berubah atau sesuai dengan prinsip
kesehatan, namun kesehatan tidak juga meningkat, maka harus ditelususri
kembali mengenai hubungan antara perilaku yang sudah berubah dengan

kesehatannya atau diukur seberapa jauh perilaku tersebut berubah. Dan


ketika kebijakan yang diberikan sudah berubah namun perilaku yang terjadi
tidak juga berubah, maka kebijakan yang dilaksanakan masih lemah atau
terlalu singkat untuk diterapkan. Adanya faktor kepercayaan, harapan,
motivasi, nilai-nilai, persepsi, elemen kognitif lain termasuk keadaan dan
sikap emosional, tindakan, kebiasaan dan overt behavior sangat berperan
penting untuk perbaikan kesehatan
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan

Perilaku merupakan perbuatan, tindakan dan perkataan seseorang yang


sifatnya dapat diamati dan dicacat oleh orang lain. Perilaku adalah semua
kegiatan atau aktifitas manusia, baik yang dapat diamati langsung maupun
yang tidak dapat diamati oleh pihak luar, ( Notoatmodjo, 2003). Perilaku
tertutup adalah respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk
terselubung atau tertutup (convert). Perilaku terbuka adalah respon
seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka.

Perilaku kesehatan adalah suatu respon seseorang (organisme) terhadap


stimulus atau objek yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem
pelayanan kesehatan, makanan dan minuman, serta lingkungan. Perilaku ini
cenderung bermanfaat untuk individu itu sendriri walaupun secara tidak
langsung juga bermanfaat untuk orang lain.
3.2. Saran

Berperilaku sehat bukan hanya menguntungkan untuk diri sendiri tetapi juga
orang lain, begitu pula efek negatifnya, juga berdampak bagi orang lain.
Contohnya ketika seseorang merokok, selain berbahaya untuk diri sendiri,
asap rokok juga dapat mengganggu orang yang berada disekitar perokok
tersebut. Bahkan efek yang ditimbulkan tak kalah berbahaya dari perokok
aktif. Oleh karena itu kita harus menerapkan perilaku sehat dalam kehidupan
kita.
Daftar Pustaka

Luthviatin, Novia, dkk. 2012. Dasar-dasar Promosi Kesehatan & Ilmu


Perilaku. Jember. UPT Penerbitan UNEJ.

Notoatmodjo, Soekidjo. 2007. Kesehatan Masyarakat Ilmu & Seni. Jakarta.


PT Rineka Cipta.

W. Green. 2003. Di dalam buku Notoatmodjo. Diakses pada tanggal 12


September 2014. http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/123/jtptunimus-gdlmarlianag2-6117-4-babii.pdf

_____.
Diakses
pada
tanggal
12
September
2014.
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/38761/4/Chapter%20II.pdf
Iklan

You might also like