Professional Documents
Culture Documents
TINJAUAN PUSTAKA
3. Sirkulasi Serebral
Sirkulasi serebral menerima kira-kira 20% dari curah jantung atau
750 ml/menit. Sirkulasi ini dibutuhkan karena otak tidak menyimpan
makanan sementara kebutuhan metabolismenya tinggi (Batticaca, 2012).
SSP seperti juga jaringan tubuh lainnya sangat bergantung pada
keadekuatan
aliran
darah
untuk
nutrisi
dan
pembuangan
sisa
maupun
tidak
langsung
(kerusakan
sekunder),
yang
2. Morfologi
1) Tulang cranial
a. Lesi kulit kepala, umumnya
10
sitokin
dan
prostaglandin
menimbulkan
vasodilatasi
dan
vaskuler
berupa
meningkatnya
permeabilitas
11
akumulasi cairan ini disebut dengan edema (Robbins, Cotran, & Kumar,
2007).
Edema otak merupakan akumulasi kelebihan cairan di
intraseluler
atau
ekstraseluler
ruang
otak
yang
mengakibatkan
adanya
peningkatan
salah
satu
dari
komponen
ini
akan
terjadi
bila
otak
sudah
tidak
mampu
12
13
Gambar 2.1
Cedera kepala
Kerusakan
jaringan otak
Respon
inflamasi
Pengeluaran
histamin
Vasodilatasi &
permeabilitas
vaskuler
meningkat
Cairan kaya
protein, air & ion
berpindah ke
interstisium
Resiko
ketidakefektifan
perfusi jaringan
otak
Edema serebri
Kompensasi
keseimbangan
TIK
Penurunan
kapasitas adaptif
intrakranial
Peningkatan
TIK
Perubahan
status mental
& TTV
Herniasi
Respon biologis
Sumber : (Baratawidjaja & Rengganis, 2009; Robbins, Cotran, & Kumar, 2007;
Smeltzer & Barre, 2001; Morton, Fontaine, Hudak, & Gallo, 2011)
14
15
sistem
kardiovaskuler
didapatkan
renjatan
(syok
hipovolemik) yang sering terjadi pada klien cedera kepala sedang dan
berat. Hasil pemeriksaan kardiovaskuler klien cedera kepala pada
beberapa keadaan dapat ditemukan tekanan darah normal atau
berubah, nadi bradikardi, takikardia, dan aritmia. Frekuensi nadi cepat
dan lemah berhubungan dengan homeostasis tubuh dalam upaya
menyeimbangkan kebutuhan oksigen perifer. Nadi bradikardia
merupakan tanda dari perubahan perfusi jaringan otak. Hipotensi
menandakana adanya perubahan perfusi jaringan dan tanda awal syok.
Trauma kepala juga dapat merangsang pelepasan antidiuretik hormon
yang berdampak pada kompensasi tubuh untuk melakukan retensi atau
pengeluaran garam dan air oleh tubulus. Mekanisme ini akan
meningkatkan konsentrasi elektrolit sehingga memberikan resiko
terjadinya gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit pada sistem
kardiovaskuler.
B3 (Brain)
Cedera kepala menyebabkan defisit neurologis akibat pengaruh
peningkatan tekanan intrakranial yang disebabkan adanya perdarahan
baik bersifat hematom intraserebral, subdural, dan epidural.
16
Motorik (M)
Dapat mengikuti perintah
Verbal (V)
Orientasi tempat, waktu, dan orang baik
17
I.
Klien
akan
mengalami
kelainan
pada
fungsi
18
yang normal pada sisi yang lain, maka pupil yang miotik adalah
abnormal. Miosis ini disebabkan oleh lesi di lobus frontalis
ipsilateral yang mengelola pusat siliospinal sehingga pupil tidak
berdilatasi melainkan berkonstriksi.
d. Saraf V. Cedera kepala menyebabkan paralisis saraf trigeminus,
didapatkan
penurunan
kemampuan
koordinasi
gerakan
mengunyah.
e. Saraf VII. Persepsi pengecapan mengalami perubahan.
f. Saraf VIII. Perubahan fungsi pendengaran pada klien cedera
kepala ringan biasanya tidak didapatkan apabila trauma yang
terjadi tidak melibatkan saraf vestibulotroklearis.
g. Saraf IX dan X. Kemampuan menelan kurang baik dan kesulitan
membuka mulut.
h. Saraf XI. Bila tidak melibatkan trauma pada leher, mobilitas klien
cukup baik serta tidak ada atrofi otot sternokledomastoideus dan
trapezius.
i. Saraf XII. Indra pengecapan mengalami perubahan.
Pengkajian refleks
Pemeriksaan
refleks
profunda,
pengetukan
pada
tendon,
urin
mengkomunikasikan
karena
kebutuhan,
konfusi,
dan
ketidakmampuan
ketidakmampuan
untuk
19
T1
hipointens
dan
T2
hiperintens,
menunjukkan
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa Keperawatan adalah penilaian klinis tentang respons
manusia terhadap gangguan kesehatan/ proses kehidupan atau kerentanan
respons dari seorang individu. Berdasarkan NANDA (2015) masalah yang
20
3. Rencana Keperawatan
Menurut Nursing Outcome Classification (NOC) 2015, kriteria
hasil yang sesuai dengan kasus gangguan koping/toleransi stres
neurobehavioral
pada
pasien
cedera
kepala
dengan
diagnosa
keperawatan:
a. Penurunan kapasitas adaptif intrakranial berhubungan dengan
kerusakan serebrovaskuler sekunder adanya trauma atau cedera otak.
b. Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan serebral berhubungan
dengan gangguan serebrovaskuler sekunder adanya cedera kepala
adalah
a) Status sirkulasi yang membaik ditandai dengan tekanan sistol
dan diastol dalam rentang yang diharapkan 120/80 mmHg, tidak
ada hipertensi ortostatik, tidak ada tanda-tanda peningkatan
tekanan intrakranial <15 mmHg.
b) Kemampuan
berkomunikasi
kognitif
dengan
yang
jelas
membaik
dan
ditandai
sesuai
dengan
kemampuan,
21
4. Implementasi
Implementasi merupakan komponen dari proses keperawatan yang
merupakan kategori dari perilaku keperawatan dimana tindakan yang
22
diperlukan untuk mencapai tujuan dan hasil yang diperkirakan dari asuhan
keperawatan dilakukan dan diselesaikan (Potter & Perry, 2005).
5. Evaluasi
Evaluasi dari hasil tindakan keperawatan pada pasien cedera kepala
dengan gangguan koping/toleransi stres neurobehavioral berdasarkan
Nursing Outcome Classification (NOC) 2015 adalah menunjukkan
peningkatan kesadaran, kognitif dan fungsi motorik, menunjukkan status
sirkulasi yang baik dan tidak ada peningkatan TIK.