You are on page 1of 14

ANATOMI SISTEM UROGENITALIA

1. GINJAL
Ginjal adalah sepasang organ saluran kemih yang terletak di rongga retroperitoneal
bagian atas. Bentuknya menyerupai kacang dengan sisi cekungannya menghadap ke medial.
Cekungan ini disebut hilius renalis, yang didalamnya terdapat apeks pelvis renalis dan struktur
lain yang merawat ginjal, yakni pembuluh darah, system limfatik, dan system saraf.
Besar dan berat ginjal sangat bervariasi, hal ini tergantung pada jenis kelamin, umur ,
serta ada tidaknya ginjal pada sisi yang lain. Dalam hal ini ginjal pada laki laki relatif lebih
besar ukurannya daripada perempuan. Pada autopsy kllinis didapatkan bahwa ukuran rerata
ginjal orang dewasa adalah 11,5 cm ( panjang ) x 6 cm ( lebar ) x 3,5 cm ( tebal ). Beratnya
bervariasi antara 120 170 gram atau kurang lebih 0,4 % dari berat badan. (1)
2. URETER
Ureter adalah tabung/saluran yang menghubungkan ginjal dengan kandung kemih. Ureter
merupakan lanjutan pelvis renis, menuju distal dan bermuara pada vesika urinaria. Panjangnya

2530 cm. Persarafan ureter oleh plexus hypogastricus inferior T11-L2 melalui neuronneuron simpatis. Ureter terdiri dari dua bagian, yaitu pars abdominalis dan pars pelvina. Ureter
trdapat tiga penyempitan ureter, yaitu

Ureteropelvica junction
Persilangan a. iliaca uterine
Masuk ke vesica urinaria

Lapisan dinding ureter terdiri dari :


a. Dinding luar jaringan ikat (jaringan fibrosa)
b. Lapisan tengah otot polos
c. Lapisan sebelah dalam lapisan mukosa
Lapisan dinding ureter menimbulkan gerakangerakan peristaltik tiap 5 menit sekali yang
akan mendorong air kemih masuk ke dalam kandung kemih (vesika urinaria) melalui ostium
uretralis masuk ke dalam kandung kemih. Ureter pada wanita dan pria berjalan di tempat yang berbeda
karena wanita memiliki uterus. Ureter pada pria berjalan di dalam plica sacrogenitale dan lig vesicale laterale,
sedangkan pada wanita berjalam di dalam lig. uterosacrale, lig. vesicale laterale, lig. latum bersama a. uterine. 1

3. VESICA URINARIA
Vesica urinaria merupakan kantong yang penampungan urin sementara di cavum
pelvicum (retropubicum). Bagian vesica urinaria adalah sebagai berikut.
1. Apex: Dihubungkan ke kranial oleh urachus (sisa kantong allantois) sampai ke
umbilicus

membentuk ligamentum vesico umbilicale mediale. Bagian ini

tertutup peritoneum dan berbatasan dengan ileum dan colon sigmoideum


2. Corpus
3. Fundus vesica urinaria, dipersarafi oleh cabang-cabang plexus hypogastricus inferior,
yaitu:
a. Serabut-serabut post ganglioner simpatis glandula para vertebralis L1-L2.
b. Serabut-serabut pre ganglioner parasimpatis vertebra S2-S4 melalui N.
splancnicus dan plexus hypogastricus inferior mencapai dinding vesica urinaria.
Disini terjadisinapsis dengan serabut-serabut post ganglioner.
c. Serabut-serabut sensoris visceral afferent: N. splancnicus menuju SSP

d. Serabut-serabut afferen mengikuti serabut simpatis pada plexus hypogastricus


menuju medula spinalis L1-L2.
Vesica urinaria difiksasi antara lain oleh:
1.
2.
3.
4.

Diafragma pelvis
Lig. puboprostaticum medial dan lateral
Lig. Vesiacale laterale
Lig. Umbilicale medial dan lateral 1

4. URETRA
Merupakan saluran keluar dari urin yang diekskresikan oleh tubuh melewati ginjal,
ureter, dan vesica urinaria. Urethra adalah saluran sempit yang berpangkal pada kandung kemih,
berfungsi menyalurkan air kemih keluar. Panjang urethra bervariasi 3-4 cm pada wanita dan
sekitar 20 cm pada pria.
Urethra pada laki-laki mempunyai 2 fungsi, yaitu sebagai saluran urin dan saluran cairan
ejakulatorius. Lapisan urethra lakilaki terdiri dari lapisan mukosa (lapisan paling dalam), dan
lapisan submukosa. Urethra pada laki-laki berkelok-kelok dan terdiri dari :

Urethra pars prostatica


Urethra pars membranacea

Urethra pars spongiosa


Urethra pada wanita terletak di belakang simfisis pubis berjalan miring sedikit ke arah

atas. Lapisan urethra pada wanita terdiri dari tunika muskularis (sebelah luar), lapisan spongeosa
yang merupakan pleksus dari venavena, dan lapisan mukosa (lapisan sebelah dalam). Muara
urethra pada wanita terletak di sebelah atas vagina (antara klitoris dan vagina) dan berfungsi
hanya sebagai saluran ekskresi. 1
ANATOMI GENITALIA LAKI-LAKI

Sistem reproduksi pria dikelompokkan menjadi 2, yaitu interna dan eksterna. Pada
interna terdapat testis, epididimis, vas deferens, vesikula seminalis, duktus ejakulatorius,
glandula prostat dan glandula bulbouretralis. Sedangkan pada eksterna terdapat penis, skrotum
dan urethra.(2)
Bagian-bagian interna dari sistem reproduksi pria :

a) Testis
Testis berbentuk oval dan terletak di dalam skrotum. Testis berjumlah sepasang, di
bagian tubuh sebelah kiri dan kanan. Panjang testis adalah 44,5 cm, tebal 3 cm, dan
lebar 2,5 2,7 cm. Masing-masing testis dilapisi tunika albugenia yang terletak di bawah
lamina visceralis tunica vaginalis, membentuk septa ke dalam sehingga terbentuk
lobulus-lobulus testis. Tiap testis terdiri dari 300 lobulus yang dimana tiap lobulus
berisi satu hingga empat tubuli seminiferi.
-

Tubulus seminiferus
Merupakan tempat terjadinya proses spermatogenesis (pembentukan spermatozoa).

Testis menghasilkan sekitar 100 juta spermatozoa setiap hari dan juga hormon androgen,
yaitu testosteron. Panjangnya 75 cm yang terdiri dari banyak benang dengan total
panjang 350750 m tubulus per testis. Selain itu tubulus seminiferus juga terdiri dari 25
tubulus lurus, bergabung dengan rete testis sehingga membentuk 1520 ductuli
efferentes. Ductuli efferentes menembus tunika albugenia dan masuk ke caput epididimis.
Tubulus seminiferus terdiri dari sel-sel Sertoli yang berbentuk silindris tinggi dan
mempunyai occluding junction (blood testis barrier). Sel lainnya adalah sel Leydig yang
berkelompok dekat pembuluh darah, berinti bulat dan pucat, sitoplasma asidofil dan
berfungsi untuk sekresi hormon androgen. Hormon ini sendiri berpengaruh pada proses
desensus testikulorum yang terjadi pada fetus, menentukan sifat-sifat seks sekunder saat
pubertas dan anabolik hormon.

b) Epididimis
Epididimis merupakan saluran berkelok-kelok di dalam skrotum yang menutup
ujung atas testis. Berjumlah sepasang di sebelah kanan dan kiri dan secara umum
berfungsi sebagai tempat penyimpanan sementara sekaligus pematangan sperma yang
nantinya akan bergerak menuju vas deferens. Strukturnya terdiri atas caput (yang berisi
1214 duktus eferen), corpus dan cauda (bagian yang akan menuju vas deferens). Ductuli
efferentes dari testis masuk ke epididimis yang bermuara dalam duktus tunggal dan
membentuk duktus epididimis. Epitel dari epididimis adalah epitel bertingkat toraks
dengan stereo silia.

c) Ductus deferens
Merupakan kelanjutan dari duktus epididimis dan berdinding tebal, berotot dan
berlumen kecil. Panjangnya sekitar 45 cm dan terletak di antara epididimis dan anulus
inguinalis superficialis. Duktus deferens masuk ke dinding anterior abdomen melalui
kanalis inguinalis. Bagian ujung duktus melebar dan membesar yang disebut ampula. Dan
bagian akhir dari duktus ini akan menyatu dengan duktus vesikula seminalis untuk
membentuk duktus ejakulatori. Fungsi dari saluran ini adalah untuk mengangkut sperma
dari epididimis menuju vesikula seminalis.
d) Vesikula seminalis
Berbentuk kantung, berjumlah sepasang dan berada di sebelah lateral ampula
duktus deferens. Vesikula seminalis terdiri dari beberapa lapisan, yaitu tunika mukosa
yang sangat berlipat-lipat dengan epitel bertingkat silindris dan lamina propia. Kemudian
tunika muskularis yang tidak mengikuti lipatan mukosa dan tunika adventisia yang
menyambungkan jarak dengan serat elastin. Dinding vesikula seminalis dapat
menghasilkan getah berwarna kekuningan yang lengket, bersifat alkalis dan banyak
mengandung protein, prostaglandin dan fruktosa sebagai sumber energi sperma.
e) Duktus ejakulatorius

Merupakan saluran sempit dan berdinding tipis yang berasal dari gabungan duktus
vesikula seminalis dan duktus deferens. Panjangnya sekitar 2,5 cm. Saluran ini akan
bermuara dalam urethra pars prostatica pada colliculus seminalis. Keistimewaan dari
saluran ini adalah mampu mendorong sperma ke urethra dan akhirnya dikeluarkan.
f) Glandula prostat
Merupakan kelenjar aksesori terbesar yang terletak di antara simfisis dan rectum
dan berisi banyak saraf serta pembuluh darah. Kelenjar ini mempunyai panjang 3 cm,
tebal 2,5 cm, lebar 4 cm, dan berat 20 gr. Glandula prostat terbagi atas 5 lobus, antara lain
lobus anterior, posterior, 2 lobus lateral dan medius. Glandula prostat ini mengeluarkan
sekret berwarna putih, tidak berlendir dan merupakan 20% dari keseluruhan cairan
semen. Sekret prostat terdiri atas asam sitrat, fosfatase asam,

prostaglandin dan

fibrinogen.
g) Glandula bulbo-uretralis (Cowperi)
Berjumlah sepasang, masing-masing di sebelah lateral urethra pars membranosa.
Kelenjar ini terbungkus oleh serabut m. sphincter urethra dan saluran keluarnya
menembus membran perinealis menuju urethra pars spongiosa. Sekret yang dihasilkan
oleh kelenjar ini berupa lendir dan akan dialirkan ke urethra.
Bagian-bagian eksterna dari sistem reproduksi pria :
a) Penis
Secara garis besar penis terdiri dari radix penis (2 crura dan 1 bulbus penis) dan
corpus penis (terdiri dari 3 jaringan erektil berbentuk silinder; 2 corpus cavernosum dan 1
corpus spongiosum). Pada radix penis, bagian crura melekat pada arcus pubis, permukaan
luar ditutupi oleh m. ischiocarvenosus dan pada corpus penis melanjut menjadi corpus
cavernosum. Sedangkan bulbus terletak di tengah, melekat pada diafragma urogenital, di
tengahnya terdapat urethra, permukaan luar ditutupi oleh m. bulbospongiosus dan pada
corpus penis akan melanjut menjadi corpus spongiosum.
Corpus spongiosum dibagi atas 3 bagian yaitu bulbus, corpus dan glans. Di
tengahnya terdapat urethra. Bulbus diikat pada arcus pubis oleh membran perinealis dan
pada saat ereksi corpus ini tidak akan membesar secara berlebihan sehingga cairan
ejakulat dapat keluar. Pada bagian distal corpus spongiosum melanjut menjadi glans penis
yang berbentuk kerucut dan dasarnya melebar. Di bagian ujungnya terdapat lubang dari

ujung urethra yang disebut meatus urethra eksterna. Dan semua bagian ditutupi oleh
preputium.
Sedangkan pada corpus cavernosum banyak terdapat terowongan yang akan terisi
air saat ereksi kemudian penis akan menegang. Corpus ini dipisahkan oleh septum yang
dibentuk oleh tunika albugenia yang sangat tebal.
b) Skrotum
Berupa kantung yang di dalamnya berisi testis. Kantung ini berjumlah sepasang
yaitu kanan dan kiri yang dibatasi oleh sekat berupa jaringan ikat dan otot polos. Otot ini
berfungsi untuk menggerakan skrotum sehingga dapat mengerut dan mengendur. Di
dalam skrotum juga terdapat serat-serat otot yang berasal dari penerusan otot lurik
dinding perut (otot kremaster). Otot ini bertindak sebagai pengatur suhu lingkungan testis
agar stabil (suhu testis sedikit lebih rendah dibandingkan dengan suhu tubuh) sehingga
proses spermatogenesis tidak terganggu.
Lapisan-lapisan skrotum terdiri atas kulit (dari dinding abdomen), fascia superficial
(dari jaringan lemak bawah kulit fascia superficialis dinding abdomen), fascia spermatica
ekterna (dari aponeurosis m. obliquus abdominis eksternus), fascia cremasterica (dari
aponeurosis m. obliquus abdominis internus), fascia spermatica interna (dari fascia
transversalis) dan tunica vaginalis (dari peritoneum).
c) Urethra
Urethra pada pria memiliki panjang 20 cm, memanjang dari leher vesica urinaria
menuju meatus urethra eksterna. Terbagi menjadi 3 bagian yaitu pars prostatica, pars
membranacea dan pars cavernosa (pars pendularis).
Panjang dari pars prostatica adalah 3 cm, yang melewati urethra dari basis sampai
apex prostat. Bagian ini merupakan bagian urethra terlebar, mampu berdilatasi dan
sebagai muara dari ductus ejakulatorius dan ductus prostatikus.
Lalu pars membranacea memiliki panjang 1,25 cm, terletak pada diafragma
urogenital dan dikelilingi oleh m. sphincter urethra. Bagian ini merupakan bagian yang
tidak mampu berdilatasi.
Dan bagian terakhir adalah pars cavernosum yang memiliki panjang 15,75 cm
dan ukuran ini bergantung pada keadaan ereksi. Pada bagian proksimal terdapat 2 lubang
yang merupakan muara dari duktus glandula bulbo-urethralis Cowperi dan terletak di
tengah bulbus dengan corpus spongiosum. Dan apabila bagian ini yang terletak pada
glans penis berdilatasi maka akan membentuk fossa terminalis.

PROSES MIKSI SECARA FISIOLOGIS


A. FISIOLOGI MIKSI

(3)

Proses miksi merupakan aktifitas dari proses neurofisiologi yang kompleks dan terkoordinasi
dengan sangat tepat dan melibatkan aktifitas neuronal mulai dari 3 korteks serebri, batang otak,
medula spinalis dan saraf-saraf tepi baik otonom maupun somatik.
Fungsi penyimpanan dan pengeluaran urine merupakan dua fungsi bulibuli yang diatur oleh
sistem refleks yang kompleks. Pengaturan ini menghasilkan koordinasi antara kontraksi otot
polos dan lurik yang berakhir dengan terjadinya miksi pada tekanan intra uretra yang rendah dan
fungsi kandung kemih yang terkontrol. Fisiologi kandung kemih terdiri atas neurofisiologi
mekanisme refleks miksi dan fisiologi detrusor serta otot lurik periuretra.
Tekanan yang dihasilkan oleh otot polos dan lurik disekitar dan pada uretra membuat
jaringan penunjang dan pembuluh darah yang ada di bagian dalam dinding uretra terjepit
sehingga epitel uretra menjadi seperti tutup yang kedap air. Semua faktor ini akan menjadi
faktor penting terjadinya kontinensia. Tekanan intra uretra dalam keadaan istirahat adalah antara
50-100 cm H2O, suatu tekanan yang cukup bila diingat bahwa tekanan intravesika maksimal
adalah 50 cm H2O.
Sfingter uretra disokong oleh otot, ligamen, dan fasia dasar panggul dan pengalaman klinis
menunjukkan bahwa hal ini penting untuk mekanisme kontinensia yang efisien. Lebih dari itu
kontraksi otot levator ani mengangkat, memanjangkan dan menekan uretra sehingga berperan

penting pada terjadinya kontinensia pada saat kondisi stress misalnya pada peningkatan tekanan
intraabdominal secara tiba-tiba.
Tekanan yang dihasilkan oleh mekanisme sfingter proksimal pada leher kandung kemih jauh
lebih rendah dibanding mekanisme sfingter distal. Tertutupnya leher kandung kemih hanya
tergantung fungsi detrusor. Selama detrusor tidak berkonsentrasi leher kandung kemih akan
tetap tertutup walaupun terjadinya kenaikan tekanan
mengedan, batuk dan lain-lain. Hanya

intravesikal yang ekstrim seperti

dengan kontraksi detrusor terjadi pembukaan leher

kandung kemih.

Kandung kemih dapat penyimpanan pertambahan jumlah urine tanpa diikuti kenaikan
tekanan intravesika. Hal ini dapat terjadi karena sifat elastisitas otot kandung kemih yang dapat
meregang. Selain itu kandung kemih dalam keadaan kosong bukanlah berupa organ yang
berkontraksi, tetapi lebih berupa kantong yang terlipat. Oleh karenanya pengisian urine dalam
jumlah yang sedikit hanya mengubah bentuk kandung kemih yang terlipat tanpa perlu
meregangkan dindingnya, begitu volume urinee bertambah banyak barulah kandung kemih akan
meregang untuk menjamin tertampungnya urinee tanpa mengakibatkan kenaikan tekanan
intervesika. Diluar kedua faktor, elastisitas dan kemampuan merubah bentuk kandung kemih,
diduga faktor persarafan juga berperan dalam menghambat terjadinya kontraksi detrusor atau
secara aktif membuat relaksasi detrusor selama fase pengisian urine.

B. MEKANISME PENGOSONGAN KANDUNG KEMIH (3,4)


Kandung kemih terisi dengan kecepatan 1 ml/menit dan pada awalnya tanpa adanya
sensasi apapun. Sesuai dengan bertambahnya jumlah urine dalam kandung kemih akan timbul
sensasi samar yang timbul di daerah perineum atau dalam rongga pelvik. Lama kelamaan sensasi
ini makin jelas dan sulit untuk diabaikan dan dalam keadaan normal ini saat untuk miksi. Bila
kandung kemih dibiarkan terisi terus maka timbul sensasi regangan daerah abdomen bawah yang
timbul dari saraf simpatis ke kolum lateral dan mungkin berasal dari reseptor regangan di
trigonum. Bila tidak juga terjadi miksi akan terdapat sensasi miksi yang sulit tertahan. Sensasi ini

berasal dari uretra atau otot lurik periuretra. Serat aferen untuk sensasi ini berjalan bersama
nervus pudendus menuju kolum dorsal medula spinalis. Ketiga sensasi ini mempunyai alur saraf
berbeda dan dapat terjadi tanpa kenaikan tekanan intravesikal. Sensasi pertama adalah yang
terpenting. Rangsangan untuk ketiga sensasi adalah distensi kandung kemih. Walaupun distensi
saja

sudah merupakan

rangsangan yang cukup tapi faktor pertambahan volume yang

dihubungkan dengan frekuensi kontraksi ritmin detrusor dengan amplitudo rendah juga
memegang peranan.

1. Fase pengisisan
Persarafan menyebabkan kandung kemih mampu menahan urine di kandung kemih
sampai distensi kandung kemih mencapai titik batasnya. Mekanisme saraf yang menjaga saraf
parasimpatis postganglionik tetap tidak aktif melibatkan tiga faktor. Pertama adanya inhibisi
berulang terhadap saraf postganglionik dengan menghambat hubungan antar saraf di
intermediolateral grey columns. Penghambatan ini terjadi pada volume kandung kemih kecil dan
akan hilang waktu terjadinya miksi. Faktor kedua adalah peranan ganglion parasimpatik yang
berfungsi sebagai filter, impuls preganglion yang rendah tidak akan diteruskan. Faktor ini
merupakan faktor terpenting yang juga akan hilang waktu terjadinya miksi. Faktor ketiga adalah
inhibisi oleh saraf simpatis terhadap parasimpatis ganglioner.
Tekanan penutupan uretra meningkat pada beberapa keadaan seperti pengisian buli-buli
secara cepat, peningkatan tekanan intra abdomen, aktifitas fisik dan kontraksi volunter otot
dasar panggul. Kenaikan tekanan sebagai respon terhadap pengisian buli-buli terjadi melalui
refleks eferen dan nervus pelvikus.
Aktivitas neural mempertahankan tekanan intravesikal lebih rendah dari tekanan uretral.
Perbedaan tekanan

intravesikal dengan tekanan uretral disebut sebagai

urethral closure

pressure. Tekanan intra uretral dipertahankan tinggi pada proses pengisian kandung kemih
disebabkan elastisitas jaringan ikat mukosa uretral, sedang yang aktif mempertahankan tekanan
intra uretral adalah tonus otot-otot polos dan otot lurik intra uretral.

Peninggian mendadak tekanan intra andomen akan ditransmisikan dan didistribusikan


secara sama ke arah kandung kemih dan ke uretral, sehingga pengaruh terhadap urethral closure
pressure tidak ada. Transmisi tekanan ini tergantung pada komponen aktif yaitu kontraksi otototot lurik dan komponen pasif yaitu posisi intra abdominal leher buli-buli dan uretra. Jika 6otototot dan fasia pada dasar pelvis melemah, penurunan posisi leher kandung kemih dan uretral
akan disertai dengan distribusi tekanan intra abdominal yang tidak sama berakibat timbulnya
stress inkontinensia.

2. Fase pengosongan
Pengosongan kandung kemih terjadi dengan adanya peningkatan tekanan intravesika
yang bertahan sampai kandung kemih kosong disertai penurunan tekanan intra uretra. Miksi
dimulai dengan penurunan tekanan intra uretra yang mendahului kenaikan tekanan intravesika
beberapa detik walaupun kadang kadang terjadi bersamaan. Bila tekanan intravesika sampai
batas tertentu maka leher buli-buli akan membuka dan miksi dimulai. Pada saat miksi selesai
uretra pada daerah sfingter distal akan menutup dan penutupan ini diikuti bagian yang lebih
proksimal dan terakhir tertutupnya leher kandung kemih.

UNTUK DI PPT KAYAK GINI AJA

DAFTAR PUSTAKA
1. Purnomo B. Dasar-dasar Urologi. Edisi Ke-3. Malang: Sagung Seto. 2011.
2. Snell RS. Organa Genatalia Masculina. In: Hartanto H, Listiawati E, Suyono YJ,
Susilawati, Nisa TM, Prawira J, editors. Anatomi Klinik, 1st ed. Kedokteran ECG; 2006.
p. 349-352.
3. Taher A. Anatomi dan fisiologi miksi. Dalam : Simposium diagnosis dan penatalaksanaan
mutakhir inkontinensia urine. Jakarta: 2000
4. Wise B. The neurology of the lower urineary tract : innervation, neuropharmacology and
neurophysiology. In: Cardozo L. Urogynecology 1 th ed. New york : Churchill
livingstone, 1997;41-49

You might also like