Mengenal Diri dan Potensi Anak Muda dengan Berperangai Mulia untuk Kemajuan Indonesia
Karya Ini Disusun untuk Mengikuti
Lomba National Essay Competition 2017 Menuju Untuk Indonesia Mandiri
Disusun Oleh : Arif Budiman Al Fariz
Program Studi Psikologi
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Tangerang Selatan 2017 Berikan aku seribu orang tua, niscaya akan kucabut sumeru dari akarnya. Namun berikan aku sepuluh orang pemuda, niscaya akan kuguncangkan dunia. Kira-kira seperti itulah ucapan Ir. Soekarno dalam salah satu pidatonya. Dapat dilihat dari kutipan tersebut, perbandingan kuantitas orang tua dan pemuda dalam mengubah sesuatu yang terpaut jauh beserta dampaknya yang cukup signifikan. Selain itu, dapat juga dikatakan bahwa peranan pemuda sangatlah sentral dalam suatu negara. Pemuda saat ini dituntut untuk dapat mengembangkan diri serta potensinya. Potensi tersebut bisa digali dengan syarat pemuda itu bisa mengenal dirinya dan tahu akan dirinya secara komprehensif. Namun melihat fenomena yang banyak muncul di media masa membuat generasi muda bangsa ini diambang krisis moral. Kasus-kasus yang tidak lazim banyak menggerogoti anak muda terutama masalah yang secara keseluruhan menyangkut dengan moral, seperti pembunuhan terhadap kakek sendiri dengan dilatarbelakangi narkoba, rasa senioritas yang berakibat terbunuhnya junior di suatu sekolahan, dsb. Sungguh sangat ironis jika kita lihat dan bandingkan masalah di atas dengan definisi pemuda dari KBBI, pemuda /pe-mu-da/ adalah orang yang masih muda; orang muda: -harapan bangsa. Pemuda harapan bangsa yang berarti maju mundurnya bangsa di kemudian hari tergantung para pemudanya hari ini. Jika masalah itu terus dibiarkan akan dibawa kemana negara Indonesia nanti. Jerit payah para pejuang akan terasa terlewat sia-sia begitu saja seperti yang telah dicita-citakan dan tertuang dalam undang-undang dasar 1945. Dan telah mengingkari janji untuk mengisi kemerdekaan dengan sebaik-baiknya. Untuk itu, tulisan ini bertujuan untuk menyadarkan betapa pentingnya pemahaman akan diri, termasuk aspek primordial, serta memiliki akhlak al-karimah atau perangai yang mulia untuk kemajuan bangsa. Menurut Kemenpora yang termasuk ke dalam pemuda adalah orang yang berusia 16 tahun hingga 30 tahun. Saat usia tersebut semangat pencarian jati diri semakin menuju tahap akhir. Sehingga, pemahaman akan potensinya semestinya sudah cukup matang. Sifatnya yang spontan, idealis, visioner, dan energik menjadikan pemuda sebagai agent of change (agen perubahan) di masyarakat. Namun sebelum menjadi agen perubahan, para pemuda haruslah memiliki beberapa kriteria yang harus dipenuhi untuk menjadi seorang pemuda yang dapat mengarahkan sebuah bangsa ke arah yang dinginkan. Dan sebuah negara akan tetap eksis jika potensi pemudanya mampu dioptimalkan untuk diaktifkan peranannya. Namun dalam kontek sekarang masih banyak pemuda yang masih bingung dan asing dengan dirinya sendiri. Bahkan ada pemuda yang mudah terpengaruh oleh orang lain sehingga mereka hanya jadi pemeran pasif dan objek bukan subjek dalam perubahan. Hal tersebut dilandasi karena gagalnya memahami diri sendiri secara menyeluruh. Pemahaman disini yaitu seperti tahu tujuan atau alasan ia mengerjakan suatu hal, memiliki visi yang jelas, mengenal budaya latar belakangnya, dan memahami dirinya dalam pandangan orang lain. Memiliki tujuan yang jelas atau spesifik merupakan langkah awal menuju pengoptimalan potensi diri. Karena dengan memiliki tujuan yang jelas, maka itu akan memperjelas juga terhadap apa yang dilakukan sesuai tujuan yang telah ditetapkan. Peranan pasif dari para pemuda memang menjadi masalah, terutama para pemuda yang sudah terjerumus ke dalam budaya hedonisme,