You are on page 1of 6

Anatomi dan Fisiologi Tiroid

Kelenjar tiroid terletak di leher, anterior trakea, di antara kartilago krikoid dan lekukan suprasternal.
Tiroid terdiri dari 2 lobus yang dihubungkan dengan ismus. Ukuran normal 12-20 gram, dengan
vaskularisasi yang banyak, dan konsistensi nya lunak. Kelenjar paratiroid yang menghasilkan
hormon paratiroid terletak di posterior setiap sudut tiroid. Saraf laringeal rekuren melintang pada tepi
lateral kelenjar tiroid dan harus dideteksi selama operasi kelenjar tiroid untuk mencegah paralisis pita
suara.

Gambar 1. Anatomi Thyroid

Kelenjar tiroid terbentuk saat kehamilan minggu ke tiga. Kelenjar ini bermigrasi dari foramen sekum,
pada dasar lidah, sepanjang duktus tiroglosus untuk mencapai lokasi akhirnya pada leher. Kondisi ini
menyebabkan adanya lokasi tiroid ektopik mulai dari dasar lidah (lingual tiroid) dan duktus
tiroglosus sepanjang daerah perjalanan tiroid. Sintesis hormon tiroid secara normal dimulai pada
kehamilan minggu 11. Kelenjar paratiroid berasal dari kantung faringeal ketiga (kelenjar inferior)
dan keempat (kelenjar superior) dan akan menempel pada kelenjar tiroid. Perkembangan kelenjar
tiroid diatur oleh sekelompok faktor transkripsi untuk perkembangan. Thyroid transcription factor
(TTF) 1 yang dikenal sebagai NKX2A dan TTF2 atau FKHL15, dan PAX8 diekspresikan secara
selektif oleh kelenjar tiroid. Secara kombinasi, mereka akan mengatur perkembangan tiroid dan
menginduksi gen spesifik tiroid seperti tiroglobulin, tiroid peroksidase, sodium iodide symporter
(NIS), dan TSHR (thyroid stimulating hormone receptor). Adanya mutasi faktor ini akan
menimbulkan agenesis tiroid atau dishormonogenesis dan menimbulkan hipotiroidisme kongenital.

REGULASI AKSIS HIPOTALAMUS-HIPOFISIS-TIROID

TSH, disekresikan oleh sel tirotropik dari pituitari anterior memegang peranan penting dalam kontrol
aksis tiroid dan merupakan petanda fungsi kelenjar tiroid. TSH adalah hormon yang terdiri dari 2
subunit yaitu dan . Sub unit sering pada hormon glikoprotein lain seperti luteinizing hormon,
Folikel Stimulating Hormon, dan Human Chorionic Gonadotropin, sedangkan sub unit khusus
untuk TSH.
Gambar 2. HPT axis

Aksis tiroid merupakan contoh lengkung umpan balik dalam endokrin. TRH dari hipotalamus akan
merangsang hipofisis memproduksi TSH, yang akan merangsang sintesis dan sekresi hormon tiroid.
Hormon tiroid akan menberikan umpan balik negatif untuk menghambat produksi TRH dan TSH.
TRH adalah merupakan regulator positif utama dari sintesis dan sekresi TSH. Puncak sekresi TSH
terjadi 15 menit setelah pemberian TRH eksogen sedangkan dopamin, glukokortikoid, dan
somatostatin akan menekan TSH. Penurunan kadar hormon tiroid akan meningkatkan produksi basal
TSH dan meningkatkan TSH melalui perangsangan TRH. Kadar hormon tiroid yang tinggi akan
secara cepat dan langsung menekan TSH dan menghambat TRH merangsang TSH.

TSH dilepaskan secara pulsatif sesuai irama diurnal dengan kadar paling tinggi pada malam hari.
Waktu paruh TSH cukup lama yaitu 50 menit sehingga pengukuran tunggal kadarnya cukup untuk
melihat kadar dalam sirkulasi. TSH diukur menggunakan immunoradiometric assay yang sangat
sensitif dan spesifik yang dapat digunakan untuk menilai kadar TSH normal atau tertekan.

TSH akan mengontrol pertumbuhan sel tiroid dan produksi hormon dengan berikatan pada reseptor
TSH spesifik. Gangguan pada reseptor TSH karena autoantibodi akan menimbulkan hipertroidisme
pada penyakit Grave.

Efek TSH pada sel tiroid adalah :


- perubahan morfologi sel tiroid : merangsang pseudopod pada sel koloid sehingga meningkatkan
resorpsi tiroglobulin
- pertumbuhan sel tiroid, peningkatan vaskularitas
- metabolisme yodium
- Efek lain: meningkatkan transkripsi mRNA tiroglobilin dan TPO, meningkatkan aktivitas lisosomal,
dan 1,5- deiodinisasi
- Stimulasi ambilan glukosa, konsumsi oksigen, dan glukosa oksidasi

SINTESIS, METABOLISME, DAN PERAN HORMON TIROID


Hormon tiroid berasal dari tiroglobulin (Tg), sebuah glikoprotein teriodinisasi. Setelah disekresikan
ke folikel tiroid, Tg akan diiodinisasi. Pengambilan Tg ke dalam sel folikular tiroid akan mengawali
proteolisis dan pelepasan T3 dan T4 yang baru disintesa.

Pengambilan iodida merupakan tahap awal sintesa tiroid. WHO menganjurkan asupan yodium harian
untuk dewasa adalah 150ug, 200 ug untuk wanita hamil dan menyusui, 50-120 ug untuk anak-anak.
Iodin yang berasal dari makanan akan terikat oleh protein serum terutama albumin. Iodin yang tidak
terikat akan dieksresikan ke urin.

Kelenjar tiroid akan mengekstrak iodin dari sirkulasi. Pengambilan iodida dimediasi oleh Na/I
symporter (NIS) yang diekspresikan pada membran basolateral sel folikular tiroid. NIS diekspresikan
paling besar oleh kelenjar tiroid tetapi dalam jumlah kecil juga diekspresikan oleh kelenjar saliva,
saat menyusui, dan oleh plasenta.

Mekanisme transport iodida ini diatur dengan baik sehingga memungkinkan adaptasi terhadap variasi
suplai makanan. Kadar iodin yang rendah akan meningkatkan jumlah NIS dan merangsang
pengambilan, sedangkan kadar yang tinggi akan menekan ekspresi dan pengambilan NIS. Adanya
ekspresi NIS yang selektif pada tiroid memungkinkan untuk isotopic scanning, terapi hipertiroidisme,
dan ablasi kanker tiroid dengan radioisotop iodin tanpa memberikan efek signifikan pada organ tubuh
lain. Trasporter iodin lain adalah pendrin yang terletak pada permukaan apikal sel tiroid dan
memediasi efluks ke dalam lumen. Mutasi gen pendrin akan menimbulkan sindroma Pendrin yang
ditandai oleh gangguan oraganifikasi iodin, struma dan tuli sensorineural.

Defisisensi iodin akan menimbulkan struma, dan jika berat menimbulkan hipotiroidisme dan
kretinisme. Kretinisme ditandai oleh gangguan pertumbuhan dan mental. Hal ini terjadi pada anak-
anak di daerah defisiensi iodin dan tidak mendapat pengobatan iodin atau hormon tirod untuk
mengembalikan kadar hormon tiroid normal.

Biosintesis dan sekresi hormon tiroid


Biosinteis hormon tiroid dimulai dengan pengambilan unsur yodium dari plasma dan berakhir
dengan sekresi ke darah, menmpuh beberapa langkah, yakni: trapping, oksidasi dan yodinisasi,
coupling, penyimpanan, deyodinisasi, proteolisis dan sekresi hormon.

Langkah-langkah sintesis hormon tiroid :


1. Tahap pengambilan yodium dari plasma (trapping)
Tahap ini merupakan transport aktif, berhubungan dengan Na, K ATP-ase melalui Na-Iodine
symporter (NIS) yang terletak di membran basalis sel folikel. Proses ini dipicu oleh TSH dan
dihambat oleh beberapa anion seperti Br, SCN,SeCN dan pertechnetate (TcO4). Secara klinis SCN
cukup penting karena merupakan zat goitroh=genik yang berasal dari makanan yang mengandung
HCN tinggi. Pertechnetate radioaktifa dalam klinik digunakan dalam pemeriksaan pencitraan
kelenjar tiroid. Pada membran apikal sel folikel, terjadi effluks yodium ke dalam lumen folikel
dengan bantuan pendrin.
2. Oksidasi dan Yodisasi
Intraseluler, iodine mengalami proses okisdasi dan selanjutnya bergabung dengan tyrosil (yodinasi
tyrosil) yang merupakan residu Tg, membentuk monoiodotirosin (MIT) dan Diiodotirosine (DIT)
dengan perantaraan enzim TPO. Proses ini dikenal juga sebagai tahapan organifikasi.

3. Proses Coupling
Dengan diperantarai enzim TPO, dua molekul DIT didalam Tg bergabung menjadi T4
(tetraiodothyronin) dan satu MIT dengan DIT membentuk T3 (triiodothyronine). Selanjutnya hormon
tiroid yang sudah selesai dibentuk ini dibentuk dalam thyroglobuline dilumen folikel tiroid yang akan
dikeluarkan apabila dibutuhkan. PTU maupun goongan metimazol menghambat TPO dalam proses
oksidasi maupun coupling sehingga dapat digunakan dalam pengobatan secara klinis.

4. Proteolisis
Bila diperlukan dengan stimulasi TSH terjadi proteolisis Tg untuk melepaskan hormon tiroid ke
dalam sirkulasi bebas. Proteolisis Tg melepaskan hormon tiroid dalam bentuk T3 dan T4 kedalam
sirkulasi bebas, sedangkan Tg-MIT dan Tg-DIT mengalami deyodinasi kembali dan iodidanya masuk
kembali ke simpanan yodium intratiroid sebagai cadangan yodium. Sebagian besar hormon yang
disekresikan dalam bentuk T4 (100nmol/hari), sejumlah kecil dalam bentuk T3 (5nmol/hari).
Kelenjar tiroid juga mensekresi calsitonin yang diproduksi oleh sel C.

Setelah iodin memasuki tiroid, ia akan dikirim ke apikal membran sel folikular dimana disana akan
dioksidasi dalam reaksi yang melibatkan TPO ( tiroid peroksidase ) dan hidrogen peroksidase. Reaksi
ini akan menghasilkan T3 atau T4, tergantung dari jumlah atom yang tersedia pada iodotirosin.
Setelah coupling, Tg ditarik kembali ke sel tiroid dan akan diproses dalam lisosom untuk
menghasilkan T4 dan T3. Uncoupled mono dan diiodotirosin ( MIT , DIT) akan diiodinisasi oleh
enzim dehalogenase, sehingga akan mendaur ulang iodida yang tidak diubah menjadi hormon tiroid.

Gangguan sintesis hormon tiroid merupakan penyebab yang jarang untuk terjadinya hipotiroidisme
kongenital. Kelainan paling sering disebabkan adanya mutasi resesif pada TPO atau Tg, tetapi dapat
pula terjadi gangguan pada TSH-R, NIS, pendrin, dan hidrogen peroksidase. Karena adanya
gangguan biosintesis, kelenjar tidak mampu memproduksi hormon sehingga menimbulkan
peningkatan TSH dan pembesaran struma.

TSH mengatur fungsi kelanjar tiroid melalui TSH-R, suatu reseptor transmembran G- protein-
coupled ( GPCR) sehingga mengaktifkan adenylyl cyclase sehingga meningkatkan produksi cyclic
AMP. Berbagai growth factor yang diproduksi oleh kelenjar tiroid juga mempengaruhi sintesis
hormon tiroid, termasuk insulin like growth factor ( IGF-1), epidermal growth factor, transforming
growth factor (TGF- ), endotelin, dan berbagai sitokin. Sitokin dan interleukin ( IL) tertentu
dihasilkan dan berhubungan dengan penyakit tiroid autoimun, sedangkan yang lain berhubungan
dengan apoptosis. Adanya defisiensi iodin akan meningkatkan aliran darah tiroid dan mempengaruhi
NIS untuk melakukan pengambilan lebih efektif.

Metabolisme dan transport Hormon Tiroid


T4 disekresi dari kelenjar tiroid 20 lipat lebih banyak dari pada T3. Kedua hormon ini terikat pada
plasma protein termasuk TBG ( Thyroxine Binding Globulin), TTR( Transthyretin), dan albumin.
Konsentrasi TBG sangat rendah, tetapi karena afinitasnya tinggi terhadap hormon tiroid, maka dapat
membawa 80% dari hormon yang terikat, sedangkan albumin afinitasnya rendah terhadap hormon
tiroid, tetapi karena kadarnya yang tinggi di plasma maka dapat membawa 10% T4 dan 30% T3.
TTR membawa 10% T4 tetapi hanya sedikit T3. Karena kadar T3 lebih kurang terikatnya
dibandingkan T4 maka kadar T3 bebas lebih besar dari pada T4 bebas. Hanya hormon yang bebas
yang secara biologis aktif ke jaringan.

Efek Hormon Tiroid


Hormon tiroid bekerja dengan berikatan pada reseptor hormon tiroid ( TRs ) dan dengan afinitas
yang sama. T3 terikat 10-15 kali lebih besar afinitasnya dari pada T4.

Efek hormon tiroid antara lain pada :


- Perkembangan fetus
fT3 dan T4 dari ibu akan melewati plasenta dan membantu perkembangan otak awal fetus. Setelah
minggu ke-11 maka fetus akan mengandalkan fungsi tiroidnya sendiri

- Konsumsi oksigen , produksi panas, dan pembentukan radikal bebas


T3 akan meningkatkan konsumsi O2 dan produksi panas dengan menstimulasi Na-KATP
ase pada semua jaringan kecuali otak, limpa dan testis. Hal ini akan menimbulkan
peningkatan metabolisme basal.

- Kardiovaskular
T3 akan menstimulasi transkripsi retikulum sarkoplasma Ca2+ATPase sehingga
meningkatan waktu relaksasi diastolik, depolarisasi dan repolarisasi SA sehingga
meningkatkan denyut jantung. Hormon tiroid juga akan meningkatan sensitivitas
adrenergik, menurunkan resistensi vaskular.

- Simpatis
Hormon tiroid akan meningkatkan respeptor adrenergik pada jantung dan otot skeletal,
jaringan lemak, dan limfosit serta meningkatkan sensitivitas katekolamin.

- Paru
Hormon tiroid akan mengatur respon ventilasi terhadap hipoksia dan hiperkapnia pada
pusat pernapasan di batang otak.

- Hematopoetik
Meningkatnya kebutuhan oksigen pada hipertiroidisme akan meningkatkan eritropoesis
melalui peningkatan produksi eritropoetin atau efek langsung pada sumsum tulang tetapi
kadar hematokrit tidak meningkat karena volume plasma juga meningkat.

- Gastrointestinal
Hormon tiroid akan meningkatkan motilitas usus.

- Skeletal
Hormon tiroid akan menstimulasi turn over tulang, meningkatkan resorpsi tulang serta
pembentukannya.

- Neuromuskular
Pada hipertiroidisme akan terjadi peningkatan turn over dan hilangnya protein pada otot
sehingga terjadi miopati proksimal. Terjadi pula peningkatan kontraksi dan relaksasi otot
sehingga terjadi hiperrefleksia.

- Metabolisme karbohidrat dan lipid


Hipertiroidisme akan meningkatkan glukoneogenesis dan glikogenolisis dan juga absorbsi
glukosa di usus. Lipolisis juga akan meningkat.

- Endokrin
Hormon tiroid mempengaruhi produksi, respon, dan bersihan berbagi hormon. Pada anak
dengan hipotiroidisme akan terjadi gangguan hormon pertumbuhan, menghambat
puberitas dengan menganggu GnRH. Hipotiroidisme dapat menimbulkan
hiperprolaktinemia. Pada hipertiroidisme terjadi peningkatan aromatisasi androgen
menjadi estrogen sehingga dapat terjadi ginekomastia.

You might also like