You are on page 1of 45

Asuhan Keperawatan Komunitas Kelompok Khusus Lansia

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Keperawatan adalah ilmu yang mempelajari penyimpangan atau tidak terpenuhinya
kebutuhan dasar manusia yang dapat mempengaruhi perubahan, penyimpangan atau tidak
berfungsinya secara optimal setiap unit yang terdapat dalam sistem hayati tubuh manusia,
baik secara individu, keluarga, ataupun masyarakat dan ekosistem. Komunitas adalah
sekelompok manusia yang saling berhubungan lebih sering dibandingkan dengan manusia
lain yang berada diluarnya serta saling ketergantungan untuk memenuhi keperluan barang
dan jasa yang penting untuk menunjang kehidupan sehari-hari.
Masalah kesehatan adalah suatu masalah yang sangat kompleks, yang saling berkaitan
dengan masalah masalah lain diluar kesehatan sendiri. Demikian pula pemecahan masalah
kesehatan masalah, tidak hanya dilihat dari segi kesehatannya sendiri, tapi harus dilihat dari
segi segi yang ada pengaruhnya terhadap masalah sehat sakit atau kesehatan tersebut.
Komunitas adalah kelompok sosial yang tinggal dalam suatu tempat, saling
berinteraksi satu sama lain, saling mengenal serta mempunyai minat dan interest yang sama
(WHO). Komunitas adalah kelompok dari masyarakat yang tinggal di suatu lokasi yang sama
dengan dibawah pemerintahan yang sama, area atau lokasi yang sama dimana mereka tinggal,
kelompok sosial yang mempunyai interest yang sama (Riyadi, 2007).
Menurut WHO (1959), keperawatan komunitas adalah bidang perawatan khusus yang
merupakan gabungan keterampilan ilmu keperawatan, ilmu kesehatan masyarakat dan
bantuan sosial, sebagai bagian dari program kesehatan masyarakat secara keseluruhan guna
meningkatkan kesehatan, penyempumaan kondisi sosial, perbaikan lingkungan fisik,
rehabilitasi, pencegahan penyakit dan bahaya yang lebih besar, ditujukan kepada individu,
keluarga, yang mempunyai masalah dimana hal itu mempengaruhi masyarakat secara
keseluruhan. Keperawatan kesehatan komunitas menurut ANA (1973) adalah suatu sintesa
dari praktik kesehatan masyarakat yang dilakukan untuk meningkatkan dan memelihara
kesehatan masyarakat.
Praktik keperawatan kesehatan komunitas ini bersifat menyeluruh dengan tidak
membatasi pelayanan yang diberikan kepada kelompok umur tertentu, berkelanjutan dan
melibatkan masyarakat. Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa perawatan
kesehatan komunitas adalah suatu bidang dalam ilmu keperawatan yang merupakan
keterpaduan antara keperawatan dan kesehatan masyarakat dengan dukungan peran serta
masyarakat, serta mengutamakan pelayanan promotif dan preventif secara berkesinambungan
dengan tanpa mengabaikan pelayanan kuratif dan rehabilitatif, secara menyeluruh dan
terpadu ditujukan kesatuan yang utuh melalui proses keperawatan untuk ikut meningkatkan
fungsi kehidupan manusia secara optimal.
Sasaran keperawatan komunitas adalah seluruh masyarakat termasuk individu,
keluarga, dan kelompok yang beresiko tinggi seperti keluarga penduduk di daerah kumuh,
daerah terisolasi dan daerah yang tidak terjangkau termasuk kelompok siswa di sekolah.
Dalam meningkatkan derajat kesehatan komunitas pelajar intervensi dibuat untuk seluruh
pelajar dan lingkungan sekolah sehingga diharapkan suatu hasil yang berarti untuk civitas
akademika sendiri.
Professional kesehatan lebih banyak meluangkan waktu dengan lansia dalam
perawatan kesehatan, karena itu mereka harus berfokus untuk mengidentifikasi dan
memenuhi kebutuhan khususnya. Lansia memerlukan bantuan yang lebih besar dalam
identifikasi, definisi, dan resolusi masalah yang mempengaruhi mereka. Insiden masalah
kesehatan kronis yang lebih besar, kemajuan teknologi dan masalah ekonomi, social, dan
kesehatan kontemporer masa kini mendorong professional perawatan kesehatan berfokus
pada peningkatan harapan dan kualitas hidup.
Meningkatnya usia harapan hidup (UHH) memberikan dampak yang kompleks
terhadap kesejahteraan lansia. Di satu sisi peningkatan UHH mengindikasikan peningkatan
taraf kesehatan warga negara. Namun di sisi lain menimbulkan masalah masalah karena
dengan meningkatnya jumlah penduduk usia lanjut akan berakibat semakin besarnya beban
yang ditanggung oleh keluarga, masyarakat dan pemerintah, terutama dalam menyediakan
pelayanan dan fasislitas lainnya bagi kesejahteraan lansia. Hal ini karena pada usia lanjut
individu akan mengalami perubahan fisik, mental, sosial ekonomi dan spiritual yang
mempengaruhi kemampuan fungsional dalam aktivitas kehidupan sehari-hari sehingga
menjadikan lansia menjadi lebih rentan menderita gangguan kesehatan baik fisik maupun
mental. Walaupun tidak semua perubahan struktur dan fisiologis, namun diperkirakan
setengah dari populasi penduduk lansia mengalami keterbatasan dalam aktivitas kehidupan
sehari-hari, dan 18% diantaranya sama sekali tidak mampu beraktivitas. Berkaitan dengan
kategori fisik, diperkirakan 85% dari kelompok umur 65 tahun atau lebih mempunyai paling
tidak satu masalah kesehatan.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian dari lansia?
2. Perubahan apa saja yang terjadi pada lansia?
3. Permasalahan apa yang timbul pada lansia?
4. Bagaimana peran perawat terhadap lansia?

C. TUJUAN
a) Tujuan umum
Agar mahasiswa /mahasiswi keperawatan Universitas Jenderal Soedirman memperoleh
informasi dan gambaran tentang Asuhan Keperawatan Komunitas Pada Kelompok Khusus
Lansia.
b) Tujuan khusus
1) Mampu menjelaskan konsep teori tentang kelompok khusus lansia.
2) Mampu melaksanakan pengkajian pada kelompok khusus lansia dengan masalah yang ada.
3) Mampu menentukan diagnosa keperawatan pada komunitas kelompok khusus lansia.
4) Mampu membuat rencana tindakan asuhan keperawatan komunitas pada kelompok khusus
lansia.
5) Mampu menerapkan rencana keperawatan pada asuhan keperawatan komunitas pada
kelompok khusus lansia.
6) Mampu meyimpulkan hasil pelaksanaan asuhan keperawatan komunitas pada kelompok

khusus lansia yang bermasalah.

D. Manfaat
Penulisan makalah ini diharapkan dapat bermanfaat bagi :
1. Lansia dan Masyarakat Umum
Memberikan gambaran kesehatan guna meningkatkan status kesehatan lansia di komunitas.
2. Mahasiswa / Penyusun
Menambah pengetahuan dan mampu membuat serta memberikan asuhan keperawatan lansia
sehingga nantinya diharapkan mampu mengembangkan asuhan keperawatan terhadap lansia
dimasa mendatang.
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Definisi
Masa dewasa tua (lansia) dimulai setelah pensiun, biasanya antara usia 65 dan 75
tahun. Jumlah kelompok usia ini meningkat drastic dan ahli demografi memperhitungkan
peningkatan populasi lansia sehat terus menigkat sampai abad selanjutnya (Potter & Perry,
2005).
Lanjut usia merupakan istilah tahap akhir dari proses penuaan. Dalam mendefinisikan
batasan penduduk lanjut usia menurut Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional ada
tiga aspek yang perlu dipertimbangkan yaitu aspek biologi, aspek ekonomi dan aspek sosial.
Secara biologis penduduk lanjut usia adalah penduduk yang mengalami proses penuaan
secara terus menerus, yang ditandai dengan menurunnya daya tahan fisik yaitu semakin
rentannya terhadap serangan penyakit yang dapat menyebabkan kematian. Hal ini disebabkan
terjadinya perubahan dalam struktur dan fungsi sel, jaringan, serta sistem organ. Secara
ekonomi, penduduk lanjut usia lebih dipandang sebagai beban dari pada sebagai sumber
daya. Banyak orang beranggapan bahwa kehidupan masa tua tidak lagi memberikan banyak
manfaat, bahkan ada yang sampai beranggapan bahwa kehidupan masa tua, seringkali
dipersepsikan secara negatif sebagai beban keluarga dan masyarakat (Ismayadi, 2004).
Menurut Constantinidies menua (menjadi tua) adalah suatu proses menghilangnya
secara perlahan lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri / mengganti diri dan
mempertahankan fungsi formalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan
memperbaiki kerusakan yang diderita. Menurut organisasi dunia (WHO) lanjut usia meliputi
usia pertengahan (middleage) adalah kelompok usia 45-59 tahun, Usia lanjut (elderly) adalah
kelompok usia 60-74 tahun, Usia lanjut (old) adalah kelompok usia 75-90 tahun, dan usia
sangat tua (very old) adalah kelompok usia diatas 90 tahun.
Asuhan keperawatan lansia mengahadapi tantangan khusus karena perbedaan
fisiologis, kognitif, dan kesehatan psikososial. Lansia bervariasi pada tingkat kemampuan
fungsional. Mayoritas merupakan anggota komunitas yang aktif, terlibat, dan produktif.
Hanya sedikit yang telah kehilangan kemampuan untuk merawat diri sendiri, bingung atau
merusak diri, dan tidak mampu mebuat keputusan yang berkaitan dengan kebutuhan mereka.

a) Kebutuhan Hidup Orang Lanjut Usia


Setiap orang memiliki kebutuhan hidup. Orang lanjut usia juga memiliki kebutuhan
hidup yang sama agar dapat hidup sejahtera. Kebutuhan hidup orang lanjut usia antara lain
kebutuhan akan makanan bergizi seimbang, pemeriksaan kesehatan secara rutin, perumahan
yang sehat dan kondisi rumah yang tentram dan aman, kebutuhan-kebutuhan sosial seperti
bersosialisasi dengan semua orang dalam segala usia, sehingga mereka mempunyai banyak
teman yang dapat diajak berkomunikasi, membagi pengalaman, memberikan pengarahan
untuk kehidupan yang baik. Kebutuhan tersebut diperlukan oleh lanjut usia agar dapat
mandiri. Kebutuhan tersebut sejalan dengan pendapat Maslow menyatakan bahwa kebutuhan
manusia meliputi (1) Kebutuhan fisik (physiological needs) adalah kebutuhan fisik atau
biologis seperti pangan, sandang, papan, seks dan sebagainya. (2) Kebutuhan ketentraman
(safety needs) adalah kebutuhan akan rasa keamanan dan ketentraman, baik lahiriah maupun
batiniah seperti kebutuhan akan jaminan hari tua, kebebasan, kemandirian dan sebagainya (3)
Kebutuhan sosial (social needs) adalah kebutuhan untuk bermasyarakat atau berkomunikasi
dengan manusia lain melalui paguyuban, organisasi profesi, kesenian, olah raga, kesamaan
hobby dan sebagainya (4) Kebutuhan harga diri (esteem needs) adalah kebutuhan akan harga
diri untuk diakui akan keberadaannya, dan (5) Kebutuhan aktualisasi diri (self actualization
needs) adalah kebutuhan untuk mengungkapkan kemampuan fisik, rohani maupun daya pikir
berdasar pengalamannya masing-masing, bersemangat untuk hidup, dan berperan dalam
kehidupan. Sejak awal kehidupan sampai berusia lanjut setiap orang memiliki kebutuhan
psikologis dasar (Setiati,2000). Kebutuhan tersebut diantaranya orang lanjut usia
membutuhkan rasa nyaman bagi dirinya sendiri, serta rasa nyaman terhadap lingkungan yang
ada. Tingkat pemenuhan kebutuhan tersebut tergantung pada diri orang lanjut usia, keluarga
dan lingkungannya . Jika kebutuhankebutuhan tersebut tidak terpenuhi akan timbul masalah-
masalah dalam kehidupan orang lanjut usia yang akan menurunkan kemandiriannya
(Ismayadi, 2004).

b) Teori teori Proses Menua


Sebenarnya secara individual
1. Tahap proses menua terjadi pada orang dengan usia berbeda
2. Masing masing lanjut usia mempunyai kebiasaan yang berbeda
3. Tidak ada satu faktorpun ditemukan untuk mencegah proses menua

Ada beberapa teori tentang proses penuaan, antara lain:


1. Teori Genetic Clock
Menurut teori ini menua telah terprogram secara genetik untuk spesies tertentu . Setiap
spesies mempunyai di dalam nukleinya suatu jam genetik yang telah di putar menurut suatu
replikasi tertentu. Jam ini akan menghitung mitosis dan menghentikan replikasi sel bila tidak
berputar.. Jadi menurut konsep ini jika jam ini berhenti, kita akan mati meskipun tanpa
disertai kecelakaan lingkungan atau penyakit terminal. Konsep genetic clock didukung
oleh kenyatan bahwa ini cara menerangkan mengapa pada beberapa spesies terlihat adanya
perbedaan harapan hidup yang nyata.
2. Teori Mutasi Genetik (somatic mutatie theori )
Menua terjadi sebagai akibat dari perubahan biokimia yang diprogram oleh molekul
molekul DNA dan setiap sel pada saatnya akan mengalami mutasi.
3. Teori pemakaian dan rusak
Kelebihan usaha dan stres menyebabkan se sel tubuh lelah terbakar.
4. Pengumpulan dari pigmen atau lemak dalam tubuh yang disebut teori akumulasi dari
produk sisa.
5. Peningkatan jumlah kolagen dalam jaringan.
6. Tidak ada perlindungan terhadap radiasi, penyakit dan kekurangan gizi.
7. Reaksi dari kekebaian sendiri ( auto immunne theori)
Didalam metabolisme tubuh, suatu saat diproduksi suatu zat khusus. Ada jaringan tubuh
tertentu yang tidak tahan terhadap zat tersebut sehingga tubuh menjadi lemah dan sakit.
8. Teori imonologi saw virus
Sistem imun menjadi efektif dengan bertambahnya usia dan masuknya virus ke dalam tubuh
dapat menyebabkan kerusakan organ tubuh.
9. Teori stres menua akibat terjadi hilangnya sel sel yang bisa digunakan tubuh. Regenerasi
jaringan tidak dapat mempertahankan kesetabilan lingkungan internal, kelebihan usaha dan
stres menyebabkan sel sel tubuh lelah terpakai.
10. Teori radikal bebas
Radikal bebas dapat dibentuk dialam bebas, tidak stabil radikal bebas ( kelompok atom )
mengakibatkan oksidasi oksigen bahan bahan organik seperti karbohidrat dan protein.
Radikal ini menyebabkan sel sel tidak dapat regenerasi.
11. Teori rantai silang
Sel sel yang tua dan usang, reaksi kimianya menyebabkan ikatan yang kuat, khususnya
jaringan kolagen. Ikatan ini menyebabkan kurangnya elastis, kekacauan dan hilangnya
fungsi.
12. Theori program
Kemampuan organisme untuk menetapkan jumlah yang membelah setelah sel- sel mati.

c) Perubahan perubahan yang terjadi pada Lanjut Usia


Perubahan perubahan fisik
1. Sel
a. Lebih sedikit jumlahnya
b. Berkurangnya jumlah cairan tubuh dan kurangnya cairan intramuskuler
c. Menurunnya porposi protein di otak, otot,ginjal, darah dan hati
d. Terganggunya mekanisme perbaikan sel
e. Otak menjadi atropis beratnya berkurang 5-10%
2. Sistem pernafasan
a. Cepat menurunnya persarafan
b. Lambannya dalam respon dan waktu untuk bereaksi khususnya dengan stres.
c. Mengecilnya saraf panca indra: berkurangnya penglihatan, hilangnya pendengaran,
mengecilnya saraf penciuman dan rasa,. Lebih sensitif terhadap perubahan suhu dengan
rendahnya ketahanan terhadap dingin.
d. Kurangnya sensitif pada sentuhan
3. Sistem Pendengaran
a. Prebiakusis ( gangguan dalam pendengaran ), hilangnya kemampuan atau daya pendengaran
pada telinga dalam, terutama terhadap bunyi dan atau nada nada tinggi, suara yang tidak
jelas, sulit mengerti kata, 50% terjadi pada usia diatas 65 tahun.
b. Membran timpani menjadi atropi menyebabkan otosklerosis
c. Terjadinya pengumpulan serumen dapat mengeras karena meningkanya kreatin
d. Pendengaran bertambah menurun pada lanjut usia yang mengalami ketegangan jiwa atau
stres
4. Sistem penglihatan
a. Spingter pupil timbul sklerosis dan hilangnya respon terhadap sinar
b. Kornea lebih berbentuk sferis atau bola, lensa lebih suram atau kekeruhan pada lensa menjadi
katarak, jelas menyebabkan gangguan penglihatan
c. Meningkatnya ambang, pengamatan sinar, daya adaptasi terhadap kegelapan menjadi lebih
lambat, dan susah melihat dalam cahaya gelap
d. Hilangnya daya akomodasi, menurunya lapang pandang, menurunnya membedakan warna
biru atau hijau.
5. Sistem kardiovaskuler
a. Elastisitas dinding vaskuler menurun,katup jantung menebal dan menjadi kaku.
b. Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun sesudah berumur 20 tahun,
menyebabkan kontraksi dan volumenya.
c. Kehilangan elestisitas pembuluh darah, kurangnya efektifitas pembuluh darah perifer untuk
oksigenasi, perubahan posisi dari tidur ke duduk, atau dari duduk ke berdiri bisa
menyebabkan tekanan darah menurun menjadi 65 mmHg ( mengakibatkan pusing
mendadak).
d. Tekanan darah meningkat diakibatkan meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer,
sistolik normal kurang lebih 170 mmHg, diastolik normal kurang lebih 90 mmHg
6. Sistem pengaturan temperatur tubuh
Pada pengaturan tuhu, hipotalamus dianggap bekerja sebagai termostat, yaitu menetapkan
suhu teratur, kemunduran terjadi akibat berbagai faktor yang mempengaruhinya yang sering
ditemui antara lain:
a. Temperatur tubuh menurun atau hipotermi secara fisiologis kurang lebih 35 derajat celcius ini
akibat metabolisme menurun.
b. Keterbatasan reflek menggigil dan tidak dapat memproduksi panas banyak sehingga terjadi
rendahnya aktifitas otot.
7. Sistem Respirasi
a. Otot pernafasan kehilangan kekuatan dan menjadi kaku, menurunnya aktifitas silia
b. Paru paru kehilangan elastisitas, kapasitas residu meningkat, menarik nafas lebih berat,
kapasitas pernafasan maksimum menurun dan kedalaman bernafas menurun.
c. Alveoli ukurannya melebar dari biasa dan jumlahnya berkurang
d. Oksigen pada arteri menurun menjadi 75 mmHg, karbodioksida pada arteri tidak berganti
e. Kemampuan untuk batuk berkurang
f. Kemampuan pegas, dinding dada dan kekuatan otot pernafasan akan menurun seiring dengan
pertambahan usia.
8. Sistem gastrointestinal
a. Kehilangan gigi penyebab utama adanya periondontal disease
b. Indra pengecap menurun dan esofagus melebar
c. Lambung : rasa lapar menurun asam lambung menurun, waktu mengosongkan menurun
d. Peristaltik lemah dan biasanya timbul konstipasi
e. Liver : makin mengecil dan menurunnya tempat penyimpanan, berkurangnya aliran darah
f. Menciutnya ovari dan uterus
g. Atropi payudara
h. Pada laki laki testis masih dapat memproduksi spermatozoa, meskipun adanya penurunan
secara berangsur angsur.
i. Dorongan seksual menetap sampai usia diatas 70 tahun
j. Selaut lendir menurun
9. Sistem Genitourinaria
Ginjal: mengecil dan nefron menjadi atropi, aliran darah ke ginjal menurun sampai 50%
fungsi tubulus berkurang.
a. Vesika urinaria : otot otot menjadi lemah, kapasitas menurun sampai 200ml, atau dapat
menyebabkan buang air kecil meningkat, vasikaurinaria susah dikosongkan sehingga
mengakibatkan meningkatnya retensi urin.
b. Pembesaran prostat kurang lebih 75 % dialami oleh pria diatas 65 % tahun
c. Atrofi vulva
10. Sistem Endokrin
a. Produksi dari hampir semua hormon menurun.
b. Fungsi paratiroid dan sekresinya tidak berubah.
c. Pitutari: pertumbuhan hormon ada terapi lebih rendah dan hanya didalam pembuluh
darah,berkurangnya produksi dari ACT,TSH,FSH dan LH.
d. Menurunnya aktifitas tiroid menurunnya BMR dan daya pertukaran zat
e. Menurunnya produksi aldosteron
f. Menurunnya sekresi hormon kelamin, misalnya progesteron, estrogen dan testosteron

11. Sistem kulit


a. Kulit keriput atau mengkerut
b. Permukaan kulit kasar dan bersisik
c. Menurunnya respon terhadap trauma, mekanisme proteksi kulit menurun.
d. Kulit kepala dan rambut menipis berwarna kelabu.
e. Rambut dan hidung dan telinga menebal.
f. Berkurangnya elastisitas kulit akibat dari menurunnya cairan dan vaskularitas
g. Pertumbuhan kuku lebih lambat, kuku jari menjadi keras dan rapuh, kuku kaki tumbuh secara
berlebihan, kuku menjadi pudar dan kurang bercahaya.
h. Kelenjar keringat berkurang jumlah dan fungsinya.

12. Sistem muskoloskeletal


a. Tulang kehilangan density ( cairan ) dan makin rapuh
b. Kiposis, pinggang lutut dan jari jari pergelangan terbatas geraknya.
c. Discus intervertebralis menipis dan menjadi pendek.
d. Persendian membesar dan kaku
e. Tendon mengerut dan mengalami sklerosis
f. Atropi serabut otot, sehingga gerak menjadi lambat, otot kram dan tremor.

B. Tugas Perkembangan Lansia


Peck mengonseptualisasikan tiga tugas yang berisi pengaruh dari hasil konflik antara
perbedaan integritas dan keputusasaan.
Perbedaan ego versus preokupasi peran kerja. Tugas ini membutuhkan pergeseran sistem
nilai seseorang, yang memungkinkan lansia untuk mengevaluasi ulang mendefinisikan
kembali pekerjaan mereka. Penilaian ulang ini mengrahkan lansia untuk mengganti peran
yang sudah hilang dengan peran dan aktivitas baru. Selanjutnya, lansia mampu menemukan
cara-cara baru memandang diri mereka sendiri sebagai orangtua dan okupasi.
Body transcendence versus preokupasi tubuh. Sebagian besar lansia mengalami beberapa
penurunan fisik. Untuk beberapa orang, kesenangan dan kenyamanan berarti kesejahteraan
fisik. Orang-orang tersebut mungkin mengalami kesulitan terbesar dalam mengabaiakan
status fisik mereka. Orang lain memiliki kemampuan untuk terlibat dalam kesenangan
psikologi dan aktivitas sosial sekalipun mereka mengalami perubahan dan ketidaknyamanan
fisik. Peck mengemukakan bahwa dalam sistem nilai mereka, sumber-sumber kesenangan
sosial dan mental dan rasa menghormati diri sendiri mengabaikan kenyamanan fisik semata.
Transendensi ego versus preokupasi ego. Peck mengemukakan bahwa cara paling
konstruktif untuk hidup di tahun-tahun terakhir dapat didefinisikan dengan : hidup secara
dermawan dan tidak egois yang merupakan prospek dari kematian personal-the night of the
ego, yang bisa disebut-paras dan perasaan kurang penting dibanding pengetahuan yang telah
diperoleh seseorang untuk masa depan yang lebih luas dan lebih panjang daripada yang dapat
dicakup oleh ego seseorang. manusia menyelesaikan hal ini melalui warisan mereka, anak-
anak mereka, kontribusi mereka pada masyarakat, dan persahabatan mereka. Mereka ingin
membuat hidup lebih aman, lebih bermakna, atau lebih bahagia bagi orang-orang yang
meneruskan hidup setelah kematian. Untuk mengklarifikasi, individu yang panjang umur
cenderung lebih khawatir tentang apa yang mereka lakukan daripada tentang siapa mereka
sebenarnya, mereka hidup di luar diri mereka sendiri daripada kepribadian mereka sendiri
secara egosentris.
(Stanley & Beare, 2006).

C. Permasalahan yang timbul Pada Lansia


Berikut ini kita bicarakan masalah kesehatan lansia.
1. Permasalah Umum
a. Bersarnya jumlah penduduk lansia dan tingginya prosentase kenaikan lansia
memerlukan upaya peningkatan kualitas pelayanan dan pembinaan kesehatan bagi lanjut usia.
Jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2000 akan meningkat menjadi 209.535.49. jiwa dan
jumlah lansianya 15.262.199., berarti 7.28% (Anwar,1994 ). Menurut Kinsilla dan Taeuber
( 1993) peningkatan penduduk lansia dalam waktu 1990-2000 sebesar 41% dan merupakan
yang tertinggi didunia ( Darmojo, 1999:1).
b. Jumlah lansia miskin makin banyak
c. Nilai perkerabatan melemah, tatanan masyarakat makin individualistik
d. Rendahnya kualitas dan kuantitas tenaga profesional yang melayani lansia
e. Terbatasnya sarana dan fasilitas pelayanan bagi lansia
f. Adanya dampak pembangunan yang merugikan seperti urbanisasi dan popuilasi pada
kehidupan dan penghidupan lansia.
2. Permasalahan Khusus
a. Terjadinya perubahan normal pada fisik lansia
Perubahan normal ( alami ) tidak dihindari cepat dan lambatnya perubahan dipengaruhi oleh
faktor kejiwaan, sosial, ekonomi dan medik. Perubahan akan terlihat pada jaringan organ
tubuh seperti: kulit menjadi kering dan keriput, rambut beruban dan rontok, penglihatan
menurun sebagian dan menyeluruh, pendengaran juga berkurang, daya penciuman
berkurang,tinggi badan menyusut karena proses ostoporosis yang berakibat badan bungkuk,
tulang keropos masanya berkurang, kekuatan berkurang dan mudah patah, elastisitas jaringan
paru berkurang, nafas menjadi pendek, terjadi pengurangan fungsi organ di dalam perut,
dinding pembuluh darah menebal dan terjadi peningkatan tekanan darah, otot bekerja tidak
efisien, terjadi penurunan fungsi organ reproduksi terutama ditemukan pada wanita, otak
menyusut dan reaksi menjadi lambat terutama pada pria dan sexsualitas tidak selalu menurun
b. Terjadi perubahan abnormal pada fisik lansia
Perubahan fisik pada lansia dapat diperbaiki dan dapat dihilangkan melalui nasehat atau
tindakan medik. Perubahan yang terjadi misalnya: katarak, kelainan sendi, kelainan prostat
dan inkotenensia
D. Sikap perawat terhadap lansia
Perawatan gerontologi atau gerontik adalah ilmu yang mempelajari dan memberikan
pelayanan kepada orang lanjut usia yang dapat terjadi di berbagai tatanan dan membantu
orang lanjut usia tersebut untuk mencapai dan mempertahankan fungsi yang optimal. Perawat
gerontologi mengaplikasikan dan ahli dalam memberikan pelayanan kesehatan utama pada
lanjut usia dank keluarganya dalam berbagai tatanan pelayanan. Peran lanjut perawat tersebut
independen dan kolaburasi dengan tenaga kesehatan profesional.
Lingkup praktek keperawatan gerontologi adalah memberikan asuhan keperawatan,
malaksanakan advokasi dan bekerja untuk memaksimalkan kemampuan atau kemandirian
lanjuy usia, meningkatkan dan mempertahankan kesehatan, mencegah dan meminimalkan
kecacatan dan menunjang proses kematian yang bermartabat. Perawat gerontologi dalam
prakteknya menggunakan managemen kasus, pendidikan, konsultasi , penelitian dan
administrasi.
Penting bagi perawat untuk mengkaji sikapnya pada penuaan karena sikap tersebut
mempengaruhi asuhan keperawatan. Untuk memberi asuhan yang efektif, perawat harus
menciptakan sikap positif terhadap lansia. Sikap negatif dapat mengakibatkan penurunan rasa
nyaman, adekuat, dan kesejahteraan klien. Lebih jauh lagi, sikap tersebut dapat menyebabkan
penurunan kualitas asuhan. Klien dalam fasilitas perawatan jangka panjang memberi
tantangan khusus bagi perawat. Klien ini sering kali memandang diri sendiri sebagai
pecundang, dan mungkin masyarakat juga memandang mereka seperti itu. Perawat dapat
meningkatkan kemandirian dan harga diri klien yang merasa bahwa hidup tidak lagi berharga.
Perawat harus menjelaskan sikap pribadi dan nilai tentang lansia untuk memberikan
perawatan paling efektif. Usia, pendidikan, pengalaman kerja, dan lembaga pekerjaan
seorang perawat mempengaruhi stereotip. Pengalaman pribadi dengan lansia sebagai anggota
keluarga dapat juga mempengaruhi sikap. Karena lansia menjadi lebih lazim dalam pelayanan
kesehatan, maka penting sekali bagi perawat untuk mengembangkan pendekatan asuhan yang
positif bagi klien lansia.

Pendekatan perawatan lanjut usia


a. Pendekatan fisik
Perawatan fisik secara umum bagi klien lanjut usia ada 2 bagian yaitu :
- Klien lanjut usia yang masih aktif, yang masih mampu bergerak tanpa bantuan orang lain.
- Klien lanjut usia yang pasif atau tidak dapat bangun yang mengalami kelumpuhan atau sakit.
b. Pendekatan psikis
Perawatan mempunyai peranan yang panjang untuk mengadakan pendekatan edukatif pada
klien lanjut usia, perawat dapat berperan sebagai supporter, interpreter terhadap segala
sesuatu yang asing, sebagai penampung rahasia pribadi dan sebagai sahabat yang akrab.

c. Pendekatan sosial
Mengadakan diskusi, tukar pikiran, dan bercerita merupakan upaya perawatan dalam
pendekatan sosial. Memberi kesempatan berkumpul bersama dengan sesama klien lanjut usia
untuk menciptakan sosialisasi mereka.
BAB III
PROSES KEPERAWATAN

A. Pengkajian
Pengkajian multidimensional meliputi kesehatan mental dan fisik, fungsi tubuh, dan
situasi social. Pengkajian yang difokuskan pada pengkajian unutk etiologi fisiologis,
psikologis, dan lingkungan dari kondisi gangguan mental pada lanjut usia yag dirawat
(Kushariyadi, 2010).
Menurut Anderson E dan McFarlene, dalam model asuhan keperawatan pengkajian
secara umum meliputi inti komunitas yaitu penduduk serta delapan subsistem yang
mempengaruhinya. Inti komunitas, perlu dikaji tentang pendidikan, pekerjaan, agama,
keyakinan/nilai yang dianut serta data-data tentang subsistem sebagai berikut :.

1. Data inti
a. Demografi, Karekteristik Umur Dan Sex, Vital Statistik
Data demograf kelompok atau komunitas yang terdiri : jumlah penduduk lansia dalam
wilayah, umur, pendidikan, jenis kelamin, vital stastistik, pekerjaan, agama, nilai nilai,
keyakinan serta riwayat timbulnya kelompok atau komunitas yang dapat dicontohkan sebagai
berikut :
Jumlah penduduk : 987 jiwa
a) Laki laki : 523 jiwa
b) Perempuan : 464 jiwa
n penduduk : Para penduduk mayoritas berpendidikan hingga lulus SLTA dan beberapa diantaranya
perguruan tinggi.
Suku Bangsa : Suku Jawa
kawinan : Menikah dan kebanyakan penduduk di komunitas tersebut adalah janda (lansia) karena
kebanyakan pasangannya meninggal.
kepercayaan : Nilai dan norma para masyarakat masih mengenal nilai kesopanan, gotong royong dan
kerukunan antar warganya. Hal ini dapat dilihat dari adanya kegiatan-kegiatan
kemasyarakatan yang masih terus berjalan. Seperti: kerja bakti, arisan, dan takziyah.
: Mayoritas beragama Islam dan beberapa diantaranya beragama nasrani

2. Data subsistem
a. Lingkungan fisik
1) Kualitas udara
Keadaan udara di daerah tempat tinggal lansia beriklim sejuk atau panas, apakah terdapat
polusi udara yang dapat mengganggu pernafasan warga atau tidak.
2) Kualitas air
Sumber air yang digunakan warga untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, keadaan saluran
air disekitar rumah.
3) Tingkat kebisingannya
Adanya sumber suara / bising yang dapat mengganggu keadaan lansia, contohnya seperti
pabrik.
4) Jarak antar rumah/ kepadatan
Jarak antar rumah satu dengan yang lainnya, apakah saling berdempetan.
b. Pendidikan
Riwayat pendidikan, pendidikan terakhir dan juga apakah ada sarana pendidikan yang dapat
digunakan untuk meningkatkan pengetahuan warga.
c. Keamanan dan transportasi
Keadaan penjagaan lingkungan sekitar seperti adanya siskamling, satpam atau polisi. Apakah
dari keamaan tersebut menimbulkan stress atau tidak. Sarana transportasi yang digunakan
warga untuk mobilisasi sehari menggunakan kendaraan umum atau kendaraan pribadi.
d. Politik dan pemerintahan
Kebijakan yang ada didaerah tersebut apakah cukup menunjang sehingga memudahkan
komunitas mendapat pelayanan di berbagai bidang termasuk kesehatan.
e. Pelayanan social dan kesehatan
Tersedianya tempat pelayanan kesehatan (rumah sakit, puskesmas, balai pengobatan) untuk
melakukan deteksi dini gangguan atau merawat atau memantau apabila gangguan sudah
terjadi serta karakteristik pemakaian fasilitas pelayanan kesehatan.

f. Komunikasi
Sarana komunikasi apa saja yang dapat dimanfaatkan di komunitas tersebut untuk saling
berkomunikasi antar warga atau untuk mendapatkan informasi dari luar misalnya televisi,
radio, koran, atau leaflet yang diberikan kepada komunitas.
g. Ekonomi
Tingkat sosial ekonomi komunitas secara keseluruhan, masih bekerja atau tidak, bagaimana
dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari.
h. Rekreasi
Apakah tersedia sarananya, kapan saja dibuka, dan apakah biayanya terjangkau oleh
komunitas. Rekreasi ini hendaknya dapat digunakan komunitas untuk mengurangi stress.

B.Analisis data
a. Diagnosa keperawatan
Untuk menentukan masalah kesehatan pada masyarakat dapatlah dirumuskan diagnosa
keperawatan komunitas yang terdiri dari :
Masalah (Problem)
Yaitu kesenjangan atau penyimpangan dari keadaan normal yang terjadi.
Penyebab (Etiologi)
Yang meliputi perilaku individu, keluarga, kelompok dan masyarakat, lingkungan fisik dan
biologis, psikologis dan sosial serta interaksi perilaku dengan lingkungan.
Tanda dan Gejala (Sign and Sympton)
Yaitu informasi yang perlu untuk merumuskan diagnosa serta serangkaian petunjuk
timbulnya masalah.

No. Data Problem Etiologi


1 Ds: Diabetes pada lansia Kebiasaan hidup lansia yang tidak
- Kader posyandu terkontrol
mengatakan 35% lansia
menderita diabetes
namun jarang
memeriksakan
kondisinya.
Do:
- Lansia menkonsumsi
makanan dengan tidak
terkontrol dan hanya
berada di rumah setiap
harinya
2 DS: Bidan desa Hipertensi Ketidakpatuhan lansia dalam mengikuti
mengatakan lansia posyandu lansia
banyak yang menderita
hipertensi dan lansia
malas mengikuti
posyandu lansia yang
diselengarakan setiap
bulannya.
3. Ds: Resiko kerusakan Perubahan status kesehatan
- Banyak warga yang integritas kulit
mengeluh gatal-gatal
pada tubuhnya.
Do:
- Tubuh terlihat bintik-
bintik merah.

Diagnosa :
1. Diabetes berhubungan dengan kebiasaan hidup lansia yang tidak terkontrol.
2. Hipertensi berhubungan dengan ketidakpatuhan lansia dalam mengikuti posyandu lansia.
3. Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan penurunan status kesehatan.

b. Kriteria Penapisan
Dx. Kep Kriteria penapisan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
Dx. 1 4 4 4 4 4 3 3 4 3 3 3 3 42
Dx. 2 4 3 4 4 3 3 2 4 3 3 3 4 40
Dx.3 4 3 3 4 3 4 2 3 3 3 3 4 39

Keterangan :
1. Sesuai degan peran perawat komunitas.
2. Jumlah yang beresiko
3. Besarnya resiko
4. Kemungkinan untuk pendidikan kesehatan
5. Minat masyarakat
6. Kemungkinan untuk diatasi
7. Sesuai program pemerintah
8. Sumber daya tempat
9. Sumber daya waktu
10. Sumber daya dana
11. Sumber daya peralatan
12. Sumber daya manusia

Skor :
1 = sangat rendah
2 = rendah
3 = cukup
4 = tinggi
5 = sangat tinggi
Jumlah skor 121

c. Rencana Tindakan
Diagnosa Tujuan jangka pendek Tujuan jangka panjang
Diabetes berhubungan Setelah dilakukan Setelah dilakukan
dengan kebiasaan hidup tindakan keperawatan tindakan keperawatan
lansia yang tidak selama 4 minggu, selama 8 minggu,
terkontrol ditandai komunitas diharapkan: komunitas diharapkan
dengan 35 % lansia
1. Lansia mampu angka diabetes (kadar
menderita diabetes mengontrol asupan glukosa) pada lansia
makanan sehari harinya dapat menurun
dan dapat melakukan
sedikit aktivitas.
2. Lansia rutin setiap
bulannya menghadiri
kegiatan posyandu lansia
yang diadakan.

DAFTAR PUSTAKA

on, E.T. (2006). Buku Ajar Keperawatan Komunitas Teori dan Praktik. Jakarta : EGC.

d, Lynn. & Slevin, Oliver. (2006). Teori & Praktik Keperawatan Pendekatan Integral pada Asuhan Pasien.
Jakarta : EGC
di. (2004). Asuhan Keperawatan Dengan Reumatik (Artritis Treumatoid) Pada Lansia. Program Studi Ilmu
Keperawatan Universitas Sumatera Utara

iyadi. (2008). Asuhan Keperawatan Klien Lanjut Usia dengan Demensia pada Home Care. Universita
Muhammadiyah Malang

iyadi. (2009). Asuhan Keperawatan pada Klien Lanjut Usia. Jakarta : Salemba Medika

Nugroho, Wahyudi. (2000). Keperawatan Gerontik Edisi kedua. Jakarta: EGC

Patricia. A. & Anne Griffin Perry.(2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep, Proses, dan Praktik.
Jakarta: EGC

Riyadi. Sugeng (2007), Keperawatan Kesehatan Masyarakat, retieved may 12nd

Mickey. & Beare, Patricia Gauntlett. (2006). Buku Ajar Keperawatan Gerontik Edisi kedua. Jakarta : EGC

PENGELOLAAN POSYANDU LANSIA

iklan1

Seiring dengan semakin meningkatnya populasi lansia, pemerintah telah


merumuskan berbagai kebijakan pelayanan kesehatan usia lanjut ditujukan
untuk meningkatkan derajat kesehatan dan mutu kehidupan lansia untuk
mencapai masa tua bahagia dan berdaya guna dalam kehidupan kelu-arga dan
masyarakat sesuai dengan keberadaannya.
Sebagai wujud nyata pelayanan sosial dan kesehatan pada kelompok usia lanjut
ini, pemerintah telah mencanangkan pelayanan pada lansia melalui beberapa
jenjang. Pelayanan kesehatan di tingkat masyarakat adalah Posyandu lansia,
pelayanan kesehatan lansia tingkat dasar adalah Puskesmas, dan pelayanan
kesehatan tingkat lanjutan adalah Rumah Sakit.

Posyandu lansia adalah pos pelayanan terpadu untuk masyarakat usia lanjut di
suatu wilayah tertentu yang sudah disepakati, yang digerakkan oleh masyarakat
dimana mereka bisa mendapatkan pelayanan kesehatan Posyandu lansia
merupakan pengembangan dari kebijakan pemerintah melalui pelayanan
kesehatan bagi lansia yang penyelenggaraannya melalui program Puskesmas
dengan melibatkan peran serta para lansia, keluarga, tokoh masyarakat dan
organisasi sosial dalam penyelenggaraannya.

Tujuan Posyandu Lansia


Tujuan pembentukan posyandu lansia secara garis besar antara lain :

1. Meningkatkan jangkauan pelayanan kesehatan lansia di masyarakat,


sehingga terbentuk pelayanan kesehatan yang sesuai dengan kebutuhan
lansia

2. Mendekatkan pelayanan dan meningkatkan peran serta masyarakat dan


swasta dalam pelayanan kesehatan disamping meningkatkan komunikasi
antara masyarakat usia lanjut.

Mekanisme Pelayanan Posyandu Lansia


Berbeda dengan posyandu balita yang terdapat sistem 5 meja, pelayanan yang
diselenggarakan dalam posyandu lansia tergantung pada mekanisme dan
kebijakan pelayanan kesehatan di suatu wilayah kabupaten maupun kota
penyelenggara. Ada yang menyelenggarakan posyandu lansia sistem 5 meja
seperti posyandu balita, ada juga hanya menggunakan sistem pelayanan 3 meja,
dengan kegiatan sebagai berikut :

Meja I : pendaftaran lansia, pengukuran dan penimbangan berat badan


dan atau tinggi badan

Meja II : Melakukan pencatatan berat badan, tinggi badan, indeks massa


tubuh (IMT). Pelayanan kesehatan seperti pengobatan sederhana dan
rujukan kasus juga dilakukan di meja II ini.

Meja III : melakukan kegiatan penyuluhan atau konseling, disini juga bisa
dilakukan pelayanan pojok gizi.

Kendala Pelaksanaan Posyandu Lansia


Beberapa kendala yang dihadapi lansia dalam mengikuti kegiatan posyandu
antara lain :
1. Pengetahuan lansia yang rendah tentang manfaat posyandu. Pengetahuan
lansia akan manfaat posyandu ini dapat diperoleh dari pengalaman pribadi
dalam kehidupan sehari-harinya. Dengan menghadiri kegiatan posyandu,
lansia akan mendapatkan penyuluhan tentang bagaimana cara hidup
sehat dengan segala keterbatasan atau masalah kesehatan yang melekat
pada mereka. Dengan pengalaman ini, pengetahuan lansia menjadi
meningkat, yang menjadi dasar pembentukan sikap dan dapat mendorong
minat atau motivasi mereka untuk selalu mengikuti kegiatan posyandu
lansia

2. Jarak rumah dengan lokasi posyandu yang jauh atau sulit dijangkau. Jarak
posyandu yang dekat akan membuat lansia mudah menjangkau posyandu
tanpa harus mengalami kelelahan atau kecelakaan fisik karena penurunan
daya tahan atau kekuatan fisik tubuh. Kemudahan dalam menjangkau
lokasi posyandu ini berhubungan dengan faktor keamanan atau
keselamatan bagi lansia. Jika lansia merasa aman atau merasa mudah
untuk menjangkau lokasi posyandu tanpa harus menimbulkan kelelahan
atau masalah yang lebih serius, maka hal ini dapat mendorong minat atau
motivasi lansia untuk mengikuti kegiatan posyandu. Dengan demikian,
keamanan ini merupakan faktor eksternal dari terbentuknya motivasi
untuk menghadiri posyandu lansia.

3. Kurangnya dukungan keluarga untuk mengantar maupun mengingatkan


lansia untuk datang ke posyandu. Dukungan keluarga sangat berperan
dalam mendorong minat atau kesediaan lansia untuk mengikuti kegiatan
posyandu lansia. Keluarga bisa menjadi motivator kuat bagi lansia apabila
selalu menyediakan diri untuk mendampingi atau mengantar lansia ke
posyandu, mengingatkan lansia jika lupa jadwal posyandu, dan berusaha
membantu mengatasi segala permasalahan bersama lansia.

4. Sikap yang kurang baik terhadap petugas posyandu. Penilaian pribadi atau
sikap yang baik terhadap petugas merupakan dasar atas kesiapan atau
kesediaan lansia untuk mengikuti kegiatan posyandu. Dengan sikap yang
baik tersebut, lansia cenderung untuk selalu hadir atau mengikuti kegiatan
yang diadakan di posyandu lansia. Hal ini dapat dipahami karena sikap
seseorang adalah suatu cermin kesiapan untuk bereaksi terhadap suatu
obyek. Kesiapan merupakan kecenderungan potensial untuk bereaksi
dengan cara-cara tertentu apabila individu dihadapkan pada stimulus
yang menghendaki adanya suatu respons

Bentuk Pelayanan Posyandu Lansia


Pelayanan Kesehatan di Posyandu lanjut usia meliputi pemeriksaan Kesehatan
fisik dan mental emosional yang dicatat dan dipantau dengan Kartu Menuju
Sehat (KMS) untuk mengetahui lebih awal penyakit yang diderita (deteksi dini)
atau ancaman masalah kesehatan yang dihadapi.
Jenis Pelayanan Kesehatan yang diberikan kepada usia lanjut di Posyandu Lansia
seperti tercantum dalam situs Pemerintah Kota adalah:

1. Pemeriksaan aktivitas kegiatan sehari-hari meliputi kegiatan dasar dalam


kehidupan, seperti makan/minum, berjalan, mandi, berpakaian, naik turun
tempat tidur, buang air besar/kecil dan sebagainya.
2. Pemeriksaan status mental. Pemeriksaan ini berhubungan dengan mental
emosional dengan menggunakan pedoman metode 2 (dua ) menit.

3. Pemeriksaan status gizi melalui penimbangan berat badan dan


pengukuran tinggi badan dan dicatat pada grafik indeks masa tubuh (IMT).

4. Pengukuran tekanan darah menggunakan tensimeter dan stetoskop serta


penghitungan denyut nadi selama satu menit.

5. Pemeriksaan hemoglobin menggunakan talquist, sahli atau cuprisulfat

6. Pemeriksaan adanya gula dalam air seni sebagai deteksi awal adanya
penyakit gula (diabetes mellitus)

7. Pemeriksaan adanya zat putih telur (protein) dalam air seni sebagai
deteksi awal adanya penyakit ginjal.

8. Pelaksanaan rujukan ke Puskesmas bilamana ada keluhan dan atau


ditemukan kelainan pada pemeriksaan butir 1 hingga 7. dan

9. Penyuluhan Kesehatan.

Kegiatan lain yang dapat dilakukan sesuai kebutuhan dan kondisi setempat
seperti Pemberian Makanan Tambahan (PMT) dengan memperhatikan aspek
kesehatan dan gizi lanjut usia dan kegiatan olah raga seperti senam lanjut usia,
gerak jalan santai untuk meningkatkan kebugaran. Untuk pelaksanaan Program
KUnjungan Lansia ini minimal dapat dilakukan 1 bulan sekali atau sesuai dengan
program pelayanan kesehatn puskesmas setempat.

Untuk kelancaran pelaksanaan kegiatan di Posyandu Lansia, dibutuhkan, sarana


dan prasarana penunjang, yaitu: tempat kegiatan (gedung, ruangan atau tempat
terbuka), meja dan kursi, alat tulis, buku pencatatan kegiatan, timbangan
dewasa, meteran pengukuran tinggi badan, stetoskop, tensi meter, peralatan
laboratorium sederhana, thermometer, Kartu Menuju Sehat (KMS) lansia.

ANALISA DATA KOMUNITAS LANSIA

Diposkan oleh Rizki Kurniadi

N
Data
o Masalah Penyebab

1 Angket : dari 63 Orang Lansia Tingginya angka


terdapat, penyakit
degeneratif
53 Orang ( 84,1% ) lansia tidak
(Darah
pernah mendengar tentang
posyandu lansia tinggi,Rematik,
Jantung, Gula)
55 Orang ( 87,3% ) lansia
yang diderita oleh
berkeinginan dibentuknya
lansia
posyandu lansia

50 Orang Lansia ( 90,9% ) lansia


menginginkan adanya
pemeriksaan kesehatan dan
pengobatan

27 Orang lansia ( 34,6% ) lansia


menderita penyakit darah tinggi

15 Orang ( 19,2% ) lansia


menderita rematik

18 Orang ( 23,1% ) lansia


menderita demam

9 Orang ( 11,5% ) lansia


menderita sesak nafas

6 Orang ( 7,7% ) lansia


menderita penyakit jantung

3 Orang ( 3,8% ) lansia


menderita penyakit gula

26 Orang ( 41,3% ) lansia tidak


memeriksakan kesehatan secara
rutin

20 Orang ( 29%) lansia hanya


melakukan kegiatan rumah
tangga setiap hari

28 Orang ( 43,8% ) lansia


berkebun

31 Orang ( 49,2% ) lansia tidak


ikut dalam kegiatan sosial di desa

Wawancara :

Wawancara dengan Petugas


kesehatan di desa usul belum
terbentuk posyandu lansia

Wawancara dengan Lansia


mengatakan malas memeriksakan
kesehatan karena jarak ke
pelayanan kesehatan jauh

Observasi :

Berdasarkan hasil observasi saat


pengkajian ditemukan 3 lansia
menderita stroke

Tidak terdapatnya posyandu


lansia

PERKEMBANGAN ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK

A. Pendahuluan

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi kesehatan


Mempengaruhi perkembangan keperawatan. Di Indonesia dalam sepuluh tahun terakhir
perkembangan keperawatan mencapai kemajuan yang cukup bermakna, hal ini bermula dari
kesepakatan bersama Lokakarya Nasional Keperawatan tahun 1983, yang telah menerima
keperawatan sebagai pelayanan professional (professional service), yang terus berkembang
sesuai dengan tuntunan kebutuhan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan/keperawatan
yang bermutu tinggi yang sejalan dengan perkembangan IPTEK.
Majunya pelayanan kesehatan, menurunnya angka kematian bayi dan anak, perbaikan
gizi dan sanitasi, dan meningkatnya pengawasan terhadap penyakit infeksi merupakan factor
yang mempengaruhi meningkatnya harapan hidup manusia, sehingga usia harapan hidup rata-
rata meningkat pada tahun 1971 adalah 46,6 tahun, pada akhir pelita VI (1999) diperkirakan
menjadi 67,5 tahun. Dengan demikian populasi lanjut usia akan meningkat pula. Jika pada
tahun 1990 jumlah penduduk 60 tahun keatas berjumlah 10 juta jiwa, yaitu 5,5 % dari total
populasi penduduk, maka pada tahun 2020 jumlsh tersebut diperkirakan akan meningkat tiga
kali lipat menjadi 29 juta jiwa yaitu : 11,4 % dari total populasi penduduk(lembaga demografi
FE-UI, 1993).
Perkembangan struktur penduduk ini perlu diantisipasi secara dini, karena perubahan
struktur penduduk ini akan membawa dampak terhadap berbagai aspek termasuk pelayanan
kesehatan. Kalau selama ini konsentrasi kita adalah bagaimana memberikan pelayanan
kesehatan yang sebaik-baiknya kepada penduduk usia muda dan balita dengan berbagai
fasilitas, maka pada masa-masa mendatang pelayanan terhadap penduduk lanjut usia dengan
fasilitas yang sesuai dengan keunikan kelompok ini perlu mendapat perhatian yang sungguh-
sungguh. Dengan demikian diharapkan melalui peningkatan kemandirian lanjut usia dan
penyediaan fasilitas yang sesuai, maka lanjut usia dapat memberikan kontribusi bagi keluarga
dan masyarakat dalam pembangunan bangsa dan Negara.
Sehubungan dengan hal tersebut diperlukan bidang khusus dalam keperawatan yaitu
keperawatan gerontik yang akan menangani masalah kondisi kesehatan pada lanjut usia yang
heterogen dari usia, social, budaya dsb.

B. Pengertian

Gerontik berasal dari kata gerontology dan geriatric. Gerontologi adalah cabang
ilmu yang membahas atau menangani tentang proses penuaan dan masalah yang timbul pada
orang yang berusia lanjut. Sedangkan geriatric berkaitan dengan penyakit atau kecacatan
yang terjadi pada orang yang berlanjut usia.
Keperawatan gerontik adalah suatu bentuk pelayanan professional yang didasarkan
ilmu dan kiat/tekhnik keperawatan gerontik yang berbentuk bio-psiko-sosio-kultural dan
spiritual yang komprehensif, ditujukan pada klien lanjut usia baik sehat maupun sakit pada
tingkat individu, keluarga, kelompok dan komunitas/masyarakat.
Batasan-batasan lanjut usia Belum didapatkan jawaban yang memuaskan
Menurut undang-undang No.13/th 1998 Bab I pasal 1 ayat 2 seseorang yang mencapai
usia 60 tahun keatas

C. Perubahan perubahan yang terjadi pada lanjut usia

Perubahan Fisik
Sel
1. lebih sedikit jumlahnya
2. lebih besar ukurannya
3. berkurangnya jumlah cairan tubuh dan cairan intraseluler
Sistem Persyarafan
1. hubungan persyarafan menurun
2. lambat dalam merespon dan beraksi khususnya dengan stress
3. mengecilnya syaraf panca indra
Sistem Pendengaran
1. hilangnya kemampuan pendengaran pada telinga, terutama bunyi atau suara-suara yang
tinggi, suara yang tidak jelas dan sulit mengerti kata-kata.
2. membrane timpani menjadi atropi menyebabkan otosklerosis
3. terjadinya pengumpulan serumen dapat mengeras karena meningkatnya keratin.
System penglihatan
1. spingter pupil timbul skerosis dan hilangnya respon terhadap sinar
2. kornea lebih berbentuk sferis (bola).
3. lensa lebih suram (kekeruhan pada lensa)
4. daya adaptasi terhadap kegelapan lebih lambat, susah melihat dalam cahaya gelap.
5. hilangnya daya akomodasi
6. menurunnya lapang pandang.
7. menurunnya daya membedakan warna biru atau hijau pada skala.
System kardiovaskuler
1. katup jantung menebal dan menjadi kaku
2. kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun sesudah berumur 20 tahun.
3. kehilangan elastisitas pembuluh darah : kurangnya efektifitas pembuluh darah perifer untuk
oksigenasi, perubahan posisi dari tidur ke duduk bias menyebabkan tekanan darah menurun
menjadi 65 mmhg---mengakibatkan pusing mendadak.
4. tekanan darah meninggi diakibatkan oleh meningkatnya retensi dari pembuluh darah perifer.
System respirasi
1. otot-otot pernapasan kehilangan kekuatan dan menjadi kaku
2. menurunnya aktifitas dari silia.
3. paru-paru kehilngan elastisitas, kapasitas residu meningkat, napas lebih berat, kapasitas
pernapasan maksimum menurun dan kedalaman bernapas menurun
4. alveoli ukurannya melebar dari biasa dan jumlahnya berkurang
5. O2 pada arteri menjadi 75 mmhg
6. CO2 pada arteri tidak berganti
7. kemampuan untuk batuk berkurang
system gastrointestinal
1. kehilangan gigi, penyebab utama adanya Periodontal disesase yang biasa terjadi setelah umur
30 tahun
2. indera pengecap menurun. Adanya iritasi yang kronis dari selaput lender, atrofi indera
pengecap (80%), hilangnya sensitivitas saari saraf pengecap di lidah terutama rasa manis,
rasa asin, rasa asam, dan rasa pahit.
3. esophagus melbar
4. lambung. Rasa lapar menurun(sensitivitas lapar menurun), asam lambung menurun, waktu
pengosongan menurun.
5. peristaltic melemah dan biasanya timbul konstipasi.
6. fungsi absorpsi melemah.
7. hati/lever. Makin mengecil dan menurunnya tempat penyimpanan berkurangnya aliran darah.
System genitor urinaria
1. ginjal
mengecil dan nefron menjadi atrofi, aliran darah ke ginjal menurun sampai 50%, penyaringan
diglomerulus menurun sampai 50%.
2. vesika urinary
otot menjadi lemah, kapsitas menurun sampai 200 ml atau menyebabkan frekuensi berkemih
meningkat. Vesika urinary susah dikosongkan pada pria lanjut usia sehingga menyebabkan
retensi urin.
3. pembesaran prostate 75% dialami oleh pria usia 65 tahun
4. atropi vulva
5. vagina, selaput lender menjadi kering, elastisitas jaringan menurun juga permukaan menjadi
halus, sekresi menjadi kurang.
6. daya seksual
orang-orang yang makin menua masih juga membutuhkannya. Tidak ada batasan umur
tertentu dimana fungsi seksual cenderung menurun secara bertahap setiap tahun, tetapi
kapasitas untuk melakukan dan menikmati berjalan terus sampai tua.
System endokrin
1. produksi dari hampir semua hormone menurun
2. fungsi paratiroid dan sekresinya tidak berubah
3. menurnnya aktifitas tiroid
4. menurunnya produksi aldosteron
5. menurunnya sekresi hormone kelamin.
System integument
1. kulit mengkerut akibat kehilangan jaringan lemak
2. kulit kpala dan rambut menipis berwarna kelabu
3. rambut dalam hidung dan telinga menebal
4. berkurangnya elastisitas akibat dari menurunnya cairan dan vaskularisasi kuku jari menjadi
keras dan rapuh
5. kuku kaki tumbuh secara berlebihan dan seperti tanduk
6. kelenjar keringat berkurang jumlahnya dan fungsinya.
System muskuloskletal
1. tulang kehilngan density(cairan) dan makin rapuh
2. kifosis
3. pinggang, lutu dan jari-jari pergelangan terbats
4. discus invertebralis menipis dan menjadi pendek
5. persendian membesar dan menjadi kaku
6. tendon mengkerut dan mengalami sceloris
7. atrofi serabut otot sehingga seseorang bergerak menjadi lamban, otot kram dan menjadi
tremor
Perubahan-Perubahan Mental
Factor-faktor yang mempengaruhi perubahan mental
1. perubahan fisik, khusunya organ perasa
2. kesehatan umum
3. tingkat pendidikan
4. keturunan
5. lingkungan
Yang mengalami perubahan :
Ingatan jangka pendek cenderung berkurang,Tidak ada perubahan pada kemampuan
matematika dan verbalisasi, Sensitivitas emosi meningkat.
Perubahan-Perubahan Psikososial
1. memasuki masa pension
2. merasakan sadar akan kematian
3. perubahan dalam cara hidup
4. meningktanya biaya-biaya hidup pada penghasilan sulit akibat pemberhentian dari jabatan,
bertambahnya biaya pengobatan
5. penyakit kronis dan ketidakmampuan
6. kesepian akibat pengasingan dari lingkungan social
7. rangkaian dari kehilangan, yaitu kehilngan hubungan dengan teman-teman dan family
8. hilangnya kekuatan dan ketegapan fisik. Perubahan terhadap gambaran diri, perubahan
konsep diri.
Perubahan pada spiritual
1.Lebih mendalami agama
2.Makin dewasa dalam berfikir dan bertindak
D. Lingkup peran dan tanggung jawab perawat gerontik

Lingkup ASKEP gerontik


- Pencegahan terhadap ketidakmampuan akibat proses penuaan
- perawatan yang ditujukan u/ pemenuhan kebutuhan akibat proses penuaan
- pemulihan ditujukan u/ upaya mengatasi keterbatasan akibat proses penuaan.
Peran Dan Fungsi Perawat Gerontik :
1. Sebagai pelaku/pemberi askep
2. sebagai pendidik
3. sebagai motivator
4. sebagai advokasi klien
5. sebagai konselor
TANGGUNG JAWAB PERAWAT GERONTIK :
1. Membantu klien moleh kesehatan scr optimal
2. membantu klien u/ memelihara kesehatannya
3. membantu klien menerima kondisinya(lansia)
4. membantu klien menghadapi ajal dgn diperlakukan scr manusiawi sampai meninggal.

E. Sifat pelayanan/asuhan keperawatan gerontik

1. INDEPENDEN
2. DEPENDEN
3. HUMANISTIK
4. HOLISTIK

F. Model pemberian pelayanan/asuhan keperawatan gerontik

1. MODEL KASUS
2. MODEL TIM
3. MODEL PRIMER
ASUHAN KEPERAWATAN INDIVIDU PADA LANSIA

A. PENGERTIAN
ASKEP Lansia ad/ su/ rangkaian kegiatan dari proses keperawatan yang ditujukan pada
lansia.
Kegiatan Perawat : melakukan pengkajian(biofisik, psikologis, kultural, dan
spiritual)membuat Dx.Kep,intervensi, implementasi, evaluasi!

B. TUJUAN
Adapun tujuan dari pemberian asuhan keperawatan :
Agar lansia dapat melakukan kegiatan sehari-hari secara mandiri dgn upaya
promosi,preventif, rehabilitatif
Mempertahankan kesehatan serta kemampuan dengan jalan perawatan dan pencegahan
Membantu mempertahankan serta membesarkan semangat hidup lansia
Menolong dan merawat lansia yang menderita penyakit tertentu
Membantu lansia menghadapi kematian dengan damai dan dalam lingkungan yang nyaman
Meningkatkan kemampuan perawat dalam melakukan proses keperawatan.

C. SASARAN ASKEP GERONTIK :


Klien di keluarga
Klien di panti (sebagai individu a/ kelompok)
Kelompok Masyarakat (Posyandu Lansia/karang Wreda)

D. HAL-HAL YANG PERLU DIPERTIMBANGKAN :


Hubungan timbal balik antara aspek fisik dan psikososial
Efek dari penyakit dan ketidakmampuan/keterbatasan(disability) pd status fungsional
Menurunnya efesiensi dari mekanisme homeostatis
Kurang/belum adanya standar keadaan sehat atau sakit dari klien
Perubahan respon terhadap penyakit
Kerusakan fungsi kognitif

Fokus asuhan keperawatan yang dilakukan adalah peningkatan kesehatan, pencegahan


penyakit serta mengoptimalkan fungsi fisik dan mental lansia. Selain itu asuhan keperawatan
dilakukan untuk mengatasi gangguan kesehatan yang umum terjadi pada lansia sebagai akibat
mekanisme adaptasi yang tidak efektif. Masalah atau gangguan umum yang terjadi pada
lansia antara lain:
Gangguan Muskuloskletal yaitu rematik, osteoporosis
Gangguan Kardiovaskuler yaitu hipertensi, stroke, gagal jantung
Gangguan Respirasi yaitu penyempitan saluran nafas kronis, asma, dll
Asuhan keperawatan yang dilakukan ditujukan pada aspek biologis, psikologis,
sosialis dan spiritual dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan yang meliputi
pengkajian, perencanaan(intervensi keperawatan), pelaksanaan(implementasi) dan evaluasi,
dengan melibatkan peran serta aktif keluarga.

1. PENGKAJIAN
Untuk mengetahui kemampuan dan kekuatan lansia baik secara fisik, psikologis, social dan
spiritual, maka perlu dilakukan pengkajian terhadap secara menyeluruh menyangkut aspek
tersebut.
1.1. Fisik / Biologis
Pengkajian fisik / biologis dilakukan dengan cara wawancara, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang yang diperlukan. Riwayat kesehatan lansia dikaji dengan
menanyakan tentang:
- Pandangan lansia tentang kesehatannya
- Kegiatan yang mampu dilakukan lansia
- Kekuatan fisik lansia : kekuatan otot, sendi, penglihatan, pendengaran
- Kebiasaan lansia merawat diri sendiri
- Kebiasaan makan, minum, istirahat / tidur, buang air besar / kecil
- Kebiasaan gerak badan / olahraga
- Perubahan-perubahan fungsi tubuh yang sangat bermakna dirasakan
- Kebiasaan lansia dalam memelihara kesehatan dan kebiasaan minum
obat
- Masalah-masalah seksual yang dirasakan
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan dengan cara periksa pandang, perabaan, ketok dan dengar
untuk mengetahui perubahan system tubuh, antara lain : system integument,
muskuloskletal, respirasi, kardiovaskuler, perkemihan, persyarafan, dan fungsi sensoris
misalnya : penglihatan, pendengaran, pengecapan dan penciuman.

1.2. Psikologis
Pemeriksaaan psikologis dilakukan saat berkomunikasi dengan lansia untuk melihat fungsi
kognitif termasuk daya ingat, proses berfikir, dan juga perlu dikaji alam perasaan, orientasi
terhadap realitas dan kemampuan lansia dalam penyelesaian masalahnya.
Perubahan yang umum terjadi antara lain : daya ingat yang menurun. Proses fikir yang
lambat dan adanya perasaan sedih serta merasa kurang diperhatikan.
Hal-hal yang perlu dikaji pada lansia meliputi :
- Apakah mengenal masalah-masalah utamanya
- Apakah optimis memandang sesuatu dalam kehidupan
- Bagaimana sikapnya terhadap proses penuaan
- Apakah merasa dirinya dibutuhkan atau tidak
- Bagaimana mengatasi masalah atau stress yang dialami
- Apakah mudah untuk menyesuaikan diri
- Apakah lansia sering mengalami kegagalan
- Apa harapan sekarang dan yang akan dating. Dll

1.3. Sosial Ekonomi


Penilaian sosial dilihat dari bagaimana lansia membina keakraban dengan teman sebaya
maupun dengan lingkungannya dan bagaimana keterlibatan lansia dalam organisasi social.
Status ekonomi juga turut mempengaruhi yaitu dari penghasilan yang mereka peroleh.
Perasaan sejahtera dalam kaitannya dengan social ekonomi, hal inipun terkait dengan harga
dirinya. Lansia yang mempunyai penghasilan tentu merasa dirinya berharga karena masih
mampu menghasilkan sesuatu untuk dirinya sendiri dan orang lain.
Hal-hal yang perlu dikaji antara lain :
- Apa saja kesibukan lansia
- Dari mana saja sumber keuangannya
- Dengan siapa ia tinggal
- Kegiatan organisasi social apa yang diikuti lansia
- Bagaimana pandangan lansia berhubungan dengan orang lain diluar rumah
- Siapa saja yang biasa mengunjunginya
- Seberapa besar ketergantungannya
- Apakah dapat menyalurkan hobi atau keinginannya dengan fasilitas yg ada

1.4 Spiritual
Penilaian spiritual terkait dengan keyakinan agama yang dimiliki manusia dan
sejauhmana keyakinan tersebut dapat menjalankan ibadahnya dengan baik, keyakinan
tersebut benar-benar diresapi dalam kehidupan sehari-hari ia akan lebih mudah menyesuaikan
diri terhadap proses penuaan.
Yang perlu dikaji pada lansia :
- Apakah secara teratur melakukan ibadah sesuai dengan keyakinan
agamanya
- Apakah secara teratur mengikuti atau terlibat aktif dalam kegiatan
keagamaan, misalnya penyantunan anak yatim atau fakir miskin dan lain-
lain
- Bagaimana cara lansia menyelesaikan masalah, apakah dengan berdoa
jika menghadapi masalah
- Apakah lansia terlihat sabar dan tawakal

Dari hasil pengkajian atau data-data yang diperoleh dari pertanyaan diatas dapat dianalisa /
disimpulkan, dirumuskan masalah atau diagnosa keperawatan yang mungkin timbul pada
lansia.
Beberapa masalah keperawatan yang umum ditemukan pada lansia antara lain :
a. Fisik / biologi
- Gangguan Nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan pemasukan makanan yang tidak adekuat
- Gangguan persepsi berhubungan dengan gangguan pendengaran /
penglihatan
- Kurangnya perawatan diri berhubungan dengan penurunan minat
dalam merawat diri
- Resiko cedera fisik : jatuh berhubungan dengan penyesuaian
terhadap penurunan fungsi tubuh tidak adekuat
- Perubahan pola eliminasi berhubungan dengan pola makan yang
tidak efektif
- Gangguan pola tidur berhubungan dengan kecemasan atau nyeri
- Gangguan pola napas berhubungan dengan penyempitan jalan
napas atau adanya sekret pada jalan napas
- Gangguan mobilisasi berhubungan dengan kekakuan sendi dan
lain-lain

b. Psikologis - sosial
- Menarik diri dari lingkungan berhubungan dengan perasaan tidak mampu
- Isolasi sosial berhubungan dengan perasaan curiga
- Depresi berhubungan dengan isolasi sosial
- Harga diri rendah berhubungan dengan perasaan ditolak
- Koping yang tidak adekuat berhubungan dengan ketidakmampuan
mengungkapkan perasaan secara tepat
- Cemas berhubungan dengan sumber keuangan terbatas.

c. Spiritual
- Reaksi berkabung atau berduka berhubungan dengan ditinggal
pasangan
- Penolakan terhadap proses penuaan berhubungan dengan
ketidaksiapan menghadapi kematian
- Marah terhadap Tuhan berhubungan dengan kegagalan yang
dialami
- Perasaan tidak tenang berhubungan dengan ketidakmampuan
melakukan ibadah secara tepat.

II. PERENCANAAN
Sesuai dengan permasalahan yang dialami lansia disusun perencanaan dengan tujuan agar
lansia / keluarga dan tenaga kesehatan terutama perawat baik yang melakukan perawatan di
rumah maupun dipanti dapat membantu lansia, sehingga dapat berfungsi seoptimal mungkin
sesuai dengan kemampuan dan kondisi fisik, psikologis dan sosial dengan tidak tergantung
pada orang lain.
Tujuan tindakan keperawatan pada lansia diarahkan untuk pemenuhan kebutuhan
dasar antara lain :
1. Pemenuhan kebutuhan nutrisi
2. Meningkatnya keamanan dan keselamatan
3. Memelihara kebersihan diri
4. Memelihara keseimbangan istirahat / tidur
5. Meningkatkan hubungan interpersonal melalui komunikasi yang efektif

Tindakan Keperawatan :
1.Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi
Peran pemenuhan gizi pada lansia adalah untuk mempertahankan kesehatan dan kebugaran
dan memperlambat timbulnya penyakit degeneratif seperti kerapuhan tulang (osteoporosis)
dan penyakit yang terjadi pada lansia sehingga dapat menjamin hari tua yang sehat dan tetap
aktif. Gangguan nutrisi pada lansia dapat disebabkan oleh factor fisik, psikologi dan sosial.
Penurunan alat penciuman dan pengecapan, pengunyahan kurang sempurna dan rasa kurang
nyaman saat makan karena gigi geligi kurang lengkap, rasa penuh diperut dan sukar buang air
besar karena melemahnya otot lambung dan usus akan menyebabkan nafsu makan lansia
kurang.
Perubahan peran karena tugas-tugas perkembangan pada lansia menyebabkan timbulnya
kecemasan dan putus asa, dapat menyebabkan lansia menolak makan atau makan berlebihan.
Seringkali keluarga / lingkungan sangat melindungi lansia, tidak memberi kesempatan untuk
menentukan keinginan lansia, hal inipun menyebabkan ia menolak makan atau makan
berlebihan

Masalah gizi yang sering timbul pada lansia adalah :


a. Gizi berlebihan
Kebiasaan makan banyak waktu muda sukar dirubah. Apabila pada lansia penggunaan kalori
berkurang karena berkurangnya aktivitas dapat menyebabkan berat badan berlebihan.
Kegemukan merupakan salah satu pencetus berbagai penyakit, misalnya penyakit jantung,
penyempitan pembuluh darah, kencing manis, tekanan darah tinggi dan sebagainya.
b. Gizi berkurang
Bila konsumsi kalori terlalu rendah dari yang dibutuhkan menyebabkan berat badan
berkurang dari normal. Bila pemenuhan protein pun berkurang dapat menyebabkan banyak
kerusakan sel yang tidak dapat diperbaiki misalnya : rambut cepat rontok, daya tahan
terhadap penyakit organ tubuh yang vital. Gizi kurang dapat disebabkan oleh masalah sosial
ekonomi gangguan penyakit, serta ketidaktahuan keluarga akan makanan bergizidan
kebiasaan makanan yang salah dari usia mudah.
c. Kekurangan vitamin
Disebabkan karena kekurangan konsumsi buahdan sayuran dalam makanannya. Apalagi bila
hal ini ditambah dengan kekurangan protein dalam makanan.
d. Kelebihan vitamin
Sering usia lanjut mencoba bermacam-macam vitamin tanpa resep dokter, yang sebenarnya
tidak mereka perlukan. Dosis yang berlebihan dari vitamin ini akan terbuang tanpa guna dan
mempertinggi biaya.

Kebutuhan gizi pada lansia kurang lebih sama dengan kebutuhan nutrisi pada orang dewasa
normal, hanya yang mungkin diubah adalah jenis yang utama, bentuk dan pengurangan porsi
untuk mengimbangi aktivitasnya.
a. Kalori, pada lansia pria adalah 2.100 kalori sedangkan untuk wanita adalah 1.700 kalori,
kebutuhan tersebut dapat dimodifikasikan tergantung keadaan usia lanjut, misalnya gemuk
atau kurus atau disertai penyakit lain (kencing manis, dll).
b. Karbohidrat, dianjurkan 60% dari jumlah kalori. Berikan golongan gula yang mudah
diserap karena tidak mengalami pengubahan lebih lanjut pada proses metabolisme, misalnya
madu, nasi, buah-buahan yang manis.
c. Lemak, pemakaian yang berlebihan tidak dianjurkan karena menyebabkan timbulnya
hambatan pada pencernaan dan terjadinya penyakit. Berikan 15 % - 20 %dr total kalori yg
dibutuhkan.
d. Vitamin & mineral, kebutuhannya sama dgn usia muda.pemenuhan kebutuhan didapatkan
dr makanan berupa sayur-sayuran & buah-buahan.
e. Air, kebutuhan sekitar 6-8 gls/hr krn menurunnya fx ginjal & mencegah konstipasi maka
pemasukan air yg banyak sgt dianjurkan.

Rencana Makanan Untuk Lansia


a. Berikan makanan porsi kecil tapi sering
b. Banyak minum & kurangi makan
- dapat meringankan pekerjaan ginjal & dapat memperlancar pengeluaran
sisa makanan
- hindari makanan yang terlalu asin
c. Beri makanan yg mengandung serat,agar buang air besar menjadi mudah & teratur
d. Batasi pemberian mkanan yang mengandung tinggi kalori agar badan dalam keadaan
seimbang seperti: gula,makanan manis,minyak,makanan berlemak.
e. Membatasi minum kopi dan teh, bila perlu diencerkan untuk merangsang gerakan usus &
menambah nafsu makan.

2. Meningkatkan Keamanan & Keselamatan Lansia


Kecelakaaan sering terjadi pada lansia antara lain: jatuh, kecelakaan lalu lintas dan
kebakaran. Hal ini berkaitan dengan proses penuaan dimana fleksibilitas dari kaki mulai
berkurang, ditandai dengan timbulnya masalah mobilisasi akibat nyeri, pada sendi-sendi.
Situasi tersebut menyebabkan Usila tidak mampu menyanggah tubuhnya dengan baik.
Selain itu penurunan fungsi pengindaraan dan pendengaran menyebabkan lansia tidak dapat
mengamati situasi sekitarnya,sehingga sering terjadi bahaya kecelakaan lalu lintas dan luka
baker.
Selanjutnya, kecelakaan / jatuh dapat puola akibat lingkungan yang tidak tepat untuk lansia,
misalnya pencahayaan yang kurang, lantai yang licin atau tidak rata, tangga yang tidak diberi
tanda pengaman, kursi atau tempat tidur yang mudah bergerak.
Untuk mencegah resiko kecelakaan diatas, beberapa tindakan yang harus dilakukan antara
lain:
a. klien / lansia
- Biarkan lansia menggunakan alat bantu untuk meningkatkan
keselamatan.
- Latih lansia untuk pindah dari tempat tidur ke kursi
- Biasakan menggunakan pengaman tempat tidur jika tidur
- Jika klien mengalami masalah fisik, misalnya rematik, gangguan
persyarafan, latih klien untuk berjalan dan latih klien menggunakan alat
Bantu berjalan
- Bantu klien berjalan ke kamar mandi, terutama untuk lansia yang
menggunakan obat penenang atau diuretika
- Menggunakian kacamata jika berjalan atau melakukan sesuatu
- Usahakan ada yang menemani jika bepergian.
b. lingkungan
- tempatkan klien diruangan khusus dekat ke kantor sehingga mudah di
observasi apabila lansia dirawat diruang perawatan lansia
- letakkan bel di bawah bantal dan ajarkan cara menggunakannya
- gunakan tempat tidur yang tidak terlalu tinggi
- letakkan meja kecil dekat tempat tidur agar lansia mudah menempatkan
alat-alat yang selalu digunakan
- upayakan lantai bersih, rata, tidak licin dan basah
- kunci semua peralatan yang menggunakan roda untuk lansia yang
menggunakan
- pasang pegangan dikamar mandi
- hindari lampu yang redup dan menyilaukan
- sebaiknya gunakan lampu 70 atau 100 watt
- jika pindah dari ruangan terang ke gelap ajarkan klie lansia untuk
memejamkan mata sesaat
- gunakan sandal atau sepatu yang beralas karet

3. Memelihara Kebersihan Diri


Akibat proses penuaan, sebagian lansia mengalami kemunduran / motivasi
untuk melakukan perawatan diri secara teratur. Kadang kala kurangnya perawatan diri pada
lansia akibat penurunan daya ingat, sehingga tidak dapat melakukan upaya kebersihan diri
secara tepat dan teratur. Hal ini juga berkaitan dengan kebiasaan lansia pada usia muda. Jika
usila tersebut pada saat mudanya orangnya rapi, tentu ia akan tetap melakukan aktivitas
perawatan diri dengan baik, perawatan diri yang kurang dapat pula akibat dari kelemahan
atau ketidakmampuan fisik lansia.
Akibat dari proses penuaan kelenjar keringat berkurang seringkali kulit lansia
bersisik dan kering.
Upaya yang dilakukan untuk kebersihan diri antara lain:
- Mengingatkan atau membantu lansia untuk melakukan upaya kebersihan
diri misalnya, cuci rambut, sikat gigi, ganti pakaian, dll.
- Menganjurkan lansia untuk menggunakan sabun lunak yang mengandung
miyak atau berikan skin lotion
- Mengingatkan / membantu lansia untuk membersihkan lubang telinga,
mata, dan gunting kuku

4. Memelihara Keseimbangan Istrahat Dan Tidur


pada umunya lansia mengalami gangguan tidur, upaya yang dapat dilakukan antara
lain:
- Menyediakan tempat atau waktu tidur yang nyaman
- Mengatur lingkungan yang cukup, pentilasi bebas dari bau-bauan
- Melatih lansia melakukan latihan fisik ringan untuk melancarkan sirkulasi
darah dan melenturkan otot-otot. Latihan fisik ini dapat dilakukan sesuai
hobby, misalnya berkebun, berjalan santai, dll.
- Memberikan minuman hangat sebelum tidur misalnya, susu hangat.

5. Meningkatkan Hubungan InterPersonal


Masalah yang umum ditemukan pada lansia yaitu daya ingat yang menurun, pikun,
depresi, lekas marah dan mudah tersinggung, curiga. Hal ini disebabkan karena hubungan
inter personal yang tidak adikuat.
Upaya yang dilakukan antara lain:
- Berkomunikasi dengan manusia dengan kontak mata
- Memberikan stimulus / mengingatkan lansia terhadap kegiatan yang akan
dilakukan
- Menyediakan waktu untuk berbincang-bincang dengan lansia
- Memberikan lansia kesempatan untuk mengekspresikan / terhadap
respon verbal dan non verbal lansia
- Melibatkan lansia untuk keperluan tertentu sesuai dengan kemampuan
lansia
- Menghargai pendapat lansia

III. PELAKSANAAN
Semua tindakan yang telah direncanakan dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan lansia.
Hal-hal yang perlu diperhatikan:
- Berbicara dengan lembut dan sopan
- Memberikan penjelasan dengan bahasa yang mudah dimengerti dan
dilakukan berulan kali, jika perlu dengan gambar
- Memberikan kesempatan pada lansia untuk bertanya
IV. PENILAIAN
Setiap tindakan yang telah dilakukan perlu dievaluasi / dinilai baik verbal maupun non verbal
untuk mengetahui sejauh mana lansia atau keluarga mampu melakukan apa yang telah
dianjurkan.

~~~Contoh: Aplikasi Asuhan Keperawatan Pada Lansia~~~


Diagnosa keperawatan: resiko terjadi cedera fisik: jatuh berhubungan dengan
penurunan fungsi penglihatan dan pandangan.

Tujuan jangka panjang:


Lansia dapat memelihara kemanan dan keselamatan dan tidak terjadi trauma fisik.
Tujuan jangka pendek:
Setelah tindakan keperawatan, lansia dapat:
1. mengidentifikasi hal-hal yang mungkin terjadi akibat penglihatan berkurang
2. melakukan aktivitas sehari-hari tanpa trauma fisik
Intervensi Keperawatan
1. Bina hubungan saling percaya
2. Jelaskan penurunan fungsi tubuh karena proses penuaan
3. Jelaskan kebutuhan, keamanan, dan keselamatan akibat
penurunan fungsi tubuh
4. Ciptakan lingkungan atau ruangan yang cukup penerangan,
lantai tidak licin dan basah
5. Hindari lantai kamar mandi dan wc yang licin dan beri pegangan
dan pasang bel
6. Dekatkan barang-barang keperluannya seperti: kacamata, sikat
gigi, alat cukur, dll.
7. Letakkan bel di bawah bantal dan ajarkan cara penggunaannya
bila perlu bantuan
8. Perhatian khusus pada lansia yang baru dapat jalan belum siap
mobilisasi atau lansia dengan lingkungan baru
9. Ajarkan cara menggunakan alat bantu, pindah / turun dari tempat
tidur, bangun pada malam hari untuk bak
10. Jelaskan efek samping dari obat dan cara-cara minum obat.
Ulangi dan perkuat instruksi dengan instruksi tulisan.
11. Libatkan keluarga dalam perawatan lansia
12. Ulangi penjelasan-penjelasan bila diperlukan dengan kata-kata
sederhana dan spesifik.

Pelaksanaan
Melaksanakan tindakan keperawatan yang telah disusun dengan
menggunakan bahasa yang mudah dimengerti, perlahan-lahan
dan sabar, ulangi penjelasan yang belum dimengerti.

Evaluasi
Setelah selesai melakukan tindakan keperawatan perlu dikaji
respon verbal dan non verbal lansia / keluarga terhadap tindakan
keperawatan yang dilakukan dengan mengacu pada tujuan. Hasil
pengkajian digunakan untuk menyusun rencana tindak lanjut
keperawatan.
Selain Asuhan keperawatan individu pada lansia, dapat
dilakukan Asuhan Keperawatan Keluarga Lansia, yang ditujukan
untuk asuhan keperawatan keluarga di rumah.

posyandu lansia

A. POSYANDU USILA DAN KEGIATANNYA


Sesuai dari pengertian di atas tentang Posyandu dan usila maka Posyandu Usila
dapat diartikan sebagai wadah atau tempat kegiatan pelayanan kesehatan dasar
bagi usila atau lansia yang bertujuan untuk membantu mengatasi permasalahan
kesehatan yang dihadapi lansia yang dilaksanakan oleh masyarakat dalam hal ini
pihak PKK desa dengan dibantu pihak kesehatan. Adapun secara umum adanya
Posyandu Usila bertujuan :
1. Meningkatkan jangkauan pelayanan kesehatan untuk lansia di masyarakat
2. Mendekatkan pelayanan seta menumbuhkan peran serta masyarakat dalam
mengatasi masalah kesehatan pada lansia.
kegiatan Posyandu Usila bisa dilaksanakan dengan lima meja sama dengan
Posyandu Balita, yaitu :
Meja I :Pendaftaran
Meja II :pengukuran dan penimbangan berat badan
Meja III ;Melakukan pencatatan tentang pengukuran tinggi badan dan berat
badan. Indek massa tubuh ( IMT ) dan mengisi KMS.
Meja IV :Kegiatan Penyuluhan, konseling dan pelayanan pojok gizi
serta pemberian PMT
Meja V :Pemeriksaan Kesehatan dan pengobatan, mengisi data-data hasil
pemeriksaan kesehatan pada KMS
Setiap kunjungan lansia dianjurkan untuk selalu membwa KMS lansia guna
memantau status kesehatan.
Kegiatan lain yang biasanya juga dilakukan adalah senam lansia yang bertujuan
untuk meningkatkan kebugaran bagi lansia.
Hal-hal yang dapat dilakukan untuk para usia lanjut agar kesehatannya tetap
terjaga, ia harus melakukan kegiatan seperti :

1. Olah raga (aktif secara fisik)


Seiring bertambahnya usia melakukan aktivitas fisik merupakan tantangan yang
berat. Akan banyak hambatan untuk memulainya, namun sama halnya dengan
dewasa muda, dewasa tua juga memerlukan aktivitas fisik seperti orang lain,
setidaknya sebanyak yang dilakukan oleh dewasa muda. Faktanya, kehilangan
tenaga dan stamina yang terjadi pada saat usia lanjut disebabkan oleh
berkurangnya aktifitas fisik
Olah raga merupakan hal terpenting untuk menjaga kebugaran tubuh. Olah raga
yang baik adalah olah raga yang dilakukan secara rutin dan bertahap. Aktifitas
fisik / olah raga yang baik untuk semua orang dewasa sedikitnya 30 menit, dan
melakukan olah raga sedang dalam lima hari atau lebih dalam satu minggu.
Aktifitas jantung paru (cardiorespitory), peregangan dan latihan beban sangat
direkomendasikan untuk kelompok usia lanjut. Secara umum dapat melakukan
kombinasi ketiga aktifitas tersebut
* Aktifitas Jantung paru : melakukan olahraga berbentuk aerobik intensitas
sedang 3-5 hari per minggu sekurang-kurangnya 30 menit setiap sesi.
* Lakukan peregangan (stretching) setiap hari
* Latihan beban (2-3 hari per minggu)
Contoh-contoh dan pilihan aktifitas yang dapat dilakukan oleh para usila yaitu:
Jantung Paru, Latihan Beban, Peregangan, Berjalan, Mengangkat beban,
Stretching, Berenang, Mengangkat cucian, atau barang belanjaan.
2. Diet
Seiring bertambahnya usia, nutrisi yang baik memegang peranan penting bagi
kesehatan anda. Konsumsi makan-makanan rendah garam, rendah lemak
ditambah dengan buah-buahan, sayuran dan makanan berserat dapat
mengurangi risiko terkena penyakit jantung, diabetes, stroke, osteoporosis dan
penyakit kronik lainnya. Dengan konsumsi jenis makanan yang beraneka ragam,
anda dengan mudah mendapatkan nutirisi yang diperlukan tubuh anda,
termasuk :
a. Karbohidrat, sumber nya didapat dari gula seperti sukrosa (gula pasir),
fruktosa (gula yang terdapat dalam buah-buahan), dan laktosa (gula dalam
susu).
b. Protein, dapat didapat dari daging hewan, ikan telur, kacang kedelai, susu,
kacang-kacangan dan produk produk daging rendah lemak.
c. Lemak, merupakan salah satu yang sangat penting bagi tubuh, lemak
digunakan bagi tubuh untukproduksi energi, pertumbuhan baik badan dan otak
dan memelihara pergantian jaringan. Lemak sendiri terbagi atas 3 golongan
asam lemak jenuh, asam lemak tak jenuh tunggal dan asam lemak tak jenuh
ganda. Komsumsi lemak merupakan factor penting dalam kesehatan jantung.
Mengurangi komsumsi lemak tak jenuh dalam porsi makanan akan
meningkatkan kesehatan anda.
d. air, untuk mengganti cairan yang hilang setelah beraktifitas, komsumsi air
putih minimal 6-8 gelas / hr
e. Antioksidan, merupakan suatu zat yang dapat melindungi sel dari radikal
bebas yang dapat merusak dan membuat peradangan pada sel tubuh kita. Yang
termasuk antioksidan adalah karoten (yang memberikan warna cerah pada
sayuran), vitamin C, vitamin E, magnesium, folat, lutein, Lycopene. Semua
antioksidan diatas terdapat di daging ikan (salmon), buah-buahan dan sayuran
yang mempunyai warna yang cerah (tomat, wortel, brokoli, paprika, bayam, dll).
3. aktifitas sosial
Tetap berhubungan dengan teman, keluarga dan berpartisipasi dalam kegiatan
sosial dapat menjaga dan meningkatkan kesehatan emosional dan mental anda.
Dapat dilakukan dengan mengikuti kegiatan di sekitar lingkungan tempat tinggal
seperti arisan, kerja bakti, atau kegiatan sosial di tempat anda bekerja.
4. aktifitas metal
Jaga dan tingkatkan ketajaman daya ingat dan mental dengan cara :
Latih kemampuan otak dengan membaca, mempelajari sesuatu yang baru,
mengisi teka-teki silang, melakukan permainan (catur, domino, kartu remi, dll).
Sama seperti tubuh, otak yang aktif akan terus berkembang dan sehat.
Tetap menjaga ingatan anda setiap waktu dengan menulis tanggal, nama dan
informasi lainnya yang mudah dilupakan. Taruh barang-barang penting seperti
kacamata, kunci, di tempat spesifik.
Mencegah timbulnya depresi. Dapat dilakukan dengan melakukan olahraga
rutin, ikut dalam kegiatan sosial, hindari alkohol dan obat-obatan penenang,
makan-makanan yang sehat. Apabila mendapat serangan dan tidak dapat
dikontrol segera minta pertolongan medis.
Tidak merokok. Merokok dapat mempercepat penurunan mental seseorang.

B. KMS (KARTU MENUJU SEHAT) LANSIA)


Kartu Menuju Sehat Lansia adalah sebuah kartu catatan tentang perkembangan
status kesehatan yang dipantau setiap kunjungan ke Posyandu Usila atau
berkunjung ke Puskesmas yang meliputi pemantauan kesehatan fisik dan
emosional serta deteksi dini atas penyakit atau ancaman kesehatan yang
dihadapi lansia. Pemeriksaan yang dicatat pada KMS Lansia adalah :
1. Grafik Indeks Massa Tubuh (IMT) tentang berat badan dan tinggi badan
( pemeriksaan status gizi )
2. Pemeriksaan aktivitas sehari-hari (kegiatan dasar seperti mandi,
makan/minum,tidur, buang air besar / kecil dan sebagainya.
3. Pemeriksaan status mental dan emosional yang dilakukan oleh dokter
4. Pengukuran tekanan darah
5. Pemeriksaa Hemoglobin.
6. Reduksi urine untuk kadar gula pada air seni sebagai deteksi penyakit kencing
manis (diabetes mellitus).
7. Pemeriksaan protein urine guna detiksi penyakit ginjal
8. Catatan keluhan dan tindakan. Sekiranya ada permasalahan kesehatan yang
perlu pengobatan saat itu atau perlu untuk rujukan ke Puskesmas.
Selain pencatatan tersebut terdapat anjuran untuk hidup sehat yang digunakan
untuk penyuluhan yang disampaikan setiap selesai pemeriksaan kesehatan

C. PERMASALAHAN
Dalam pelaksanaannya masih terdapat masalah-masalah yang menghambat
berkembangnya Posyandu Usila, diantaranya :
1. Pihak Pemerintah/Institusi : Permasalahan yang ada biasanya adalah belum
dijadikannya program ini sebagai program unggulan sehingga di dalam satu
wilayah kecamatan hanya terbentuk 1 atau 2 Posyandu Usila percobaan saja
2. Masyarakat : tingkat pengethuan masyarakat yang masih kurang tentang
manfaat posyandu usila yang dilihat dari sedikitnya kunjungan serta
pemanfaatan kegiatan posyandu usila ketika di buka / dilaksanankan.
3. Petugas : Belum siapnya petugas baik kader dan petugas kesehatan
bagaimana bentuk pelaksanaan kegiatan Posyandu Usila dalam hal ini perlu
adanya pelatihan bagi petugas kesehatan dan kader Posyandu Usila.
4. Jarak : Jauhnya lokasi Posyandu dengan rumah Lansia akan mempersulit
jangkauan dan memungkinkan kurangnya rasa aman bagi lansia ketika
mencapai lokasi.
5. Dukungan keluarga yang kurang : Keluarga merupakan motivator untuk
keaktifan lansia untuk berkunjung ke Posyandu dengan cara mengantar mereka
ke lokasi Posyandu Lansia.
6. Sarana dan prasarana yang kurang : Peralatan yang minim memungkinkan
kegiatan tidak bisa optimal.

D. REKOMENDASI
Guna kelancaran pelaksanaan Posyandu Usila serta untuk mengatasi
permasalahan tersebut di atas diperlukan :

1) Dukungan Pemerintah/institusi terkait dengan menempatkan program


Posyandu Usila sebagai salah satu program pendukung pembangunan kesehatan
di wilayahnya.

2) Meningkatkan promosi kesehatan tentang Posyandu Usila di masyarakat.

3) Melatih petugas kesehatan dan kader Posyandu Usila tentang bagaimana


kegiatan Posyandu Usila.

4) Menempatlkan lokasi Posyandu Usila yang mudah dijangkau semua lansia.

5) Melakukan advokasi kepada tokoh masyarakat guna mendapatkan dukungan


untuk pembentukan Posyandu Usila.

6) Melengkapi sarana dan prasarana standar untuk kegiatan Posyandu Usila


guna mendukung pemeriksaan kesehatan seperti tercantum pada KMS
Lansia/Usila.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 1999, Kartu Menuju Sehat (KMS) Lansia. Jakarta : Depkes RI


Nugroho.W. ,2000. Keperawatan Gerontik. Jakarta : Gramedia
www.iinaza.wordpress.com : All About Posyandu
www.library.usu.ac.id : Posyandu dan Kader Kesehatan
www.gizi.ned : Pedoman Umum Revitalisasi Posyandu
www.puskesmas-oke.blogspot.com : Pengelolaan Posyandu Lansia
www.damandiri.or.id. /file/ratnasuhartini

Posyandu Lansia

Meningkatnya jumlah lanjut usia akan menimbulkan berbagai permasalahan yang kompleks
bagi lanjut usia itu sendiri maupun bagi keluarga dan masyarakat. Secara alami proses
menjadi tua mengakibatkan para lanjut usia mengalami perubahan fisik dan mental, yang
mempengaruhi kondisi ekonomi dan sosialnya.
Sebagai bidan khususnya bidan desa perlu tahu apa itu Posyandu Lansia, karena bidan
adalah ujung tombak dari semua program peningkatan kesehatan masyarakat, tidak hanya
ibu dan anak sebagai sasaran kerja mereka namun lansia juga turut serta dalam ruang
lingkup kerja mereka.

Silahkan dibaca...

Apa itu Posyandu Lansia

Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) Lanjut Usia adalah suatu wadah pelayanan kepada
lanjut usia di masyarakat,yang proses pembentukan dan pelaksanaannya dilakukan oleh
masyarakat bersama lembaga swadaya masyarakat (LSM), lintas sektor pemerintah dan
non-pemerintah,swasta, organisasi sosial dan lain-lain, dengan menitik beratkan pelayanan
kesehatan pada upaya promotif dan preventif. Disamping pelayanan kesehatan, di
Posyandu Lanjut Usia juga dapat diberikan pelayanan sosial, agama,pendidikan,
ketrampilan, olah raga dan seni budaya serta pelayanan lain yang dibutuhkan para lanjut
usia dalam rangka meningkatkan kualitas hidup melalui peningkatan kesehatan dan
kesejahteraan mereka. Selain itu mereka dapat beraktifitas dan mengembangkan potensi
diri.

Siapa itu Lansia

Lanjut usia adalah seseorang yang telah mencapai umur 60 tahun.

Pra Lanjut Usia adalah seseorang yang berumur 45 sampai 59 tahun.

Lanjut usia terlantar adalah lanjut usia yang mempunyai 3 atau lebih kriteria keterlantaran.

Lanjut usia tidak terlantar adalah lanjut usia yang hanya mempunyai 1 kriteria keterlantaran.

Lanjut usia rawan terlantar adalah lanjut usia yang mempunyai 2 kriteria keterlantaran.

Kriteria keterlantaran
a. Tidak/belum sekolah atau tidak tamat SD
b. Makan makanan pokok kurang dari 21 kali seminggu.
c. Makan lauk pauk berprotein tinggi kurang dari 4 kali seminggu
d. Memiliki pakaian kurang dari 4 stel
e. Tidak mempunyai tempat tinggal tetap untuk tidur
f. Bila sakit tidak diobati

Apa itu KMS Lansia?

Kartu Menuju Sehat (KMS) Lansia adalah suatu alat untuk mencatat kondisi kesehatan
pribadi lanjut usia baik fisik maupunmental emosional. KMS digunakan untuk memantau
dan menilai kemajuan kesehatan lanjut usia yang dilaksanakan melalui kegiatan Posyandu
lanjut usia.
Organisasi posyandu lanjut usia

adalah organisasi kemasyarakatan non struktural yang berdasarkan azas gotong royong
untuk sehat dan sejahtera, yang diorganisir oleh seorang koordinator atau ketua, dibantu
oleh sekretaris, bendahara dan beberapa orang kader. Organisasi posyandu lanjut usia ini
tidak saja dapat dibentuk oleh masyarakat setempat, tetapi dapat juga oleh :
1. Kelompok seminat dalam masyarakat misalnya Club Jantung Sehat, Majelis Talim,
WULAN (warga usia lanjut), kelompok gereja, dan lain lain
2. Organisasi profesi
3. Institusi pemerintah/swasta
4. Lembaga Swadaya Masyarakat

Tenaga yang dibutuhkan dalam pelaksanaan posyandu sebaiknya 8 orang namun bisa
kurang dengan konsekuensi bekerja rangkap. Kepengurusan yang di anjurkan adalah:
1. Ketua Posyandu
2. Sekretaris
3. Bendahara
4. Kader sekitar 5 orang :
a) Meja 1 tempat pendaftaran
b) Meja 2 tempat penimbangan dan pencatatan berat badan, pengukuran dan pencatatan
tinggi badan serta
penghitungan index massa tubuh (IMT)
c) Meja 3 tempat melakukan kegiatan Pemeriksaan danpengobatan sederhana (tekanan
darah, gula darah, Hb dan pemberian vitamin, dan lain - lain)
d) Meja 4 tempat melakukan kegiatan konseling (kesehatan, gizi dan kesejahteraan)

e) Meja 5 tempat memberikan informasi dan melakukan kegiatan sosial (pemberian makan
tambahan, bantuan modal, pendampingan, dan lain lain sesuai kebutuhan)

Tugas dan Fungsi

1. Ketua Posyandu
- Bertanggung jawab terhadap semua kegiatan yang dilakukan posyandu
- Bertanggung jawab terhadap kerjasama dengan semua stake holder dalam rangka
meningkatkan mutu pelaksanaan posyandu
2. Sekretaris
Mencatat semua aktivitas perencanaan, pelaksanaan dan pemantauan serta pengendalian
posyandu.
3. Bendahara
- Pencatatan pemasukan dan pengeluaran serta pelaporan keuangan posyandu
4. Kader
Tugas kader dalam posyandu lanjut usia antara lain:
- Mempersiapkan sarana dan prasarana yang diperlukan pada kegiatan posyandu.
- Memobilisasi sasaran pada hari pelayanan posyandu.

- Melakukan pendaftaran sasaran pada pelayananposyandu lanjut usia.


- Melaksanakan kegiatan penimbangan berat badan danpengukuran tinggi badan para lanjut
usia dan mencatatnya dalam KMS atau buku pencatatan lainnya.
- Membantu petugas dalam pelaksanaan pemeriksaan kesehatan dan pelayanan lainnya.
- Melakukan penyuluhan ( kesehatan, gizi, sosial, agama dan karya) sesuai dengan
minatnya.

Jenis Kegiatan Posyandu

Pada dasarnya jenis kegiatan posyandu lanjut usia tidak berbeda dengan kegiatan
posyandu balita atau kegiatan upaya kesehatan bersumberdaya masyarakat lain di
masyarakat. Namun posyandu lanjut usia kegiatannya tidak hanya mencakup upaya
kesehatan saja tetapi juga meliputi upaya sosial dan karya serta pendidikan. Hal tersebut
disebabkan karena permasalahan yang dihadapi lanjut usia bersifat kompleks, tidak hanya
masalah kesehatan namun juga masalah sosial, ekonomi dan pendidikan yang saling
terkait dan mempengaruhi satu sama lainnya. Sebelum kita membicarakan jenis kegiatan
yang dilakukan oleh posyandu, terlebih dahulu para penyelenggara posyandu diharapkan
mengerti tujuan penyelenggaraan posyandu seperti telah dijelaskan pada bab sebelumnya.
Jenis kegiatan yang dilaksanakan di posyandu lanjut usia yaitu :
1. Kegiatan pengukuran IMT melalui pengukuran berat badan dan tinggi badan. Kegiatan ini
dilakukan 1 bulan sekali.
2. Kegiatan pemeriksaan tekanan darah dilakukan minimal 1 bulan sekali, namun bagi yang
menderita tekanan darah tinggi dianjurkan setiap minggu. Hal ini dapat dilakukan di
puskesmas atau pada tenaga kesehatan terdekat.
3. Kegiatan pemeriksaan kadar haemoglobin darah (Hb),gula darah dan kolesterol darah.
Bagi lanjut usia yang sehat cukup di periksa setiap 6 bulan. Namun bagi yang mempunyai
faktor resiko seperti turunan kencing manis, gemuk sebaiknya 3 bulan sekali dan bagi yang
sudah menderita maka dilakukan di posyandu setiap bulan. Kegiatan pemeriksaan
laboratorium ini dapat dilakukan oleh tenaga Puskesmas atau dikoordinasikan dengan
laboratorium setempat. Kegiatan konseling dan penyuluhan kesehatan dan gizi harus
dilakukan setiap bulan karena permasalahan lanjut usia akan meningkat dengan seiring
waktu, selain itu dapat memantau faktor risiko penyakit-penyakit degeneratif agar
masyarakat mengetahui dan dapat mengendalikanya.
5. Konseling usaha ekonomi produtif dilakukan sesuai dengan kebutuhan.
6. Kegiatan aktivitas fisik/senam dilakukan minimal 1 minggu sekali diluar jadwal
penyelenggaraan posyandu.

Tenaga Pelaksana

Tenaga pelaksana pada dasarnya adalah semua pengurus posyandu yang saling
membantu, namun harus ada
penanggung jawab masing-masing sesuai bidangnya. Para lanjut usia yang lebih muda dan
lebih sehat dapat
diberdayakan membantu kegiatan ini sesuai dengan kemampuan masing-masing. Dengan
mengajak mereka ikut membantu penyelenggaraan posyandu akan memberikan banyak
manfaat antara lain:
- Para lanjut usia akan merasa posyandu milik mereka
- Para lanjut usia merasa dihargai/dihormati
- Membuat lanjut usia tersebut tetap aktif dan akan meningkatkan kesehatan dan mencegah
kepikunan.
- Meningkatnya rasa persaudaraan, terbangunnya ikatan emosi yang positif antar generasi
dan akan membuat lanjut usia rajin datang.
- Pekerjaan menjadi ringan, efisien dan efektif, cepat selesai, sehingga akhirnya tersedia
waktu luang yang dapat digunakan untuk kegiatan lainnya.

Pelaksanaan

Pelaksanaan kegiatan posyandu dilaksanakan sesuai dengan perencanaan yang telah


disepakati. Namun dapat diuraikan berdasarkan pengelopokan kegiatan sebagai berikut :
a) Kegiatan pelayanan kesehatan, gizi
b) Kegiatan senibudaya, olahraga dan rekreasi
c) Kegiatan peningkatan spiritual
d) Kegiatan kesejahteraan/sosial
e) Kegiatan pendidikan ketrampilan
Kegiatan tersebut di atas diatur sesuai dengan ketenagaan dan waktu tersedia dan dapat
dilakukan pada sebuah gedung, dibawah tenda ataupun di tempat terbuka. Pada prinsipnya
kegiatan kesehatan harus dilakukan 1 bulan sekali agar dapat memantau kondisi kesehatan.
Kegiatan olahraga/senam bersama minimal dilakukan 1minggu sekali, selanjutnya senam
dilakukan sendiri dirumah masing-masing untuk menjaga kelenturan otot dan sendi. Dalam
48 jam otot akan menjadi kaku kembali sehingga olahraga/senam yang paling baik adalah
3-5 kali seminggu selama 30-60 menit.Secara terperinci sebagai berikut; senam aerobik
seperti jalan, jogging, berenang atau dansa minimal 30 menit 5 kali seminggu untuk
kebugaran, senam yang menggunakan tahanan (resistance exercise) untuk penguatan dan
ketahanan/endurance otot minimal 2 kali seminggu, untuk senam kelenturan (flexibility
excersice) 2 kali seminggu selama minimal 10 menit, sedangkan balance exercise/ senam
keseimbangan perlu dilakukan untuk mencegah resiko jatuh. Balance exercise dilakukan
bersifat individual tergandung kondisi, yang paling penting adalah dilakukan secara bertahap
agar terjadi peningkatan keseimbangan.
Kegiatan lain dalam posyandu dapat dilakukan secara bersama atau sendiri-sendiri sesuai
kebutuhan.
Pada beberapa daerah, penyelenggaraan posyandu lanjutusia dilaksanakan pada hari dan
tempat yang sama dengan jam yang berbeda dengan posyandu balita. Hal ini kelihatannya
sulit dilakukan, namun ternyata memberikan banyak manfaat. Dengan diintegrasikan
penyelenggaraan posyandu balita dengan posyandu lanjut usia dapat terjalin solidaritas
antar tiga generasi.

Indikator yang yang diperlukan dalam pengendalian posyandu lanjut usia

1. Frekuensi pertemuan atau pelaksanaan kegiatan


2. Kehadiran kader
3. Pelayanan kesehatan
- cakupan penimbangan
- cakupan pemeriksaan laboratorium
- cakupan hasil pemeriksaan kesehatan
- cakupan penyuluhan kesehatan
4. Frekuensi pelaksanaan senam
5. Frekuensi pelaksanaan pengajian/kebaktian
6. Kegiatan Usaha Ekonomi Produktif
7. Kegiatan penghapusan buta aksara
8. Rekreasi
9. Kegiatan peningkatan pendidikan dan ketrampilan
10. Ketersediaan dana untuk penyelenggaraan kegiatan

Pembiayaan

Biaya Posyandu Kegiatan posyandu merupakan kegiatan partisipasi masyarakat, dari


masyarakat untuk masyarakat. Secara umum biaya berasal dari masyarakat itu sendiri
melalui berbagai cara antara lain :
- iuran dari para warga
- donatur tidak tetap atau tetap
- usaha mandiri dari posyandu
- bantuan dari dunia usaha/CSR (corporate social responsibilty)
- bantuan dari kelurahan
- subsidi pemerintah
- dll

Demikian sekilas tentang Posyandu Lansia semoga informasi ini bukan sekedar bahan
bacaan tetapi menjadi pedoman bagi bidan maupun tenaga kesehatan lainnya dalam hal
pelayanan kesehatan di Posyandu Lansia. Semoga bermanfaat.

Sumber : Buku Pedoman Pelaksanaan Posyandu Lanjut Usia Tahun 2010

You might also like