Professional Documents
Culture Documents
Rangkuman kasus
Seorang laki-laki umur 57 tahun datang ke IGD dengan keluhan susah buang
air kecil (BAK) sudah sejak 1 bulan yang lalu, jika BAK mendadak tiba-tiba berhenti
dan menetes. BAB lancar tidak ada keluhan. Tidak ada pusing, mual dan muntah. Dua
hari sebelumnya pasien sudah memeriksakan diri ke RS lain karena infeksi saluran
kemih (ISK). Setelah diperiksa oleh dokter, kemudian dokter mengusulkan
pemeriksaan ultrasonografi (USG) abdomen sebagai penunjang diagnosisnya. Dari
hasil pemeriksaan USG abdomen didapatkan hasil nephrolithiasis dextra
Analisis masalah
I. UROLITHIASIS
A. Definisi
Urolithiasis adalah penyakit yang disebabkan oleh
adanya batu (urolith) atau kristal-kristal pada saluran air
kencing (tractus urinarius). Batu saluran kemih (calculus
urinarius) adalah masa keras seperti batu yang terbentuk di
sepanjang saluran kemih dan bisa menyebabkan nyeri,
perdarahan, penyumbatan aliran kemih dan infeksi. Terbentuknya
batu saluran kemih ini diduga ada hubungannya dengan gangguan aliran urin,
gangguan metabolik, infeksi saluran kemih, dehidrasi, dan keadaan-keadaan
lain yang masih belum terungkap (idiopatik). Polikristal ini terdiri dari
kristal organic atau anorganik (90-95%) dan matriks organic (5-
10%) dan unsur lain dalam jumlah kecil.
B. Etiologi
Batu dapat terbentuk di seluruh saluran kemih terutama pada tempat-
tempat yang sering mangalami hambatan aliran urine, yaitu pada sistem kalises
ginjal atau buli-buli. Adanya kelainan bawaan pada pelvikalises, divertikel,
obstruksi intra vesika kronis seperti pada hiperplasi prostat benigna, striktur,
dan buli-buli neurogenik merupakan keadaaan-keadaaan yang memudahkan
terjadinya pembentukan batu.
Pembentukan batu saluran kemih sangat dipengaruhi keseimbangan
antara komponen pembentuk batu dengan faktor penghambat. Bila
keseimbangan terganggu dimana faktor penghambat tidak ada atau berkurang
maka resiko terbentuknya batu juga meningkat. Selain gangguan keseimbangan
tersebut, beberapa faktor lain yang juga telah diketahui berperan terhadap
terbentuknya batu saluran kemih ini. Faktor-faktor tersebut bisa berupa faktor
intrinsik dan faktor ektrinsik.
a. Hiperkalsiuria
Keadaan dimana terjadi peningkatan kadar kalsium dalam urin
disebabkan karena kelainan metabolik.
b. Hiperoksaluri
Adalah kenaikan ekskresi oksalat diatas normal (45 gram/hari). Keadaan
ini banyak dijumpai pada pasien yang mengalami gangguan pada usus
sehabis menjalani pembedahan usus dan pasien yang banyak
mengkomsumsi makanan yang kaya oksalat, seperti teh, kopi instan,
minuman soft drink, kokoa, arbei, jeruk sitrun, dan sayuran berwarna
hijau terutama bayam.
c. Hiperurikosuria
Adalah peningkatan kadar asam urat di dalam urin yang dapat memacu
pembentukan batu kalsium oksalat karena diet purin yang berlebih.
d. Hipositraturia
Di dalam urin, sitrat bereaksi dengan kalsium membentuk kalsium sitrat,
sehingga menghalangi ikatan kalsium dengan oksalat atau fosfat. Hal ini
dimungkinkan karena ikatan kalsium sitrat lebih mudah larut daripada
kalsium oksalat. Oleh karena itu sitrat dapat bertindak sebagai
penghambat pembentukan batu kalsium.
e. Hipomagnesuria
Seperti halnya sitrat, magnesium bertindak sebagai penghambat
timbulnya batu kalsium, karena didalam urin magnesium bereaksi dengan
oksalat menjadi magnesium oksalat sehingga mencegah ikatan kalsium
dengan oksalat. Penyebab tersering hipomagnesuria adalah penyakit
inflamasi usus (inflammatory bowel disease) yang diikuti dengan
gangguan malabsorbsi.
f. Adanya kelainan anatomis maupun fisiologis pada saluran kemih.
g. Faktor usia
Paling sering pada usia 30 50 tahun.
h. Jenis kelamin
Jumlah penderita laki-laki tiga kali lebih banyak dibandingkan dengan
penderita perempuan.
C. Patofisiologi
Mekanisme pembentukan batu adalah di mulai dari
terjadinya hambatan aliran urin yang biasanya terjadi di
tempat-tempat yang lebih sempit dan berkelok, seperti di
penyempitan pelvikalises ataupun penyempitan di ureter yang
masuk ke kandung kemih. Adanya kelainan bawaan
seperti stenosis, divertikel, hiperplasia prostat
benigna, striktur ataupun buli-buli neurogenik dapat
memudahkan terjadinya pembentukan batu.
Batu terdiri atas kristal-kistal yang tersusun oleh bahan-bahan organik
maupun anorganik yang larut di dalam urine. Normalnya kristal-kristal tersebut
tetap berada dalam keadaan metastable (tetap terlarut) dalam urine. Tetapi pada
keadaan-keadaan tertentu akan menyebabkan terjadinya presipitasi kristal.
Kristal-kristal yang saling mengadakan presipitasi membentuk inti batu
(nukleasi) yang kemudian akan mengadakan agregasi, dan menarik bahan-
bahan yang lain sehingga menjadi kristal-kristal yang lebih besar. Kondisi
metastable dipegaruhi oleh suhu, pH larutan, adanya koloid di dalam urine,
konsentrasi solute di dalam urine, laju aliran urine di dalam saluran kemih, atau
adanya korpus alienum di dalam saluran kemih yang bertindak sebagai inti batu.
Pada keadaan seperti kelainan bawaan atau cidera maupun keadaan
patologis yang disebabkan karena infeksi, pembentukan batu di saluran kemih
dan tumor, akan menyebabkan obstruksi terjadi bendungan dan statis urine yang
lama sehingga kalsium akan mengendap menjadi besar dan terbentuklah batu.
Ada beberapa teori proses pembentukan batu saluran kemih, antara lain :
1. Teori supersaturasi
Peningkatan dan kejenuhan substansi pembentukan batu dalam urin
seperti sistin, xastin, asam urat, kalsium oksalat mempermudah
terbentuknya batu. Kejenuhan ini juga sangat dipengaruhi oleh pH dan
kekuatan ion.
2. Teori matrik
Matrik merupakan mikroprotein yang terdiri dari 65 % protein, 10 %
hexose, 3-5 % hexosamin dan 10 % air. Adanya matrik menyebabkan
penempelan kristal-kristal sehingga menjadi batu.
3. Teori inhibitor kristalisasi
Beberapa substansi dalam urine seperti sitrat dan glikoprotein dapat
menghambat terjadinya kristalisasi, konsentrasi yang rendah atau absennya
substansi ini memungkinkan terjadinya kristalisasi.
D. Penegakan Diagnosis
1) Anamnesis
Dari anamnesis didapatkan gejala yang dirasakan pasien antara lain :
Nyeri
Adanya batu saluran kemih bagian atas seringkali menyebabkan nyeri
karena turunnya batu saluran kemih ke ureter yang sempit. Kolik ginjal dan
nyeri ginjal adalah dua tipe nyeri yang berasal dari ginjal. Batu saluran
kemih pada kaliks dapat menyebabkan obstruksi, sehingga memberikan
gejala kolik ginjal, sedangkan batu saluran kemih non obstruktif hanya
memberikan gejala nyeri periodik. Batu pada pelvis renalis dengan diameter
lebih dari 1 cm umumnya menyebabkan obstruksi pada uretropelvic juction
sehingga menyebabkan nyeri pada tulang belakang. Nyeri tersebut akan
dijalarkan sepanjang perjalanan ureter dan testis. Pada batu saluran kemih
ureter bagian tengah akan dijalarkan di daerah perut bagian bawah,
sedangkan pada batu saluran kemih bagian distal, nyeri dijalarkan ke
suprapubis vulva (pada wanita) dan skrotum pada (pria).
Mual dan muntah
Ketika batu menghambat saluran urine, terjadi obstruksi dan terjadi
peningkatkan tekanan hidrostatik. Bila nyeri mendadak terjadi akut disertai
nyeri tekan di sudut kostovertebra dan muncul mual muntah maka penderita
sedang mengalami episode kolik renal.
Demam
Demam dan perasaan tidak nyaman di abdominal juga dapat terjadi. Gejala
gastrointestinal ini akibat reflek dan proksimitas anatomi ginjal ke lambung,
pankreas, dan usus besar. Demam terjadi karena adanya kuman yang
beredar di dalam darah sehingga menyebabkan suhu badan meningkat
melebihi batas normal. Gejala ini disertai jantung berdebar, tekanan
darah rendah, dan pelebaran pembuluh darah di kulit.
Hematuria dan kristaluria
Terdapatnya sel darah merah bersama dengan air kemih (hematuria) dan
air kemih yang berpasir (kristaluria) dapat membantu diagnosis adanya
penyakit BSK. Sering juga dijumpai hematuri makroskopik (5-10%)
maupun hematuri mikroskopik (90%). Bila terjadi hidronefrosis dapat
teraba adanya massa ginjal.
2) Pemeriksaan fisik
Pada pemeriksaan fisik mungkin akan ditemukan :
a. Kadang-kadang teraba ginjal yang mengalami hidronefrosis/obstruktif.
b. Nyeri tekan/ketok pada pinggang.
c. Pada keadaan akut paling sering ditemukan adalah nyeri tekan di daerah
pinggul (flank tenderness), ini disebabkan oleh hidronefrosis akibat
obstruksi sementara yaitu saat batu melewati ureter menuju kandung kemih.
3) Pemeriksaan penunjang
a. Laboratorium
Urinalisis
- Warna urin kuning, coklat, atau gelap
- pH urin
Jika pH > 7 menunjukkan adanya bakteri pemecah urea seperti
Proteus, Pseudomonas, atau Klebsiella sp, and batu struvit. Pada pH<
5 kemungkinan karena adanya batu asam urat.
- Sedimen urin
Sel darah meningkat (90%), ditemukan pada penderita dengan batu,
bila terjadi infeksi maka sel darah putih akan meningkat.
- Biakan urin
Untuk mengetahui adanya bakteri yang berkontribusi dalam proses
pembentukan batu saluran kemih.
Darah
- Hb turun karena terjadi anemia pada gangguan fungsi ginjal kronis.
- Leukosit terjadi karena infeksi.
- Ureum kreatinin untuk melihat fungsi ginjal
Jika kadar kreatinin >2 mg/dl tidak boleh menggunakan alat
diagnostik yang menggunakan kontras. Jadi sebaiknya menggunakan
USG atau CT scan.
- Serum elektrolit
Hipokalemia dan penurunan serum bikarbonat menunjukkan adanya
asidosis tubular ginjal, yang berhubungan dengan pembentukan batu
kalsium fosfat.
- Hormone paratiroid, jika terjadi peningkatan kalsium serum.
b. Pemeriksaan Radiologis
Foto Polos Abdomen
Intra Vena Pielografi (IVP)
Ultrasonografi (USG)
Antegrad dan Retrograd Pielografi
CT Scan tanpa kontras
E. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan urolithiasis bertujuan untuk menghilangkan batu,
menentukan jenis batu, mengurangi gejala, mengidentifikasi infeksi, serta
mengurangi obstruksi akibat batu.
Terapi medikamentosa
Penatalaksanaan batu saluran kemih dengan terapi medikamentosa
bertujuan untuk mengeluarkan batu atau melarutkan batu. Terapi
medikamentosa ditujukan untuk batu yang berukuran lebih kecil yaitu
dengan diameter kurang dari 5 mm, karena diharapkan batu dapat
Endourologi
Tindakan endourologi adalah tindakan invasif minimal untuk
mengeluarkan BSK yang terdiri atas memecah batu, dan kemudian
mengeluarkannya dari saluran kemih melalui alat yang dimasukan
langsung kedalam saluran kemih. Alat tersebut dimasukan melalui uretra
atau melalui insisi kecil pada kulit (perkutan). Beberapa tindakan
endourologi tersebut adalah :
a. PNL (Percutaneous Nephro Litholapaxy)
Adalah usaha mengeluarkan batu yang berada di dalam saluran ginjal
dengan cara memasukan alat endoskopi ke sistem kalies melalui insisi
pada kulit. Batu kemudian dikeluarkan atau dipecah terlebih dahulu
menjadi fragmen-fragmen kecil.
b. Litotripsi
Adalah memecah batu buli-buli atau batu uretra dengan memasukan alat
pemecah batu (litotriptor) ke dalam buli-buli.
c. Ureteroskopi atau uretero-renoskopi
Adalah dengan memasukan alat ureteroskopi per-uretram. Dengan
memakai energi tertentu, batu yang berada di dalam ureter maupun
sistem pelvikalises dapat dipecah melalui tuntunan
ureteroskopi/ureterorenoskopi ini.
d. Ekstrasi Dormia
Adalah mengeluarkan batu ureter dengan menjaringnya melalui alat
keranjang Dormia.
Pembedahan
Terapi bedah digunakan jika tidak tersedia alat litotripsor, alat
gelembung kejut, atau bila cara non bedah tidak berhasil. Walaupun
demikian, dalam hal menentukan tindakan bedah pada suatu penyakit batu
saluran kemih perlu seperangkat indikasi. Batu ginjal yang terletak di kaliks
selain oleh indikasi umum, perlu dilakukan tindak bedah bila terdapat
hidrokaliks. Batu sering harus dikeluarkan melalui nefrolitotomi yang tidak
gampang karena batu biasanya tersembunyi di dalam kaliks.
3. Ultrasonografi (USG)
USG dikerjakan bila pasien tidak mungkin menjalani pemeriksaan IVP,
yaitu pada keadaan-keadaan alergi terhadap bahan kontras, faal ginjal yang
menurun, dan pada wanita yang sedang hamil. Pemeriksaan USG dapat menilai
adanya batu di ginjal atau di buli-buli (yang ditunjukkan sebagai echoic
shadow), hidronefrosis, atau pengkerutan ginjal.
Gambar kanan : Pada foto sinar-X tampak bayangan batu di paralumbal 1-2
kanan.
VU : terisi cairan,
dinding tidak melebar,
batu (-)
Ren dextra : ukuran dan echostruktur normal, SPC tak melebar, batas cortex dan
medulla tegas. Tampak batu dengan ukuran 0,84 cm
Dokumentasi
A. Identitas Pasien
No.RM : 132972
Tanggal Masuk : 15 Januari 2016
Nama Pasien : Tn BG
Alamat : Mertoyudan, Magelang
Umur : 57 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Suku Bangsa : Jawa
B. Anamnesis
Keluhan Utama
Pasien mengeluhkan susah buang air kecil (BAK) sudah sejak 1 bulan yang
lalu, jika BAK mendadak tiba-tiba berhenti dan menetes.
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke IGD dengan keluhan keluhan susah buang air kecil (BAK)
sudah sejak 1 bulan yang lalu, jika BAK mendadak tiba-tiba berhenti dan
menetes. BAB lancar tidak ada keluhan. Tidak ada pusing, mual dan
muntah. Dua hari sebelumnya pasien sudah memeriksakan diri ke RS lain
karena infeksi saluran kemih (ISK).
Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat alergi obat (-), riwayat hipertensi/darah tinggi (-), riwayat operasi
sebelumnya (-), riwayat asma (-), riwayat diabetes mellitus (-), riwayat
penyakit jantung (-), riwayat penyakit hati (-), riwayat gangguan perdarahan
(-).
Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada anggota keluarga yang mempunyai keluhan serupa. Riwayat
alergi (-), riwayat penyakit jantung (-), riwayat hipertensi/darah tinggi (-),
riwayat asthma (-).
C. Pemeriksaan obyektif
3. Kepala
- Mata : Conjungtiva anemis (-/-), Sklera Ikterik (-/-)
- Dahi : Dapat mengerutkan dahi simetris kanan dan kiri
- Bibir : Sianosis (-), lembab (-), mencong (-)
- Mulut : Gigi goyah (-), gigi berlubang (-), massa (-), mukosa
mulut dalam batas normal
- Mandibula : Sikatrik (-), fraktur (-), trimus (-)
- Hidung : Dalam batas normal
- Telinga : Dalam batas normal
- Tenggorok : Dalam batas normal
4. Thorak
Pulmo (Paru)
- Inspeksi : Bentuk normal, gerakan dada (respirasi) simetris.
- Palpasi : Ketinggalan gerak (-/-), vocal fremitus kanan = kiri.
-
Perkusi : Sonor di seluruh lapang paru.
-
Auskultasi : Suara dasar vesikuler (+/+), tidak ada suara tambahan.
Cor (Jantung)
- Auskultasi : S1-S2 reguler, suara bising jantung tidak terdengar.
5. Abdomen
- Inspeksi : Supel, cembung, sikatrik (-)
- Auskultasi : Bising usus (+) normal
- Perkusi : Timpani pada seluruh lapang abdomen
- Palpasi : Nyeri tekan (+) pada regio tengah bawah, nyeri ketok
ginjal (-/+)
6. Ekstremitas
- Superior : Akral hangat, edema (-/-), gerak aktif (+/+), gerak pasif
(+/+)
- Inferior : Akral hangat, edema (-/-), gerak aktif (+/+), gerak pasif
(+/+)
D. Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium
Darah Lengkap
- Hb : 14,9 g/dL (14,0-18,0 g/dL)
- Hmt : 47 % (40-54%)
- AL : 13,3 (4,5-11,0 10^3/uL)
- AE : 5,28 10^6/uL (4,50-6,20 10^6/uL)
- AT : 443 10^3/uL (150-450 10^3/uL)
- MCV : 88,1 fL (80,0-97,0 fL)
- MCH : 28,2 pg (26,0-36,0 pg)
- MCHC : 32,0 g/dL (31,0-37,0 g/dL)
Hitung Jenis
- Netrofil : 57,5 % (50,0-70,0 %)
- MXD : 12,1 %
- Limfosit : 30,4 % (20,0-60,0 %)
Laju Endap Darah
- LED 1 jam : 31 mm (0-15)
- LED 2 jam : 47 mm (7-20)
Urin Rutin
Makroskopis
- Warna : Merah
- Kekeruhan : Keruh
- Berat jenis: 1,025
- Protein : POS (2+)
- Keton :-
- Biliruin :-
- Urobilinogen :-
- Tes Benzidine : POS (3+)
- Nitrit :-
- Lekosit : POS (2+)
Mikroskopis
- Epithel : 10-12
- Lekosit : POS (++) banyak
- Eritrosit : POS (+++) penuh
- Silinder :-
- Bakteri : POS (1+) bakteri
- Kristal :-
- Lain-lain :-
2. Radiologi
USG Abdomen :
- Hepar : ukuran, bentuk dan echostruktur parenchym normal, tepi licin, tak
tampak pelebaran sistema bilier et vascular intra hepatal. Tak tampak
nodul/ cyst.
- VF : ukuran normal, lumen anechoic, dinding licin,tak tampak batu/ nodul/
sludge.
- Lien: ukuran dan echostruktur parenchym normal, dinding licin, hillus tak
prominent, tak tampak nodul/cyst.
- Ren dextra sinistra: ukuran dan echostruktur normal, SPC tak melebar,
batas cortex dan medulla tegas. Tampak batu dengan ukuran 0,84 cm
(dextra)
- Pancreas: ukuran dan echostruktur parenchym normal, dinding licin, hillus
tak prominent, tak tampak nodul/cyst/kalsifikasi.
- VU : terisi cairan, batu (-)
Kesan :
- Nephrolithiasis dextra
Referensi
Palmer, P.E., et al. (1995). Petunjuk Membaca Foto Untuk Dokter Umum. Jakarta :
EGC
Rasad, Sjahriar. (2005). Radiologi Diagnostik. Edisi Kedua. Jakarta : Balai Penerbit
FKUI
Sjamsuhidajat R., Jong W. (2004). Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi II.
Jakarta : EGC
Taher, Akmal. (2005). Penggunaan ESWL pada Batu Saluran Kemih. Jakarta : HTA
Indonesia.
REFLEKSI KASUS
Gambaran Ultrasonografi (USG) Abdomen pada Pasien dengan Batu
Saluran Kemih (Urolithiasis)
Dokter Pembimbing:
dr. Handri Andhika, Sp.Rad
Disusun Oleh:
Anita Dwi Rachmawati (20110310066)
2016