You are on page 1of 24

REFLEKSI KASUS

Rangkuman kasus

Seorang laki-laki umur 57 tahun datang ke IGD dengan keluhan susah buang
air kecil (BAK) sudah sejak 1 bulan yang lalu, jika BAK mendadak tiba-tiba berhenti
dan menetes. BAB lancar tidak ada keluhan. Tidak ada pusing, mual dan muntah. Dua
hari sebelumnya pasien sudah memeriksakan diri ke RS lain karena infeksi saluran
kemih (ISK). Setelah diperiksa oleh dokter, kemudian dokter mengusulkan
pemeriksaan ultrasonografi (USG) abdomen sebagai penunjang diagnosisnya. Dari
hasil pemeriksaan USG abdomen didapatkan hasil nephrolithiasis dextra

Masalah yang dikaji / evaluasi

I. Apakah yang dimaksud dengan batu saluran kemih (urolithiasis)?


II. Pemeriksaan radiologis apa saja yang disarankan pada pasien dengan suspect
batu saluran kemih (urolithiasis)?
III. Gambaran apa saja yang mungkin ditemukan dalam pemeriksaan USG
abdomen penderita batu saluran kemih (urolithiasis)?

Analisis masalah

I. UROLITHIASIS

A. Definisi
Urolithiasis adalah penyakit yang disebabkan oleh
adanya batu (urolith) atau kristal-kristal pada saluran air
kencing (tractus urinarius). Batu saluran kemih (calculus
urinarius) adalah masa keras seperti batu yang terbentuk di
sepanjang saluran kemih dan bisa menyebabkan nyeri,
perdarahan, penyumbatan aliran kemih dan infeksi. Terbentuknya
batu saluran kemih ini diduga ada hubungannya dengan gangguan aliran urin,
gangguan metabolik, infeksi saluran kemih, dehidrasi, dan keadaan-keadaan
lain yang masih belum terungkap (idiopatik). Polikristal ini terdiri dari
kristal organic atau anorganik (90-95%) dan matriks organic (5-
10%) dan unsur lain dalam jumlah kecil.

B. Etiologi
Batu dapat terbentuk di seluruh saluran kemih terutama pada tempat-
tempat yang sering mangalami hambatan aliran urine, yaitu pada sistem kalises
ginjal atau buli-buli. Adanya kelainan bawaan pada pelvikalises, divertikel,
obstruksi intra vesika kronis seperti pada hiperplasi prostat benigna, striktur,
dan buli-buli neurogenik merupakan keadaaan-keadaaan yang memudahkan
terjadinya pembentukan batu.
Pembentukan batu saluran kemih sangat dipengaruhi keseimbangan
antara komponen pembentuk batu dengan faktor penghambat. Bila
keseimbangan terganggu dimana faktor penghambat tidak ada atau berkurang
maka resiko terbentuknya batu juga meningkat. Selain gangguan keseimbangan
tersebut, beberapa faktor lain yang juga telah diketahui berperan terhadap
terbentuknya batu saluran kemih ini. Faktor-faktor tersebut bisa berupa faktor
intrinsik dan faktor ektrinsik.

1. Faktor Intrinsik atau Endogen

a. Hiperkalsiuria
Keadaan dimana terjadi peningkatan kadar kalsium dalam urin
disebabkan karena kelainan metabolik.
b. Hiperoksaluri
Adalah kenaikan ekskresi oksalat diatas normal (45 gram/hari). Keadaan
ini banyak dijumpai pada pasien yang mengalami gangguan pada usus
sehabis menjalani pembedahan usus dan pasien yang banyak
mengkomsumsi makanan yang kaya oksalat, seperti teh, kopi instan,
minuman soft drink, kokoa, arbei, jeruk sitrun, dan sayuran berwarna
hijau terutama bayam.
c. Hiperurikosuria
Adalah peningkatan kadar asam urat di dalam urin yang dapat memacu
pembentukan batu kalsium oksalat karena diet purin yang berlebih.
d. Hipositraturia
Di dalam urin, sitrat bereaksi dengan kalsium membentuk kalsium sitrat,
sehingga menghalangi ikatan kalsium dengan oksalat atau fosfat. Hal ini
dimungkinkan karena ikatan kalsium sitrat lebih mudah larut daripada
kalsium oksalat. Oleh karena itu sitrat dapat bertindak sebagai
penghambat pembentukan batu kalsium.
e. Hipomagnesuria
Seperti halnya sitrat, magnesium bertindak sebagai penghambat
timbulnya batu kalsium, karena didalam urin magnesium bereaksi dengan
oksalat menjadi magnesium oksalat sehingga mencegah ikatan kalsium
dengan oksalat. Penyebab tersering hipomagnesuria adalah penyakit
inflamasi usus (inflammatory bowel disease) yang diikuti dengan
gangguan malabsorbsi.
f. Adanya kelainan anatomis maupun fisiologis pada saluran kemih.
g. Faktor usia
Paling sering pada usia 30 50 tahun.
h. Jenis kelamin
Jumlah penderita laki-laki tiga kali lebih banyak dibandingkan dengan
penderita perempuan.

2. Faktor Ektrinsik atau Eksogen


a. Geografis
Prevalensi terjadinya BSK lebih tinggi pada mereka yang tinggal di
daerah pegunungan, bukit atau daerah tropis. Faktor geografi mewakili
salah satu aspek lingkungan seperti kebiasaan makan di suatu daerah,
temperatur, kelembaban yang sangat menentukan faktor intrinsik yang
menjadi predisposisi batu saluran kemih.
b. Asupan air
Kurangnya asupan air dan tingginya kadar mineral kalsium pada air yang
dikomsumsi, dapat meningkatkan insiden batu saluran kemih.
c. Diet
Diet banyak purin, oksalat, dan kalsium mempermudah terjadinya
penyakit batu saluran kemih.
d. Pekerjaan
Pada orang yang pekerjaannya banyak duduk atau kurang aktifitas atau
sedentary lifestyle, insiden BSK meningkat.
e. Faktor Iklim
Walaupun tidak berpengaruh secara langsung, namun faktor iklim dan
cuaca namun insiden batu saluran kemih lebih banyak ditemukan pada
lingkungan bersuhu tinggi. Selama musim panas banyak ditemukan batu
saluran kemih. Temperatur yang tinggi akan meningkatkan keringat dan
meningkatkan konsentrasi air kemih.
f. Kebiasaan menahan BAK
Kebiasaan menahan buang air kemih akan menimbulkan stasis air kemih
yang dapat berakibat timbulnya Infeksi Saluran Kemih (ISK). ISK yang
disebabkan kuman pemecah urea sangat mudah menimbulkan jenis batu
struvit. Selain itu dengan adanya stasis air kemih maka dapat terjadi
pengendapan.

C. Patofisiologi
Mekanisme pembentukan batu adalah di mulai dari
terjadinya hambatan aliran urin yang biasanya terjadi di
tempat-tempat yang lebih sempit dan berkelok, seperti di
penyempitan pelvikalises ataupun penyempitan di ureter yang
masuk ke kandung kemih. Adanya kelainan bawaan
seperti stenosis, divertikel, hiperplasia prostat
benigna, striktur ataupun buli-buli neurogenik dapat
memudahkan terjadinya pembentukan batu.
Batu terdiri atas kristal-kistal yang tersusun oleh bahan-bahan organik
maupun anorganik yang larut di dalam urine. Normalnya kristal-kristal tersebut
tetap berada dalam keadaan metastable (tetap terlarut) dalam urine. Tetapi pada
keadaan-keadaan tertentu akan menyebabkan terjadinya presipitasi kristal.
Kristal-kristal yang saling mengadakan presipitasi membentuk inti batu
(nukleasi) yang kemudian akan mengadakan agregasi, dan menarik bahan-
bahan yang lain sehingga menjadi kristal-kristal yang lebih besar. Kondisi
metastable dipegaruhi oleh suhu, pH larutan, adanya koloid di dalam urine,
konsentrasi solute di dalam urine, laju aliran urine di dalam saluran kemih, atau
adanya korpus alienum di dalam saluran kemih yang bertindak sebagai inti batu.
Pada keadaan seperti kelainan bawaan atau cidera maupun keadaan
patologis yang disebabkan karena infeksi, pembentukan batu di saluran kemih
dan tumor, akan menyebabkan obstruksi terjadi bendungan dan statis urine yang
lama sehingga kalsium akan mengendap menjadi besar dan terbentuklah batu.

Ada beberapa teori proses pembentukan batu saluran kemih, antara lain :
1. Teori supersaturasi
Peningkatan dan kejenuhan substansi pembentukan batu dalam urin
seperti sistin, xastin, asam urat, kalsium oksalat mempermudah
terbentuknya batu. Kejenuhan ini juga sangat dipengaruhi oleh pH dan
kekuatan ion.
2. Teori matrik
Matrik merupakan mikroprotein yang terdiri dari 65 % protein, 10 %
hexose, 3-5 % hexosamin dan 10 % air. Adanya matrik menyebabkan
penempelan kristal-kristal sehingga menjadi batu.
3. Teori inhibitor kristalisasi
Beberapa substansi dalam urine seperti sitrat dan glikoprotein dapat
menghambat terjadinya kristalisasi, konsentrasi yang rendah atau absennya
substansi ini memungkinkan terjadinya kristalisasi.

D. Penegakan Diagnosis

1) Anamnesis
Dari anamnesis didapatkan gejala yang dirasakan pasien antara lain :
Nyeri
Adanya batu saluran kemih bagian atas seringkali menyebabkan nyeri
karena turunnya batu saluran kemih ke ureter yang sempit. Kolik ginjal dan
nyeri ginjal adalah dua tipe nyeri yang berasal dari ginjal. Batu saluran
kemih pada kaliks dapat menyebabkan obstruksi, sehingga memberikan
gejala kolik ginjal, sedangkan batu saluran kemih non obstruktif hanya
memberikan gejala nyeri periodik. Batu pada pelvis renalis dengan diameter
lebih dari 1 cm umumnya menyebabkan obstruksi pada uretropelvic juction
sehingga menyebabkan nyeri pada tulang belakang. Nyeri tersebut akan
dijalarkan sepanjang perjalanan ureter dan testis. Pada batu saluran kemih
ureter bagian tengah akan dijalarkan di daerah perut bagian bawah,
sedangkan pada batu saluran kemih bagian distal, nyeri dijalarkan ke
suprapubis vulva (pada wanita) dan skrotum pada (pria).
Mual dan muntah
Ketika batu menghambat saluran urine, terjadi obstruksi dan terjadi
peningkatkan tekanan hidrostatik. Bila nyeri mendadak terjadi akut disertai
nyeri tekan di sudut kostovertebra dan muncul mual muntah maka penderita
sedang mengalami episode kolik renal.
Demam
Demam dan perasaan tidak nyaman di abdominal juga dapat terjadi. Gejala
gastrointestinal ini akibat reflek dan proksimitas anatomi ginjal ke lambung,
pankreas, dan usus besar. Demam terjadi karena adanya kuman yang
beredar di dalam darah sehingga menyebabkan suhu badan meningkat
melebihi batas normal. Gejala ini disertai jantung berdebar, tekanan
darah rendah, dan pelebaran pembuluh darah di kulit.
Hematuria dan kristaluria
Terdapatnya sel darah merah bersama dengan air kemih (hematuria) dan
air kemih yang berpasir (kristaluria) dapat membantu diagnosis adanya
penyakit BSK. Sering juga dijumpai hematuri makroskopik (5-10%)
maupun hematuri mikroskopik (90%). Bila terjadi hidronefrosis dapat
teraba adanya massa ginjal.

2) Pemeriksaan fisik
Pada pemeriksaan fisik mungkin akan ditemukan :
a. Kadang-kadang teraba ginjal yang mengalami hidronefrosis/obstruktif.
b. Nyeri tekan/ketok pada pinggang.
c. Pada keadaan akut paling sering ditemukan adalah nyeri tekan di daerah
pinggul (flank tenderness), ini disebabkan oleh hidronefrosis akibat
obstruksi sementara yaitu saat batu melewati ureter menuju kandung kemih.

3) Pemeriksaan penunjang
a. Laboratorium
Urinalisis
- Warna urin kuning, coklat, atau gelap
- pH urin
Jika pH > 7 menunjukkan adanya bakteri pemecah urea seperti
Proteus, Pseudomonas, atau Klebsiella sp, and batu struvit. Pada pH<
5 kemungkinan karena adanya batu asam urat.
- Sedimen urin
Sel darah meningkat (90%), ditemukan pada penderita dengan batu,
bila terjadi infeksi maka sel darah putih akan meningkat.
- Biakan urin
Untuk mengetahui adanya bakteri yang berkontribusi dalam proses
pembentukan batu saluran kemih.
Darah
- Hb turun karena terjadi anemia pada gangguan fungsi ginjal kronis.
- Leukosit terjadi karena infeksi.
- Ureum kreatinin untuk melihat fungsi ginjal
Jika kadar kreatinin >2 mg/dl tidak boleh menggunakan alat
diagnostik yang menggunakan kontras. Jadi sebaiknya menggunakan
USG atau CT scan.
- Serum elektrolit
Hipokalemia dan penurunan serum bikarbonat menunjukkan adanya
asidosis tubular ginjal, yang berhubungan dengan pembentukan batu
kalsium fosfat.
- Hormone paratiroid, jika terjadi peningkatan kalsium serum.

b. Pemeriksaan Radiologis
Foto Polos Abdomen
Intra Vena Pielografi (IVP)
Ultrasonografi (USG)
Antegrad dan Retrograd Pielografi
CT Scan tanpa kontras
E. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan urolithiasis bertujuan untuk menghilangkan batu,
menentukan jenis batu, mengurangi gejala, mengidentifikasi infeksi, serta
mengurangi obstruksi akibat batu.
Terapi medikamentosa
Penatalaksanaan batu saluran kemih dengan terapi medikamentosa
bertujuan untuk mengeluarkan batu atau melarutkan batu. Terapi
medikamentosa ditujukan untuk batu yang berukuran lebih kecil yaitu
dengan diameter kurang dari 5 mm, karena diharapkan batu dapat

keluar tanpa intervensi medis. Dengan cara mempertahankan keenceran


urine dan diet makanan tertentu yang dapat merupakan bahan utama
pembentuk batu (misalnya kalsium) yang efektif mencegah pembentukan
batu atau lebih jauh meningkatkan ukuran batu yang telah ada. Setiap
pasien BSK harus minum paling sedikit 8 gelas air sehari.

Pengobatan Medik Selektif dengan Pemberian Obat-obatan


Analgesia dapat diberikan untuk meredakan nyeri dan
mengusahakan agar batu dapat keluar sendiri secara spontan. Opioid
seperti injeksi morfin sulfat yaitu petidin hidroklorida atau obat anti
inflamasi nonsteroid seperti ketorolac dan naproxen dapat diberikan
tergantung pada intensitas nyeri. Propantelin dapat digunakan untuk
mengatasi spasme ureter. Pemberian antibiotik apabila terdapat infeksi
saluran kemih atau pada pengangkatan batu untuk mencegah infeksi
sekunder. Setelah batu dikeluarkan, BSK dapat dianalisis untuk mengetahui
komposisi dan obat tertentu dapat diresepkan untuk mencegah atau
menghambat pembentukan batu berikutnya.

ESWL (Extracorporeal Shockwave Lithotripsy)


Merupakan tindakan non-invasif dan tanpa pembiusan, pada
tindakan ini digunakan gelombang kejut eksternal yang dialirkan melalui
tubuh untuk memecah batu. Alat ESWL adalah pemecah batu yang
diperkenalkan pertama kali oleh Caussy pada tahun 1980. Alat ini dapat
memecah batu ginjal, batu ureter proximal, atau menjadi fragmen-
fragmen kecil sehingga mudah dikeluarkan melalui saluran kemih. ESWL
dapat mengurangi keharusan melakukan prosedur invasif dan terbukti
dapat menurunkan lama rawat inap di rumah sakit.

Endourologi
Tindakan endourologi adalah tindakan invasif minimal untuk
mengeluarkan BSK yang terdiri atas memecah batu, dan kemudian
mengeluarkannya dari saluran kemih melalui alat yang dimasukan
langsung kedalam saluran kemih. Alat tersebut dimasukan melalui uretra
atau melalui insisi kecil pada kulit (perkutan). Beberapa tindakan
endourologi tersebut adalah :
a. PNL (Percutaneous Nephro Litholapaxy)
Adalah usaha mengeluarkan batu yang berada di dalam saluran ginjal
dengan cara memasukan alat endoskopi ke sistem kalies melalui insisi
pada kulit. Batu kemudian dikeluarkan atau dipecah terlebih dahulu
menjadi fragmen-fragmen kecil.
b. Litotripsi
Adalah memecah batu buli-buli atau batu uretra dengan memasukan alat
pemecah batu (litotriptor) ke dalam buli-buli.
c. Ureteroskopi atau uretero-renoskopi
Adalah dengan memasukan alat ureteroskopi per-uretram. Dengan
memakai energi tertentu, batu yang berada di dalam ureter maupun
sistem pelvikalises dapat dipecah melalui tuntunan
ureteroskopi/ureterorenoskopi ini.
d. Ekstrasi Dormia
Adalah mengeluarkan batu ureter dengan menjaringnya melalui alat
keranjang Dormia.

Pembedahan
Terapi bedah digunakan jika tidak tersedia alat litotripsor, alat
gelembung kejut, atau bila cara non bedah tidak berhasil. Walaupun
demikian, dalam hal menentukan tindakan bedah pada suatu penyakit batu
saluran kemih perlu seperangkat indikasi. Batu ginjal yang terletak di kaliks
selain oleh indikasi umum, perlu dilakukan tindak bedah bila terdapat
hidrokaliks. Batu sering harus dikeluarkan melalui nefrolitotomi yang tidak
gampang karena batu biasanya tersembunyi di dalam kaliks.

Batu pelvis juga perlu dibedah bila menyebabkan hidronefrosis,


infeksi, atau menyebabkan nyeri yang hebat. Pada umumnya, batu pelvis
terlebih lagi yang berbentuk tanduk rusa amat mungkin menyebabkan
kerusakan ginjal. Operasi untuk batu pielum yang sederhana disebut
pielolitotomi sedang untuk bentuk tanduk rusa dengan pielolitotomi yang
diperluas.

II. PEMERIKSAAN RADIOLOGIS PADA PASIEN DENGAN SUSPECT BATU


SALURAN KEMIH (UROLITHIASIS)

1. Foto Polos Abdomen


Pemeriksaan foto polos abdomen bertujuan untuk melihat kemungkinan
adanya batu di saluran kemih. Pada foto polos abdomen, batu-batu jenis kalsium
oksalat dan kalsium fosfat akan tampak sebagai gambaran putih karena bersifat
radio-opak dan paling sering dijumpai diantara batu jenis lain, sedangkan batu
asam urat bersifat non opak (radio-lusen) akan tampak sebagai gambaran hitam.
Gambar di atas menunjukkan adanya nefrolithiasis pada ginjal kanan
maupun kiri.

Gambar di atas menunjukkan batu pada kandung kemih


(vesica urinaria) dengan diameter 11 cm dan setelah
diambil ternyata beratnya lebih dari 1 kg.

2. Intra Venous Pielografi (IVP)


Pemeriksaan ini bertujuan menilai keadaan anatomi dan fungsi
ginjal.Selain itu IVP dapat mendeteksi adanya batu semi opak yang tidak dapat
terlihat oleh foto polos abdomen.Jika IVP belum dapat menjelaskan keadaan
sistem saluran kemih akibat adanya penurunan fungsi ginjal, sebagai
penggantinya adalah pemeriksaan pielografi retrograde.

3. Ultrasonografi (USG)
USG dikerjakan bila pasien tidak mungkin menjalani pemeriksaan IVP,
yaitu pada keadaan-keadaan alergi terhadap bahan kontras, faal ginjal yang
menurun, dan pada wanita yang sedang hamil. Pemeriksaan USG dapat menilai
adanya batu di ginjal atau di buli-buli (yang ditunjukkan sebagai echoic
shadow), hidronefrosis, atau pengkerutan ginjal.

4. Antegrad dan Retrograd Pielografi


Pemeriksaan ini dilakukan bila terdapat kontraindikasi untuk melakukan
IVP, yaitu pada keadaan gangguan fungsi ginjal yang kronik (gagal ginjal). Pada
keadaan tersebut dapat dilakukan retrograd pielografi k memberikan informasi
yang memadai.

5. CT Scan tanpa kontras


Merupakan pemeriksaan terbaik untuk diagnosis nyeri pinggang akut,
memiliki sensitivitas dan spesifisitas yang tinggi. Dapat memberikan informasi
abnormalitas di luar saluran kemih.

III. GAMBARAN YANG MUNGKIN DITEMUKAN DALAM


PEMERIKSAAN USG PADA PASIEN DENGAN BATU SALURAN
KEMIH (UROLITHIASIS)
Ultrasonografi (USG) merupakan salah satu imaging diagnostic
(pencitraan diagnostik) untuk memeriksa organ-organ tubuh, dimana kita dapat
mempelajari dan memeriksa bentuk, ukuran anatomis, gerakan, hubungan
dengan jaringan sekitarny dan juga kelainan yang mungkin terjadi. Pemeriksaan
ini bersifat non-invasif, tidak menimbulkan rasa sakit bagi pasien, dapat
dilakukan dengan cepat dan mudah serta data yang diperoleh memepunyai nilai
diagnostik yang cukup tinggi. Pemeriksaan USG juga tidak memiliki
kontraindikasi karena pemeriksaan ini sama sekali tidak akan memperburuk
penyakit pasien.
Ultrasonografi (USG) menggunakan gelombang suara yang frekuensinya
1-10 Mhz (1-10 juta Hz) artinya gelombang yang digunakan adalah gelombang
suara dengan frekuensi yang lebih tinggi daripada kemampuan pendengaran
telinga manusia (frekuensi antara 20-20.000 Hz), sehingga kita tidak bisa
mendengarnya sama sekali.
USG digunakan antara lain :
1. Menemukan dan menentukan letak massa dalam rongga perut dan pelvis.
2. Membedakan kista dengan massa yang solid.
3. Mempelajari pergerakan organ (jantung, aorta, vena cava) maupun gerakan
janin dan jantungnya.
4. Pengukuran dan penentuan volume. Pengukuran aneurisma arterial, fetal-
sefalometri, menentukan letak dan kedalaman suatu massa yang akan
dibiopsi. Menentukan volume massa ataupun organ-organ tubuh tertentu
(misalnya ginjal, buli-buli, kandung empedu, ovarium, uterus dan lainnya).
5. Biopsi jarum terpimpin. Arah dan gerakan jarum menuju sasaran dapat
dimonitor pada layar USG.
6. Menentukan perencanaan dalam suatu radioterapi seperti perhitungan dosis
dengan cepat berdasarkan pada besar tumor dan posisinya.

Dari penjelasan kegunaan USG di atas maka dapat disimpulkan bahwa


pemeriksaan USG abdomen memiliki manfaat yang cukup besar sebagai
pemeriksaan penunjang pada kasus urolithiasis. USG dikerjakan bila pasien
tidak mungkin menjalani pemeriksaan IVP, yaitu pada keadaan-keadaan alergi
terhadap bahan kontras, faal ginjal yang menurun, dan pada wanita yang sedang
hamil. Pemeriksaan USG dapat menilai adanya batu di ginjal atau di buli-buli
(yang ditunjukkan sebagai echoic shadow), hidronefrosis, atau pengkerutan
ginjal.

Berikut ini beberapa gambaran USG pada pasien dengan urolithiasis :


Gambar kiri : Pada USG tampak batu berupa bayangan hiperekoik dengan
reflektif yang tinggi, didsertai acoustic shadow. Tampak pula pelebaran sistem
kalises.

Gambar kanan : Pada foto sinar-X tampak bayangan batu di paralumbal 1-2
kanan.

Gambaran nefrolithiasis pada USG

Nefrolithiasis tampak sebagai suatu gambaran opasitas dengan reflektif yang


tinggi di daerah sinus renalis, yang disertai suatu acoustic shadow di distalnya.

Kadang-kadang, terutama pada keadaan nondistended urinary tract, eko dari


batu umumnya tidak dapat dibedakan dengan ekogenik dari struktur sinus
renalis. Dua teknik yang dapat dipakai dan penting untuk memperlihatkan
acoustic shadow yang optimal adalah :

1. Mengatur gain yang tepat


2. Menggunakan transduser yang mempunyai fokus pendek sesuai dengan
daerah yang dicurigai batu.

Untuk mengevaluasi suatu sinus renalis pada nefrolithiasis, umumnya dipakai


suatu gain yang rendah daripada yang digunakan untuk memeriksa parenkim
ginjal dan juga suatu far gain relatif rendah.
Berikut gambaran USG abdomen pada pasien ini :

VU : terisi cairan,
dinding tidak melebar,
batu (-)
Ren dextra : ukuran dan echostruktur normal, SPC tak melebar, batas cortex dan
medulla tegas. Tampak batu dengan ukuran 0,84 cm

Dokumentasi

A. Identitas Pasien

No.RM : 132972
Tanggal Masuk : 15 Januari 2016
Nama Pasien : Tn BG
Alamat : Mertoyudan, Magelang
Umur : 57 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Suku Bangsa : Jawa

B. Anamnesis

Keluhan Utama
Pasien mengeluhkan susah buang air kecil (BAK) sudah sejak 1 bulan yang
lalu, jika BAK mendadak tiba-tiba berhenti dan menetes.
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke IGD dengan keluhan keluhan susah buang air kecil (BAK)
sudah sejak 1 bulan yang lalu, jika BAK mendadak tiba-tiba berhenti dan
menetes. BAB lancar tidak ada keluhan. Tidak ada pusing, mual dan
muntah. Dua hari sebelumnya pasien sudah memeriksakan diri ke RS lain
karena infeksi saluran kemih (ISK).
Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat alergi obat (-), riwayat hipertensi/darah tinggi (-), riwayat operasi
sebelumnya (-), riwayat asma (-), riwayat diabetes mellitus (-), riwayat
penyakit jantung (-), riwayat penyakit hati (-), riwayat gangguan perdarahan
(-).
Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada anggota keluarga yang mempunyai keluhan serupa. Riwayat
alergi (-), riwayat penyakit jantung (-), riwayat hipertensi/darah tinggi (-),
riwayat asthma (-).

C. Pemeriksaan obyektif

1. Keadaan Umum : Cukup


Kesadaran : Compos Mentis
2. Vital Sign
- Tekanan Darah: 110/70 mmHg
- Nadi : 72 x/menit
- Respirasi : 24 x/menit
- Suhu : 36,2 C

3. Kepala
- Mata : Conjungtiva anemis (-/-), Sklera Ikterik (-/-)
- Dahi : Dapat mengerutkan dahi simetris kanan dan kiri
- Bibir : Sianosis (-), lembab (-), mencong (-)
- Mulut : Gigi goyah (-), gigi berlubang (-), massa (-), mukosa
mulut dalam batas normal
- Mandibula : Sikatrik (-), fraktur (-), trimus (-)
- Hidung : Dalam batas normal
- Telinga : Dalam batas normal
- Tenggorok : Dalam batas normal

4. Thorak
Pulmo (Paru)
- Inspeksi : Bentuk normal, gerakan dada (respirasi) simetris.
- Palpasi : Ketinggalan gerak (-/-), vocal fremitus kanan = kiri.
-
Perkusi : Sonor di seluruh lapang paru.
-
Auskultasi : Suara dasar vesikuler (+/+), tidak ada suara tambahan.
Cor (Jantung)
- Auskultasi : S1-S2 reguler, suara bising jantung tidak terdengar.

5. Abdomen
- Inspeksi : Supel, cembung, sikatrik (-)
- Auskultasi : Bising usus (+) normal
- Perkusi : Timpani pada seluruh lapang abdomen
- Palpasi : Nyeri tekan (+) pada regio tengah bawah, nyeri ketok
ginjal (-/+)

6. Ekstremitas
- Superior : Akral hangat, edema (-/-), gerak aktif (+/+), gerak pasif
(+/+)
- Inferior : Akral hangat, edema (-/-), gerak aktif (+/+), gerak pasif
(+/+)

D. Pemeriksaan Penunjang

1. Laboratorium
Darah Lengkap
- Hb : 14,9 g/dL (14,0-18,0 g/dL)
- Hmt : 47 % (40-54%)
- AL : 13,3 (4,5-11,0 10^3/uL)
- AE : 5,28 10^6/uL (4,50-6,20 10^6/uL)
- AT : 443 10^3/uL (150-450 10^3/uL)
- MCV : 88,1 fL (80,0-97,0 fL)
- MCH : 28,2 pg (26,0-36,0 pg)
- MCHC : 32,0 g/dL (31,0-37,0 g/dL)
Hitung Jenis
- Netrofil : 57,5 % (50,0-70,0 %)
- MXD : 12,1 %
- Limfosit : 30,4 % (20,0-60,0 %)
Laju Endap Darah
- LED 1 jam : 31 mm (0-15)
- LED 2 jam : 47 mm (7-20)
Urin Rutin
Makroskopis
- Warna : Merah
- Kekeruhan : Keruh
- Berat jenis: 1,025
- Protein : POS (2+)
- Keton :-
- Biliruin :-
- Urobilinogen :-
- Tes Benzidine : POS (3+)
- Nitrit :-
- Lekosit : POS (2+)
Mikroskopis
- Epithel : 10-12
- Lekosit : POS (++) banyak
- Eritrosit : POS (+++) penuh
- Silinder :-
- Bakteri : POS (1+) bakteri
- Kristal :-
- Lain-lain :-

2. Radiologi
USG Abdomen :
- Hepar : ukuran, bentuk dan echostruktur parenchym normal, tepi licin, tak
tampak pelebaran sistema bilier et vascular intra hepatal. Tak tampak
nodul/ cyst.
- VF : ukuran normal, lumen anechoic, dinding licin,tak tampak batu/ nodul/
sludge.
- Lien: ukuran dan echostruktur parenchym normal, dinding licin, hillus tak
prominent, tak tampak nodul/cyst.
- Ren dextra sinistra: ukuran dan echostruktur normal, SPC tak melebar,
batas cortex dan medulla tegas. Tampak batu dengan ukuran 0,84 cm
(dextra)
- Pancreas: ukuran dan echostruktur parenchym normal, dinding licin, hillus
tak prominent, tak tampak nodul/cyst/kalsifikasi.
- VU : terisi cairan, batu (-)

Kesan :
- Nephrolithiasis dextra

Referensi

Bahdarsyam. Spektrum Bakteriologik Pada Berbagai Jenis Batu. Bagian Patologi


Klinik, Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Sumatera Utara : USU
digital library, 2003.

Basuki B Purnomo. (2003). Dasar-dasar urologi. Jakarta : CV.Sagung Seto

Palmer, P.E., et al. (1995). Petunjuk Membaca Foto Untuk Dokter Umum. Jakarta :
EGC

Price, S.A. (1995). Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Edisi 4.


Jakarta : EGC

Rasad, Sjahriar. (2005). Radiologi Diagnostik. Edisi Kedua. Jakarta : Balai Penerbit
FKUI

Sjamsuhidajat R., Jong W. (2004). Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi II.
Jakarta : EGC

Taher, Akmal. (2005). Penggunaan ESWL pada Batu Saluran Kemih. Jakarta : HTA
Indonesia.

REFLEKSI KASUS
Gambaran Ultrasonografi (USG) Abdomen pada Pasien dengan Batu
Saluran Kemih (Urolithiasis)

Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Mengikuti Ujian Kepaniteraan Klinik


Ilmu Radiologi Rumah Sakit Umum Daerah Tidar Magelang

Dokter Pembimbing:
dr. Handri Andhika, Sp.Rad

Disusun Oleh:
Anita Dwi Rachmawati (20110310066)

KEPANITERAAN KLINIK ILMU RADIOLOGI RSUD TIDAR MAGELANG

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

2016

You might also like