Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
I.1 Definisi
Stroke adalah pen yebab kematian dan disabilitas utama.
D e n g a n k o m b i n a s i seluruh tipe stroke secara keseluruhan, stroke menempati
urutan ketiga penyebab utama kematian dan urutan pertama penyebab utama
disabilitas. Morbiditas yang lebih parah dan mortalitas yang lebih tinggi
terdapat pada stroke hemoragik dibandingkan stroke iskemik. Hanya 20%
pasien yang mendapatkan kembali kemandirian fungsionalnya.1
Stroke hemoragik didefinisikan sebagai stroke yang disebabkan oleh lesi
vaskular intraserebrum yang mengalami ruptur sehingga terjadi perdarahan ke
dalam ruang subaraknoid atau langsung ke dalam jaringan otak.3
I.2 Epidemiologi
Insidens kejadian stroke di Amerika Serikat yaitu 500.000
pertahunnya dimana 10-15% merupakan stroke hemoragik khususnya
perdarahan intraserebral. S e l a i n i t u a d a s e k i t a r 4 0 - 8 0 % a k h i r n y a
meninggal pada 30 hari pertama setelah serangan dan sekitar 50% meninggal pada
48 jam pertama. Penelitian menunjukkan dari 251 penderita
stroke, a d a 4 7 % wanita dan 53% kali-laki dengan rata-rata umur 69 tahun (78%)
berumur lebih dari 60 tahun. Pasien dengan umur lebih dari 75 tahun dan
berjenis kelamin laki-lakimenunjukkan outcome yang lebih buruk.2
Di Indonesia, stroke merupakan penyebab kematian utama pada masyarakat
Indonesia diatas usia lima puluh tahun, yaitu sebanyak 15,4% dari seluruh
kematian, terdapat 99/100,000 kematian dan 685/100,000 kecacatan. Insidensi
stroke sebanyak 25% lebih tinggi pada pria dibanding wanita. 1 dari 5 stroke
bersifat fatal, stroke menyebabkan sebesar 7% kematian pada pria, dan 10% pada
wanita. Mortalitas dan morbiditas pada stroke hemoragik lebih berat dari pada
stroke iskemik.3
1
BAB II
ANATOMI
Otak membutuhkan banyak oksigen. Berat otak hanya 2,5% dari berat
badan seluruhnya, namun oksigen yang dibutuhkan hampir mencapai 20% dari
kebutuhan badan seluruhnya. Oksigen ini diperoleh dari darah. Pada keadaan
normal, darah yang mengalir ke otak (CBF = cerebro blood flow) adalah 50-60
ml/100 g otak/menit. Ada 3 selaput yang melapisi otak, yaitu duramater, araknoid,
dan pia mater.
2
Otak memperoleh darah melalui dua sistem yakni sistem karotis (arteri
karotis interna kanan dan kiri) dan sistem vertebral. Arteri karotis interna, setelah
memisahkan diri dari arteri karotis komunis, naik dan masuk ke rongga tengkorak
melalui kanalis karotikus, berjalan dalam sinus kavernosum, mempercabangkan
arteri oftalmika untuk nervus optikus dan retina, akhirnya bercabang dua: arteri
serebri anterior dan arteri serebri media. Untuk otak, sistem ini memberi darah
bagi lobus frontalis, parietalis dan beberapa bagian lobus temporalis. Sistem
vertebral dibentuk oleh arteri vertebralis kanan dan kiri yang berpangkal di arteri
subklavia, menuju dasar tengkorak melalui kanalis tranversalis di kolumna
vertebralis servikal, masuk rongga kranium melalui foramen magnum, lalu
mempercabangkan masing-masing sepasang arteri serebeli inferior. Pada batas
medula oblongata dan pons, keduanya bersatu arteri basilaris, dan setelah
mengeluarkan 3 kelompok cabang arteri, pada tingkat mesensefalon, arteri
basilaris berakhir sebagai sepasang cabang: arteri serebri posterior, yang melayani
darah bagi lobus oksipitalis, dan bagian medial lobus temporalis. Ke 3 pasang
arteri serebri ini bercabang-cabang menelusuri permukaan otak, dan
beranastomosis satu bagian lainnya. Cabang-cabang yang lebih kecil menembus
ke dalam jaringan otak dan juga saling berhubungan dengan cabang-cabang arteri
serebri lainya.1
Untuk menjamin pemberian darah ke otak, ada sekurang-kurangnya 3
sistem kolateral antara sistem karotis dan sitem vertebral, yaitu: Sirkulus Willisi,
yakni lingkungan pembuluh darah yang tersusun oleh arteri serebri media kanan
dan kiri, arteri komunikans anterior (yang menghubungkan kedua arteri serebri
anterior), sepasang arteri serebri media posterior dan arteri komunikans posterior
(yang menghubungkan arteri serebri media dan posterior) kanan dan kiri.
Anyaman arteri ini terletak di dasar otak. Anastomosis antara arteri serebri interna
dan arteri karotis eksterna di daerah orbita, masing-masing melalui arteri
oftalmika dan arteri fasialis ke arteri maksilaris eksterna. Hubungan antara sistem
vertebral dengan arteri karotis ekterna (pembuluh darah ekstrakranial). Selain itu
masih terdapat lagi hubungan antara cabang-cabang arteri tersebut, sehingga
menurut Buskrik tak ada arteri ujung (true end arteries) dalam jaringan otak.4
3
Darah vena dialirkan dari otak melalui 2 sistem: kelompok vena interna,
yang mengumpulkan darah ke vena Galen dan sinus rektus, dan kelompok vena
eksterna yang terletak dipermukaan hemisfer otak, dan mencurahkan darah ke
sinus sagitalis superior dan sinus-sinus basalis laterales, dan seterusnya melalui
vena-vena jugularis dicurahkan menuju ke jantung.1
I.3 ETIOLOGI
Stroke terjadi ketika asupan darah, aliran oksigen dan nutrien ke otak
terganggu atau menurun menyebabkan kematian sel otak.5
a. Stroke hemoragik dapat disebabkan akibat aneurisma pembuluh darah otak
yang pecah, hipertensi, malformasi arteri-vena, koagulopati, atau terapi anti-
koagulan.
b. Stroke iskemik akibat adanya trombus, embolus atau tromboembolus pada
pembuluh darah otak pecah dan sumbatan dapat terjadi pada pembuluh darah
otak.
4
I.4 FAKTOR RISIKO
Menurut WHO tahun 2010, terdapat beberapa faktor yang menyebabkan
terjadinya stroke, ada yang dapat dimodifikasi dan ada yang tidak dapat
dimodifikasi. Seperti yang dapat dilihat pada tabel berikut.7
Hipertensi Usia
Diabetes Ras
Hiperkolesterolemia Genetik
Alkohol
Obesitas
5
I.5 PATOGENESIS
I.5.1 Perdarahan Intraserebral
Perdarahan intraserebral paling sering terjadi ketika tekanan darah tinggi
kronis melemahkan arteri kecil, menyebabkannya robek. Penggunakan kokain
atau amfetamin dapat menyebabkan tekanan darah dan perdarahan sementara tapi
sangat tinggi. Pada beberapa orang tua, sebuah protein abnormal yang disebut
amiloid terakumulasi di arteri otak. Akumulasi ini (disebut angiopati amiloid)
melemahkan arteri dan dapat menyebabkan perdarahan.8
Penyebab umum yang kurang termasuk kelainan pembuluh darah saat lahir,
luka, tumor, peradangan pembuluh darah (vaskulitis), gangguan perdarahan, dan
penggunaan antikoagulan dalam dosis yang terlalu tinggi. Pendarahan gangguan
dan penggunaan antikoagulan meningkatkan resiko kematian dari perdarahan
intraserebral.
6
(menjadi emboli) ke arteri yang memasok otak sehingga menyebabkan arteri
menjadi meradang dan kemudian dapat melemah dan pecah.
I.6 PATOFISIOLOGI
7
BAB II
DIAGNOSIS
II. 1 ANAMNESIS
Stroke harus dipertimbangkan pada setiap pasien yang mengalami defisit
neurologi akut (baik fokal maupun global) atau penurunan tingkat kesadaran.
Tidak terdapat tanda atau gejala yang dapat membedakan stroke hemoragik dan
non hemoragik meskipun gejala seperti mual muntah, sakit kepala dan perubahan
tingkat kesadaran lebih sering terjadi pada stroke hemoragik. Beberapa gejala
umum yang terjadi pada stroke meliputi hemiparese, monoparese, atau
tetraparese, hilangnya penglihatan monokuler atau binokuler, diplopia, disartria,
ataksia, vertigo, afasia, atau penurunan kesadaran tiba-tiba. Meskipun gejala-
gejala tersebut dapat muncul sendiri namun umumnya muncul secara bersamaan.5
8
a. Stroke terjadi saat pasien sedang tertidur sehingga kelainan tidak didapatkan
hingga pasien bangun (wake up stroke).
b. Stroke mengakibatkan seseorang sangat tidak mampu untuk mencari
pertolongan.
c. Penderita atau penolong tidak mengetahui gejala-gejala stroke.
d. Terdapat beberapa kelainan yang gejalanya menyerupai stroke seperti kejang,
infeksi sistemik, tumor serebral, subdural hematom, ensefalitis, dan
hiponatremia.
9
kepala, dan refleks babinsky adalah variabel-variabel yang digunakan dalam
penilaian.
Keterangan:
S: kesadaran 0 = kompos mentis
1 = somnolen
2 = stupor/koma
10
D: tekanan diastolik
A: ateroma 0 = tidak ada
1 = salah satu atau lebih (DM, angina, penyakit vaskular
Skor dengan nilai >1 menunjukkan perdarahan intraserebral supratentorial,
sementara itu skor <-1 menunjukkan adanya stroke infark. Skor diantara -1 dan 1
menandakan ragu-ragu dan membutuhkan pemeriksaan CT Scan.
11
BAB III
PENATALAKSANAAN
12
BAB IV
RADIOLOGI DIAGNOSTIK
a) Stroke Iskemik
a. Pada stadium awal sampai 6 jam pertama, tak tampak kelainan pada
CT-Scan. Kadang kadang sampai 3 hari belum tampak gambaran yang
jelas. Sesudah 4 hari tampak gambaran lesi hipodens (warna hitam),
batas tidak tegas.
13
b. Fase lanjut, densitas akan semakin turun, batas juga akan semakin
tegas, dan bentuk semakin sesuai dengan area arteri yang tersumbat.
c. Fase akhir, terlihat sebagai daerah hipodens dengan densitas sesuai
dengan densitas liquordan berbatas tegas.
b) Stroke Hemoragik
a. Terlihat gambaran lesi hiperdens warna putih dengan batas tegas.
b. Pada stadium lanjut terlihat edema disekitar perdarahan (edem
perifokal) yang menyebabkan pendesakan. Jika terjadi absorbsi
lengkap, gambarannya hipodens, biasanya kepadatan rendah (gelap)
dan menduduki wilayah vaskular dengan swelling.
MRI dapat digunakan untuk mengidentifikasi zat kimia yang terdapat pada
area otak yang membedakan tumor otak dengan abses otak, serta menilai adanya
14
perfusi. MRI juga dapat mengestimasi aliran darah pada sebagian area. Difusi
MRI digunakan untuk mendeteksi akumulasi cairan (edema) secara tiba-tiba
dan MRI juga dapat memperlihatkan aliran darah di otak dengan jelas.
Pemeriksaan ini dilaksanakan dalam perjalanan perawatan pasien jika detil-
detil yang lebih halus diperlukan untuk membuat keputusan medis yang lebih
jauh.2
a) Stroke Iskemik
a. Akut: Low signal (hypointense) pada area T1, high signal
(hyperintense) pada spin density dan/atau T2. Diikuti distribusi
vaskular. Massa parenkim berubah.
b. Sub akut: Low signal pada T1, high signal pada T2. Diikuti distribusi
vaskular. Revaskularisasi dan rusaknya blood-brain barrier.
c. Old: Low signal pada T1, high signal pada T2, infark yang luas.
15
b) Stroke Hemoragik
Teknik ini dapat mendeteksi area kelainan beberapa menit setelah aliran
darah ke suatu bagian dari otak telah berhenti, sedangkan suatu MRI
konvensional mungkin tidak mendeteksi suatu stroke hingga sampai
16
enam jam setelah ia telah mulai, dan suatu CT scan adakalanya tidak
dapat mendeteksinya sampai ia berumur 12 sampai 24 jam. Pada DWI,
TIA memiliki lesi terlihat relevan pada saat DWI dicitrakan dalam waktu
24 jam. DWI mungkin paling berguna secara klinis untuk
mengidentifikasi lesi positif pada pasien dengan stroke kortikal atau
lacunar kecil, atau untuk menentukan apakah pasien dengan infark
sebelumnya dan tanda-tanda memburuk telah mengembangkan infark
baru atau tidak; DWI mungkin positif sampai seminggu di setidaknya
setelah pencitraan perfusi stroke.
4. Angiogram Konvensional
17
BAB V
RADIOLOGI INTERVENSI
18
BAB VI
KESIMPULAN
19
DAFTAR PUSTAKA
4. Hall JE. 2006. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Guyton Edisi 11. Jakarta:
EGC.
6. Smith, WS, Johnston, SC, & Easton, JD. Cerebrovascular Disease. 2006.
In: Hauser, S.L., ed. Harrisons Neurology in Clinical Medicine. USA:
McGraw-Hill.
20
11. World Health Organization. 2010. International Statistical Classification of
Diseases and Related Health Problems. Available from:
http://www.who.int/classifications/icd/ICD10Volume2_en_2010.pdf
21