You are on page 1of 8

LAPORAN USAHA KESEHATAN MASYARAKAT

LAPORAN F.3. UPAYA KESEHATAN IBU DAN ANAK (KIA) SERTA


KELUARGA BERENCANA
TOPIK : PENANGANAN PERTAMA EPISTAKSIS PADA ANAK

Disusun Sebagai Salah Satu Syarat dalam Menempuh


Program Dokter Internsip di Puskesmas Patuk 1 Gunung Kidul

Disusun Oleh :
dr. Suci Nurannisa Yusuf

PROGRAM DOKTER INTERNSIP INDONESIA


KABUPATEN GUNUNG KIDUL
DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
2015

1
HALAMAN PENGESAHAN
LAPORAN UPAYA KESEHATAN MASYARAKAT

LAPORAN F.3. UPAYA KESEHATAN IBU DAN ANAK (KIA) SERTA


KELUARGA BERENCANA
TOPIK : PENANGANAN PERTAMA EPISTAKSIS PADA ANAK

Disusun sebagai salah satu syarat dalam menempuh Program Dokter Internsip di
UPT Puskesmas Patuk 1

Disusun oleh :
dr. Suci Nurannisa Yusuf

telah diperiksa dan disetujui pada tanggal Februari 2015


oleh :
Pembimbing Dokter Internsip

dr. Muromi Nurillah


NIP. 196810052002122004

I. LATAR BELAKANG
A. Definisi

Epistaksis adalah perdarahan akut yang berasal dari lubang hidung, rongga

hidung atau nasofaring. Epistaksis bukan suatu penyakit, melainkan gejala dari

suatu kelainan yang hampir 90% dapat berhenti sendiri. Perdarahan dari hidung

dapat merupakan gejala yang sangat mengganggu dan dapat mengancam nyawa.

2
Faktor etiologi harus dicari dan dikoreksi untuk mengobati epistaksis secara

efektif.

B. Etiologi

Perdarahan hidung diawali oleh pecahnya pembuluh darah didalam selaput

mukosa hidung. Delapan puluh persen perdarahan berasal dari pembuluh darah

Pleksus Kiesselbach (area Little). Pada anak sering terjadi pada usia 2-10 tahun

dikarenakan pembuluh darah ini masih rentan pecah. Epistaksis dapat ditimbulkan

oleh sebab-sebab lokal dan umum atau kelainan sistemik.

1. Lokal
a. Trauma
Perdarahan dapat terjadi karena trauma ringan misalnya mengorek

hidung, benturan ringan, bersin atau mengeluarkan ingus terlalu keras,

atau sebagai akibat trauma yang lebih hebat seperti kena pukul, jatuh

atau kecelakaan lalu lintas.

b. Infeksi lokal
Epistaksis bisa terjadi pada infeksi hidung dan sinus paranasal seperti

rhinitis atau sinusitis.


c. Neoplasma
Pada tumor terjadi pertumbuhan sel yang abnormal dan pembentukan

pembuluh darah yang baru (neovaskularisasi) yang bersifat rapuh

sehingga memudahkan terjadinya perdarahan.


d. Kelainan Kongenital
Kelainan kongenital yang sering menyebabkan epistaksis ialah

perdarahan telangiektasis herediter yaitu kelainan bentuk pembuluh

darah dimana terjadi pelebaran kapiler yang bersifat rapuh sehingga

3
memudahkan terjadinya perdarahan. Juga sering terjadi pada Von

Willenbrand disease.
e. Pengaruh lingkungan
Epistaksis sering terjadi pada udara yang kering dan saat musim dingin

yang disebabkan oleh dehumidifikasi mukosa nasal, selain itu oleh zat

kimia yang bersifat korosif sehingga pembuluh darah gampang pecah.


f. Deviasi septum
Suatu keadaan dimana terjadi peralihan posisi dari septum nasi dari

letaknya yang berada di garis medial tubuh. Pembuluh darah

mengalami ruptur bahkan oleh trauma yang sangat ringan seperti

menggosok-gosok hidung.

2. Sistemik
a. Kelainan darah
Beberapa kelainan darah yang dapat menyebabkan epistaksis adalah

trombositopenia, hemofilia, dan leukemia. Trombositopenia akan

memperlama waktu koagulasi dan memperbesar resiko terjadinya

perdarahan dalam pembuluh darah kecil di seluruh tubuh sehingga

dapat terjadi epistaksis. Pada hemofilia darah tidak dapat membeku

dengan sendirinya secara normal, proses pembekuan darah berjalan

amat lambat. Pada leukemia sering terjadi peningkatan pembentukan

sel leukosit sehingga menyebabkan penekanan atau gangguan

pembekuan sel-sel darah yang lain di sumsum tulang termasuk

trombosit.
b. Penyakit kardiovaskuler
Hipertensi dan kelainan pembuluh darah seperti pada aterosklerosis,

sirosis hepatis, diabetes melitus dapat menyebabkan epistaksis.

4
Epistaksis akibat hipertensi biasanya hebat, sering kambuh dan

prognosisnya tidak baik.


c. Infeksi akut
Demam berdarah sebagai tanggapan terhadap infeksivirus dengue,

kompleks antigen-antibodi selain mengaktivasi sistem komplemen,

juga menyebabkan agregasi trombosit dan mengaktivasi sistem

koagulasi melalui kerusakan sel endotel pembuluh darah. Kedua faktor

tersebut akan menyebabkan perdarahan pada demam berdarah.


d. Gangguan hormonal
Pada saat hamil terjadi peningkatan estrogen dan progesteron yang

tinggi di pembuluh darah yang menuju ke semua membran mukosa di

tubuh termasuk di hidung yang menyebabkan mukosa bengkak dan

rapuh dan akhirnya terjadinya epistaksis.


e. Alkoholisme
Alkohol dapat menyebabkan sel darah merah menggumpal sehingga

menyebabkan terjadinya sumbatan pada pembuluh darah.

C. Penatalaksanaan

Tiga prinsip utama dalam menanggulangi epistaksis yaitu : menghentikan

perdarahan, mencegah komplikasi dan mencegah berulangnya epistaksis.

1. Perbaiki keadaan umum, penderita diperiksa dalam posisi duduk kecuali

bila penderita sangat lemah atau keadaan syok.


2. Pada anak yang sering mengalami epistaksis ringan, perdarahan dapat

dihentikan dengan cara duduk dengan kepala ditegakkan, kemudian cuping

hidung ditekan ke arah septum selama beberapa menit (metode Trotter).

D. Pencegahan

Ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk mencegah terjadinya

epistaksis antara lain :

5
1. Gunakan semprotan hidung atau tetes larutan garam, yang keduanya dapat

dibeli, pada kedua lubang hidung sampai 3x sehari. Untuk membuat tetes

larutan ini dapat mencampur 1 sendok teh garam kedalam secangkir gelas,

didihkan selama 20 menit lalu biarkan sampai hangat kuku.


2. Gunakan alat untuk melembabkan udara di rumah.
3. Gunakan gel hidung larut air di hidung, oleskan dengan cotton bud.
4. Hindari meniup melalui hidung terlalu keras.
5. Bersin melalui mulut.
6. Hindari memasukan benda keras ke dalam hidung, termasuk jari.
7. Konsultasi ke dokter bila alergi tidak lagi bisa ditangani dengan obat

alergi biasa.
8. Hindari asap rokok karena menyebabkan hidung menjadi kering dan

menyebabkan iritasi.

II. RUMUSAN MASALAH

Program posyandu balita yang dijalankan oleh UPT Puskesmas Patuk 1

menjadi salah satu jalan untuk memberikan pendampingan dan edukasi kepada

masyarakat secara umum, secara spesifik kepada ibu sehingga lebih paham

tentang pentingnya penanganan pertama di rumah pada anak yang mengalami

mimisan.

III. PERENCANAAN DAN PEMILIHAN INTERVENSI

Intervensi yang dipilih oleh kami adalah dengan metode penyuluhan secara

simulasi. Metode ini paling tepat dan sesuai dengan tujuan kami yaitu

memberikan informasi mengenai penanganan pertama dirumah pada anak

mimisan. Penyuluhan nantinya akan disampaikan dalam acara yang sesuai dengan

materinya, yaitu posyandu balita yang biasa dihadiri oleh bayi, balita dan ibu.

6
IV. PELAKSANAAN

Penyuluhan dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 5 Februari 2015 di

Dusun Waduk Desa Salam. Dihadiri oleh 25 warga, penyuluhan berlangsung

sekitar 50 menit, yang dilanjutkan dengan sesi tanya jawab selama 10 menit.

Warga yang hadir nampak antusias dengan materi yang diberikan dan beberapa

memberikan pertanyaan tentang kondisi yang sering terjadi serta salah persepsi

yang banyak terjadi di masyarakat. Setelah semua pertanyaan terjawab

penyuluhan ditutup.

V. MONITORING DAN EVALUASI

Monitoring dan evaluasi yang dilakukan bersifat jangka pendek, yaitu dengan cara

memberikan pertanyaan balik kepada para ibu yang hadir apakah mereka sudah

mengerti bagaimana menghadapi dan memberikan pertolongan pertama bila anak

mimisan agar jangan panik. Sedangkan monitoring dan evaluasi jangka panjang

sulit kami lakukan karena keterbatasan waktu dan harus melibatkan beberapa

pihak pelayanan kesehatan.

7
LAMPIRAN

You might also like