Professional Documents
Culture Documents
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Definisi
Tuberkolusis paru adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh basil
bagian bawah yang sebagian besar basil tuberkolusis masuk ke dalam jaringan paru
melalui airbone infection dan selanjutnya mengalami proses yang dikenal sebagai focus
parenkim paru, dengan agen infeksius utama Mycobacterium tuberculosis (Smeltzer &
Bare, 2001).
tuberculosis, yang dapat menyebar melalui getah bening atau pembuluh darah (Price &
Wilson, 1994).
2.1.2 Klasifikasi
a. Tuberkulosis paru
1) BTA mikroskopik langsung (+) atau biakan (+) , tetapi kelinan foto thoraks
2) BTA mikroskopik langsung atau biakan (-), tetapi kelainan rontgen dan klinis
Ada riwayat TB pada pasien di masaa lalu dengan atau tanpa pengobatan atu
gambaran rontgen normal atau abnormal tetapi stabil pada foto serial dan sputum BTA
1) TB paru tersangka yang diobati (sputum BTA negatif, tapi tanda-tanda lain
positif)
2) TB paru tersangka yang tidak diobati (sputum BTA negatif dan tanda-tanda lain
berbentuk batang dengan ukuran panjang 1 4 m dan tebal 0,3 0,6 m dan
digolongkan dalam basil tahan asam (BTA) (Suyono 2001). Individu yang beresiko untuk
aktif
etnik dan ras minoritas, terutama anak-anak di bawah usia 15 tahun dan dewasa
muda)
e. Setiap individu dengan gangguan medis yang sudah ada sebelumnya (diabetes,
2.1.4 Patofisiologi
yaitu saluran pernafasan , saluran pencernaan dan adanya luka yang terbuka pada kulit.
Infeksi kuman ini sering terjadi melalui udara ( airbone ) yang cara penularannya dengan
inhalasi droplet yang mengandung kuman dari orang yang terinfeksi sebelumnya .
TB adalah penyakit yang dikendalikan oleh sistem imunitas diperantarai oleh sel.
Sel efektor adalah makrofag, dan limfosit (biasanya sel T) adalah sel imunoresponsi. Tipe
imunitas seperti ini biasanya lokal, melibatkan makrofag yang diaktifkan di tempat
infeksi oleh limfosit dan limfokinya. Respon ini disebut sebagai reaksi
hipersentivitasselular.
sebagai suatu unit yang terdiri dari 1-3 basil. Dengan adanya basil yang mencapai ruang
alveolus, ini terjadi dibawah lobus atas paru-paru atau dibagian atas lobus bawah, maka
hal ini bisa membangkitkan reaksi peradangan. Berkembangnya leukosit pada hari hari
konsolidasi dan menimbulkan tanda dan gejala pneumonia akut. Basil ini juga dapat
menyebar melalui getah bening menuju kelenjar getah bening regional, sehingga
makrofag yang mengadakan infiltrasi akan menjadi lebih panjang dan yang sebagian
bersatu membentuk sel tuberkel epitelloid yang dikelilingi oleh limfosit,proses tersebut
Nekrosis bagian sentral lesi memberikan gambaran yang relative padat dan seperti
keju disebut nekrosis kaseosa. Daerah yang mengalami nekrosis kaseosa dan jaringan
granulasi disekitarnya yang terdiri dari sel epiteloid dan fibroblast menimbulkan respon
berbeda. Jaringan granulasi menjadi lebih fibrosa, membentuk jaringan parut kolagenosa
Bila terjadi lesi primer paru yang biasanya disebut fokus ghon dan bergabungnya
serangan kelenjar getah bening regional dan lesi primer dinamakan kompleks ghon.
Kompleks ghon yang mengalami pencampuran ini juga dapat diketahui pada orang sehat
Respon lain yang terjadi pada daerah nekrosis adalah pencairan, dimana bahan
cair lepas kedalam bronkus dan menimbulkan kavitas.Pada proses ini akan dapat terulang
kembali dibagian selain paru-paru ataupun basil dapat terbawa sampai ke laring ,telinga
Walaupun tanpa pengobatan, kavitas yang kecil dapat menutup sekalipun tanpa
adanya pengobatan dan dapat meninggalkan jaringan parut fibrosa. Bila peradangan
mereda lumen bronkus dapat menyempit dan tertutup oleh jaringan parut yang terdapat
Bahan perkijauan dapat mengental sehingga tidak dapat mengalir melalui saluran
penghubung, sehingga kavitas penuh dengan bahan perkijauan dan lesi mirip dengan lesi
berkapsul yang tidak lepas.Keadaan ini dapat tidak menimbulkan gejala dalam waktu
lama atau membentuk lagi hubungan dengan bronkus dan menjadi tempat peradangan
aktif.
muncul yaitu penyebaran limfohematogen yang dapat menyebar melewati getah bening
atau pembuluh darah. Kejadian ini dapat meloloskan kuman dari kelenjar getah bening
dan menuju aliran darah dalam jumlah kecil yang dapat menyebabkan lesi pada organ
Gambaran klinis tuberculosis mungkin belum muncul pada infeksi awal dan
mungkin tidak akan pernah timbul bila tidak terjadi infeksi aktif.bila timbul infeksi aktif
a. Batuk
Gejala ini banyak ditemukan. Batuk terjadi karena adanya iritasi pada
Karena terlibatnya bronkus pada setiap penyakit tidak sama, mungkin saja batuk
baru ada setelah penyakit berkembang dalam jaringan paru yaknbi setelah
Keadaan yang lebih lanjut adalah berupa batuk darah karena erdapat pembuluh
darah yang pecah. Kebanyakan batuk darah pada ulkus dinding bronkus.
b. Demam
panas panas badan dapat mencapai 40-14C. Serangan demam pertama dapat
hilang timbulnya demam influenza ini, sehingga pasien merasa tidak pernah
terbebas dari serangan demam influenza. Keadaan ini sangat dipengaruhi oleh dya
tahan tubuh pasien dan berat ringannya infeksi kuman tuberculosis yang masuk.
c. Sesak nafas
Pada penyakit ringan belum dirasakan sesak nafas. Sesak nafas akan
Gejala ini agak jarang ditemukan. Nyeri dada timbul bila infiltrasi radang
e. Kelelahan
sering ditemukan berupa anoreksia tidak ada nafsu maka, berat badan makin
kurus, sakit kepala, nyeri otot, keringat malam. Gejala malaise ini makin lama
makin berat dan terjadi hilang timbul secara tidak teratur. (sudoyo, 2006)
pemeriksaan dinyatakan positif apabila sedikitnya dua dari tiga spesimen SPS
BTA hasilnya positif. Bila hanya 1 spesimen yang positif perlu diadakan
pemeriksaan lebih lanjut yaitu foto rontgen dada atau pemeriksaan dahak SPS
diulang.
SPS diulangi.
c. Kalau hasil SPS positif, didiagnosis sebagai penderita TBC BTA positif.
d. Kalau hasil SPS tetap negatif, lakukan pemeriksaan foto rontgen dada,
TBC.
Darah (LED) tidak dapat dipakai untuk memantau kemajuan pengobatan. Untuk
(sewaktu dan pagi). Hasil pemeriksaan dinyatakan negatif bila kedua spesimen tersebut
negatif. Bila salah asatu spesimen positif, maka hasil pemerikasaan ulang dahak tersebut
dilakukan pada :
penderita BTA positif dengan kategori 2. Pemeriksaan dahak pada akhir tahap intensif
dilakukan untuk mengetahui apakah telah terjadi konversi dahak, yaitu perubahan
sudah BTA negatif (konversi). Penderita ini dapat meneruskan pengobatan dendan
tahap lanjutan. Jika pemeriksaan ulang dahak pada akhir bulan ke 2 hasilnya
masih BTA positif, pengobatan diteruskan dengan OAT sisispan selam 1 bulan.
Setelah peket sisipan satu selesai, dahak diperikasa kembali. Pengobatan tahap
lanjutan tetap diberikan meskipun hasil pemerikasaan ulang dahak BTA masih
tetap positif.
Jika pemeriksaan ulang dahak pada akhir bulan ke 3 masih positif, tahap
intensif harus diteruskan lagi, selama 1 bulan dengan OAT sisipan. Setelah satu
bulan diberi sisipan dahak diperiksa kembali. Pengobatan tahap lanjutan tetap
diberikan meskipun hasil pemeriksaan dahak ulang BTA masih positif. Bila
memungkinkan spesimen dahak penderita dikirim untuk dilakukan biakan dan uji
meneruskan pengobatan tahap lanjutan. Bila hasil uji kepekaan obat menunjukam
bahwa kuman sudah resisten terhadap 2 atau lebih OAT, maka penderita dirujuk
ke unit pelayanan spesialistik yang dapat menangani kasus resisten. Bila tidak
Penderita TBC paru BTA negatif, rontgen positif, baik dengan pengobatan
dahak pada tahap akhir bulan ke dua. Bila hasil pemeriksaan ulang dahak BTA
positif dengan kategori 1, atau seminggu sebelum akhir bulan ke 7 pengobatan ulang
c. Akhir Pengobatan
posistif dengan kategori 1, atau seminggu sebelum akhir bulan ke 8 pengobatan ulang
BTA positif, dengan kategori 2.Pemeriksaan ulang dahak pada sebulan sebelum akhir
pengobatan dan akhir pengobatan (AP) bertujuan untuk menilai hasil pengobatan
Pengobatan Lengkap, Meninggal, Pindah (Transfer Out), Defaulter (lalai)/DO dan Gagal.
a. Sembuh1
b. Pengobatan Lengkap
tapi tidak ada hasil pemeriksaan ulang dahak 2 kali bertirut-turut negatif. Tindak
c. Meninggal
d. Pindah
Tindak Lanjut: penderita yang ingin pindah, dibuatkan surat pindah dan bersama
sisa obat dikirim ke UPK yang baru. Hasil pengobatn penderita dikirim ke UPK
atau lebih sebelum masa pengobatannya selesai. Tindak lanjut: lacak penderita
tersebut dan diberi penyuluhan pentingnya berobat secra teratur. Apabila penderita
f. Gagal
Penderita BTA positif yang hasil pemeriksaan dahaknya tetap positif atau
kembali menjadi positif pda satu bulan sebelum akhir pengobatan atau akhir
diberikan kategori 2 mulai dari awal. Penderita BTA positif pengobatan ulang
PENGOBATAN
1) Pengertian
obat-obatan yang diresepkan dokter pada waktu dan dosis yang tepat. Pengobatan
hanya akan efektif apabila penderita mematuhi aturan dalam penggunaan obat
(Kusbiyantoro, 2002).
mengikuti tata cara tahapan prosese pengobatan. Tata cara tahapan pengobatan
didasarkan aturan atau regimen pengobatan yang telah ditetapkan dalam buku
petunjuk pengobatan ke dalam kategori patuh dan tidak patuh (PLP, 2000)
Menurut penelitian Kartini (2001), ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi
a) Usia
dilakukan sesuai dengan peraturan yang telah dibuat. Dalam hal ini
kepatuhan minum obat pun dapat dikaitkan dengan usia, sebagai contoh
untuk usia yang kurang dari 5 tahun kepatuhan minum obat untuk suatu
penyakit akan lebih sulit dibandingkan dengan orang yang lebih dewasa.
Begitu pun pada seseorang yang mempunyai usia lanjut akan mempunyai
obatnya sendiri. Hal ini akan berbeda dengan seseorang dengan pekerjaan
c) Pengawasan
waktu dan dosis yang telah dianjurkan untuk meminum obat tersebut
Jenis dan dosis obat pada seseorang menderita suatu penyakit akan
berbeda dalam jenis dan dosisnya, semakin parah suatu penyakit pada
seseorang makan jenis dan dosisnya akan semakin banyak atau besar.
dan dosis obat merupakan faktor dari luar diri si penderita. Penyuluhan
positif bagi penderita untuk segera sembuh dari penyakitnya, dengan patuh
a) Kepatuhan penuh
Pada keadaan ini penderita tidak hanya berobat secara teratur
ke pelayanan kesehatan.
b) Penderita yang sama sekali tidak patuh
Yaitu penderita yang putus berobat atau tidak menggunakan obat
sama sekali.
minum obat, penggunaan obat hanya 1 macam obat, dosis awal yang kurang tepat
sesuai dengan petunjuk pelaksanaan yang telah di tetapkan yaitu: patuh bila
selama 6 bulan. Keteraturan pengobatan apabila lebih dari mean atau median
sesuai jadwal. Terutama pada fase awal guna menghindari terjadinya kegagalan
pengobatan serta terjadinya kekambuhan. Tidak patuh bila penderita lalai dalam
Kerangka teori merupakan gambaran dari teori dimana suatu problem riset berasal atau
dikaitkan.
konsep-konsep yang akan diteliti atau diukur melalui penelitian yang akan dilakukan.
Faktor-faktor
yang
mempengaruhi Kesembuhan
kepatuhan
minum obat TB
2.5 HIPOTESA
H0: Tidak ada hubungan kepatuhan minum obat TB dengan kesembuhan pasien