You are on page 1of 8

Peningkatan Kualitas Refraktori Alumina (Ferli S.

Irwansyah , dkk)

PENINGKATAN KUALITAS REFRAKTORI ALUMINA SILIKAT UNTUK


PELEBURAN KUNINGAN DENGAN TEKNIK INFILTRASI
1 1 1 2 2
Ferli S.Irwansyah , Juliandri , Iwan Hastiawan , Soewanto Rahardjo , Rifki Septawendar
1
Laboratorium Anorganik, Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Universitas Padjadjaran,
Jl. Raya Bandung Sumedang Km.21 Jatinangor 40600 Tlp/Fax (022) 7794391
2
Balai Besar Keramik Jl. Jend Ahmad Yani No. 392 Bandung 40272 Tlp (022) 7206296
E-mail: ferli_q3a@yahoo.co.id

ABSTRAK

Kebutuhan akan bahan refraktori untuk industri pengolahan dan peleburan logam semakin meningkat
seiring dengan perkembangan teknologi. Peleburan logam kuningan memerlukan krus keramik dengan
ukuran besar yang dikenal dengan nama kowi. Oleh karena itu, dibutuhkan suatu bahan refraktori dari
bahan mentah lokal yang lebih berkualitas, yaitu memiliki tingkat porositas yang rendah, kerapatan yang
tinggi, dan kekuatan mekanik yang tinggi. Pada penelitian ini dilakukan peningkatan kualitas refraktori
alumina silikat sebagai bahan untuk pembuatan kowi peleburan logam kuningan dengan teknik infiltrasi.
Bahan baku berupa kaolin, alumina dan magnesium oksida yang telah ditentukan komposisinya, diperam,
dicetak, dibakar setengah matang, diinfiltrasi dengan variasi konsentrasi, dibakar kembali dan selanjutnya di
uji sifat fisik dan sifat kimianya, serta digunakan instrumen Scanning Electron Microscope (SEM) untuk
menunjukkan morfologi dari refraktori alumina silikat yang telah terinfiltrasi. Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa refraktori alumina silikat meningkat kualitasnya dengan nilai porositas sebesar 11,36%, densitas
3 2
sebesar 2,34 kg/m , penyerapan air 4,85%, dan kekuatan mekanik sebesar 129,072 kg/cm sehingga dapat
digunakan sebagai bahan pembuatan kowi untuk peleburan logam kuningan di bidang industri.

Kata kunci: refraktori, refraktori alumina silikat, dan teknik infiltrasi

ABSTRACT

IMPROVEMENT REFRACTORY QUALITY OF ALUMINA SILICATE FOR BRASS SMELTING WITH


INFILTRATION TECHNIQUE. Requirement of refractory materials for manufacturing industry and metal
smelting is increasing along technology development. Brass smelting needs a larger size ceramic crucible
which is known by the name kowi. Therefore, it needed a refractory material from local raw materials are
higher quality, which has a low porosity, high density, and high mechanical strength. In this study was
conducted increasing refractory quality of alumina silicate as a material for manufacturing a brass smelting
kowi by infiltration technique. The raw materials such as kaolin, alumina, and magnesium oxide that has
been determinate composition were brooded, printed, half-baked burned, infiltrated with a various
concentrations, and then burned again, physical and chemical characteristic testing, and also used a
Scanning Electron Microscope (SEM) to show morphology of refractory alumina silicate that have been
infiltrated. The result showed that refractory alumina silicate was increase the qualities with porosity value of
3 2
11,36%, density value of 2,34 kg/m , water absorbent of 4,85%, and mechanical strength of 129,072 kg/cm
which can be used as kowi material for brass smelting industry.

Keywords: refractory, alumina silicate refractory, and infiltration technique

PENDAHULUAN kemampuan pasoknya kecil, serta hanya


diusahakan oleh perusahaan kecil
Di dunia industri, khususnya yang bergerak di pertambangan (Suripto & Edwin, 2008) [1].
bidang pengolahan dan peleburan logam Dalam pemakaiannya, keawetan atau umur
sangatlah diperlukan suatu bahan yang tahan pakai refraktori ditentukan oleh mutu
terhadap api (suhu tinggi), salah satu agregatnya yang tidak saja harus tahan
contohnya adalah dalam memproduksi terhadap suhu tinggi, tetapi juga harus inert
kuningan dengan sistem cor, diperlukan suatu atau tidak bereaksi secara kimia dengan
krusibel dari suatu refraktori sebagai leburan bahan padat dan gas yang
peleburan logamnya. Pada kondisi saat ini, bersinggungan dengannya. Untuk
industri refraktori masih mengalami kesulitan meningkatkan kinerja refraktori terutama di
dalam memenuhi kebutuhan bahan mentah industri-industri yang mengoperasikan tungku
lokal, karena mutunya tidak konsisten dan atau dapur peleburan bahan logam atau

25
JURNAL ZEOLIT INDONESIA Vol 9 No. 1 Mei 2010 ISSN : 1411-6723
Journal of Indonesia Zeolites

nonlogam, diperlukan bahan baku agregat 1. Membandingkan kualitas antara refraktori


yang memiliki stabilitas kimia dan fisika yang alumina silikat yang dibuat dengan teknik
tinggi pada suhu operasi tinggi (di atas infiltrasi dengan non infiltrasi.
o 1
1400 C) (Anonymous , 1985) [2]. 2. Mengkarakterisasi hasil sintesis secara
kimia, fisika, dan keramik.
Efek sentuhan leburan panas dari material
yang dilebur menyebabkan terjadinya
penetrasi, korosi, dan erosi leburan material TINJAUAN PUSTAKA
ke badan refraktori. Akibatnya dalam waktu
tertentu lapisan refraktori mengalami Refraktori
kerusakan sehingga memerlukan peng-
gantian. Kerusakan refraktori juga terjadi Pengertian Refraktori
akibat deformasi pada rangka alat
pemanasnya karena variasi suhu dan adanya Menurut terminologi ASTM-C-71-99a,
bagian-bagian yang lewat panas (over refraktori (refractory) menurut pengertian
heating) ataupun karena operasi alat bahasa berarti tahan terhadap temperatur
pemanas yang suhunya berubah dengan tinggi. Menurut terminologi, refraktori
cepat dan tidak berlanjut. Intensitas didefinisikan sebagai bahan anorganik bukan
kerusakan refraktori sangat tergantung logam yang memiliki sifat kimia dan fisika
kepada kondisi operasi alat pemanasnya sedemikian rupa sehingga dapat digunakan
yang sangat bervariasi (Bartha, 2008) [3]. untuk bahan konstruksi struktur atau sebagai
komponen suatu sistem yang dikenai
Dibutuhkan suatu upaya untuk meningkatkan lingkungan panas dengan suhu minimum
0 2
kualitas dari suatu refraktori yang dibuat dari 1000 F (Anonymous , 2000) [4].
bahan-bahan mentah lokal. Salah satunya
adalah dengan cara teknik infiltrasi. Maka dari Refraktori Alumina Silikat
itu, dilakukan suatu penelitian dalam upaya
peningkatan kualitas refraktori alumina silikat Seperti diketahui bahan refraktori adalah
sebagai bahan untuk pembuatan kowi material non logam yang tahan terhadap suhu
peleburan logam kuningan. Dengan teknik tinggi untuk waktu yang lama. Tergantung
infiltrasi ini tingkat porositas dari kowi akan pada komposisinya salah satu kegunaan
menurun, sehingga peleburan kuningan akan bahan refraktori adalah untuk peleburan
lebih optimal dikarenakan logam yang logam. Bahan baku krusibel refraktori terdiri
meleleh tidak masuk ke dalam badan atas ball clay, kaolin, talk dan alumina.
refraktori.
Bahan-bahan refraktori dibuat dengan
Dengan keberhasilan dari penelitian ini, kombinasi dan bentuk yang bervariasi
diperoleh data tentang peningkatan kualitas tergantung pada penggunaannya. Per-
pembuatan kowi dari bahan mentah lokal, syaratan-persyaratan umum bahan refraktori
sehingga dapat membantu industri dalam adalah tahan terhadap suhu tinggi, tahan
penyediaan alat produksi yang relatif murah terhadap perubahan suhu yang mendadak,
dan tersedia di dalam negeri. tahan terhadap lelehan terak logam, kaca,
gas panas, dan lain-lain, tahan terhadap
Berdasarkan latar belakang yang sudah beban pada kondisi perbaikan, tahan
dipaparkan sebelumnya, maka permasalahan terhadap beban dan gaya abrasi, menghemat
yang akan dikaji dititikberatkan pada : panas, memiliki koefisien ekspansi panas
1. Bagaimana meningkatkan kualitas yang rendah, tidak boleh mencemari bahan
refraktori alumina silikat yang digunakan yang bersinggungan (The Carbon Trust,
sebagai bahan untuk pembuatan kowi 1993) [5].
peleburan logam kuningan dengan teknik
infiltrasi? Refraktori asam atau alumina silikat.
2. Bagaimana menguji refraktori baik secara Refraktori asam dapat disebut juga sebagai
kimia serta sifat fisik, dan keramik? refraktori silika dan refraktori semi asam
disebut juga refraktori alumina silikat dengan
Maksud dari penelitian ini adalah kandungan Al2O3 lebih dari 30%. Sedangkan
meningkatkan kualitas dari refraktori alumina sifat refraktori alumina silikat antara lain:
silikat dengan teknik infiltrasi sebagai krusibel konduktifitas suhu relatif rendah, koefisien
peleburan logam kuningan, adapun tujuan muai panas kecil, tahan abrasi dan spalling
dari penelitian ini adalah: serta tahan terhadap slag asam maupun slag
basa (Subari & Rachman, 2002) [6].

26
Peningkatan Kualitas Refraktori Alumina (Ferli S.Irwansyah , dkk)

Singer, F & S. Singer berpendapat bahwa dari bahan yang telah diinfiltrasikan
untuk komposisi dalam perbandingan tertentu tersebut (Medraj, 2009) [8].
0
keramik yang mencapai suhu 1300 C,
pemakaian ball clay berkisar 15-25%. Apabila
kadarnya lebih tinggi dari 25% METODE PENELITIAN
mengakibatkan berkurangnya sifat dari badan
keramik dan akan banyak timbul retak-retak. Pembuatan krusibel refraktori alumina
Demikian juga dengan penambahan talk yang silikat dengan teknik infiltrasi
merupakan pelebur yang baik dimana badan
keramik akan cepat padat. Adanya unsur Bahan baku dengan ukuran butiran lolos
alumina dan silikat pada komposisi krusibel ayakan 0,5-1,5 mm ditimbang sesuai
refraktori, memiliki fungsi masing masing komposisi pada Tabel 1. Kepada masing-
seperti alumina akan meningkatkan titik lebur, masing komposisi ditambahkan bahan
meningkatkan kekuatan mekanik serta perekat, seperti CMC dan air antara 7-10%
ketahanan terhadap abrasi. Sedangkan silika dari berat total bahan. Kemudian dilakukan
selain bersifat tahan api juga mengurangi pengadukan atau pencampuran sampai
penyusutan dan meningkatkan ketahanan homogen sehingga terbentuk massa
asam (Singer & Singer, 1979) [7]. granulasi, setelah itu dilakukan pemeraman
selama satu hari. Massa yang telah homogen
Teknik Infiltrasi setelah pemeraman disiapkan untuk proses
pembentukan dengan metode press.
Porositas adalah hal yang unik dan menjadi Pencetakan dengan mesin press hidrolik
masalah yang terjadi di dunia industri (hydraulic press machine). Massa granulasi
metalurgi. Banyak cara yang dilakukan untuk yang dipakai sebanyak 80 gram dimasukkan
mengatasi masalah porositas tersebut, ke dalam cetakan baja, kemudian ditekan
diantaranya dengan cara mengisi pori atau dengan mesin press hidrolik pada tekanan 5
rongga tersebut dengan logam atau polimer. ton. Krusibel dikeluarkan dari cetakan,
Secara umum ada dua klasifikasi teknik yang kemudian dilakukan pengeringan.
sering dilakukan untuk mengatasi masalah Pengeringan dilakukan dalam suhu ruangan.
porositas tersebut, yaitu: Krusibel yang telah kering selanjutnya dibakar
0
1. Impregnation (Pengisian) pada suhu 900 C ditahan selama delapan
Suatu teknik dengan cara mengisi pori oleh jam (pembakaran biskuit).
larutan minyak atau fluida lainnya yang
dirembeskan atau ditembuskan ke dalam pori Krusibel yang telah dibakar, dilapisi dengan
yang terbentuk ketika proses pembakaran. zat penginfiltrasi dengan konsentrasi 5% yang
Cara lainnya adalah dengan melakukan terbuat dari bahan penyusunnya yang
pengisian dengan resin polimer yang akan sebelumnya sudah dihaluskan terlebih dahulu
meresap ke dalam ruangan pori dalam bentuk dan diayak pada ukuran 325 mesh dan
larutan. dilarutkan dalam air suling dengan
penambahan Water Glass sebanyak 2%.
2. Infiltration (Infiltrasi) Setelah itu, dibakar kembali pada suhu 1400
0
C sampai zat penginfiltrasi masuk ke dalam
Suatu teknik pengisian pori dari suatu bahan pori - pori dari krusibel. Proses infiltrasi ini
keramik dengan menggunakan logam yang diulang dengan mengganti konsentrasi zat
telah dicairkan. Beberapa hal penting dalam penginfiltrasinya (10%, 15%, 20%, dan 25%).
teknik infiltrasi, diantaranya adalah:
a. Titik lebur dari logam yang akan diisikan Tabel 1. Rancangan komposisi refaktori
ke dalam pori harus lebih rendah alumina silikat
daripada titik lebur bahan keramiknya
b. Melibatkan pemanasan dari logam yang A
Jenis Oksida
akan diisikan dengan bahan keramik (%)
yang sebelumnya telah dibakar setengah SiO2 (diambil dari kaolin Belitung) 96,46
matang (dalam bentuk biskuit) agar gaya
kapilaritas dari logam pengisi dapat Alumina (Al2O3) 3,84
masuk ke dalam pori. Magnesium Oksida (MgO) 10,50
c. Struktur hasil infiltrasi menjadi relatif tidak Keterangan : A = komposisi optimal hasil penelitian yang
berpori (non porous) dan bagian yang telah dilakukan (Suhanda & Soewanto,
telah terinfiltrasi memiliki densitas yang 2002) [9]
relatif lebih seragam, yang dapat
meningkatkan kekerasan dan kekuatan

27
JURNAL ZEOLIT INDONESIA Vol 9 No. 1 Mei 2010 ISSN : 1411-6723
Journal of Indonesia Zeolites

Pencetakan Benda Uji refraktori yang disintesis dari sifat-sifat


keramiknya.
Komposisi yang telah homogen dicetak
dengan bentuk sesuai dengan uji yang akan
dilakukan. Benda uji dibuat untuk uji kimia, HASIL DAN PEMBAHASAN
fisik, mineral (morfologi), dan keramik. Dalam
pembuatan benda uji dilakukan dengan Untuk membuktikan terjadinya peningkatan
menambahkan bahan perekat, seperti CMC kualitas dari refraktori alumina silikat yang
dan air antara 7-10%. Untuk pencetakan telah diinfiltrasi, maka dilakukanlah beberapa
digunakan alat press dengan tekanan antara uji terhadap sifat fisik, kimia, dan keramiknya.
3-5 ton dan dicegah agar tidak laminasi atau Parameter peningkatan kualitas refraktori
hancur setelah keluar dari cetakan. Untuk uji alumina silikat ini dibatasi oleh peningkatan
ketahanan slag, benda uji dibuat dalam densitas, penurunan porositas dan
bentuk krus untuk dipakai melebur logam penyerapan air, peningkatan kekuatan dan
kuningan pada krus tersebut dan dilihat bentuk morfologi yang lebih rapat dan
secara visual kemampuan menahan cairan homogen. Untuk menghitung densitas,
dari leburan logam kuningan. porositas, dan penyerapan air dibutuhkan
data berat kering, berat basah, dan berat
Pengeringan Benda Uji dalam air dari benda uji atau krus yang akan
diamati sifat sifat fisiknya. Hal tersebut
Benda uji yang telah dibuat dikeringkan pada dilakukan dengan menimbang berat benda uji
udara terbuka dan di oven pengering sampai dan krus dengan neraca analitis pada saat
contoh kering dan siap dibakar. Suhu kondisi kering, di dalam air dan basah.
0 0
pengeringan diatur mulai 300 C 100 C.
Perhitungan untuk menentukan besarnya
Infiltrasi Benda Uji kekuatan mekanik dari refraktori tersebut pun
dilakukan dengan menggunakan suatu alat
Krusibel yang telah dibakar, dilapisi dengan penentu kuat lentur bahan keramik (bending
zat penginfiltrasi dengan konsentrasi 5% yang press machine). Hasil dari penggunaan alat
terbuat dari bahan penyusunnya yang tersebut akan menghasilkan data berat
sebelumnya sudah dihaluskan terlebih dahulu beban, lebar patahan, dan tinggi patahan.
dan diayak pada ukuran 325 mesh dan Adapun rumus yang digunakan dalam
dilarutkan dalam air suling dengan mencari kekuatan mekanik pada refraktori
penambahan Water Glass sebanyak 2%. tersebut adalah :
Setelah itu, dibakar kembali pada suhu 1400
0
C sampai zat penginfiltrasi masuk ke dalam 3GP
pori-pori dari krusibel. Proses infiltrasi ini Kekuatan =
diulang dengan mengganti konsentrasi zat 2 L (T ) 2
penginfiltrasinya (10%, 15%, 20%, dan 25%). dengan, G = Berat beban / Kg
P = penumpu (10 cm)
Pembakaran Benda Uji L = lebar patahan / cm
T = tinggi patahan / cm
Benda uji yang telah diinfiltrasi dibakar
menggunakan tungku gas atau gas kiln pada Pada uji kekuatan ini, dilakukan pula uji gores
0
suhu 1400 C pembakaran sampai didapat untuk memperlihatkan kekerasan dari suatu
hasil bakaran yang optimal. Dalam proses bahan keramik. Uji dilakukan dengan cara
pembakaran ini, suhu pembakaran, trayek menggoreskan batuan mineral alam yang
pembakaran dan kondisi pembakaran akan sudah disediakan menurut tingkat
dicatat dan dievaluasi sebagai bahan kajian. kekerasannya (dalam skala mosh). Skala itu
menunjukkan 1 untuk terlunak dan 10 untuk
Pengujian sifat kimia, fisik, dan keramik terkeras. Kekerasan suatu bahan diukur
dengan mencari bahan terkeras yang dapat
Produk hasil pembakaran benda uji, digores oleh bahan yang diukur, dan/atau
dilakukan uji sifat kimia, untuk mengetahui bahan terlunak yang dapat menggores bahan
struktur morfologi dari pembentukan refraktori yang diukur. Tabel di bawah ini menunjukkan
tersebut dengan menggunakan instrumen perbandingan dengan kekerasan mutlak yang
Scanning Electron Microscope (SEM). Selain diukur oleh sklerometer.
itu dilakukan uji fisik (porositas, densitas,
penyerapan air, dan kekuatan mekanik) serta Refraktori yang sudah diinfiltrasi, dapat
uji keramik untuk mengetahui kehandalan dari tergores oleh batuan quarz. Hal ini berarti

28
Peningkatan Kualitas Refraktori Alumina (Ferli S.Irwansyah , dkk)

tingkat kekerasan untuk refraktori yang sudah BK


diinfiltrasi mencapai angka 6 - 7 pada skala Densitas =
mosh (6,5 mosh). Refraktori ini memiliki BB BDA
tingkat kekerasan yang lebih tinggi sedangkan untuk mencari porositas dan
dibandingkan dengan refraktori yang tidak penyerapan air dapat dicari dengan
diinfiltrasi yang hanya mencapai angka 3 4 menggunakan rumus :
pada skala mosh (3,5 mosh). Sekali lagi ini
menunjukkan peningkatan kualitas dari BB BK
refraktori alumina silikat yang telah diinfiltrasi Porositas = X 100 %
dengan ditandainya peningkatan kekerasan BB BDA
dari refraktori itu sendiri.
BB BK
Penyerapan Air = X 100 %
Data yang diperoleh digunakan untuk BK
menghitung besarnya densitas, porositas,
dan penyerapan air. Untuk menghitung
densitas digunakan rumus :

Tabel 2. Urutan Kekuatan Mineral (dalam skala Mosh)


Skala Mineral Kekerasan Mutlak
1 Kapur (Mg3Si4O10(OH)2) 1
2 Gipsum (CaSO42H2O) 2
3 Kalsit (CaCO3) 9
4 Fluorit (CaF2) 21
5 Apatit 48
(Ca5(PO4)3(OH-,Cl-,F-))
6 Feldspar (KAlSi3O8) 72
7 Quartz (SiO2) 100
8 Topaz (Al2SiO4(OH-,F-)2) 200
9 Korundum (Al2O3) 400
10 Batu permata (C) 1500

Tabel 3. Data Uji Kekuatan Refraktori


Berat Beban (G) Lebar (L) Tinggi (T)
No Konsentrasi Infiltran
/ Kg / cm / cm
1 Tanpa Infiltran 15,13 2,074 1,118
2 5% 19,25 2,033 1,049
3 10 % 12,00 2,026 1,059
4 15 % 8,00 2,076 1,110
5 20 % 9,00 2,074 1,118
6 25 % 8,13 2,090 1,118

Tabel 4. Sifat Fisik Refraktori Alumina Silikat Terinfiltrasi dan Tidak Terinfiltrasi
Konsentrasi Densitas Porositas Penyerapan Kekuatan
No 3 2
Infiltran Kg/m % Air % Kg/cm
1 Tidak Diinfiltrasi 1.86 33.94 18.29 87.517
2 5% 2.34 11.36 4.85 129.072
3 10% 2.16 22.61 10.44 79.221
4 15% 2.23 18.07 8.11 46.915
5 20% 2.23 19.37 8.70 52.076
6 25% 2.21 19.44 8.81 46.654

29
JURNAL ZEOLIT INDONESIA Vol 9 No. 1 Mei 2010 ISSN : 1411-6723
Journal of Indonesia Zeolites

Pada tabel di atas dapat ditunjukkan bahwa dibandingkan dengan refraktori yang tidak
terjadi peningkatan densitas dan kekuatan diinfiltrasi.
serta terjadinya penurunan porositas dan
penyerapan air pada refraktori yang telah Sebenarnya, jika dilihat dari data yang
diinfiltrasi. Kualitas terbaik dihasilkan oleh dihasilkan terlihat bahwa peningkatan kualitas
refaraktori yang diinfiltarsi dengan infiltran dari refraktori ini tidak terlalu signifikan. Hal ini
berkonsentrasi 5%. Terjadi peningkatan dikarenakan proses pembakaran yang kurang
3 3
densitas dari 1,86 kg/m menjadi 2,34 kg/m , sempurna dan kondisi suhu tungku yang
adanya penurunan porositas dan penyerapan berbeda di setiap ruang dalam tungku
air dari 33,94% dan 18,29% menjadi 11,36% tersebut. Hal ini menyebabkan tidak semua
dan 4,85%. Ini menunjukkan bahwa infiltran benda uji mendapatkan suhu yang sama yaitu
0
telah berhasil masuk ke dalam pori refraktori. 1400 C, ada beberapa benda uji yang
0
Berkaitan dengan pengaruh variasi mendapatkan suhu di bawah suhu 1400 C.
konsentrasi, data tersebut menunjukkan Belum lagi pada tahap soaking periode atau
bahwa konsentrasi di atas 5% tidak penahanan suhu yang dilakukan tidak terlalu
memberikan pengaruh yang signifikan atau lama, biasanya tahap ini dilakukan minimal
relatif sama. Hal ini berarti bahwa konsentrasi selama dua jam. Faktor faktor itulah
encer lebih optimal untuk dapat masuk ke diantaranya yang menyebabkan tidak
dalam pori refraktori dibandingkan dengan optimalnya pengaruh teknik infiltrasi terhadap
konsentrasi yang lebih pekat, walaupun peningkatan suatu refraktori khususnya pada
infiltran dengan konsentrasi di atas 5 % pun refraktori alumina silikat ini.
dapat menurunkan tingkat porositas jika

Grafik Porositas Refraktori Alumina Silikat

40
35
30
Porositas

25
20
15
10
5
0
Tidak 5% 10% 15% 20% 25%
Diinfiltrasi
Konsentrasi Infiltran (b/b)

Gambar 1. Grafik Hubungan Porositas Dengan Konsentrasi Infiltran

Gambar 2. Refraktori Alumina Silikat yang tidak diinfiltrasi

30
Peningkatan Kualitas Refraktori Alumina (Ferli S.Irwansyah , dkk)

Hasil proses infiltrasi pada refraktori alumina porositas yang berbeda beda. Pori itulah
silikat, secara visual dapat terlihat bahwa yang nantinya akan diisi dan ditutupi oleh
infiltran hanya dapat masuk ke dalam pori infiltran yang berhasil masuk ke dalam pori
yang berada pada permukaan refraktori saja. permukaan pada refraktori tersebut.
Hal ini dapat disebabkan oleh partikel infiltran
yang tidak dapat menigisi pori pada refraktori Gambar 3 menunjukkan hasil analisa SEM
atau kurangnya tekanan yang dapat membuat terhadap morfologi refraktori alumina silikat
penetrasi infiltran untuk masuk ke dalam pori yang sudah diinfiltrasi. Analisa tersebut
tidak maksimal. Untuk itu dilakukan analisa dilakukan pada permukaan refraktori dengan
terhadap morfologi pada permukaan refraktori pembesaran yang sama dengan sebelumnya
yang sudah terinfiltrasi untuk membuktikan yaitu 5000 kali. Dapat terlihat secara jelas
bahwa infiltran telah masuk ke dalam pori perbedaan antara morfologi permukaan
pada permukaan refraktori tersebut. Gambar refraktori yang diinfiltrasi dengan yang tidak
2 menunjukkan hasil analisa SEM pada terinfiltrasi. Daerah yang terinfiltrasi mem-
refraktori alumina silikat yang tidak diinfiltrasi. perlihatkan morfologi yang lebih rapat dan
Agar dapat dibandingkan dengan morfologi relatif homogen. Hal ini membuktikan bahwa
refraktori yang diinfiltrasi, maka analisa infiltran yang dapat masuk ke dalam pori
dilakukan pada bagian permukaan refraktori permukaan berasal dari mineral yang sama
saja dengan pembesaran 5.000 kali sama dengan bahan penyusun refraktori tersebut,
halnya seperti analisa yang dilakukan pada yang ditunjukkan oleh bentuk morfologi yang
morfologi permukaan refraktori yang sudah homogen atau serupa.
diinfiltrasi.
Dapat terlihat pula ukuran pori yang lebih
Gambar tersebut juga menunjukkan ukuran kecil daripada ukuran pori pada morfologi
pori yang cukup besar yaitu sekitar lebih dari yang tidak terinfiltrasi. Pada Gambar 3
10 m. Porositas adalah suatu akibat yang tersebut dapat diperkirakan ukuran pori hanya
selalu dihasilkan dari proses pembakaran mencapai kurang lebih 1 m, sepuluh kali
suatu bahan keramik, namun setiap proses lipat jauh lebih kecil dibandingkan dengan
pembakaran tersebut dapat menimbulkan ukuran pori yang tidak terinfiltrasi.

Gambar 3. Refraktori Alumina Silikat yang sudah diinfiltrasi

Gambar 4. Daerah yang terinfiltrasi dan yang tidak terinfiltrasi pada satu sampel

31
JURNAL ZEOLIT INDONESIA Vol 9 No. 1 Mei 2010 ISSN : 1411-6723
Journal of Indonesia Zeolites

3
Pada proses infiltrasi ini ternyata infiltran memiliki densitas sebesar 1,86 kg/m ,
hanya dapat masuk ke dalam pori pada porositas sebesar 33,94%, penyerapan
permukaan refraktori saja, sehingga bagian air 18,29%, kekuatan sebesar 87,517
2
dalam dari refraktori itu sendiri belum kg/cm , dan morfologi pori yang tidak
terinfiltrasi, maka dapat dikatakan pula bahwa rapat dengan ukuran pori yang lebih
kekuatan pada bagian permukaan akan lebih besar.
baik jika dibandingkan dengan bagian
dalamnya.
DAFTAR PUSTAKA
Oleh karena itu, pada Gambar 4 akan
ditunjukkan bahwa pada satu sampel akan
1. Suripto & F. Edwin. 2008.
terdapat bagian yang sudah terinfiltrasi dan
Pengembangan bahan mentah lokal
ada juga bagian yang belum dapat
untuk industri refraktori. Jurnal Keramik
terinfiltrasi. Perbandingan morfologi antara
dan Gelas Indonesia. 17(1), 12-16.
daerah yang sudah terinfiltrasi dengan daerah
1
yang belum terinfiltrasi pada satu sampel 2. Anonymous . 1985. Refractory
hanya dapat terlihat pada pembesaran 750 Manufacturing Technology. Minoyogyo
kali. Dapat terlihat bahwa daerah yang sudah Co.Ltd. Nagoya.
terinfiltrasi nampak relatif lebih gelap
dibandingkan dengan daerah yang belum 3. Bartha, P. 2008. The Cement Rotary Kiln
terinfiltrasi yang pada gambar tersebut terlihat and Its Refractory Lining. Interceram,
lebih terang. Hal ini disebabkan bahwa Refractories Manual. P.14-17.
2
bagian gelap tersebut menunjukkan bahwa 4. Anonymous , ASTM C71-99a. 2000.
pori porinya telah tertutupi oleh infiltran, Standard terminology relating to
sedangkan bagian yang lebih terang refractories. Annual Books of ASTM
menunjukkan bahwa ukuran pori pori masih Standar. 15(1).
besar dan tidak tertutupi oleh mineral tertentu.
Pembuktiannya dapat diperlihatkan pada 5. The Carbon Trust. Energy Efficiency
gambar sebelumnya yaitu gambar 4.2 dan 4.3 Office, UK Government. 1993. Good
yang sudah mengalami pembesaran 5000 Practice Guide 76 Continuous Steel
kali sehingga dapat terlihat secara jelas Reheating Furnaces: Specification
perbedaan morfologi antara daerah yang Design and Equipment.
sudah terinflitrasi dengan daerah yang belum www.thecarbontrust.co.uk/energy/pages/
terinfiltrasi. home.asp.
6. Subari & C. Rachman. 2002. Refraktori
asam dan alumina silikat. Informasi
KESIMPULAN Teknologi dan Gelas. 23(84-85), 17-20.
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, 7. Singer, F & S Singer. 1979. Industrial
dapat disimpulkan bahwa: Ceramics. Chapman and Hall. London.
1. Terjadi peningkatan kualitas refraktori 8. Medraj, M. 2009. Powder Metallurgy.
alumina silikat yang sudah diinfiltrasi jika Mech Eng.Dept. - Concordia University.
dibandingkan dengan refraktori alumina Montreal.
silikat yang tidak diinfiltrasi. 9. Suhanda & S. Rahardjo. 2002. Sintesis
2. Refraktori alumina silikat yang sudah dan Karakterisasi Alkorit Hasil Sistem
diinfiltrasi dengan konsentrasi infiltran 5% Campuran Bahan Mentah dan Semi
3
memiliki densitas sebesar 2,34 g/cm , Aktif. Jurnal Nusantara Kimia. 9(1), 41-
porositas sebesar 11,36%, penyerapan 46.
air 4.85%, kekuatan sebesar 129,072 10. Bureau of Energy Efficiency. 2005.
2
kg/cm , dan morfologi yang rapat dan Energy Efficiency in Thermal Utilities.
relatif homogen, sedangkan refraktori Ministry of Power. India.
alumina silikat yang tidak diinfiltrasi

32

You might also like