Professional Documents
Culture Documents
Irwansyah , dkk)
ABSTRAK
Kebutuhan akan bahan refraktori untuk industri pengolahan dan peleburan logam semakin meningkat
seiring dengan perkembangan teknologi. Peleburan logam kuningan memerlukan krus keramik dengan
ukuran besar yang dikenal dengan nama kowi. Oleh karena itu, dibutuhkan suatu bahan refraktori dari
bahan mentah lokal yang lebih berkualitas, yaitu memiliki tingkat porositas yang rendah, kerapatan yang
tinggi, dan kekuatan mekanik yang tinggi. Pada penelitian ini dilakukan peningkatan kualitas refraktori
alumina silikat sebagai bahan untuk pembuatan kowi peleburan logam kuningan dengan teknik infiltrasi.
Bahan baku berupa kaolin, alumina dan magnesium oksida yang telah ditentukan komposisinya, diperam,
dicetak, dibakar setengah matang, diinfiltrasi dengan variasi konsentrasi, dibakar kembali dan selanjutnya di
uji sifat fisik dan sifat kimianya, serta digunakan instrumen Scanning Electron Microscope (SEM) untuk
menunjukkan morfologi dari refraktori alumina silikat yang telah terinfiltrasi. Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa refraktori alumina silikat meningkat kualitasnya dengan nilai porositas sebesar 11,36%, densitas
3 2
sebesar 2,34 kg/m , penyerapan air 4,85%, dan kekuatan mekanik sebesar 129,072 kg/cm sehingga dapat
digunakan sebagai bahan pembuatan kowi untuk peleburan logam kuningan di bidang industri.
ABSTRACT
25
JURNAL ZEOLIT INDONESIA Vol 9 No. 1 Mei 2010 ISSN : 1411-6723
Journal of Indonesia Zeolites
26
Peningkatan Kualitas Refraktori Alumina (Ferli S.Irwansyah , dkk)
Singer, F & S. Singer berpendapat bahwa dari bahan yang telah diinfiltrasikan
untuk komposisi dalam perbandingan tertentu tersebut (Medraj, 2009) [8].
0
keramik yang mencapai suhu 1300 C,
pemakaian ball clay berkisar 15-25%. Apabila
kadarnya lebih tinggi dari 25% METODE PENELITIAN
mengakibatkan berkurangnya sifat dari badan
keramik dan akan banyak timbul retak-retak. Pembuatan krusibel refraktori alumina
Demikian juga dengan penambahan talk yang silikat dengan teknik infiltrasi
merupakan pelebur yang baik dimana badan
keramik akan cepat padat. Adanya unsur Bahan baku dengan ukuran butiran lolos
alumina dan silikat pada komposisi krusibel ayakan 0,5-1,5 mm ditimbang sesuai
refraktori, memiliki fungsi masing masing komposisi pada Tabel 1. Kepada masing-
seperti alumina akan meningkatkan titik lebur, masing komposisi ditambahkan bahan
meningkatkan kekuatan mekanik serta perekat, seperti CMC dan air antara 7-10%
ketahanan terhadap abrasi. Sedangkan silika dari berat total bahan. Kemudian dilakukan
selain bersifat tahan api juga mengurangi pengadukan atau pencampuran sampai
penyusutan dan meningkatkan ketahanan homogen sehingga terbentuk massa
asam (Singer & Singer, 1979) [7]. granulasi, setelah itu dilakukan pemeraman
selama satu hari. Massa yang telah homogen
Teknik Infiltrasi setelah pemeraman disiapkan untuk proses
pembentukan dengan metode press.
Porositas adalah hal yang unik dan menjadi Pencetakan dengan mesin press hidrolik
masalah yang terjadi di dunia industri (hydraulic press machine). Massa granulasi
metalurgi. Banyak cara yang dilakukan untuk yang dipakai sebanyak 80 gram dimasukkan
mengatasi masalah porositas tersebut, ke dalam cetakan baja, kemudian ditekan
diantaranya dengan cara mengisi pori atau dengan mesin press hidrolik pada tekanan 5
rongga tersebut dengan logam atau polimer. ton. Krusibel dikeluarkan dari cetakan,
Secara umum ada dua klasifikasi teknik yang kemudian dilakukan pengeringan.
sering dilakukan untuk mengatasi masalah Pengeringan dilakukan dalam suhu ruangan.
porositas tersebut, yaitu: Krusibel yang telah kering selanjutnya dibakar
0
1. Impregnation (Pengisian) pada suhu 900 C ditahan selama delapan
Suatu teknik dengan cara mengisi pori oleh jam (pembakaran biskuit).
larutan minyak atau fluida lainnya yang
dirembeskan atau ditembuskan ke dalam pori Krusibel yang telah dibakar, dilapisi dengan
yang terbentuk ketika proses pembakaran. zat penginfiltrasi dengan konsentrasi 5% yang
Cara lainnya adalah dengan melakukan terbuat dari bahan penyusunnya yang
pengisian dengan resin polimer yang akan sebelumnya sudah dihaluskan terlebih dahulu
meresap ke dalam ruangan pori dalam bentuk dan diayak pada ukuran 325 mesh dan
larutan. dilarutkan dalam air suling dengan
penambahan Water Glass sebanyak 2%.
2. Infiltration (Infiltrasi) Setelah itu, dibakar kembali pada suhu 1400
0
C sampai zat penginfiltrasi masuk ke dalam
Suatu teknik pengisian pori dari suatu bahan pori - pori dari krusibel. Proses infiltrasi ini
keramik dengan menggunakan logam yang diulang dengan mengganti konsentrasi zat
telah dicairkan. Beberapa hal penting dalam penginfiltrasinya (10%, 15%, 20%, dan 25%).
teknik infiltrasi, diantaranya adalah:
a. Titik lebur dari logam yang akan diisikan Tabel 1. Rancangan komposisi refaktori
ke dalam pori harus lebih rendah alumina silikat
daripada titik lebur bahan keramiknya
b. Melibatkan pemanasan dari logam yang A
Jenis Oksida
akan diisikan dengan bahan keramik (%)
yang sebelumnya telah dibakar setengah SiO2 (diambil dari kaolin Belitung) 96,46
matang (dalam bentuk biskuit) agar gaya
kapilaritas dari logam pengisi dapat Alumina (Al2O3) 3,84
masuk ke dalam pori. Magnesium Oksida (MgO) 10,50
c. Struktur hasil infiltrasi menjadi relatif tidak Keterangan : A = komposisi optimal hasil penelitian yang
berpori (non porous) dan bagian yang telah dilakukan (Suhanda & Soewanto,
telah terinfiltrasi memiliki densitas yang 2002) [9]
relatif lebih seragam, yang dapat
meningkatkan kekerasan dan kekuatan
27
JURNAL ZEOLIT INDONESIA Vol 9 No. 1 Mei 2010 ISSN : 1411-6723
Journal of Indonesia Zeolites
28
Peningkatan Kualitas Refraktori Alumina (Ferli S.Irwansyah , dkk)
Tabel 4. Sifat Fisik Refraktori Alumina Silikat Terinfiltrasi dan Tidak Terinfiltrasi
Konsentrasi Densitas Porositas Penyerapan Kekuatan
No 3 2
Infiltran Kg/m % Air % Kg/cm
1 Tidak Diinfiltrasi 1.86 33.94 18.29 87.517
2 5% 2.34 11.36 4.85 129.072
3 10% 2.16 22.61 10.44 79.221
4 15% 2.23 18.07 8.11 46.915
5 20% 2.23 19.37 8.70 52.076
6 25% 2.21 19.44 8.81 46.654
29
JURNAL ZEOLIT INDONESIA Vol 9 No. 1 Mei 2010 ISSN : 1411-6723
Journal of Indonesia Zeolites
Pada tabel di atas dapat ditunjukkan bahwa dibandingkan dengan refraktori yang tidak
terjadi peningkatan densitas dan kekuatan diinfiltrasi.
serta terjadinya penurunan porositas dan
penyerapan air pada refraktori yang telah Sebenarnya, jika dilihat dari data yang
diinfiltrasi. Kualitas terbaik dihasilkan oleh dihasilkan terlihat bahwa peningkatan kualitas
refaraktori yang diinfiltarsi dengan infiltran dari refraktori ini tidak terlalu signifikan. Hal ini
berkonsentrasi 5%. Terjadi peningkatan dikarenakan proses pembakaran yang kurang
3 3
densitas dari 1,86 kg/m menjadi 2,34 kg/m , sempurna dan kondisi suhu tungku yang
adanya penurunan porositas dan penyerapan berbeda di setiap ruang dalam tungku
air dari 33,94% dan 18,29% menjadi 11,36% tersebut. Hal ini menyebabkan tidak semua
dan 4,85%. Ini menunjukkan bahwa infiltran benda uji mendapatkan suhu yang sama yaitu
0
telah berhasil masuk ke dalam pori refraktori. 1400 C, ada beberapa benda uji yang
0
Berkaitan dengan pengaruh variasi mendapatkan suhu di bawah suhu 1400 C.
konsentrasi, data tersebut menunjukkan Belum lagi pada tahap soaking periode atau
bahwa konsentrasi di atas 5% tidak penahanan suhu yang dilakukan tidak terlalu
memberikan pengaruh yang signifikan atau lama, biasanya tahap ini dilakukan minimal
relatif sama. Hal ini berarti bahwa konsentrasi selama dua jam. Faktor faktor itulah
encer lebih optimal untuk dapat masuk ke diantaranya yang menyebabkan tidak
dalam pori refraktori dibandingkan dengan optimalnya pengaruh teknik infiltrasi terhadap
konsentrasi yang lebih pekat, walaupun peningkatan suatu refraktori khususnya pada
infiltran dengan konsentrasi di atas 5 % pun refraktori alumina silikat ini.
dapat menurunkan tingkat porositas jika
40
35
30
Porositas
25
20
15
10
5
0
Tidak 5% 10% 15% 20% 25%
Diinfiltrasi
Konsentrasi Infiltran (b/b)
30
Peningkatan Kualitas Refraktori Alumina (Ferli S.Irwansyah , dkk)
Hasil proses infiltrasi pada refraktori alumina porositas yang berbeda beda. Pori itulah
silikat, secara visual dapat terlihat bahwa yang nantinya akan diisi dan ditutupi oleh
infiltran hanya dapat masuk ke dalam pori infiltran yang berhasil masuk ke dalam pori
yang berada pada permukaan refraktori saja. permukaan pada refraktori tersebut.
Hal ini dapat disebabkan oleh partikel infiltran
yang tidak dapat menigisi pori pada refraktori Gambar 3 menunjukkan hasil analisa SEM
atau kurangnya tekanan yang dapat membuat terhadap morfologi refraktori alumina silikat
penetrasi infiltran untuk masuk ke dalam pori yang sudah diinfiltrasi. Analisa tersebut
tidak maksimal. Untuk itu dilakukan analisa dilakukan pada permukaan refraktori dengan
terhadap morfologi pada permukaan refraktori pembesaran yang sama dengan sebelumnya
yang sudah terinfiltrasi untuk membuktikan yaitu 5000 kali. Dapat terlihat secara jelas
bahwa infiltran telah masuk ke dalam pori perbedaan antara morfologi permukaan
pada permukaan refraktori tersebut. Gambar refraktori yang diinfiltrasi dengan yang tidak
2 menunjukkan hasil analisa SEM pada terinfiltrasi. Daerah yang terinfiltrasi mem-
refraktori alumina silikat yang tidak diinfiltrasi. perlihatkan morfologi yang lebih rapat dan
Agar dapat dibandingkan dengan morfologi relatif homogen. Hal ini membuktikan bahwa
refraktori yang diinfiltrasi, maka analisa infiltran yang dapat masuk ke dalam pori
dilakukan pada bagian permukaan refraktori permukaan berasal dari mineral yang sama
saja dengan pembesaran 5.000 kali sama dengan bahan penyusun refraktori tersebut,
halnya seperti analisa yang dilakukan pada yang ditunjukkan oleh bentuk morfologi yang
morfologi permukaan refraktori yang sudah homogen atau serupa.
diinfiltrasi.
Dapat terlihat pula ukuran pori yang lebih
Gambar tersebut juga menunjukkan ukuran kecil daripada ukuran pori pada morfologi
pori yang cukup besar yaitu sekitar lebih dari yang tidak terinfiltrasi. Pada Gambar 3
10 m. Porositas adalah suatu akibat yang tersebut dapat diperkirakan ukuran pori hanya
selalu dihasilkan dari proses pembakaran mencapai kurang lebih 1 m, sepuluh kali
suatu bahan keramik, namun setiap proses lipat jauh lebih kecil dibandingkan dengan
pembakaran tersebut dapat menimbulkan ukuran pori yang tidak terinfiltrasi.
Gambar 4. Daerah yang terinfiltrasi dan yang tidak terinfiltrasi pada satu sampel
31
JURNAL ZEOLIT INDONESIA Vol 9 No. 1 Mei 2010 ISSN : 1411-6723
Journal of Indonesia Zeolites
3
Pada proses infiltrasi ini ternyata infiltran memiliki densitas sebesar 1,86 kg/m ,
hanya dapat masuk ke dalam pori pada porositas sebesar 33,94%, penyerapan
permukaan refraktori saja, sehingga bagian air 18,29%, kekuatan sebesar 87,517
2
dalam dari refraktori itu sendiri belum kg/cm , dan morfologi pori yang tidak
terinfiltrasi, maka dapat dikatakan pula bahwa rapat dengan ukuran pori yang lebih
kekuatan pada bagian permukaan akan lebih besar.
baik jika dibandingkan dengan bagian
dalamnya.
DAFTAR PUSTAKA
Oleh karena itu, pada Gambar 4 akan
ditunjukkan bahwa pada satu sampel akan
1. Suripto & F. Edwin. 2008.
terdapat bagian yang sudah terinfiltrasi dan
Pengembangan bahan mentah lokal
ada juga bagian yang belum dapat
untuk industri refraktori. Jurnal Keramik
terinfiltrasi. Perbandingan morfologi antara
dan Gelas Indonesia. 17(1), 12-16.
daerah yang sudah terinfiltrasi dengan daerah
1
yang belum terinfiltrasi pada satu sampel 2. Anonymous . 1985. Refractory
hanya dapat terlihat pada pembesaran 750 Manufacturing Technology. Minoyogyo
kali. Dapat terlihat bahwa daerah yang sudah Co.Ltd. Nagoya.
terinfiltrasi nampak relatif lebih gelap
dibandingkan dengan daerah yang belum 3. Bartha, P. 2008. The Cement Rotary Kiln
terinfiltrasi yang pada gambar tersebut terlihat and Its Refractory Lining. Interceram,
lebih terang. Hal ini disebabkan bahwa Refractories Manual. P.14-17.
2
bagian gelap tersebut menunjukkan bahwa 4. Anonymous , ASTM C71-99a. 2000.
pori porinya telah tertutupi oleh infiltran, Standard terminology relating to
sedangkan bagian yang lebih terang refractories. Annual Books of ASTM
menunjukkan bahwa ukuran pori pori masih Standar. 15(1).
besar dan tidak tertutupi oleh mineral tertentu.
Pembuktiannya dapat diperlihatkan pada 5. The Carbon Trust. Energy Efficiency
gambar sebelumnya yaitu gambar 4.2 dan 4.3 Office, UK Government. 1993. Good
yang sudah mengalami pembesaran 5000 Practice Guide 76 Continuous Steel
kali sehingga dapat terlihat secara jelas Reheating Furnaces: Specification
perbedaan morfologi antara daerah yang Design and Equipment.
sudah terinflitrasi dengan daerah yang belum www.thecarbontrust.co.uk/energy/pages/
terinfiltrasi. home.asp.
6. Subari & C. Rachman. 2002. Refraktori
asam dan alumina silikat. Informasi
KESIMPULAN Teknologi dan Gelas. 23(84-85), 17-20.
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, 7. Singer, F & S Singer. 1979. Industrial
dapat disimpulkan bahwa: Ceramics. Chapman and Hall. London.
1. Terjadi peningkatan kualitas refraktori 8. Medraj, M. 2009. Powder Metallurgy.
alumina silikat yang sudah diinfiltrasi jika Mech Eng.Dept. - Concordia University.
dibandingkan dengan refraktori alumina Montreal.
silikat yang tidak diinfiltrasi. 9. Suhanda & S. Rahardjo. 2002. Sintesis
2. Refraktori alumina silikat yang sudah dan Karakterisasi Alkorit Hasil Sistem
diinfiltrasi dengan konsentrasi infiltran 5% Campuran Bahan Mentah dan Semi
3
memiliki densitas sebesar 2,34 g/cm , Aktif. Jurnal Nusantara Kimia. 9(1), 41-
porositas sebesar 11,36%, penyerapan 46.
air 4.85%, kekuatan sebesar 129,072 10. Bureau of Energy Efficiency. 2005.
2
kg/cm , dan morfologi yang rapat dan Energy Efficiency in Thermal Utilities.
relatif homogen, sedangkan refraktori Ministry of Power. India.
alumina silikat yang tidak diinfiltrasi
32