You are on page 1of 8

MAKALAH BIOLOGI MEDIK

(HUKUM MENDEL II)

OLEH :
KELOMPOK 1:
1. AGUSRIYANDI
2. AL-FINA AMIN
3. ALFIRA MEILINA
4. ANDI SRI PRATIWI WIDYA SARI
5. ANSONIKA SETIAWATI RARE

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN MAKASSAR
D III ANALIS KESEHATAN
2017/2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat
rahmat dan hidayahnyalah sehingga kita masih diberikan kesehatan dan keselamatan
dalam penyusunan makalah ini. Tak lupa pula kita kirimkan salam dan salawat
kepada junjungan besar kita Muhammad SAW, yang telah membawa kita dari zaman
kebodohan menuju zaman kepintaran.
Dalam penyusunan makalah yang berjudul Hukum Mendel II ini masih banyak
kekurangan yang harus dipenuhi. Karena manusia tidak luput dari yang namanya
suatu kealahan. Penulis sangat menginginkan saran yang dapat membangun.

BAB I
PENDAULUAN
A. Latar Belakang

Hukum pewarisan Mendel adalah hukum mengenai pewarisan sifat pada


organisme yang dijabarkan oleh Gregor Johann Mendel ( 1822- 1884) dalam
karyanya Percobaan mengenai Persilangan Tanaman. Hukum ini terdiri dari
dua bagian: Hukum pemisahan (segregation) dari Mendel, juga dikenal sebagai
Hukum Pertama Mendel, dan Hukum berpasangan secara bebas (independent
assortment) dari Mendel, juga dikenal sebagai Hukum Kedua Mendel. Hukum
pewarisan Mendel adalah hukum mengenai pewarisan sifat pada organisme, yang
kita kenal dengan hukum segregasi dan hukum asortasi bebas, yang telah di
jabarkan oleh Gregor Johann Mendel . Mendel mengatakan bahwa pada
pembentukan gamet (sel kelamin), kedua gen induk (Parent) yang merupakan
pasangan alel akan memisah sehingga tiap-tiap gamet menerima satu gen dari
induknya sebagaimana bunyi hukum mendel I, dan bunyi hukum mendel II,
menyatakan bahwa bila dua individu mempunyai dua pasang atau lebih sifat,
maka diturunkannya sepasang sifat secara bebas, tidak bergantung pada pasangan
sifat yang lain.

B. Rumusan Masalah :
1. Latar Belakang Teori Mendel
2. Bunyi Hukum Mendel II
C. Tujuan :
1. Untuk mengetahui latar belakang teori mendel
2. Untuk mengetahui bunyi hukum mendel II

BAB II
PEMBAHASAN
A. Latar Belakang Teori Hukum Mendel II
Genetika adalah ilmu yang mempelajari pewarisan sifat dari induk kepada
keturunannya. Gregor Johann mendel (1822-1884), seorang biarawan disebuah
biara di Brunn, Austria menyilangkan kacang ercis (Pisum sativum), kemudian
hasil persilangan ditanam dan di amati, mendel melakukannya selama 12 tahun.
Alasan Mendel memilih kacang ercis sebagai bahan percobaan adalah :
a. Memiliki pasangan sifat beda yang mencolok.
b. Melakukan penyerbukan sendiri.
c. Mudah dilakukan penyerbukan silang.
d. Waktu yang diperlukan untuk menghasilkan keturunan cepat.
e. Mempunyai keturunan banyak.
Langkah awal sebelum dilakukan perhitungan terhadap pengamatannya
adalah menentukan galur murni jenis tanaman yang dijadikan percobaan.
Tanaman galur murni adalah tanaman yang apabila dilakukan penyerbukan sendiri
akan menghasilkan keturunan yang semuanya mempunyai sifat yang sama dengan
induknya. Dalam percobaannya Mendel melakukan perkawinan silang dengan
menyerbukkan sendiri antara dua varietas ercis yang berbeda sebagai induk-
induknya. Turunan hasil perkawinan silang ini disebut hybrid, sedangkan
prosesnya hibridisasi. Dari hasil percobaan yang diperolehnya, Mendel menyusun
beberapa hipotesis, yaitu:
a. Setiap sifat pada organisme dikendalikan oleh satu pasang factor keturunan, satu
dari induk jantan dan satu induk betina.
b. Setiap pasang factor keturunan menunjukkan bentuk alternative sesamanya,
misalnya tinggi atau rendah, bulat atau keriput, kuning atau hijau. Kedua bentuk
alternative ini disebut alel.
c. Bila pasangan factor itu terdapat bersama-sama dalam satu tanaman, factor
dominasi akan menutup factor resesif.
d. Pada waktu pembentukan gamet, pasangan factor atau masing-masing alel akan
memisah secara bebas.
e. Individu murni mempunyai alel sama, yaitu dominan saja atau resesif saja.

B. Hukum Asortasi Bebas (Hukum Kedua Mendel)

Hukum kedua Mendel menyatakan bahwa bila dua individu mempunyai dua
pasang atau lebih sifat, maka diturunkannya sepasang sifat secara bebas, tidak
bergantung pada pasangan sifat yang lain. Dengan kata lain, alel dengan gen sifat
yang berbeda tidak saling mempengaruhi. Hal ini menjelaskan bahwa gen yang
menentukan e.g. tinggi tanaman dengan warna bunga suatu tanaman, tidak saling
mempengaruhi.
Seperti nampak pada gambar 1, induk jantan (tingkat 1) mempunyai genotipe
ww (secara fenotipe berwarna putih), dan induk betina mempunyai genotipe RR
(secara fenotipe berwarna merah).
Keturunan pertama (tingkat 2 pada gambar) merupakan persilangan dari
genotipe induk jantan dan induk betinanya, sehingga membentuk 4 individu baru
(semuanya bergenotipe wR). Selanjutnya, persilangan/perkawinan dari keturuan
pertama ini akan membentuk indidividu pada keturunan berikutnya (tingkat 3
pada gambar) dengan gamet R dan w pada sisi kiri (induk jantan tingkat 2) dan
gamet R dan w pada baris atas (induk betina tingkat 2). Kombinasi gamet-gamet
ini akan membentuk 4 kemungkinan individu seperti nampak pada papan catur
pada tingkat 3 dengan genotipe: RR, Rw, Rw, dan ww. Jadi pada tingkat 3 ini
perbandingan genotipe RR , (berwarna merah) Rw (juga berwarna merah) dan ww
(berwarna putih) adalah 1:2:1. Secara fenotipe perbandingan individu merah dan
individu putih adalah 3:1.
Kalau contoh pada gambar 1 merupakan kombinasi dari induk dengan satu
sifat dominan (berupa warna), maka contoh ke-2 menggambarkan induk-induk
dengan 2 macam sifat dominan: bentuk buntut dan warna kulit. Persilangan dari
induk dengan satu sifat dominan disebut monohibrid, sedang persilangan dari
induk-induk dengan dua sifat dominan dikenal sebagai dihibrid, dan seterusnya.
Pada gambar 2, sifat dominannya adalah bentuk buntut (pendek dengan
genotipe SS dan panjang dengan genotipe ss) serta warna kulit (putih dengan
genotipe bb dan coklat dengan genotipe BB). Gamet induk jantan yang terbentuk
adalah Sb dan Sb, sementara gamet induk betinanya adalah sB dan sB (nampak
pada huruf di bawah kotak). Lihat ganbar 2
Kombinasi gamet ini akan membentuk 4 individu pada tingkat F1 dengan
genotipe SsBb (semua sama). Jika keturunan F1 ini kemudian dikawinkan lagi,
maka akan membentuk individu keturunan F2. Gamet F1nya nampak pada sisi
kiri dan baris atas pada papan catur. Hasil individu yang terbentuk pada tingkat F2
mempunyai 16 macam kemungkinan dengan 2 bentuk buntut: pendek (jika
genotipenya SS atau Ss) dan panjang (jika genotipenya ss); dan 2 macam warna
kulit: coklat (jika genotipenya BB atau Bb) dan putih (jika genotipenya bb).
Perbandingan hasil warna coklat:putih adalah 12:4, sedang perbandingan hasil
bentuk buntut pendek:panjang adalah 12:4. Perbandingan detail mengenai
genotipe SSBB:SSBb:SsBB:SsBb: SSbb:Ssbb:ssBB:ssBb: ssbb adalah 1:2:2:4:
1:2:1:2: 1.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
HukumpewarisanMendeladalahhukummengenaipewarisansifatpada
organismeyangdijabarkanolehGregorJohannMendeldalamkaryanya
'PercobaanmengenaiPersilanganTanaman'.Hukuminiterdiridaridua
bagian:
Hukumpemisahan(segregation)dariMendel,jugadikenalsebagaiHukum
PertamaMendel,danHukumberpasangansecarabebas(independent
assortment)dariMendel,jugadikenalsebagaiHukumKeduaMendel.

B.SARAN
1.Semogamakalahinibermanfaatbagipembacapadaumumnya.
2.Penyusunmakalahmengharapkankritikdansaranyangmembangun
bagikelancarandankesempurnaanpenyusunanmakalahberikutnya
DAFTARPUSTAKA

http://biologimediacentre.com/genetikahukum
mendel/#sthash.C7PN7wAX.dpuf
http://www.scribd.com/doc/84672312/PewarisanSifatSifatKeturunan
http://endick.wordpress.com/2008/01/30/percobaanmendel2/
http://smointi.blogspot.com/2010/12/makalahhukummendel.html

You might also like