You are on page 1of 14

BAB I.

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Segala kepentingan hidup di dunia tidak terlepas dari keperluan kita akan
tanah. Tanah berguna bagi pertumbuhan dan perkembangan serta kehidupan di
dunia, termasuk kehidupan manusia dan berbagai kehidupan yang menunjang
hidupnya manusia. Oleh sebab itu tanah merupakan salah satu komponen alam
yang mempunyai peran penting dalam proses kehidupan.

Tanah adalah sistem lapisan kerak bumi yang tidak padu dengan
ketebalan beragam yang berbeda yang terdiri dari butiran kerikil kasar, pasir,
tanah lempung, tanah liat dan semua bahan lepas lainnya termasuk lapisan
tanah paling atas sampai pada tanah keras. Ada 5 faktor yang mempengaruhi
proses pembentukan tanah, yaitu : iklim, makhluk hidup, bentuk wilayah, bahan
induk dan waktu. Iklim dan makhluk hidup merupakan faktor pembentuk tanah
yang bersifat aktif, sedangkan bentuk wilayah, bahan induk, dan waktu
merupakan faktor pembentuk tanah yang bersifat pasif.

Jenis-jenis tanah mempunyai sifat dan karakteristik yang berbeda. Sifat


dan karakteristik tanah dapat berupa sifat fisika, sifat kimia, dan sifat biologi
tanah yang dapat diamati pada bagian terkecil tanah. Pedon adalah satuan
individu terkecil tanah yang terbentuk dalam tiga dimensi. Pada bagian pedon
dapat diamati lapisan-lapisan tanah yang terdiri dari solum tanah dan bahan
induk tanah yang disebut dengan profil tanah.

Tanah dapat bermanfaat bagi manusia jika manusia dapat memeliharanya


dengan baik. Namun tanah akan menjadi tidak bermanfaat bagi manusia, bahkan
sering menimbulkan ketidaktentraman jika manusia memperlakukannya tidak
baik dengan memberikan tindakan dan perlakuan yang keliru.

B. Tujuan

1. Mengenal dan mengetahui sifat fisik tanah

2. Mengetahui keadaan tanah


3. Mahasiswa dapat menganalisa kandungan yang ada dalam tanah

BAB II.

TINJAUAN PUSTAKA

3.2 Pengertian tanah

Tanah adalah laboratorium kimia dari alam dimana terjadi penguraian kimia
dan reaksi sintesis secara tersembunyi ( jj Berzelius 1803) ahli kimia. Menurut
ahli pertanian tanah adalah bagian teratas bumi yang agak lemah dan terjadi dari
padatan, cairan, gas dan jasad hidup yang secara bersama-sama membentuk
suatu media untuk pertumbuhan tanaman.

3.3 Sifat Fisik tanah

Sifat fisika tanah adalah sifat yang bertanggung jawab atasperedaran udara,
panas, air, dan zat terlarut melalui tanah. Beberapa sifat fisika dapat mengalami
penggarapan tanah. Sifat fisika tanah yang terpenting adalah tekstur tanah,
struktur tanah, komposisi mineral, porositas, stabilitas, konsistensi,warna
maupun suhu tanah. Sifat tanah berperan dalam aktivitas perakaran tanaman,
baik dalam hal absorbsi unsur hara, air maupun oksigen juga sebagai pembatas
gerakan akar tanaman. (Hakim et al. 2003)

Suhu yang terlalu tinggi ataupun yang terlalu rendah merupakan faktor pembatas
dibeberapa daerah tropika tertentu. Pemecahannya biasanya adalah dengan
memberi mulsa dengan berbagai bahan, tergantung apakah suhu itu harus
dinaikkan atau ditunkan. Pada tanah yang baru dibuka untuk pertanian,
pengaturan suhu tanah dengan menggunakan mulsa jerami. Sebenarnya
pemulsaan juga mengurangi pemakaian air dan mengurangi kebutuhan untuk
pengendalian gulma dan sering meningkatkan hasil (Sanchez 2002).

a. Tekstur tanah

Tekstur tanah adalah perbandingan relatif (dalam persen) antara fraksi pasir,
debu dan liat.Tekstur tanah sangat penting kita ketahui karena komposisi ketiga
fraksi penyusun tanah menentukan sifat-sifat fisika,fisikokimia dan sifat kimia
tanah.Berdasarkan atas perbandingan banyaknya butir-butir pasir, debu dan liat
maka tanah dikelompokkan ke dalam beberapa macam kelas tekstur. Makin
padat suatu tanah, merupakan tanah yang lebih baik. Misalnya pasir padat.
Selain camouran dariclay dan slit, tanah dapat pula bercampur dengan bahan
organik yang berpengaruh jelek terhadap tanah untuk pembangunan namun
akan bagi bagi tanaman (Suradji 2009).

b. Struktur tanah

Struktur tanah merupakan susunan ikatan partikel tanah satu sama lain.
Ikatan tanah berbentuk sebagai agregat tanah. Apabila syarat agregat
tanah terpenuhi maka dengan sendirinya tanpa sebab dari luar disebut ped,
sedangkan ikatan yang merupakan gumpalan tanah yang sudah terbentuk
akibat penggarapan tanah disebut clod. Untuk mendapatkan struktur tanah
yang baik dan valid harus dengan melakukan kegiatan dilapangan, sedang
laboratorium elatif sukar terutama dalam mempertahankan keasliannya dari
bentuk agregatnya (Hardjowigeno, 1992).

Pengamatan dilapangan pada umumnya didasarkan atas type struktur, klas


struktur dan derajat struktur. Ada macam-macam tipe tanah dan pembagian
menjadi bermacam-macam klas pula. Di sini akan dibagi menjadi 7 type tanah
yaitu : type lempeng ( platy ), type tiang, type gumpal ( blocky ), type remah
( crumb ), type granulair, type butir tunggal dan type pejal ( masif ). Dengan
pembagian klas yaitu dengan fase sangat halus, halus, sedang, kasar dan
sangat kasar. Untuk semua type tanah dengan ukuran kelas berbeda-beda
untuk masing-masing type. Berdasarkan tegas dan tidaknya agregat tanah
dibedakan atas : tanah tidak beragregat dengan struktur pejal atau berbutir
tunggal, tanah lemah ( weak ) yaitu tanah yang jika tersinggung mudah pecah
menjadi pecahan-pecahan yang masih dapat terbagi lagi menjadi sangat lemah
dan agak lemah tanah. Sedang/cukup yaitu tanah berbentuk agregat yang jelas
yang masih dapat dipecahkan, tanah kuat ( strong ) yaitu tanah yang telah
membentuk agregat yang tahan lama dan jika dipecah terasa ada tahanan serta
dibedakan lagi atas sangat kuat dan cukupan (Koorevaar, 1987)

Struktur tanah adalah penyusunan (arrangement) partikel-partikel tanah


primer seperti pasir, debu dan lempung membentuk agregat-agregat yang satu
agregat denganagregat lainnya dibatasi oleh bidang belah alami yang lemah.
Struktur horison-horison tanah sering berbeda satu dengan yang lainnya dan
merupakan penciri yang penting darisifat tanah, sama halnya dengan tekstur dan
warna tanah. Struktur dapat memodifikasikan pengaruh tekstur dalam
hubungannya dengan porositas, tersedianya unsur hara kegiatan jasad hidup
dan pertumbuhan. Struktur tanah yang sempurna mampu memperbaiki
sistemaerasi dan gerakan air (Bale, 2001).

c. Porositas Tanah

Porositas tanah adalah kemampuan tanah dalam menyerap air berkaitannya


dengan tingkat kepadatan tanah. Semakin padat tanah berarti semakin sulit
untuk menyerap air, maka porositas tanah semakin kecil. Sebaliknya semakin
mudah tanah menyerap air maka tanah tersebut memiliki porositas yang besar.
Tanah yang porositasnya baik adalah tanah yang porositasnya besar karena
perakaran tanaman mudah untuk menembus tanah dalam menvari bahan
organik. Selain itu tanah tersebut mampu menahan air hujan sehingga tanaman
tidak selalu kekurangan air. Tetapi jika porositasnya terlalu tinggi, juga tidak baik,
karena air yang diterima tanah langsung turun ke lapisan berikutnya. Tanah
seperti ini kalau musim kemarau cepat membentuk pecahan yang berupa celah
besar di tanah.

3.4 Sifat kimia tanah

Perilaku kimia tanah didefinisikan sebagai keseluruhan reaksi fisika-kimia


yang berlangsung antar-penyusun tanah serta antara penyusun tanah dan bahan
yang ditambahkan ke dalam tanah dalam bentuk pupuk ataupun pembentuk
tanah lainnya . Faktor kecepatan semua bentuk reaksi kimia yang berlangsung
dalam tanah yang diperhitungkan dengan menit sampai luar biasa lama yang
diperhitungkan dengan abad . Pada umumnya reaksi-reaksi yang terjadi di dalam
tanah oleh tindakan faktor lingkungan tertentu (Sutanto, 2009).

a. Derajat keasaman Tanah

Reaksi tanah menunjukkan sifat kemasaman atau alkalinitas tanah yang


dinyatakan dengan nilai pH. Nilai pH menunjukkan banyaknya konsentrasi ion
hidrogen (H+) di dalam tanah. Makin tinggi kadar ion H+ didalam tanah, semakin
masam tanah tersebut. Di dalam tanah selain H+ dan ion-ion lain ditemukan pula
ion OH-, yang jumlahnya berbanding terbalik dengan banyaknya H+. pada tanah-
tanah masam jumlah ion H+ lebih tinggi daripada OH-, sedang pada tanah alkalis
kandungan OH- lebih banyak daripada H+. Bila kandungan H+ sama dengan
OH- , maka tanah bereaksi netral yaitu mempunyai pH = 7 (Anonim 1991).

Nilai pH berkisar dari 0-14 dengan pH 7 disebut netral sedangkan pH kurang


dari 7 disebut masam dan pH lebih dari 7 disebut alkalis. Walaupun dcmikian pH
tanah umumnya berkisar dari 3,0-9,0. Di Indonesia unumnya tanahnya bereaksi
masam dengan 4,0 5,5 sehingga tanah dengan pH 6,0 6,5 sering telah
dikatakan cukup netral meskipun sebenarnya masih agak masam. Di daerah
rawa-rawa sering ditemukan tanah-tanah sangat masam dengan pH kurang dari
3,0 yang disebut tanah sangat masam karena banyak mengandung asam sulfat.
Di daerah yang sangat kering kadang-kadang pH tanah sangat tinggi (pH lebih
dari 9,0) karena banyak mengandung garam Na (Anonim 1991).

b. KTK tanah

Kapasitas tukar kation (KTK) merupakan sifat kimia yang sangat erat
hubungannya dengan kesuburan tanah. Tanah-tanah dengan kandungan bahan
organik atau kadar liat tinggi mempunyai KTK lebih tinggi daripada tanah-tanah
dengan kandungan bahan organik rendah atau tanah-tanah berpasir
(Hardjowogeno 2003). Nilai KTK tanah sangat beragam dan tergantung pada
sifat dan ciri tanah itu sendiri. Besar kecilnya KTK tanah dipengaruhi oleh :
1.Reaksi tanah
2.Tekstur atau jumlah liat
3.Jenis mineral liat
4.Bahan organik dan,
5.Pengapuran serta pemupukan.
Soepardi (1983) mengemukakan kapasitas tukar kation tanah sangat beragam,
karena jumlah humus dan liat serta macam liat yang dijumpai dalam tanah
berbeda-beda pula.

c. Bahan organik tanah

Kandungan bahan organik dalam tanah merupakan salah satu faktor yang
berperan dalam menentukan keberhasilan suatu budidaya pertanian. Hal ini
dikarenakan bahan organik dapat meningkatkan kesuburan kimia, fisika maupun
biologi tanah. Penetapan kandungan bahan organik dilakukan berdasarkan
jumlah C-Organik (Anonim 1991).
Bahan organik tanah sangat menentukan interaksi antara komponen abiotik dan
biotik dalam ekosistem tanah. Musthofa (2007) dalam penelitiannya menyatakan
bahwa kandungan bahan organik dalam bentuk C-organik di tanah harus
dipertahankan tidak kurang dari 2 persen, Agar kandungan bahan organik dalam
tanah tidak menurun dengan waktu akibat proses dekomposisi mineralisasi maka
sewaktu pengolahan tanah penambahan bahan organik mutlak harus diberikan
setiap tahun. Kandungan bahan organik antara lain sangat erat berkaitan dengan
KTK (Kapasitas Tukar Kation) dan dapat meningkatkan KTK tanah. Tanpa
pemberian bahan organik dapat mengakibatkan degradasi kimia, fisik, dan
biologi tanah yang dapat merusak agregat tanah dan menyebabkan terjadinya
pemadatan tanah (Anonim 1991).
BAB III

METODE PELAKSANAAN

3.1 Waktu dan Tempat


3.2 Alat dan Bahan
a. Alat
1. Nampan
2. Cangkul
3. Timbangan
4. Balon
5. 2 buahbotol air mineral kosongukuran 1500 liter
6. Sendok stainless
7. Nampan plasti dandarialuminium
8. Lampu
9. Timer atau stopwatch
10. Pisau

b. Bahan
1. Air bersih
2. Sampeltanahsawah
3. Sampeltanahkering
4. Spiritus
5. Korekapi
6. Kertaslakmus

6.3 cara kerja

a. Uji pH Tanah

1. Tanah sawah dan tanah kering masing-masing dimasukkan ke dalam


gelas dicampur dengan air, perbandingannya 1:1.
2. Aduk hingga benar-benar rata.
3. Biarkan beberapa menit hingga campuran air terpisah.
4. Setelah air terlihat agak jernih, ujung kertas lakmus dimasukkan ke dalam
gelas yang berisi air dan tanah tersebut.
5. Tunggu beberapa menit sampai kertas lakmus berubah warnanya.
6. Setelah itu, bandingkan warna kertas lakmus dengan bagan warna pH
tanah.
b. Uji Porositas Tanah

1. Tanah sawah dan tanah kering masing-masing dimasukkan ke dalam


botol.
2. Masukkan air ke dalam masing-masing botol yang berisi tanah dalam
waktu bersamaan.
3. Air yang cepat turun ke dasar botol berarti tanah yang bersangkutan
poreus dan drainase pun juga baik.

c. Aerasi Tanah

1. Tanah sawah dan tanah kering masing-masing dimasukkan ke dalam


botol.
2. Hubungkan balon yang berisi udara dengan masing-masing mulut botol
yang sudah berisi tanah dalam waktu bersamaan.
3. Balon yang lebih cepat kempes memperlihatkan bahwa tanah yang
bersangkutan memiliki aerasi yang baik
d. Bahan Organik

1. Tanah sawah dan tanah kering masing-masing ditimbang 100 gram.


2. Setelah itu, masukkan ke dalam nampan aluminium dan dibakar dengan
spiritus.
3. Saat pembakaran, aduk tanah sampai tanah itu benar-benar tidak bisa
dibakar lagi.
4. Setelah tanah tidak bisa dibakar lagi, timbang berat masing-masing
tanah.
5. Berat tanah awal dikurang dengan berat tanah akhir, hasilnya adalah
bahan organik.

e. Struktur

1. Tanah sawah dan tanah kering masing-masing dimasukkan ke dalam


botol kosong kemudian diisi air.
2. Tunggu sekitar 2 jam sampai terlihat batas-batas tanah terlihat (dari yang
kasar sampai yang halus)
3. Amati tanah yang paling dominan

f. Tekstur

1. Tanah sawah dan tanah kering masing-masing dimasukkan ke dalam


botol kosong kemudian diisi air.
2. Tunggu sekitar 2 jam sampai terlihat batas-batas tanah terlihat (dari yang
kasar sampai yang halus)
3. Amati tanah yang paling dominan

g. Kapasitas Tukar Kation

1. Ambil segenggam tanah sawah maupun tanah kering.


2. Gumpal masing-masing tanah menjadi bulat dengan diberi air
secukupnya
3. Hubungkan dengan alat bohlam lampu.
4. Semakin terang nyala lampu semakin subur tanah tersebut
BAB IV.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Dari praktikum yang telah dilaksanakan diperoleh hasil:

Jenis Tanah
No Sifat yang Diuji Keterangan
Tanah Sawah Tanah Kering
1 pH tanah Netral (6) Netral (7) -
2 Porositas tanah Bagus menahan Tidak bagus -
air menahan air
(poreus) -
3 Aerase dan Drainase Sirkulasi lemah Sirkulasi lancar -
4 Bahan Organik 11% 13% -
5 Struktur Lempung berpasir Lempung berpasir -
6 Tekstur Lempung Lempung -
7 Kapasitas Tukar Kation Bagus Bagus

4.2 Pembahasan

1. pH Tanah

Hasil Pengujian pH Tanah yang diuji pada lahan sawah STPP Malang
adalah Netral Yaitu 6 Hasil Ini membuktikan bahwa jika tanah mineral di
sawahkan atau di genangi air maka pH tanah akan mengarah ke netral atau
dengan kata lain tanah awal yang masam pHnya akan meningkat. Pada tanah
sawah yang ber-pH netral, ketersediaan hara dalam kondisi optimal dan unsr-
unsur tertentuyang dapat meracuni tanaman mengendap.

2. Porositas Tanah

Dari Uji Porositas di dapat Tanah Ladang mampu menyerap air lebih
cepat yaitu 4 detik. Hai ini karena tanah Ladang mampu memberikan ruang
sirkulasi udara yang baik bagi air untuk di serap.

Sifat fisik pada lahan kering kurang baik, yaitu berstruktur padat
kelembapan lapisan tanah atas maupun lapisan tanah bawah rendah, sirkulasi
udara agak terhambat, dan kemampuan tanah untuk menyimpan air relatif
rendah. Hal ini dibuktikan dengan menguji porositas tanah kering. Hasilnya yaitu
pada tanah kering bersifat poreus (tidak mampu menahan air). Tentunya hal itu
disebabkan oleh pori-pori udara yang ada pada tanah kering tergolong besar.

Porositas tanah tinggi kalau bahan organik tinggi, tanah-tanah dengan


struktur granular atau remah mempunyai porositas yang tinggi dibandingkan
dengan tanah-tanah yang berstruktur massive (pejal). Tanah yang bertekstur
pasir banyak mempunyai pori-pori makro sehingga sulit menahan air

3. Aerasi dan Drainase

Dari Hasil uji Aerasi untuk tanah ladang di STPP di dapat Hasilnya Aerasi
dari Tanah ladang lebih lancar sirkulasinya selama 3 menit di bandingkan dengan
aerasi dari tanah sawah yang mencapai waktu 9 menit hal ini karena tanah
ladang mempunyai tingkat kesuburan yang tinggi di bandingkan tanah sawah.
Tanah yang aerasi dan drainase yang baik berarti tanah itu memiliki sirkulasi air
dan udara yang baik.

4. Bahan Organik

Hasil uji bahan organik pada tanah ladang lebih tinggi dari pada tanah
sawah hal ini di lihat dari hasil pembakaran akhir tanah ladang yang mencapai
13% dari hasil timbangan awal tanah ladang seberat 100 gram+ 2 gram berat
kertas dan kemudian mengalami pembakaran yang mengasilkan 87 gram.
Sehingga proses perhitungan akhir bobot tanah ladang dari 100g 87g menjadi
13 g. Sedangkan untuk hasil pembakaran tanah sawah di dapat bobot aakhir
yaitu sebanyak 11%. dari hasil timbangan awal tanah ladang seberat 100 gram+
2 gram berat kertas dan kemudian mengalami pembakaran yang mengasilkan
89 gram. Sehingga proses perhitungan akhir bobot tanah ladang dari 100g 89g
menjadi 11 g. Angka tersebut bukanlah angka yang besar dalam kandungan
bahan organik kearena untuk presentasi bahan organik dalam tanah hanya
mencapai 5%. Hal ini disebabkan oleh masalah eksternal saat melakukan
pembakaran yakni timbangan yang tidak sesuai, pembakaran pertama
timbangan non digital yang selisih jauh dengan timbangan kedua non digital.
Kemudian masalah tempat pembakarannya yanh tidak sesuai karena jika
menggunakan seng alumunium maka tanah akan tercecer daan sulit untuk
mengangkatnya.

5. Struktur dan tekstur

Struktur dan tekstur tanah sawah dan tanah kering di STPP Malang
hasilnya sama, yaitu lempung berpasir. Tanah lempung berpasir didominasi
partikel pasir, tetapi cukup mengandung tanah liat dan sidemen untuk
menyediakan beberapa struktur dan kesuburan.
Tanaman yang tumbuh di tanah lempung berpasir perlu sering irigasi dan
pemupukan untuk mempertahankan pertumbuhan yang sehat. Cara terbaik
untuk meningkatkan tanah lempung berpasir untuk berkebun adalah mencampur
bahan organik ke dalam tanah.

6. Kapasitas Tukar Kation

Setelah melakukan uji tanah mengenai kapasitas tukar kation


menggunakan bohlam lampu, hasilnya lampu pada tanah ladang menyala lemah
dari pada lampu pada tanah sawah berarti kandungan KTK pada tanah sawah
lebih tinggi dari pada tanah ladang. Sehingga tanah sawah lebih subur di
bandingkan dengan tanah ladang.
BAB. V

PENUTUP

5.1 KESIMPULAN

5.2 SARAN
DAFTAR PUSTAKA

Melina Rahmawati. Laporan Praktikum Pengamatan Profil


tanah.https://melinarahmaw15.wordpress.com/teknologi-informasi-
multimedia/dasar-dasar-ilmu-tanah/laporan-praktikum-pengamatan-profil-
tanah/. 31 Oktober 2015

Diposkan oleh Abdul Rohman| | Minggu, 13 Juni 2010. Makalah Sifat Kimia
Tanah. http://datafilecom.blogspot.co.id/2010/06/makalah-sifat-kimia-tanah.html.
31 Oktober 2015

Marpaung, A. Sifat Kimia Tanah.


https://boymarpaung.wordpress.com/2009/02/19/sifat-kimia-tanah/. 31 Oktober
2015

Jamespardede. Materi kuliah Porositas Tanah.


https://jamespardede.wordpress.com/2014/03/18/materi-kuliah-porisitas-tanah/.
31 Oktober 2015

Ansyah, R. 2014. Laporan Praktikum Dasar Ilmu Tanah.


http://rudyemufc.blogspot.co.id/2014/11/laporan-praktikum-dasar-ilmu-
tanah_17.html. 31 Oktober 2015

Keira. 2014. Laporan Praktikum Ilmu Tanah.

You might also like