Professional Documents
Culture Documents
TANYA JAWAB
SMF THT
BY : KELOMPOK 8 2010
ABAH UYUY VIAN MILA
APIS IIN MUTI
0
GENESIS Kelompok 8
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNISBA
TONSILITIS
4. Letak tonsil ?
- Tonsila pharyngeal (adenoid) tunggal, terletak pada nasofaring yaitu pada atap dan
dinding posterior nasofaring.
- Tonsila lingualis (tonsil pangkal lidah) tunggal, terdapat pada basis lidah diantara kedua
tonsil palatina dan meluas ke arah anteroposterior dari papilla sirkumvalata ke epiglottis.
- Tonsila Palatina (tonsil faucial) sepasang, terletak di bagian samping belakang orofaring,
dalam fossa tonsilaris.
1
GENESIS Kelompok 8
5. Arteri yang memperdarahi tonsil ?
Perdarahan tonsil melalui kutub bawah dan atas.
Kutub bawah :
- Cabang tonsillar a.lingualis dorsalis
antero-media
- Cabang tonsilar a.palatina ascenden posterior
posterior nferior
- Cabang tonsilar a.facialis anterior-inferior
Kutub atas :
- Cabang tonsilar a.faringeal ascenden posterior superior
- Cabang tonsilar a.palatina descenden anterior superior
Adenoid mendapat darah dari cabang-cabang faringeal A. Karotis interna dan sebagian kecil
dari cabang-cabang palatina A. Maksilaris. Darah vena dialirkan sepanjang pleksus
faringeus ke dalam V. Jugularis interna.
Tonsila lingualis mendapat perdarahan dari A. Lingualis yang merupakan cabang dari A.
Karotis eksterna. Darah vena dialirkan sepanjang V. Lingualis ke V. Jugularis interna.
Tonsila palatina: A. tonsillaris, cabang arteri facialis; a. palatina ascenden; a. lingualis; a.
palatina descenden; a. pharyngea ascendens. Darah vena: vena palatina externa (Moore 444)
6. Kripta tonsil ?
Kripta merupakan invaginasi epitel yang menyusup ke dalam parenkim. Setiap tonsil memiliki
10-20 kripta, yang mengandung sel-sel apitel yang terlepas, limfosit hidup dan mati, dan
bakteri dalam lumennya.
7. Fungsi tonsil ?
Berperan dalam mekanisme pertahanan tubuh, yaitu :
Mekanisme pertahanan tubuh non spesifik
Berupa lapisan mukosa tonsil dan kemampuan limfoid untuk menghancurkan
mikroorganisme. Dengan masuknya kuman ke dalam lapisan mukosa maka lumen ini akan
ditangkap oleh sel fagosit yang selanjutnya akan menghancurkan bakteri dengan proses
digestif.
Mekanisme pertahanan spesifik
Tonsil memproduksi IgA (utama) yang akan menyebabkan resistensi jaringan local terhadap
organisme pathogen. Tonsil juga menghasilkan IgG yang berfungsi untuk mengikat sel
2
GENESIS Kelompok 8
basophil dan sel mastosit, dimana sel-sel tersebut mengandung granula yang berisi mediator
vasoaktif, yaitu histamine.
8. Regresi tonsil ?
Tonsil mengalami atrofi seiring dengan peningkatan usia. Tonsil umumnya berkembang
maksimal masa kanak-kanak dan mengalami involusi saat pubertas yaitu usia 15 th atau lebih
awal (10-14 th).
Tonsil adenoid berkembang usia 3 th, involusi usia 14 th.
Tonsil faringeal dan palatine berkembang usia 5 th, involusi 15th.
Tonsil aldoscent mulai usia 13th, adenoid 8-10th.
3
GENESIS Kelompok 8
Besar tonsil ditentukan sebagai berikut (menurut broad sky) :
T0: tonsil di dalam fosa tonsil atau telah diangkat
T1: bila besarnya jarak arkus anterior dan uvula
T2: bila besarnya jarak arkus anterior dan uvula
T3: bila besarnya jarak arkus anterior dan uvula
T4: bila besarnya mencapai arkus anterior atau lebih (kissing tonsil)
11. Detritus ?
Merupakan kumpulan leukosit, bakteri yang mati, dan epitel yang terlepas ditambah sisa
makanan.
Secara klinis detritus mengisi kriptus tonsil dan tampak sebagai bercak kuning.
4
GENESIS Kelompok 8
- Bila infeksi berjalan terus, kelenjar limfe leher akan membengkak sehingga leher
menyerupai leher sapi (bull neck) atau Burgemeesters hals.
- Gejala umum: kenaikan suhu biasanya subfebris, nyeri kepala, tidak nafsu makan, badan
lemah, nadi lambat serta keluhan nyeri menelan.
- Gejala eksotoksin yang dikeluarkan oleh kuman difteri akan menimbulkan kerusakan
jaringan tubuh: miokarditis sampai dekompensasi kordis, kelumpuhan otot palatum, otot2
pernapasan, dan pada ginjal menimbulkan albuminuria.
- Diagnosis ditegakkan berdasarkan gambaan klinik dan pemeriksaan preparat langsung yang
diambil dari permukaan bawah membrane semu dan didapatkan bakteri Corynebacterium
diptheriae.
Indikasi relatif:
Serangan tonsilitis akut berulang (yang terjadi walau telah diberi penatalaksanaan medis
yang adekuat).
Tonsilitis yang berhubungan dengan biakan streptokokus yang menetap dan patogenik
(karier).
Hiperplasia tonsil dengan obstruksi fungsional.
Hiperplasia dan obstruksi yang menetap enam bulan setelah infeksi mononukleosis.
Riwayat demam rematik dengan kerusakan jantung yang berhubungan dengan tonsilitis
rekurens kronis dan pengendalian antibiotika yang buruk.
Radang tonsil kronis menetap yang tidak memberikan respon terhadap penatalaksanaan
medis.
Hipertrofi tonsil dan adenoid yang berhubungan dengan abnormalitas orofasial dan gigi
geligi yang menyempitkan jalan nafas bagian atas.
Tonsilitis berulang atau kronis yang berhubungan dengan adenopati servikal persisten.
5
GENESIS Kelompok 8
6
GENESIS Kelompok 8
- Odinofagia (nyeri menelan yang hebat)
- Otalgia (nyeri telinga) pada sisi yang sama)
- Regurgitasi (muntah)
- Mulut berbau (foetornex ore)
- Hiperselivasi (banyak ludah)/drooling
- Suara gumam (hot potato voice)
- Sulit membuka mulut (trismus) Trismus terjadi
pada proses yang lanjut akibat iritasi pada
otot pterigoid interna.
- Pembengkakan dan nyeri tekan pada kelenjar submandibula.
Pada pemeriksaan tampak palatum molle membengkak, menonjol ke depan, dapat teraba
fluktuasi, hiperemis pada stadium awal dan bila berlanjut aqkan menjadi lebih lunak dan
kekuning-kuningan. Tonsil bengkak, hiperemis dan mungkin banyak detritus, terdorong ke
tengah, depan dan bawah. Uvula bengkak dan terdorong ke sisi kontralateral.
20. Eagle syndrome ? Pasien sudah dilakukan tonsilektomi tapi masih ada gejala yang menetap.
Merupakan suatu sindrom klasik yang didapatkan setelah tonsilektomi yang memberi gejala-
gejala karena menyatunya saraf glosofaringeus dengan jaringan parus atau penulangan
(pemanjangan possesus styloideus kontak dengan a. karrotis interna)
Gejala:
- Nyeri yang menetap (persisten) di daerah - Sakit kepala/pusing
- Nyeri bertambah saat leher diputarkan
faring
- Nyeri alih ke telinga (otalgia) di sisi (neck pain)
- Nyeri saat lidah berekstensi
proceccus styloideus yang memanjang
- Peningkatan saliva (air ludah) (memanjang/menjulur)
- Sulit menelan - Perubahan suara (sore throat)
- Rasa tersumbat - Sinusitis
7
GENESIS Kelompok 8
terhadap sumber infeksi (gigi) untuk mencegah kekambuhan. Pasien dirawat inap sampai
infeksi reda.
Komplikasi : sumbatan jalan nafas, penjalaran abses ke ruang leher lain dan mediastinum,
serta sepsis.
8
GENESIS Kelompok 8
- Suara serak (disfonia) sampai afonia
- Sesak nafas (dyspnea)
- Stridor (nafas berbunyi) yang terdengar pada waktu inspirasi
- Cekungan yang terdapat pada waktu inspirasi di suprasternal, epigastrium,
supraclakukula, dan intercostal cekungan terjadi sebagai upaya otot-otot
pernapsan untuk mendapat oksigen yang adekuat {RETRAKSI}
- Gelisah karena pasien haus udara (air hunger)
- Warna muka pucat dan kemudian menjadi sianosis karena hipoksia.
24. Trakeostomi
Merupakan tindakan membuat lubang pada dinding depan/anterior trakea unyuk bernapas.
Pembagian trakeostomi :
a. Berdasarkan letak stroma
Trakeostomi letak rendah
Insisi pembuatan stroma dilakukan pada bagian bawah istmus tiroid.
Jenis ini jarang dilakukan , karena :
Merupakan daerah yang banyak pembuluh darah besar sehingga berbahaya jika
terkena insisi
Letak trakea terlalu dalam
Bila kanul lepas sukar untuk melakukan reinsersi
Kemungkinan terjadinya emfisema mediastinum lebih besar
Ujung kanul dapat melewati karina akan menimbulkan laserasi dinding bifurcation
Jarak antara stroma dan kulit terlalu jauh sehingga kanul mudah tertarik keluar
Pada kanul yang memakai balon, balon tersebut dapat melipat sekitar stroma.
9
GENESIS Kelompok 8
Indikasi
- Mengatasi obstruksi laring
- Mengurangi ruang rugi (dead air space) di saluran nafas bagian atas seperti daerah rongga
mulut sekitar lidah dan faring sehingga seluruh oksigen yang dihirup masuk ke dalam
paru-paru
- Mempermudah penghisapan secret dari bronkus pada pasien yang tidak dapat
mengeluarkan secret secara fisiologik (misalnya pada pasien koma)
- Untuk memasang respirator (alat bantu pernapasan)
- Untuk mengambil benda asing dari subglotik bila tidak ada fasilitas bronkoskopi
Komplikasi segera : < 24 jam
Apnea Trakeitis dan trakeobrokitis
Perdarahan Fistula trakeoesofageal
Emfisema subkutan Paralise N Larigeus Rekuren
Pneumomediastinum Malposisi dari kanul
Pneumothorak Obstruksi tuba
Cidera kartilago krikoid
Komplikasi lanjut : > 24 jam
Perdarahan yang terlambat Fistula trakeokutaneus
Stenosis trakea Infeksi
Fistula trakeoesofageal yang Malposisi dari kanul
Jaringan parut pada leher
terlambat
Disfagia Trakeomalaisia
Dekanulasi yang sulit
KEUNTUNGAN TRAKEOSTOMI Menurunkan tekanan batuk
Membebaskan jalan nafas di atas stoma KERUGIAN TRAKEOSTOMI
Mengurangi dead space Filtrasi udara tidak sempurna
Menurunkan resistensi aliran udara Humidifikasi tidak sempurna
Mengurangi kerja otot pernafasan Jaringan parut
Aspirasi cabang bronchial lebih mudah Timbulnya komplikasi
Pernafasan penderita lebih bebas
Media pemberian obat-obatan dan
humidifikasi
10
GENESIS Kelompok 8
- Teraba massa pada leher : - Penurunan berat badan
Pembesaran KGB (+)
TAMBAHAN
Tenggorok
1. Keadaan trakea dan epiglotis saat menelan dan bernafas?
trakea saat menelan: tertutup
trakea saat bernafas:
epiglotis saat menelan: terbuka
epiglotis saat bernafas:
Proses menelan dapat dibagi dalam 3 fase: Fase oral, fase faringal dan fase esofagal.
Fase Oral
Makanan yang telah dikunyah dan bercampur dengan liur akan membentuk bolus makanan.
Bolus ini bergerak dari rongga mulut melalui dorsum lidah ke orofaring akibat kontraksi otot
intrinsik lidah.
Kontraksi m. levator veli palatini mengakibatkan rongga pada lekukan dorsum lidah
diperluas, palatum mole terangkat dan bagian atas dinding posterior faring (Pssavants Ridge) akan
terangkat pula. Bolus kemudian akan terdorong ke posterior, karena lidah yang terangkat ke atas.
Bersamaan dengan ini terjadi penutupan nasofaring sebagai akibat kontraksi m. kevator veli
paaltini. Selanjutnya menyebabkan ismus fausium tertutup, diikuti oleh kontraksi m.palatofaring,
sehingga bolus makanan tidak akan berbalik ke rongga mulut.
Fase Faringal
Fase faringal terjadi secara refleks pada akhir fase oral, yaitu perpindahan bolus makanan
dari faring ke esofagus. Palatum mole dan uvula bergerak secara refleks menutup rongga hidung.
Pada saat yang sama, laring terangkat dan menutup glotis, mencegah makanan memasuki
trakea. Kontraksi otot konstriktor faringeus mendorong bolus melewati epiglotis menuju ke faring
bagian bawah dan memasuki esofagus. Gerakan retroversi epiglotis di atas orifisium laringeus
adalah tindakan lanjut untuk melindungi saluran pernapasan, tetapi terutama untuk menutup glotis
sehingga mencegah makanan memasuki trakea. Pernapasan secara serentak dihambat untuk
mengurangi kemungkinan aspirasi. Faring dan laring bergerak ke atas oleh kontraksi m. stilofaring,
m.salfingofaring, m.tiroihioid dan m. Palatofaring. Aditus laring tertutup oleh epiglotis sedangkan
ketiga sfingter laring, yaitu plika ariepiglotika, plika ventrikularis dan plika vokalis dan m.aritenoid
obligus. Bersamaan dengan ini terjadi juga penghentian aliran udara ke laring karena refleks yang
menghambat pernafasan, sehingga bolus makanan tidak akan masuk ke dalam saluran napas.
Selainjutnya bolus makanan akan meluncur ke arah esofagus
Fase esofagal
Fase esofagal adalah fase perpindahan bolus makanan dari esofagus ke lambung, dimulai
saat otot krikofaringeus relaksasi sejenak dan memungkinkan bolus memasuki esofagus. Setelah
11
GENESIS Kelompok 8
bolus makanan lewat, maka sfingter akan berkontraksi lebih kuat, melebihi tonus introitos esofagus
pada waktu istirahat, sehingga makanan tidak akan kembali ke faring. Dengan demikian refluks
dapat dihindari.
Gelombang peristaltik primer terus berjalan sepanjang esofagus, mendorong bolus menuju
sfingter esofagus bagian distal. Gelombang peristaltik primer bergerak dengan kecepatan 2 sampai
4 cm/detik, sehingga makanan yang tertelan mencapai lambung dalam waktu 5 sampai 15 detik.
Mulai setinggi arkus aorta timbul gelombang peristaltik sekunder yang ada apabila gelombang
primer gagal mengosongkan esofagus. Dalam keadaan istirahat introitos esofagus selalu tertutup.
Dengan adanya rangsangan bolus makanan pada akhir fase faringal, maka terjadi relaksasi
m.krikofaring, sehingga introitos esofagus terbuka dan bolus makanan masuk ke dalam esofagus.
Gerakan bolus makanan di esofagus bagian atas masih dipengaruhi oleh kontraksi
m.konstriktor faring inferior pada akhir fase faringal. Selanjutnya bolus makanan akan di dalam
lambung, sehingga tidak akan terjadi regurgitasi isi lambung.
Pada akhir fase esofagal sfingter ini akan terbuka secara refleks ketika dimulainya peristaltik
esofagus servikal untuk mendorong bolus makanan ke distal. Selanjutnya estela bolus makanan
lewat, maka sfingter ini akan menutup kembali.
4. Tonsilitis kronis?
Tonsilitis Kronis
Predisposisi timbulnya tonsilitis kronik adalah rangsangan yang menahun dari rokok,
beberapa jenis makanan, hygiene mulut yang buruk, pengaruh cuaca, kelelahan fisk dan pengobatan
tonslitis akut yang tidak adekuat. Gambaran klinis bervariasi dan diagnosa sebagian besar
tergantung pada infeksi.
Penyakit ini terjadi karena adanya peradangan pada akut subakut yang berulang atau
rekuren. Hal ini dapat menyebabkan pembesaran tonsil karena terjadi hiperplasia parenkhim atau
degenerasi fibrotik dengan obstruksi kripta tonsil.
Secara histopatologis, terdapat dua bentuk tonsillitis kronis :
a. Tonsilitis Kronis Hipertropikans
Biasanya terjadi pada anak dan berlanjut sampai dewasa inuda, kemudian perkembangannya
berhenti dan terjadi atrofi, dapat juga disebabkan oleh serangan berulang dari tonsillitis akut atau
peradangan yang lama.
Gejala Klinis :
Gangguan bernafas, terutama pada anak-anak.
Nyeri menelan, nyeri tenggorokan, pilek dan demam berulang.
12
GENESIS Kelompok 8
Halitosis
Sering disertai bertambahnya insidensi radang saluran nafas bagian atas, telinga luar,
sinus dan infeksi sistemik.
Pemeriksaan Fisik
Pembesaran tonsil dengan kripta melebar detritus atau pus yang menutupi kripta. Pilar
tonsil menunjukkan inflamasi atau menunjukkan adanya pembentukan jaringan parut.
Terapi :
Suportif yaitu mengatasi peradangan akut dengan pemberian antibiotik, antipiretik dan
istirahat.
Definitif dengan tonsilektomi.
b. Tonsilitis Kronis firbotik (atrofikans)
Biasanya terjadi pada orang dewasa, khas terdapat pus di dalam kripta dan sering disebut
massa kaseosa yang terdiri dari deskuamasi epitel yang merupakan kristal kolesterol, lemak,
leukosit dan deposit kalsium. Kripta yang sering terkena adalah kripta yang bermuara pada
fosa supratonsiler yang tertutup plika semilunaris.
Gejala Klinis :
Nyeri menelan, rasa tertusuk pada tonsil.
Batuk dengan pus yang berbau.
Sering eksaserbasi akut atau tonsil terlihat hiperemis disertai demam.
Pemeriksaan Fisik
Tonsil atrofi.
Detritus.
Terapi :
Antibiotika.
Simtomatik.
Tonsilektomi.
Komplikasi :
Radang tonsil dapat menimbulkan komplikasi ke daerah sekitarnya secara infeksi
perkontinuitas atau ke organ yang jauh secara hematogen atau limfogen.
Komplikasi di sekitar tonsil lainnya adalah otitis dan sinusitis
Komplikasi ke organ yang jauh dari tonsil sepertiendokarditis, arthritis, miositis, nefritis,
uveitis, iridosiklitis, dermatitis, pruritis, urtikaria dan furunkulosis.
13
GENESIS Kelompok 8
3) Tonsilitis Difteri
4) Tonsilitis Membranosa pada kelainan darah seperti leukemia akut, anemia
pernisiosa, netropenia maligna agranulositosis, serta infeksi mononucleosis.
5) Tonsilitis Membranosa karena tuberkulosa dan lues.
6) Tonsilitis Membranosa karena infeksi jamur misalnya moniliasis, aktinomikosis
serta blastomikosis.
7) Tonsilitis membranosa karena infeksi virus misalnya morbili, pertusis dan
skarlatina.
Keganasan
Anak-anak bisa normal
3) Fungsi Sirkulasi
Membuka dan menutup laring; venous return, reflex kardiovaskular akan
merangsang dinding laring
4) Fungsi Fiksasi
Mempertahankan tekanan intrathorakal (mengedan, bersin, batuk, naik tangga)
5) Fungsi Menelan
Saat menelan kontraksi faring inferior sepajang
6) Fungsi Batuk
Afferent reseptor dinding laring (benda asing) mengakibatkan reflex batuk
7) Fungsi Phonasi
Suara ekspirasi
8) Fungsi Ekspektorasi
Bila ada benda asing maka sekresi meningkat dengan gerak silia dan reflex batuk
benda asing keluat
26. Laringomalasia
Kelainan ini paling sering ditemukan. Pada stadium awal ditemukan epiglottis lemah, sehingga
pada waktu inspirasi epiglottis tertarik ke bawah dan menutup rima glottis. Dengan demikian
bila pasien bernafas, nafasnya berbunyai (stridor). Stridor ini merupakan gejala awal, dapat
menetap dan mungkin pula hilang timbul, ini disebabkan lemahnya rangka laring.
Tanda sumbatan jalan nafas dapat terlihat dengan adanya cekungan (retraksi) di daerah
suprasternal, epigastrium, interkostal, dan supraklavikular.
Bila sumbatan laring makin hebat, sebaiknya dilakukan intubasi endotrakhea. Jangan dilakukan
trakheostomi, sebab seringkali laringomalasi disertai dengan trakeomalasi.
15
GENESIS Kelompok 8
OTITIS MEDIA
1) Anatomi Telinga
Telinga merupakan organ yang berfungsi dalam
pendengaran dan keseimbangan, terdiri dari:
1. Telinga luar mengumpulkan gelombang
bunyi dan menyalurkannya ke dalam telinga
tengah, terdiri dari:
a) Aurikula / pinna / daun telinga:
menangkap suara dan meneruskannya ke
kanalis akustikus eksterna
b) Kanalis akustikus eksterna: memanjang dari aurikula sampai membran timpani
c) Membran timpani / gendang telinga: bagian yang tipis dan semitransparan, memisahkan
telinga luar dengan telinga dalam, permukaan luar dipersarafi oleh auriculotemporal
nerve, permukaan dalam dipersarafi oleh glossopharyngeal nerve
2. Telinga tengah ruang berisi udara, terletak pada petrous tulang temporal, menghantarkan
getaran suara ke oval window, terdiri dari:
a) Rongga timpani: berhubungan dengan nasofaring melalui tuba eustachius dan
berhubungan dengan mastoid air cell melalui mastoid antrum
b) Tuba eustachius: menghubungkan rongga timpani dengan nasofaring, untuk
menyeimbangkan tekanan pada telinga tengah dengan tekanan atmosfer
c) Tulang-tulang pendengaran (maleus, incus, stapes)
16
GENESIS Kelompok 8
3. Telinga dalam terletak pada petrous tulang temporal, tempat reseptor pendegaran dan
keseimbangan, terdiri dari:
a) Bony labyrinth: suatu rongga pada tulang temporal, mengandung perilymph, terdiri dari
cochlea dan vestibula
b) Membranous labyrinth: serangkaian kantung dan tabung dalam labyrinth tulang, dibatasi
oleh epitel, berisi endolymph, terdiri dari utricle, saccule, semicircular canal, cochlear
duct
17
GENESIS Kelompok 8
4. Stapes yang bergetar akan mendorong perilymph pada cochlea ke arah skala vestibuli
5. Pergerakan oval window mendorong perilymph pada cochlea ke arah skala vestibuli
6. Gelombang tekanan ditransmisikan dari skala vestibuli ke skala timpani dan round window,
sehingga round window terdorong ke telinga tengah
18
GENESIS Kelompok 8
19
GENESIS Kelompok 8
Teknik Pemeriksaan:
- Penderita dan pemeriksa sama-sama berdiri
- Penderita tetap di tempat, pemeriksa berpindah tempat
- Mulai pada jarak 1 m, bisikkan 5-10 kata
- Bila semua kata dapat didengar, pemeriksa mundur ke jarak 2 m, dibisikkan kata lain
dalam jumlah yang sama
- Bila semua kata terdengar, mundur lagi sampai pada jarak dimana penderita mendengar
80% kata-kata yang dibisikkan
- Untuk memastikan hasil tes benar, maka tes dapat diulang
Penilaian:
Suara bisik 6-8 m : Normal Suara bisik <1 m : Tuli berat
Suara bisik 4-6 m : Tuli ringan Berteriak di depan telinga, penderita tidak
Suara bisik 1-4 m : Tuli sedang
menderita: tuli total
20
GENESIS Kelompok 8
3. Tes Schwabach
- Tes untuk membandingkan hantaran tulang orang yang diperiksa dengan pemeriksa yang
pendengarannya normal.
- Penala digetarkan tangkai penala diletakkan di prosesus mastoideus sampai tidak
terdengar bunyi tangkai penala segera dipindahkan pada prosesus mastoideus telinga
pemeriksa yang pendengarannya normal.
- Bila pemeriksa masih dapat mendengar disebut Schwabach memendek, bila pemeriksa
tidak dapat mendegnar pemeriksaan ditulang dengan cara sebaliknya (penala diletakkan
pada prosesus mastoideus pemeriksa lebih dulu), bila pasien masih dapat mendengar
bunyi disebut Schwabach memanjang. Bila pasien dan pemeriksa sama-sama
mendengarnya disebut Schwabach sama dengan pemeriksa.
Tes Rinne Tes Weber Tes Schwabach Diagnosis
Positif Tidak ada lateralisasi Sama dengan pemeriksa Normal
Negatif Lateralisasi ke telinga yang sakit Memanjang Tuli konduktif
Positif Leteralisasi ke telinga yang sehat Memendek Tuli sensorineural
Catatan: pada tuli konduktif <30dB, Rinne masih bisa positif.
8. grafik audiogram
Gris mendatar/horizontal frekuensi (hz)
Garis vertikal : dedbel (dB)
Garis putus putus : BC
Garis lurus penuh : AC
Tanda warna : AD merah, AS biru
BC dibawah, AC diatas
21
GENESIS Kelompok 8
9. interpretasi audiogram
Hasil pembacaan audiogram:
1. Pendengaran normal [CONTOH AUDIOGRAM PENDENGARAN NORMAL (TELINGA KANAN)]
AC dan BC 20 dB
22
GENESIS Kelompok 8
Penilaian derajat ketulian biasanya diambil rata rata ambang dengar pada 500, 1000,
2000 Hz dengan klasifikasi derajat ketulian :
0-20 dB : Normal
20-40 dB : tuli ringan
40-60 dB : tuli sedang
60-80/90 dB : Tuli berat
80-90 dB : tuli sangat berat
23
GENESIS Kelompok 8
gelombang Jewett (Gelombang V merupakan gelombang paling jelas dan tampak sampai ambang
dengar).
Makin bertambahnya intensitas rangsang: masa laten gelombang makin memendek dan amplitudo
makin tinggi
Indikasi
Menentukan ambang pendengaran pada penderita yang kurang kooperatif: bayi, anak,
gangguan jiwa, tuli non-organis
Menentukan lokalisasi gangguan dengar (tengah, kohlear, atau retrokohlear/neuroma akustik)
Memungkinkan diagnosa pasti gangguan dengan sedini mungkin pada bayi dan anak sehingga
pengelolannya juga dapat dilaksanakan sedini mungkin: rehabilitasi dengan ABM sebaiknya di
bawah usia 3 tahun, masa ini adalah masa perkembangan komunikasi yang paling pesat.
EMISI OTO-AKUSTIK (OTO-ACOUSTIC EMMISIONS/ OAE)
Merupakan pemeriksaan objektif berupa pencatatan echo sebagai respon sel rambut kohlea
terhadap stimulus bunyi
Transient OAE tidak terjadi pada gangguan pendengaran digunakan sebagai tes skrining
pendengaran pada bayi. Contoh: Alat Echo-Screen
Dalam beberapa menit sudah diketahui apakah pendengaran bayi normal (pass) atau ada
kemungkinan terdapat kelainan yang harus diobservasi dan diperiksa lebih lanjut (fail)
24
GENESIS Kelompok 8
Tanda klinis ; pasien tampak sangat sakit, nadi dan suhu meningkat, nyeri hebat dalam
telinga
Patolog ; iskemia akibat teanan terhadap kapiler, tromboflabitis venula, nekrosis
mukosa/ submukosa
4. Stadium perforasi
Akibat tekanan yang semakin tinggi ditelenga tengah terjadi ruptur MT, nanah
keluar dari telinga tengah ke telinga luar
Pasien menjadi tenang, suhu badan turun dan dapat tidur nyenyak
5. Stadium resolusi
Resolusi terjadi setelah pengobatan ( dapat juga tanpa pengobatan bila keadaan umum
dan daya tahan tubuh baik atau virulensi bakteri rendah)
Bila Mt tetap utuh maka keadaan MT akan normal kembali
Bila MT telah terjadi perforasi maka sekret akan berkurang dan akhirnya kering.
Klasifikasi OMSK & OMA
OTITIS MEDIA
1. Otitis Media Supuratif
a. Otitis Media Supuratif Akut/ Otitis Media Akut (OMA)
b. Otitis Media Supuratif Kronik
2. Otitis Media non supuratif (serosa)
a. Akut (barotrauma)
b. Kronik (Glue Ear)
3. Otitis Media Spesifik
e.g. OM Sifilitika, OM TB, etc
4. Otitis Media Adhesiva
25
GENESIS Kelompok 8
14. perbedaan trasudat dan eksudat
Transudat
Terjadi sebagai akibat proses bukan radang
Disebabkan karena gangguan keseimbangan cairan tubuh ( tekanan osmotik koloid, stasis
dalam kapiler atau tekanan hidrostatik atau kerusakan endotel, dsb )
Mengandung sedikit protein berat jenisnya rendah ( < 1.012) dan tidak membeku
Eksudat
Terjadi akibat proses peradangan
Mengandung lebih banyak protein sehingga berat jenisnya lebih tinggi dari plasma normal
( > 1012)
Dapat membeku karena mengandung fibrinogen
Seringsekali mengandung sel darah putih yang melakukan emigrasi
16. Kolesteatoma
Adalah suatu kista ephitelial yang berisi deskuamasi epitel ( keratin )
Deskuamasi terus terbentuk dan menumpuk sehingga kolestatoma bertambah besar
2 jenis :
o Kolesteatoma kongenital : terbentuk pada masa embrionik, ditemukan pada telinga
dengan membran timpani utuh tanpa tanda tanda peradangan.
o Kolesteatoma akulsital : terbentuk setelah anak lahir
a. Kolesteatoma akulsital primer : terbentuk tanpa didahului oleh perforasi membran
timpani
b. Kolesteatoma akultasi sekunder : terbentuk setelah adanya perforasi membran timpani
Merupakan media yang baik untuk pertumbuhan bakteri yang pelong sering adalah Proteus
dan Psedomonas aeruginosa inspeksi memicu respon imun lokal produksi mediator
inflamasi dan sitokn IL1,IL8,TNF,TGF menstimulasi sek keratinosit matriks
kolesteatoma bersifat hiperproliferatif, destruktif dan mampu berangiogenesis.
26
GENESIS Kelompok 8
Mas kolesteatoma akan menekan dan mendesak organ disekitarnya seta menimbulkan
nekrosis terhadap tulang.
Tanda kolesteatoma : lapisan tanduk kulit yang telah
berubah bentuk dan di tengahnya terdapat kristal
kolesterin.
Sifatnya bahaya : destruktif ke regio attic (mendesak
dan merusak jaringan sekitarnya, termasuk tulang) shg
bisa menimbulkan komplikasi yg berat seperti meningitis
dan infeksi otak.
Deposit kolesteatoma :
Berbentuk seperti keripik, berlapis seperti bawang, warna putih
Berbau kucing
Miringostomi Mingingoplasti
22. tanda Grelesinger terjadi pada tromboflebitis sisus lateralis yang merupakan komplikasi dari
OMSK. Demam yang tidak dapat dijelaskan penyebabnya, naik turun , disertai dengan menggil.
28
GENESIS Kelompok 8
Posisi ini menggambarkan penampakan lateral mastoid dari mastoid, pada posisi iini
perluasan pneumatisasi mastoid serta struktur trabekulasi dapat tampak dengan lebih jelas,
posisi juga memberikan informasi dasar tentang besarnya kanalis auditorius eksterna.
2. Posisi owen- Mayer
Posisi ini juga menggambarkan penampakan lateral mastoid. Di ambil dari arah dan anterior
telinga tengah. Umumnya posisi owen di buat untuk memperlihatkan kanalis auditorius
eksternus, epitempanikum, bagian bagian tulang pendengaran dan sel udara mastoid. Akan
tampak gambaran tulang pendegaran dan atik sehingga dapat diketahui apakah kerusakan
tulang mengenai struktur-struktur.
3. Posisi Stenver
Memperlihatkan gambaran sepanjang piramid petrosus dan yang lebih jelas memperlihatkan
kanalis audiotorius interna, vestibulum dan kanalis semiaurikularis. Proyeksi ini
menempatkan antrum dalam potongan melintang sehingga dapat menunjukan adanya
pembesaran
4. Posisi chadwell
Posisi ini merpakan penampakan frontal mastoid dan ruang telinga tengah. Posisi ni
merupakan posisi radiologik konvensional yang paling baik untuk pemeriksaan telinga
tengah terutama untuk pemeriksaan otitis kronik dan kolestrum.
29
GENESIS Kelompok 8
Mastoiditis akut
30
GENESIS Kelompok 8
Visualisasi attic atau epitimpanum
Mayer
Kepala membentuk sudut 450
Memperlihatkan daerah antrum dan kaput maleus
Dengan merubah arah berkas sinar X, dapat terlihat inkus dan daerah epitimpanum.
Owens
Serupa dengan Mayer
Towne
Memperlihatkan kedua piramid petrosus melalui orbita
Stenvers
Memperlihatkan sumbu panjang piramid petrosus dengan kanalis akustikus
eksternus, labirin dan antrum
Catatan:
Untuk melihat strultur2 telinga tengah, posisi Schuller standar, modifikasi Mayer dan Chausse III
adalah yang paling informatif.
Jika kemungkinan ada neuroma akustikus atau suatu kelainan pada daerah petrosus atau kanalis
akustikus internus, dilakukan pemotretan dengan posisi Towne, Stenvers, dan transorbita.
Derajat perkembangan sel mastoid dijelaskan secara radiografik sebagai pneumatik, diploik
sklerotik dan tidak berkembang.
Bila pneumatisasi mastoid normal, maka rongga2 udara mastoid yang terbentuk sempurna
dikenal sebagai tipe pneumatik
Bila pneumatisasi mastoid terganggu oleh proses2 infeksi, mungkin hanya terdapat beberapa
kelompok sel2 yang besar. Gambaran ini dikenal sebagai tipe diploik
Pada sejumlah pasien kecil pasien memiliki tulang yang padat pada daerah mastoid,
mungkin disebabkan aktivitas osteoblas yang dirangsang oleh infeksi kronik atau berulang,
tipe ini dikenal sebagai mastoid sklerotik, pada tipe ini sering timbul kolesteatoma.
27. Mastoidektomi?
Adalah prosedur pembedahan untuk menghilangkan proses infeksi oada tulang mastoid. Tujuan
mastoidektomi adalah menghindari kerusakan llebih lanjut terhadap organ telinga dan
sekitarnya.
Indikasi mastoidektomi :
1. Mengobati mastoiditis yang tidak respon terhabat antibiotic
2. Mengobati keganasan di sekitar telinga
3. Mencegah komplikasi kebih lanjut dari mastoiditis : meningitis, abses otak, thrombosis pada
vena otak
4. Kolesteatoma
5. Memperbaiki trauma pada cn VII
Jenis mastoidektomi :
1. Mastoidektomi simple :
adalah tindakan membuka kortek mastoid dari arah permukaan luarnya, dalam rangka
membuang jaringan patologis seperti pembusukan tulang atau jaringan lunak
2. Mastoidektomi radikal klasik :
31
GENESIS Kelompok 8
adalah tindak an membuang seluruh sel-sel mastoid di rongga mastoid, meruntuhkan
seluruh dinding belakang liang telinga, membersihkan seluruh sel mastoid yang mempunyai
drainase ke kavum tympani(pemberisihan total) , kemudian membuang inkus dan maleus,
hanya stapes dan sisa stapes yang dipertahankan sehingga membentuk kavitas operasi yang
merupakan gabungan rongga mastoid, kavum timpani dan liang telinga. Mukosa kavum
timpani juga harus dibuang seluruhnya, muara tuba eustachius ditutup dengan jaringan
lunak. Maksud tindakan ini adalah mebuang seluruh jaringan patologis dan meninggalkan
kavitas operasi yang kering
3. Mastoidektomi radikal modifikasi :
Bedanya mukosa kavum timpani dan sisa sisa tulang pendengaran dipertahankan setelah
proses patologis dibersihkan. Tuba eustachius dibersihkan dari jaringan patologism kavitas
operasi ditutup dengan fasia m. Temporalis baik berupa tanduk bebas ( free fasia graft)
ataupun sebagai fasia m. Temporalis, dilakukan juga rekonstruksi tulang tulang pendengaran
28. fresbikusis?
Adalah tuli sensorineural frekuensi tinggi ( dapat mulai pada frekuensi 2000Hz atau lebih)
pada usia lanjut akibat proses degenerasi organ pendengaran. Terjadi pada usia > 65 tahun, dan laki
laki lebih banyak.
Penyebab :
- Degenerasi elastisitas gendang telinga
- Degenerasi sel rambut di koklea
- Degenerasi fleksibilitas dari membrane basiler
- Berkurang nya neuron pada jalur pendengaran
- Perubahan pada sistem pusat pendengaran dan batang otak
- Degenerasi memori jangka pendek dan audiotory memory
- Menurunnya kecepatan pada pusat pendengaran di otak
- Dapat disertai dengan degenerasi otot-otot pada telinga tengah, arthritis tulang tulang di
telinga tengah
Gejala :
- Perkurang nya kemampuan mendengar secara berangsur, biasa nya terjadi bersamaan pada
kedua telinga
- Telinga menjadi sakit bila lawan bicaranya memperkuat suara
- Berkurang nya kemampuan mengerti percakapan terutama dilingkungan bising , hal ini
disebabkan oleh berkurangnya kemampuan membedakan/ diskriminasi suku kata yang
hampir mirio
- Telinga berdenging nada tinggi
Terapi :
-pemasangan alat bantu dengar, bertujuan untuk memperkeras bunyi yang ada disekitar
pendengar.
Pemasangan ABD perlu dikombinasikan dengan latihan membaca dan mendengar bersama
ahli terapi wicara.
32
GENESIS Kelompok 8
29. Herpes zoster oticus ? ( ramsay hunt syndrome)
- adalah kumpulan gejala dan tanda yang berupa nyeri pada telinga yang disertai dengan
kelumpuhanatau paralisis wajah dan vesikel pada kulit akibat varicete zoster virus
- virus menyerang 1 atau lebih dermatom saraf kranial
- tampak lesi kulit yang vesikuler di muka, lubang telinga, dan terkadang paralisis otot wajah
- erupsi herpestik terjadi pada kulit CAE, MT dan aurikula
- mula mula rash berupa bula bula kecil dikelilingi eritem -> bula makin lama akan pecah ->
mongering -> membentuk krusta
-timbulnya rash biasanya di dahului oleh rasa nyeri pada telinga berhari hari
- pada keadaan berat biasanya ditemukan tuli sensorineural
- penatalaksanaan seperti herpes zoster
TAMBAHAN
1. Tuli konduktif, tuli sensorineural, tuli campuran ? (Unpad hal 35)
Tuli konduktif (tuli hantaran) : disebabkan oleh gangguan mekanisme hantaran di telinga luar (krn
sumbatan serumen, atresia CAE, osteoma, OE sirkumskripta) atau telinga tengah (sumbatan tuba
eustachius, otitis media, otosklerosis, timpanosklerosis, hemotimpanum, dislokasi tulang
pendengaran).
Tuli sensorineural : tuli akibat kelainan di koklea, N.VIII dan perjalanan saraf pendengaran ke pusat
pendengaran. Ada 2 macam : tuli koklea dan retrokoklea.
Tuli campuran (mixed) : tuli disebabkan kelainan konduktif maupun sensorineural.
0 Ambang dengar
20 Ruangan tenang
30 Suara bisikan
40 Percakapan pelan
60 Percakapan normal
70 Bising lalulintas
3. Petrositis ?
Komplikasi OMSK yang jarang terjadi, mencakup infeksi apex petrosus sampai saraf VI. Gambaran
klinisnya yaitu sindroma Gradenigo (diplopia, sakit kepala, nyeri trigeminal, tanda2 infeksi telinga tengah,
otore yg persisten).
33
GENESIS Kelompok 8
5. Kenapa tragus bisa nyeri ?
Ngga nemu jawabannya,,tapi kalo menurut aku sih krn ada inflamasi di sekitar tragus (misalnya di
CAE) seperti pada furunkulosis dan otitis eksterna.
34
GENESIS Kelompok 8
- Bagia-bagiannya dari atas ke-bawah
1. Pangkal hidung ( bridge)
2. Batang hidung ( dorsum nasi)
3. Puncak hidung ( hip)
4. Ala nasi
5. Kolumela
6. Lubang hidung (nares anterior)
35
GENESIS Kelompok 8
Ethmoid : 4-5 cm x 2,4 cm 0, 5 cm, jumlah . ?
Sphenoid : 2 x 2,3 x 1,7 cm volume 5-7,5 cm kubik, jumlah???
5. Fungsi hidung ?
Sebagai jalan nafas
Pada inspirasi, udara masuk melalui nares anterior lalu naik ke atas setinggi konka media
dan kemudian turun ke bawah ke arah nasofaring sehingga aliran udara membentuk arkus atau
lengkungan. Pada ekspirasi, udara masuk melalui koana kemudian mengikuti jalan yang sama
seperti udara inspirasi. Tetapi di bagian depan udara memecah, sebagian melalui nares anterior
dan sebagian lain kembali ke belakang membentuk pusaran dan bergabung dengan aliran dari
nasofaring.
Alat pengatur kondisi udara (air conditioning)
Mucous blanket atau palut lendir melakukan pengaturan kelembaban udara. Sedangkan fungsi
pengaturan suhu dimungkinkan karena banyaknya pembuluh darah di bawah epitel dan adanya
permukaan konka dan septum yang luas sehingga radiasi berlangsung optimal. Dengan
demikian suhu udara setelah melalui hidung kurang lebih 370 C.
Penyaring udara
Fungsi ini berguna untuk membersihkan udara inspirasi dari debu dan bakteri yang dialkukan
oleh : rambut (vibrissae) pada vestibulum nasi, silia, mucous blanket, dan enzim. Debu dan
bakteri akan melekat pada mucous blanket dan partikel-partikel besar akan dikeluarkan dengan
refleks bersin. Mucous blanket akan dialirkan ke nasofaring oleh gerakan silia. Enzim lysozyme
akan menghancurkan beberapa jenis bakteri.
Indra penghidu
36
GENESIS Kelompok 8
Indra penghidu diatur oleh adanya mukosa olfaktorius pada atap rongga hidung, konka superior,
dan sepertiga bagian atas septum. Partikel bau dapat mencapai daerah ini dengan cara difusi
dengan mucous blanket atau bial menarik nafas dengan kuat.
Resonansi suara
Sumbatan pada hidung dapat menyebabkan resonansi berkurang atau hilang sehingga suara
terdengar sengau (rinolalia).
Membantu proses bicara
Hidung membantu proses pembentukkan kata-kata. Kata dibentuk oleh lidah, bibir, dan palatum
mole. Pada pembentukkan konsonan nasal (m, n, ng) rongga mulut tertutup dan hidung terbuka,
palatum mole tertutup untuk aliran udara.
Refleks nasal
Mukosa hidung merupakan reseptor refleks yang berhubungan dengan saluran cerna,
kardiovaskuler, dan pernafasan. Iritasi mukosa hidung akan menyebabkan refleks bersin dan
nafas berhenti. Rangsang bau tertentu menyebabkan sekresi air liur, lambung, dan pankreas.
7. Fungsi sinus ?
Fungsi sinus paranasal adalah :
Sebagai pengatur kondisi udara (air conditoning) :
Sinus berfungsi sebagai ruang tambahan untuk memanaskan dan mengatur kelembaban
udara inspirasi.
Sebagai penahan suhu (Thermal Insulators): Sinus paranasal berfungsi sebagai penahan (buffer)
panas, melindungi orbita dan fosa serebri dari suhu rongga hidung yang berubah-ubah.
Membantu keseimbangan kepala, karena mengurangi berat tulang muka.
Membantu resonansi suara :
Sinus berfungsi sebagai rongga untuk resonansi suara dan mempengaruhi kualitas suara.
Sebagai peredam perubahan tekana udara. Fungsi ini berjalan apabila ada perubahan tekanan
yang besar dan mendadak, misalnya ketika bersin atau membuang ingus.
Membantu produksi mukus
Mukus yang dihasilkan oleh sinus paranasal memang jumlahnya kecil dibandingkan dengan
mukus dari rongga hidung, namun efektif untuk membersihkan partikel yang turut masuk
dengan udara inspirasi karena mukus ini keluar melalui meatus media.
37
GENESIS Kelompok 8
8. Rhinoskopi anterior ?
1. Pasien duduk berhadapan dengan pemeriksa
2. Spekulum hidung dipegang dengan 1 tangan ( gunakan tangan kiri agar tangan kanan
dapat untuk memanipulasi peralatan, memegang kepala pasien untuk mengarahkan
posisi, dan mengambil benda asing bila ada), letakan dinostril
3. Pegang spekulum hidung dengan cara : mibu jari pada joint, jari telunjuk pada dordum
hidung untuk fiksasi, jari lainnya pada batang spekulum untuk memegang
4. Masukan spekulum ke nostril, arahkan ke superior ( jangan kelateral hidung ), tekan
puncak hidung untuk inspeksi yang lebih baik
5. Spekulum dibuka saat sudah masuk ke nostril
6. Yang dinilai : vestibulum nasi, mukosa, sekret, konka inferior & media, septum,
polip/tumor, pasase udara
7. Spekulum dikeluarkan dalam keadaan terbuka, ditutup saat sudah keluar nostril
9. Rhinoskopi posterior ?
1. Pasien duduk tegak berhadapan dengan pemeriksa.
2. Pegang cermin post-nasal (no 2-3 )dengan 1 tangan angkatkan cermin dengan
menepatkan jel diatas api kecil ( agar tidak terjadi kondensasi udara/ berkabut) <
periksasuhu bcermin dengan menyentuhkannya pada punggung tangan sebelum
dimasukan
3. Tekan lidah dengan tongue blade, pasien bernafas melalui hidung
4. Pegang cermin seperti memegang pensil, masukan ke ro0ngga mulut menyusuri tongue
blade sampai ke belakang uvula ( orofaring) dengan arah cermin ke atas, tan[pa
menyentuh dinding posterior faring agar tidak terjadi reflex muntah
5. Arahkan sinar lampu nkepala ke cermin , gerakan cerminbn ke kiri-kanan: untuk
mendapatkan gambarnasofaring secara penuh
6. Yang dinilai : mukosa koana, sekret, toru tubarius, fossa rosenmuler
38
GENESIS Kelompok 8
Hiperplastika kronik Atrofik (ozena)
Sicca
12. Gejala utama rinitis alergi pada anak ?
Hidung tersumbat (obstructive)
bersin-bersin (sneezing)
rhinore
rasa gatal (itching)
Allergic Salute, yaitu gerakan pasien menggosok-gosok hidung karena gatal dengan
punggung tangan.
Allergic Crease, yaitu keadaan menggosok hidung ini yang lama kelamaan akan
mengakibatkan timbulnya garis melintang dorsum nasi bagian sepertiga bawah.
39
GENESIS Kelompok 8
Pada rinoskopi akan tampak mukosa edema, basah, berwarna pucat, disertai adanya sekret
encer yang banyak.
Mukus encer dan tipis. Jika kental dan purulen biasanya berhubungan dengan sinusitis.
Namun, mukus yang kental, purulen dan berwarna dapat timbul pada rinitis alergi.
Deviasi atau perforasi septum yang dapat disebabkan oleh rinitis alergi kronis, penyakit
granulomatus.
Massa seperti polip dan tumor. Polip berupa massa yang berwarna abu-abu dengan tangkai.
Dengan dekongestant topikal polip tidak akan menyusut. Sedangkan mukosa hidung akan
menyusut.
Telinga
Retraksi membran timpani, air-fluid level, atau bubbles.
Kelainan mobilitas dari membran timpani dapat dilihat dengan menggunakan otoskopi
pneumatik. Kelainan tersebut dapat terjadi pada rinitis alergi yang disertai dengan disfungsi
tuba eustachius dan otitis media sekunder.
40
GENESIS Kelompok 8
Konka : tampak kemerahan karena mengandung banyak pembuluh darah.
Untuk memastikan apakah itu polip atau konka, dapat dilakukan dengan menggunakan
epinefrin/dekongestan topical karena konka mengandung banyak pembuluh darah maka
akan mengalami vasokonstriksi dan mengecil. Sedangkan polip tidak mengecil.
Perbedaan polip dengan keganasan :
Polip : putih keabuan, licin, bertangkai, mengkilap (seperti cangkaleng)
Keganasan : berbenjol2, mdh berdarah, bias berwarna merah
Etiologi epistaksis :
41
GENESIS Kelompok 8
6. Kelainan kongenital
Menurut American Academy of Otolaryngology Head & Neck Surgery 1996 istilah sinusitis
diganti dengan rinosinusitis karena dianggap lebih akurat dengan alasan :
1). Secara embriologis mukosa sinus merupakan lanjutan mukosa hidung
2). Sinusitis hampir selalu didahului dengan rinitis
3). Gejala-gejala obstruksi nasi, rinore dan hiposmia dijumpai pada rinitis ataupun sinusitis.
42
GENESIS Kelompok 8
22. Kriteria diagnostic sinusitis
Gejala mayor
Nyeri pada wajah atau dengan Gejala minor
penekanan Demam
Kongesti/tersumbat atau rasa penuh
Sakit kepala
pada wajah Fatigue
Hidung tersumbat Halitosis
Secret hidung purulent Sakit gigi
Gangguan penciuman (hyposmia atau Batuk
anosmia) Sakit atau rasa penuh pada telinga
Diagnosis sinusitis :
2 atau lebih gejala mayor
1 gejala mayor dan 2 gejala minor
3 gejala minor
43
GENESIS Kelompok 8
Posisi lateral
Foto lateral kepala dilakukan dengan kaset terletak sebelah lateral dengan sentrasi diluar
kansus mata, sehingga dinding posterior dan dasar sinus maksila berhimpit satu sama lain.
Waters
Paling sering digunakan. Pada foto waters secara ideal pyramid tulang petrosum
diproyeksikan pada dasar sinus maksilaris. Maksud dari posisi ini adalah untuk
memproyeksikan tulang petrosus supaya terletak dibawah antrum maksula sehingga kedua
sinus maksilaris dapat di evaluasi seluruhnya. Hal ini didapatkan dengan menengadahkan
kepala pasien sedemikian rupa sehingga dagu menyentuh permukaan meja. Bidang yang
melalui kantus media mata dan tragus membentuk sudut lebih kurang 37 derajat dengan
film. Foto waters umunya dilakukan pada keadaan mulut tertutup. Pada posisi mulut terbuka
akan dapat menilai daerah dinding posterior sinus sphenoid dengan baik.
Posisi submentoverteks
Diambil dengan meletakan film pada vertex, kepala pasien menengadah sehingga garis
infraorbitameatal sejajar dengan film. Sentrasi tegak lurus kaset dalam bidang midsagital
melalui sella tursika kea rah vertex. Banyak variasi sudut sentrasi pada posisi
44
GENESIS Kelompok 8
submentovertex, agar mendapat gambar yang baik pada beberapa bagian basis kranii,
khususnya sinus frontalis dan dinding posterior sinus maksillaris.
Posisi rhese
Atau disebut juga posisi oblique dapat mengevaluasi bagian posterior sinus etmoid, kanalis
optikus dan lantai dasar orbita sisi lain
Towne
Diambil dengan beberapa variasi sudut angulasi antara 30-60 ke arah garis orbitomeatal.
Sentrasi dari depan kira-kira 8 cm di atas glabella dari foto polos kepala dalam bidang
midsagital. Proyeksi ini adalah posisi yang paling baik untuk menganalisis dinding posterior
sinus maksilaris, fissure orbita inferior, kondilus mandibularis, dan arkus zigmotikus
posterior
45
GENESIS Kelompok 8
Metode operasi :
Membuat suatu lubang drainase yang memadat. Prosedur yang paling sering adalah nasoantrostomi
atau pembentukan fenestra nasoantral. Suatu lubang dibuat pada dinding medial meatus inferior
sehingga memungkinkan drainase gravitasional dan ventilasi.
Tinfakan bedah radikal dinamika operasi Pada prosedur bedah ini, epitel rongga sinus maksilaris
diangkat seluruhnya dan pada akhir prosedur dilakukan antrostomi.
Bedah sinus endoskopi fungsional (BSEF) merupakan tindakan terkini untuk sinusitis yang
memerlukan operasi, telah menggantikan hamper semua jenis bedah sinus terdahulu karena
memberikan hasil yang lebih memuaskan dan tindakan lebih ringan dan tidak radikal. Prinsipnya
telah membuka dan membersihkan daerah kompleks ostiomeatal yang menjadi sumber
penyumbatan dan infeksi, sehingga ventilasi dan drainase sinus dapat kembali melalui ostium alami.
46
GENESIS Kelompok 8
TAMBAHAN
1. Batas-batas nasofaring :
Superior : tulang sphenoid
Inferior : orofaring (dibatasi dengan garis horizontal imajiner yang dibentuk langit-langit
lembut dan dinding faring posterior, kata dr teti mah batasnya uvula,,.)
Anterior : koana kanan dan kiri
Posterior : fasia vertebralis
Lateral : tuba eustacius
3. Criteria transiluminasi
Penilaian :
Pemeriksa hanya mempunyai nilai bila ada perbedaan antara sisi kiri dan kana
Bila kedua sinus terang maka :
Pada pria : sinus normal
Pada wanita : sinus n/ keduanya berisi cairan (karena tulang tpis)
Bila sama gelap maka :
Pada pria : sinus normal (karena tulang tebal)
47
GENESIS Kelompok 8
4. Bagian bawah lamina pterigoid
Le Fort II
Garis fraktur melalui tulang hidung dan diteruskan ke tulang lakrimalis, dasar
orbita, pungir infraorbita dan menyebrang ke bagian atas dari sinus maksilaris juga ke arah
lamina pterigoid sampai fossa pterigo palatina,disebut juga fraktur piramid, fraktur ini
dapat merusak sistem lakrimalis karena sangat mudah digerakan maka disebut juga fraktur
ini sebagai flosting maksila ( maksila yang melayang)
Le Fort III
Garis fraktur melalui sutura nasofrontal diteruskan sepanjang ethomoid junction
melalui fissura orbitalis superior melintang kearah dinding lateral ke orbita, sutura
zigomatikum frontal dan sutura tempero-zigomatikum disebut juga sebagai cranlo-facial
dijunction
48
GENESIS Kelompok 8
Pemeriksaan radiologi dianjurkan adalah proyeksi waters. Ada dua alternative terapi,
pertama adalah reposisi transetral dan yang kedua adalah melalui insisi di bawah palpebral inferior
tepat di atas orbital rim inferior.
Pada trauma tumpul yang mengenai bola mata, misalnya terkena bola tenis, maka dapat
terjadi fraktur lantai orbita.
Umumnya terdapat ekimosis orbita, konjungtiva dan sclera. Pada kasus yang hebat
dapat terjadi enoftalmus.
Gejala yang dapat terjadi adalah terbatasnya pergerakan bola mata ke arah superior
karena terjepitnya m.rektus inferior atau m. Oblikus inferior oleh fragmen-fragmen
fraktur pada lantai orbita atau karena edema jaringan. Juga hipestesia sampai
anesthesia pada daerah-daerah yang dipersarafi oleh n.infraorbitalis.
Pemeriksaan radiologik yang dianjurkan ialah proyeksi Waters.
Ada dua alternatif terapi, pertama adalah reposisi transantral dan yang kedua adalah melalui
insisi di bawah palpebra inferior tepat di atas orbital rim inferior.
3. Karsinoma nasofaring
Merupakan tumor ganas yang tumbuh di daerah nasofaring dengan predileksi di fosa
rossenmuller dan atap nasofaring. Ca nasofaring merupakan tumor ganas kepala dan leher yang
paling sering ditemukan di Indonesia. Urutan tertinggi penderita Ca nasofaring adalah suku
mongoloid yaitu 2500 kasus baru pertahun. Diduga karena mereka yang memakan makanan yang
diawetkan dalam musim dingin dengan menggunakan bahan pengawet nitrosamine. Insidensi Ca
nasofaring yang tinggi ini dihubungkan dengan kebiasaan makan, lingkungan dan virus Epstein-
barr. Selain itu factor geografis, rasial, jenis kelamin, genetic, pekerjaan, kebiasaan hidup,
kebudayaan, social ekonomi, infeksi kuman atau parasite juga sangat berpengaruh timbulnya tumor
ini. Tetapi sudah hamper dapat dipastikan penyebab Ca nasofaring ini adalaj virus Epstein-barr,
karena pada semua pasien Ca nasofaring didapatkan titer anti-virus EES yang cukup tinggi.
Gejala Ca nasofaring dapat dikelompokan menjadi 4 bagian, yaitu :
49
GENESIS Kelompok 8
Gejala nasofaring
Adanya epitaksis ringan atau sumbatan hidung. Terkadang gejala belumada tapi tumie sudah
tumbuh karena tumor masih terdapat dibawah mukosa (creeping tumor)
Gangguan telinga
Merupakan gejala dini karena tumor terletak dekat muara tuba eustachius (fosa rosenmuller).
Gangguan dapat berupa , tuli, rasa tidak nyaman di telinga sampai rasa nyeri telinga
(otalgia), tidak jarang penderita sering mengalam gangguan pendengaran
Gangguan mata dan syaraf
Karena nasofaring berhubungan dekat dengan rongga tengkorak melalui beberapa lubang,
maka gangguan beberapa saraf otak dapat terjadi sebagai gejala lanjut karsinoma ini. Penjalaran
melalui foramen laserum yang akan mengenai saraf otak ke III, IV, VI sehingga dijumpai
diplopia, juling, eksoftalmus dan saraf ke V berupa gangguan motoric dan sensorik. Neuralgia
trigeminal merupakan gejala yang sering ditemukan.
Karsinoma lanjut akan mengenai saraf otak ke IX, X, XI dan XII jika penjalaran melalui
foramen jugular yang sering disebut sindrom Jackson. Jika seluruh saraf otak terkena disebut
sindrom unilateral. Dapat pula disertai dsetruksi tulang tengkorak dan bila sudah demikian,
biasanya prognosis buruk.
Metastasis kelenjar leher
Yaitu dalam bentuk benjolan medial terhadap muskulus sternoidomastoid yang akhirnya
membentuk masa besar hingga kulit mengkilap. Hal ini yang mendorong pasien untuk berobat
Suatu kelainan nasofaring yang disebut lesi hiperplastik nasofaring (LHN), yaitu 3 bentuk yang
mencurigakan pada nasofaring, seperti pembesaran adenoid pada orang dewasa, pembesaran nodul
dan mukositik berat pada daerah nasofaring. Kelainan ini bila diikuti bertahun-tahun kemudian akan
menjadi karsinoma nasofaring.
Diagnosis pasti dari KNF ditentukan dengan diagnosis klinik ditunjang dengan diagnostic
histologis atau sitologik. Diagnosis histologic atau sitologic dapat ditegaskan bila dilakukan biopsy
nasofaring. Dikirim suatu material hasil biopsy , aspirasi, atau sikatan. Biopsy dapat dilakukan
dengan 2 cara, yaitu dari hidung atau dari mulut. Biopsy tumor nasofaring umumnya dilakukan
dengan anastesi topical dengan xylocain 10%
Radioterapi masih merupakan pengobatan utama karena tumor ini sangat sensitive pada sinar x-
ray dan pada umumnya memberikan respon yang baik. Dan juga ditekan pada penggunaan
megavoltage dan pengawasan dengan computer. Pengobatan tambahan yang diberikan dapat berupa
pemberian tetrasiklin factor transfer interferon, kemoterapi, seroterapi vaksin dan antivirus.
Pembedahan hanya mempunyai peranan yang kecil dalam pengobatan, hal ini disebabkan letak
anatomi dari nasofarin yang berada didalam.
50
GENESIS Kelompok 8
51
GENESIS Kelompok 8
52
GENESIS Kelompok 8
Rektus inferior Menggerakan mata ke bawah
(lateral)
Rektus medial
Abduksi
Oblikus inferior
Menggerakan mata ke atas
Troklear (N. IV) Oblikus superior Menggerakan mata ke bawah
(medial)
Abdusen (N. VI) Rektus lateral Menggerakan mata ke lateral
53
GENESIS Kelompok 8
TAMBAHAN
1. Apa saja obat2 dekongestan (liat no. 10 buat yg sirup)
Yang sediaan tabletnya:
Actigesic Inza
Alerfed Procold
Cirrus Trifed
Clarinase Trifedrin
Colpica
Crofed
54
GENESIS Kelompok 8
- Radang saluran napas
- Nyeri telinga hebat
3. Paresis nerve berapa yg menifesnya bola mata tidak bisa lirik kiri-kanan, gak bisa
menutup kelopak mata?
Saraf Otot Pergerakan
Okulomotoris Rektus superior Menggerakan mata ke atas
(N III) Rektus inferior Menggerakan mata ke bawah
(lateral)
Rektus medial Abduksi
Oblikus inferior Menggerakan mata ke atas
Troklear (N.IV) Oblikus superior Menggerakan mata ke bawah
(medial
Abdusens (N.VI) Rektus lateral Menggerakan mata ke lateral
55
GENESIS Kelompok 8
Sudafed
Termorex
Triaminic batuk
9. Nama dagang untuk tetes telinga yang isinya mengandung antibiotic dan
kortikosteroid? Kandungan lainnya apa?
NELICORT OTOZAMBON
Fludrocortisone acetate 1 mg Fludrocortisone acetate 100 mg
Polymyxin B sulfate 10.000 ui Polymyxin B sulfate 1.000.000 ui
Neomycin sulfate 5 mg Neomycin sulfate 500 mg
Lidocaine HCl 40 mg Lidocaine HCl 4 gr
OTOPAIN RAMICORT
Fludrocortisone acetate 5 mg Hidrokortison 0.5%
Polymyxin B sulfate 50.000 ui Chloramphenicol 1%
Neomycin sulfate 25 mg
Lidocaine HCl 200 mg
OTOPRAF
Fludrocortisone acetate 1 mg
Polymyxin B sulfate 10.000 ui
Neomycin sulfate 5 mg
Lidocaine HCl 40 mg
10. Reaksi alergi fase cepat dan lambat? Terangin bagan singkat mulai terpapar allergen
hingga alergi?
56
GENESIS Kelompok 8
Reaksi alergi terdiri dari dua fase, yaitu Immediate Phase Allergic Reaction atau Reaksi
Alergi Fase Cepat (RAFC) yang berlangsung sejak kontak dengan allergen sampai 1 jam
setelahnya
Late Phase Allergic Reaction atau Reaksi Alergi Fase Lambat (RAFL) yang berlangsung
24 jam dengan puncak 68 jam (fase reaktivitas) setelah pemaparan dan dapat
berlangsung sampai 2428 jam.
Alergi masuk melalui inhalasi
Produksi IgE
57
GENESIS Kelompok 8
Hiperplasia : adalah penambahan jumlah sel tetapi ukuran sel tidak mengalami
perubahan.
58