You are on page 1of 21

1.

Etika Pergaulan Dengan Orang Yang Lebih Muda

Dan berendah dirilah kamu terhadap orang-orang yang beriman. (QS. Al Hijr: 88)

Bahwasannya Allah telah mewahyukan kamu agar kamu bertawadlu (rendah hati) hingga tak seorang pun yang
bersombong diri terhadap lainnya, dan tidak ada seorang pun yang menganiaya yang lainnya. (HR Muslim).

Bukan dari umatku orang yang tidak belas kasihan kepada yang lebih kecil dan tidak menghargai kehormatan yang
lebih tua. (HR Abu Daud dan Tirmidzi).

Siapa yang berkata kepada anak kecil: mari kemari, ini untukmu, kemudian tidak memberi apa-apa kepadanya, maka
hal itu berlaku bohong. (HR Ahmad).

PENDAPAT
Dalam pergaulan, tidak hanya orang yang lebih tua dan orang yang menjadi perhatian kita untuk selalu kita hormati,
tapi juga orang-orang yang lebih muda. Islam menganjurkan kita agar bersikap merendah dan santun sesama mukmin,
termasuk orang yang lebih muda dari kita. Walau kita banyak kelebihan dibanding mereka, kita tak boleh sombong, dan
congkak pada mereka justru kita harus membantunya dengan penuh kasih sayang dan segala kecintaan.
Pergaulan dengan orang lebih muda termasuk juga terhadap orang yang keadaan perekonomiannya
rendah, pengetahuan dan pengalamannya lebih lemah dari kita, juga anak yatim dan fakir miskin. Terhadap mereka kita
wajib menyantuni dan bersikap penuh kasih sayang, tidak berbuat dan berkata kasar, tidak menghina keadaan dan
derajat mereka. Jika kita tidak hormat dan tidak sopan terhadap mereka yang lebih muda dari kita, maka niscaya
mereka pun tidak akan menghormati kita.

ETIKA BERGAUL

Oleh
Ustadz Fariq bin Gasim Anuz

SIKAP-SIKAP YANG DISUKAI MANUSIA


[a]. Manusia Suka Kepada Orang Yang Memberi Perhatian Kepada Orang Lain.

Diantara bentuk perhatian kepada orang lain, ialah mengucapkan salam, menanyakan kabarnya,
menengoknya ketika sakit, memberi hadiah dan sebagainya. Manusia itu membutuhkan perhatian orang
lain. Maka, selama tidak melewati batas-batas syari, hendaknya kita menampakkan perhatian kepada
orang lain. seorang anak kecil bisa berprilaku nakal, karena mau mendapat perhatian orang dewasa.
orang tua kadang lupa bahwa anak itu tidak cukup hanya diberi materi saja. Merekapun membutuhkan
untuk diperhatikan, ditanya dan mendapat kasih sayang dari orang tuanya. Apabila kasih sayang tidak
didapatkan dari orang tuanya, maka anak akan mencarinya dari orang lain.

. Manusia Suka Kepada Orang Yang Mau Mendengar Ucapan Mereka.

Kita jangan ingin hanya ucapan kita saja yang didengar tanpa bersedia mendengar ucapan
orang lain. kita harus memberi waktu kepada orang lain untuk berbicara. Seorang suami
misalnya-ketika pulang ke rumah dan bertemu istrinya, walaupun masih terasa lelah, harus
mencoba menyediakan waktu untuk mendengar istrinya bercerita. Istrinya yang ditinggal
sendiri di rumah tentu tak bisa berbicara dengan orang lain. Sehingga ketika sang suami
pulang, ia merasa senang karena ada teman untuk berbincang-bincang. Oleh karena itu,
suami harus mendengarkan dahulu perkataan istri. Jika belum siap untuk mendengarkannya,
jelaskanlah dengan baik kepadanya, bahwa dia perlu istirahat dulu dan nanti ceritanya
dilanjutkan lagi.

Contoh lain, yaitu ketika teman kita berbicara dan salah dalam bicaranya itu, maka
seharusnya kita tidak memotong langsung, apalagi membantahnya dengan kasar. kita
dengarkan dulu pembicaraannya hingga selesai, kemudian kita jelaskan kesalahannya
dengan baik.

[c]. Manusia Suka Kepada Orang Yang Menjauhi Debat Kusir.

Allah berfirman. "Artinya: Serulah kepada jalan Rabbmu dengan hikmah, dan nasehat yang
baik, dan debatlah mereka dengan cara yang baik, Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani
rahimahullah dalam kasetnya, menerangkan tentang ayat : "Serulah kepada jalan Rabbmu
dengan hikmah". Beliau berkata, manusia tidak suka kepada orang yang berdiskusi dengan
hararah (dengan panas). Karena umumnya orang hidup dengan latar belakang..dan
pemahaman yang berbeda dengan kita dan itu sudah mendarah daging..sehinnga para
penuntut ilmu, jika akan berdiskusi dengan orang yang fanatik terhadap madzhabnya,
(maka) sebelum berdiskusi dia harus mengadakan pendahuluan untuk menciptakan suasana
kondusif antara dia dengan dirinya. target pertama yang kita inginkan ialah agar orang itu
mengikuti apa yang kita yakini kebenarannya, tetapi hal itu tidaklah mudah. Umumnya
disebabkan fanatik madzhab, mereka tidak siap mengikuti kebenaran. target kedua,
minimalnya dia tidak menjadi musuh bagi kita. Karena sebelumnya tercipta suasana yang
kondusif antara kita dengan dirinya. Sehingga ketika kita menyampaikan yang haq, dia tidak
akan memusuhi kita disebabkan ucapan yang haq tersebut. Sedangkan apabila ada orang lain
yang ada yang berdiskusi dalam permasalahan yang sama, namun belum tercipta suasana
kondusif antara dia dengan dirinya, tentu akan berbeda tanggapannya.

[d]. Manusia Suka Kepada Orang Yang Memberikan Penghargaan Dan Penghormatan Kepada
Orang Lain.
Nabi mengatakan, bahwa orang yang lebih muda harus menghormati orang yang lebih tua,
dan yang lebih tua harus menyayangi yang lebih muda. Permasalahan ini kelihatannya
sepele. Ketika kita shalat di masjidnamun menjadikan seseorang tersinggung karena
dibelakangi. Hal ini kadang tidak sengaja kita lakukan. Oleh karena itu, dari pengalaman kita
dan orang lain, kita harus belajar dan mengambil faidah. Sehingga bisa memperbaiki diri
dalam hal menghormati orang lain. Hal-hal yang membuat diri kita tersinggung, jangan kita
lakukan kepada orang lain. Bentuk-bentuk sikap tidak hormat dan pelecehan, harus kita
kenali dan hindarkan.

Misalnya, ketika berjabat tangan tanpa melihat wajah yang diajaknya. Hal seperti itu jarang
kita lakukan kepada orang lain. Apabila kita diperlakukan kurang hormat, maka kita sebisa
mungkin memakluminya. Karena-mungkin-orang lain belum mengerti atau tidak
menyadarinya. Ketika kita memberi salam kepada orang lain, namun orang tersebut tidak
menjawab, maka kita jangan langsung menuduh orang itu menganggap kita ahli bidah atau
kafir. Bisa jadi, ketika itu dia sedang menghadapi banyak persoalan sehingga tidak sadar ada
yang memberi salam kepadanya, dan ada kemungkinan-kemungkinan lainnya. Kalau perlu
didatangi dengan baik dan ditanyakan,agar persoalannya jelas. Dalam hal ini kita dianjurkan
untuk banyak memaafkan orang lain.

Allah berfirman.
"Artinya: Terimalah apa yang mudah dari akhlaq mereka dan perintahkanlah orang lain
mengerjakan yang maruf serta berpalinglah dari orang-orang yang bodoh. [Al-Araaf : 199]

[e]. Manusia Suka Kepada Orang Yang Memberi Kesempatan Kepada Orang Lain Untuk Maju.

Sebagai seorang muslim, seharusnya senang jika saudara kita maju, berhasil atau
mendapatkan kenikmatan, walaupun secara naluri manusia itu tidak suka, jika ada orang lain
yang melebihi dirinya. Naluri seperti ini harus kita kekang dan dikikis sedikit demi sedikit.
Misalnya, bagi mahasiswa. Jika di kampus ada teman muslim yang lebih pandai daripada kita.
Maka kita harus senang. Jika kita ingin seperti dia, maka harus berikhtiar dengan rajin
belajar dan tidak bermalas-malasan. Berbeda dengan orang yang dengki, tidak suka jika
temannya lebih pandai dari dirinya. Malahan karena dengkinya itu dia bisa-bisa memboikot
temannya dengan mencuri catatan pelajarannya dan sebagainya.

[f]. Manusia Suka Kepada Orang Yang Tahu Berterima Kasih Atau Suka Membalas Kebaikan.

Hal ini bukan berarti dibolehkan mengharapkan ucapan terima kasih atau balasan dari
manusia jika kita berbuat kebaikan terhadap mereka. Akan tetapi hendaklah tidak segan-
segan untuk mengucapkan terima kasih dan membalas kebaikan yang diberikan orang lain
kepada kita.
[g]. Manusia Suka Kepada Orang Yang Memperbaiki Kesalahan Orang Lain Tanpa Melukai
Perasaannya.

Kita perlu melatih diri untuk menyampaikan ungkapan kata-kata yamg tidak menyakiti
perasaan orang lain dan tetapSampai kepada tujuan yang diinginkan. Dalam sebuah buku
diceritakan, ada seorang suami yang memberikan ceramah dalam suatu majelis dengan
bahasa yang cukup tinggi, sehingga tidak bisa dipahami oleh yang mengikuti majelis
tersebut. Ketika pulang, dia menanyakan pendapat istrinya tentang ceramahnya. Istrinya
menjawab dengan mengatakan, bahwa jika ceramah tersebut disampaikan di hadapan para
dosen, maka tentunya akan tepat sekali.

Ucapan itu merupakan sindiran halus, bahwa ceramah itu tidak tepat disampaikan di hadapan
hadirin saat itu, dengan tanpa mengucapkan perkataan demikian. Hal ini bukan berarti kita
harus banyak berbasa-basi atau bahkan membohongi orang lain. Namun hal ini agar tidak
melukai perasaan orang, tanpa kehilangan maksud untuk memperbaikinya.

SIKAP-SIKAP YANG TIDAK DISUKAI MANUSIA


Kita mempelajari sikap-sikap yang tidak disukai manusia agar terhindar dari sikap seperti itu.
Maksud dari sikap yang tidak disukai manusia, ialah sikap yang menyelisihi syariat. berkaitan
dengan sikap-sikap yang tidak disukai manusia, tetapi Allah ridho, maka harus kita
utamakan. Dan sebaliknya, terhadap sikap-sikap yang dibenci oleh Allah, maka harus kita
jauhi.

Adapun perbuatan-perbuatan yang tidak disukai manusia ialah sebagai berikut.

Pertama.
Memberi Nasehat Kepadanya Di Hadapan Orang Lain.

Al Imam Asy Syafii berkata dalam syairnya yang berbunyi.

Sengajalah engkau memberi nasehat kepadaku ketika aku sendirian


Jauhkanlah memberi nasehat kepadaku dihadapan orang banyak
Karena sesungguhnya nasehat yang dilakukan dihadapan manusia
Adalah salah satu bentuk menjelek jelekkan
Aku tidak ridho mendengarnya
Apabila engkau menyelisihiku dan tidak mengikuti ucapanku
Maka janganlah jengkel apabila nasehatmu tidak ditaati

Kata nasehat itu sendiri berasal dari kata nashala, yang memiliki arti khalasa, yaitu murni.
Maksudnya, hendaklah jika ingin memberikan nasehat itu memurnikan niatnya semata mata
karena Allah. Selain itu, kata nasehat juga bermakna khaththa, yang artinya menjahit.
Maksudnya, ingin memperbaiki kekurangan orang lain. maka secara istilah, nasehat itu
artinya keinginan seseorang yang memberi nasehat agar orang yang diberi nasehat itu
menjadi baik.

Kedua.
Manusia Tidak Suka Diberi Nasehat Secara Langsung.

Hal ini dijelaskan Al Imam Ibn Hazm dalam kitab Al Akhlaq Was Siyar Fi Mudawatin Nufus,
hendaklah nasehat yang kita berikan itu disampaikan secara tidak langsung. Tetapi, jika
orang yang diberi nasehat itu tidak mengerti juga, maka dapatlah diberikan secara langsung.

Ada suatu metoda dalam pendidikan, yang dinamakan metoda bimbingan secara tidak
langsung. Misalnya sebuah buku yang ditulis oleh Syaikh Shalih bin Humaid, imam masjidil
Haram, berjudul At Taujihu Ghairul Mubasyir (bimbingan secara tidak langsung).

Metoda ini perlu dipraktekkan, walaupun tidak mutlak. Misalnya, ketika melihat banyak
kebidahan yang dilakukan oleh seorang ustadz di suatu pengajian, maka kita tanyakan
pendapatnya dengan menyodorkan buku yang menerangkan kebidahan-kebidahan yang
dilakukannya.

Ketiga.
Manusia Tidak Suka Kepada Orang Yang Selalu Memojokkannya Dengan Kesalahan
Kesalahannya.

Yang dimaksud dengan kesalahan-kesalahan disini, yaitu kesalahan yang tidak fatal; bukan
kesalahan yang besar semisal penyimpangan dalam aqidah. Karena manusia adalah makhluk
yang banyak memiliki kekurangan-kekurangan pada dirinya.

Syaikh Shalih bin Abdul Aziz Alus Syaikh menjelaskan dalam ceramahnya, bahwa ada empat
fenomena yang mengotori dakwah Ahlu Sunnah Wal Jamaah.

[1]. Memandang sesuatu hanya dari satu sisi, yaitu hanya dalam masalah-masalah
ijtihadiyah.
[2]. Istijal atau terburu-buru.
[3]. Taashub atau fanatik.
[4]. Thalabul kamal atau menuntut kesempurnaan.

Syaikh Shalih menjelaskan, selama seseorang berada di atas aqidah yang benar, maka kita
seharusnya saling nasehat-menasehati, saling mengingati antara satu dengan yang lain.
bukan saling memusuhi. Rasulullah bersabda yang artinya, janganlah seorang mukmin
membenci istrinya, karena jika dia tidak suka dengan satu akhlaknya yang buruk, dia akan
suka dengan akhlaqnya yang baik.

Imam Ibn Qudamah menjelaskan dalam kitabMukhtasar Minhajul Qashidin, bahwa ada empat
kriteria yang patut menjadi pedoman dalam memilih teman.

[1]. Aqidahnya benar.


[2]. Akhlaqnya baik.
[3]. Bukan dengan orang yang tolol atau bodoh dalam hal berprilaku. Karena dapat
menimbulkan mudharat.
[4]. Bukan dengan orang yang ambisius terhadap dunia atau bukan orang yang materialistis.

Keempat.
Manusia Tidak Suka Kepada Orang Yang Tidak Pernah Melupakan Kesalahan Orang Lain.

Sebagai seorang muslim, kita harus bisa memafkan dan melupakan kesalahan orang lain atas
diri kita. tidak secara terus-menerus mengungkit-ungkit, apalagi menyebut-nyebutnya di
depan orang lain. terkadang pada kondisi tertentu, membalas kejahatan itu bisa menjadi
suatu keharusan atau lebih utama. Syaikh Utsaimin dalam kitab Syarh Riyadush Shalihin
menjelaskan, bahwa memaafkan dilakukan bila terjadi perbaikan atau ishlah dengan
pemberian maaf itu. Jika tidak demikian, maka tidak memberi maaf lalu membalas
kejahatannya.

Kelima.
Manusia Tidak Suka Kepada Orang Yang Sombong.

Nabi Shalallahu alaihi wa sallam bersabda, Tidak akan masuk surga, barang siapa yang di
dalam hatinya ada sifat sombong, walau sedikit saja.. " sombong itu adalah menolak
kebenaran dan merendahkan orang lain. ada beberapa faktor yang bisa menyebabkan
manusia menjadi sombong.

[1]. Harta atau uang .


[2]. Ilmu.
[3]. Nasab atau keturunan.

Keenam
Manusia Tidak Suka Kepada Orang Yang Terburu-Buru Memvonis Orang Lain.

Dr. Abdullah Al Khatir rahimahullah menjelaskan, bahwa di masyarakat ada fenomena yang
tidak baik. Yaitu sebagian manusia menyangka, jika menemukan orang yang melakukan
kesalahan, mereka menganggap, bahwa cara yang benar untuk memperbaikinya, ialah
dengan mencela atau menegur dengan keras. Padahal para ulama memilik kaedah, bahwa
hukum seseorang atas sesuatu, merupakan cabang persepsinya atas sesuatu tersebut.

Ketujuh.
Manusia Tidak Suka Kepada Orang Yang Mempertahankan Kesalahannya, Atau Orang Yang
Berat Untuk Rujuk Kepada Kebenaran Setelah Dia Meyakini Kebenaran Tersebut.

Syaikh Abdurrahman bin Yahya Al Muallimi rahimahullah berkata, pintu hawa nafsu itu tidak
terhitung banyaknya. oleh karena itu, kita harus berusaha menahan hawa nafsu dan
menundukkannya kepada kebenaran. Sehingga lebih mencintai kebenaran daripada hawa
nafsu kita sendiri.

Kedelapan.
Manusia Tidak Suka Kepada Orang Yang Menisbatkan Kebaikan Kepada Dirinya Dan
Menisbatkan Kejelekan Kepada Orang Lain.

Syaikh Utsaimin rahimahullah dalam kasetnya yang menjelaskan syarh Hilyatul ilm, tentang
adab ilmu. Beliau menjelaskan, bahwa jika kita mendapati atsar dari salaf yang menisbatkan
kebaikan kepada dirinya, maka kita harus husnudzan. Bahwa hal itu diungkapkan bukan
karena kesombongan, tetapi untuk memberikan nasehat kepada kita.

Dalam kitab Ighasatul Lahfan, Al Imam Ibn Qayyim menjelaskan, bahwa manusia diberi
naluri untuk mencintai dirinya sendiri. Sehingga apabila terjadi perselisihan dengan orang
lain, maka akan menganggap dirinya yang berada di pihak yang benar, tidak punya kesalahan
sama sekali. sedangkan lawannya, berada di pihak yang salah. Dia merasa dirinya yang
didhalimi dan lawannyalah yang berbuat dhalim kepadanya. Tetapi, jika dia memperhatikan
secara mendalam, kenyataannya tidaklah demikian.

Oleh karena itu, kita harus terus introspeksi diri dan hati-hati dalam berbuat. Agar bisa
menilai apakah langkah kita sudah benar. Wallahu alam.

[Sumber : Majalah As-Sunnah edisi 03 04/ V11/ 1424/ 2003 M. Diterbitkan oleh Yayasan
Lajnah Istiqomah, Jl Solo Purwodadi Km 8 Selokaton Gondangrejo Solo 57

Virus-Virus UkhuwwahOleh: mujahid_iman

Seorang sahabat adalah manusia, dia itu dirimu, hanya saja ia adalah orang lain

sekilas lalu,virus2 ukhuwah ini adalah seperti berikut:

1) tamak akan kenikmatan dunia (20:131)


seseorang di antara kamu tidak beriman dengan sempurna kecuali setelah mencintai saudaranya
seperti mencintai dirinya. (hadis Nabi)

2) lalai menjalankan ibadah dan melanggar tuntutan agama

tidaklah dua orang yang saling berkasih sayang kerana Allah berpisah, kecuali disebabkan oleh dosa
yang dilakukan oleh salah seorang di antara keduanya.(hadis Nabi)tidakkah kau tahu; kadang air itu
busuk baunya walau warnanya tetap jernih

hadis Nabi: ..agar mencintai seseorang, ia tidak mencintainya kecuali kerana Allah.

3) tidak santun dalam berbicara-suara tinggi/kata-kata kasar(31:19)


-tidak mendengar sarannya, enggan menatapnya ketika bicara atau mberi salam, tidak menghargai
keberadaannya
-bergurau secara berlebihankelembutan adalah anugerah, ucapan paling baik adalah kejujuran
sedang bergurau secara berlebihan merupakan kunci segala permusuhan

-sering mendebat dan membantah

sesungguhnya orang yang paling dibenci Allah adalah orang yang sangat keras kepala dan selalu
membantah. (hadis nabi)

-kritikan keras yang melukai perasaan

4) sikap acuh(59:9)

rindu, kedekatan, dan kehangatan perasaan adalah ibarat bahan bakar yang menyalakan ukhuwah
abadi, menambah gelora semangat, dan meringankan segala beban yang ditanggung.aku hairan,
mengapa selalu merindukan mereka
menanyakan keadaannya kepada setiap orang yang ku temui
padahal mereka di sini bersamaku
mataku mencari mereka ke sana kemari
padahal mereka ada di dekat pelupuknya
hatiku bergejolak merindukan mereka
padahal mereka ada di antara tulang rusukku

sekalipun wajahku tak dapat menatapmu lagi


namun cinta dan ukhuwah tidak akan pernah sirna
aku tidak akan berhenti memujimu
dari kejauhan, bersama untaian doa
jiwaku akan selalu merindukanmu
bersua bersama penuh ketulusan dan cinta

jiwaku adalah jiwaku,jiwaku adalah jiwanya


hasratnya adalah hasratku, hasratku adalah hasratnya

5) mengadakan perbicaraan rahsia (58:10)

jika kamu bertiga, maka janganlah dua di antara kamu membuat perbicaraan rahsia tanpa melibatkan
yg lain, kerana perbuatan itu dapat membuatnya sedih.(hadis Nabi)

6) keras kepala, enggan menerima nasihat dan saran

cukuplah seseorang dinyatakan buruk, jika ia mengejek saudaranya sesama Muslim.( hadis Nabi)

7) sering membantah, berbeza sikap dan hobi, bersikap sombong dan kasar

ruh ruh itu bagaikan bala tentera, jika mereka saling kenal, maka akan bersatu. Namun jika tidak
saling kenal, maka akan berselisih. (hadis Nabi)

8) memberi teguran di depan orang lain

penyebab cepat pudarnya rasa cinta dan mudah menanam bibit-bibit permusuhan

9) sering menegur, tidak toleran, cenderung negative thinking, enggan memaafkan

terimalah sahabatmu dengan segala kekurangannya


sebagaimana kebaikan mesti diterima walau kecil wujudnya
terimalah sahabatmu kerana jika ia menyakiti
lain kali ia membahagiakansiapa mencari sahabat tanpa cacat, nescaya sepanjang hidupnya tidak
mendapat sahabat

seorang suami yang Mukmin tidak akan memarahi isterinya yang Mukminah, apabila ia tidak suka
terhadap sebagian perangai isterinya, maka ia akan menyukai perangainya yang lain.(hadis Nabi)

jika tak menegur bererti tiada cinta


cinta tetap bertahan selama ada teguran*

banyak yang tinggal jauh namun ia dekat dihati


banyak orang yang tinggal berdekatan namun hatimu tak mampu menyukai
apalah erti jauh dan dekat melainkan hanya permasalahan nurani
10) mudah percaya terhadap orang yang-orang yang mengadu domba dan memendam dengki

orang2 yang dipertemukan oleh Allah dalam sebuah jalinan ukhuwah harus yakin bahawa satu sama
lainnya saling mencintai dengan penuh ketulusan yang muncul dari nurani yang paling dalam. Hubungan
yang telus seperti itu tidak mungkin dapat tersentuh oleh tangan tangan dengki, apalagi sampai dapat
dihancurkan(8:63)

11) membuka rahsia

jadikanlah semua yang anda ketahui tentang dirinya sebagai amanat yang tidak boleh dibuka kecuali
jika ia mengizinkan

12) mengikuti prasangka(49:12)

orang Mukmin selalu mencari alasan agar boleh memaafkan, sementara orang munafik selalu mencari
cari kesalahan.

13) mencampuri masalah peribadi

diantara tanda kebaikan Islam seseorang adalah meninggalkan hal-hal yang tidak berguna baginya.
(hadis Nabi)

14) egois, sombong, tidak empati

siapa yang mencukupi keperluan saudaranya, nescaya Allah mencukupi keperluannya. Siapa yang
menolong seorang Mukmin dari suatu kesusahan, nescaya Allah akan menolongnya dari salah satu
kesusahan pada hari kiamat. Siapa yang menutupi aib seorang Muslim, nescaya Allah akan menutupi
aibnya pada hari kiamat. (hadis Nabi)setiap sahabat selalu dekat dikala senang
namun sahabat sejati adalah yang tetap menemani
ketika penderitaan menimpa

15) menutup diri, berlebihan, membebani, dan menghitung hitung kebaikannya kepadamu

carilah sahabat yang akan kau beri ketulusan dan hak hak ukhuwah, bukannya yang kau harapkan
menerima sesuatu darinya

16) enggan mengungkapkan perasaan cinta,

jika seseorang mencintai saudaranya, maka kabarkanlah bahawa ia mencintainya.(hadis Nabi)

17) melupakannya kerana sibuk mengurusi orang lain dan kurang setia
orang yang tidak boleh membuktikan cintanya kepada sahabat lama tidak akan mampu membangun
cinta dengan sahabat baru

18) suka menonjolkan kelebihan peribadi,

jika seorang daie mendermakan dakwahnya hanya untuk Allah semata, bukan untuk kepentingan
peribadi, masalah2 biasa tidak akan berubah menjadi problema besar atau malapetaka

19) mengingkari janji dan kesepakatan tanpa alasan yang kuat

tanda tanda munafik ada tiga; jika berkata ia berdusta, jika berjanji ia mengingkari, dan jika dipercaya,
ia berkhianat.(hadis Nabi)

20) selalu menceritakan perkara yang membangkitkan kesedihannya dan suka menyampaikan berita
yang membuatnya resah.

21) terlalu cinta

cintailah kekasihmu sesederhana mungkin, siapa tahu ia menjadi musuhmu pada suatu saat nanti. Dan
bencilah musuhmu sesederhana mungkin, siapa tahu ia menjadi sahabat dekatmu pada suatu saat
nanti.(hadis Nabi)

insya Allah, seizinnya..mari reflek diri..kerana sesungguhnya, tahap terendah adalah untuk berlapang
dada sesama kita..n tingkat tertinggi pula, adalah untuk melebihkan mereka, lebih dari diri kita sendiri

Berikut adalah 5 tips bagaimana berurusan dgn ajnabi. Tips2 ni telah dikongsi oleh seorang
sahabat yg amat disenangi oleh kaum wanita dan disegani oleh kaum lelaki. Semoga dgn
mengamalkan perbatasan perhubungan ini, akan lebih suci bagi hati kita dan bagi hati
mereka. Sama2 lah kita menjaga hati.

1. Elakkan berurusan dgn sahabat yg berlainan jantina. Kalau ada peluang utk minta tolong
dgn sahabat sejantina, mintalah tolong dari mereka. Disebabkan limitation kemampuan
perempuan seperti repair kereta, repair laptop dan lain2, maka terpaksalah minta tolong dari
org lelaki.

2. Kalau terpaksa contact sahabat yg berlainan jantina, gunakanlah medium perantaraan


dalam bentuk tulisan, seperti SMS, email, atau nota kecil. Gunakan perkataan2 formal, bukan
bahasa pasar. Contoh: Maaf, (bukan sorrie..), Terima kasih (bukan time kaceh). Lagi satu
takyah la buat smiley face ke (^_^), gelak2 ke (hihihih), dan lain2 yg kurang berfaedah.
Elakkan bercakap melalui telefon kalau belum desperate. Ini kerana suara wanita amat lunak
dan boleh menggetarkan jiwa lelaki. Sampai Allah pun kena sound kat org pempuan supaya
keraskan suara. Rujuk qur'an surah Al-Ahzab ayat 32:

"Wahai isteri2 nabi, kamu bukanlah seperti perempuan2 lain jika kamu bertaqwa. Maka jgn
lah lemah lembutkan suara dlm berbicara, sehingga bangkit nafsu org yg ada penyakit dlm
hatinya, tetapi ucapkanlah perkataan yg baik"

Kalau rasa ayat ni ditujukan kepada isteri2 nabi je, lembut2kanlah suaramu dan lihatlah
kesannya. Apabila arahan ni diberi kepada isteri2 nabi, sepatutnya wanita juga patut
menyahut seruan tu utk mencapai darjat yg sama seperti mereka, darjat wanita2 yg
bertaqwa, dan darjat wanita2 yg terpilih. Best kan?

3. Tundukkan hati : Apabila wanita terpaksa berurusan dgn lelaki,mereka sepatutnya merasa
bulu roma mereka meremang, kerana takut pada Allah. Wanita perlu takut sekiranya
disebabkan mereka, lelaki ni tertarik kepada mereka. Waktu berdepan dgn lelaki2 tu, wanita
perlu byk2 lah berdoa, "Ya Allah, jgnlah Kau buatkan lelaki ini tertarik kepadaku. Jauhkan
pandangannya dari panahan syaitan."

4. Tundukkan pandangan. Jangan tertipu dgn matapelajaran communication skills yg kita


belajar kat uni dulu; "make eye contact with the person you're talking to". bende tu
applicable kalau kita becakap dgn org yg sama jantina sahaja. Kalau ada eye contact dgn org
yg berlainan jantina, kita akan mendapati theory "dari mata turun ke hati" tu betul. so, be
careful dgn pandangan mata.

Para sahabat dulu pun, Allah perintahkan supaya tahan pandangan apabila mereka berurusan
dgn isteri2 nabi. Cuba rujuk surah al-ahzab ayat 53; "....Apabila kamu meminta sesuatu dari
isteri2 nabi, mintalah dari belakang tabir. Itu lebih suci bagi hatimu dan hati mereka.." Kita
bukan disuruh membawa tabir ke mana2 kita pergi. kalau susah sgt nk jaga mata, tutuplah
pandangan dgn buku ke, ngan file ke. Kita lihat betapa Allah sgt ambil berat masalah hati
para sahabat n isteri2 nabi supaya mereka tak tewas ke dalam kemungkaran. Kalau kita pun
nk jadi sehebat diorang, kenalah buat apa yg diorang buat. Takkan nk tunggu Allah sebut
nama kita dlm Qur'an baru nk buat kot. Cth: "Wahai Cik Ain.. taatilah suamimu..." Isk2. tak
layak nye..

5. Cepatkan urusan. Ni mungkin applicable kepada students/ org yg dah kerja yg terpaksa
berurusan dgn team mate yg berlainan jantina. Dah tak boleh elak, dia je team mate kita. So,
apa2 kerja yg nk dibuat bersama, buat je la keje tu. takyah nak borak2, tanya hal peribadilah,
gelak2 lah, buat lawaklah.. tak perlu tak perlu. Siapkan keje cepat2, then pergi. Perbincangan
buatlah di tempat yg proper dan berurusanlah secara professional.
Semoga bermanfaat dan semoga kita dikenali sebagai lelaki soleh dan wanita solehah yg ada
identity, yg taat pada perintah Allah dan takutkan hari pembalasan.Semoga tidak melalaikan
diri kita dan org yg menerimanya. Jaga diri, hiasi peribadi. (",)

wassalam...

Adab bergaul dengan manusia merupakan bagian dari akhlakul karimah (akhlak yang mulia). akhlak
yang mulia itu sendiri merupakan bagian dari dienul Islam. Walaupun prioritas pertama yang diajarkan
olah para Nabi adalah tauhid, namun bersamaan dengan itu, mereka juga mengajarkan akhlak yang
baik. Bahkan Nabi Muhammad Shalallahu alaihi wassalam diutus untuk menyempurnakan akhlak. beliau
Shalallahu alaihi wassalam adalah seorang manusia yang berakhlak mulia. Allah berfirman.

Artinya : Dan sesungguhnya engkau berada di atas akhlak yang agung. [Al-Qalam 4]

Dan kita diperintahkan untuk mengikuti beliau, taat kepadanya dan menjadikannya sebagai teladan
dalam hidup. Allah telah menyatakan dalam firman-Nya :

Artinya : Sungguh telah ada pada diri Rasulullah itu contoh teladan yang baik [Al-Ahzab 21]

Dengan mempraktekkan adab-adab dalam bergaul, maka kita akan memperoleh manfaat, yaitu berupa
ukhuwah yang kuat diantara umat Islam, ukhuwah yang kokoh, yang dilandasi iman dan keikhlasan
kepada Allah. Allah telah berfirman.

Artinya : Dan berpegang teguhlah kalian denga tali (agama ) Allah bersama-sama , dan janganlah
kalian bercerai-berai, Dan ingatlah nikmat Allah yang telah Allah berikan kepada kalian, ketika kalian
dahulu bermusuh-musuhan, lalu Allah lunakkan hati-hati kalian sehingga dengan nikmat-Nya, kalian
menjadi bersaudara, padahal tadinya kalian berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan
kalian daripadanya. Demikianlah Allah menjelaskan kepada kalian ayat-ayatnya, agar kalian mendapat
petunjuk [Al-Imran : 103].

Oleh karena itu, adab-adab bergaul ini sangat perlu dipelajari untuk kita amalkan. kita harus
mengetahui, bagaimana adab terhadap orang tua, adab terhadap saudara kita, adab terhadap istri kita,
adab seorang istri terhadap suaminya, adab terhadap teman sekerja atau terhadap atasan dan
bawahan. Jika kita seorang dai atau guru, maka harus mengetahui bagaimana adab bermuamalah
dengan dai atau lainnya dan dengan madu (yang didakwahi) atau terhadap muridnya. Demikian juga
apabila seorang guru, atau seorang murid atau apapun jabatan dan kedudukannya, maka kita perlu
untuk mengetahui etika atau adab-adab dalam bergaul.

Kurang mempraktekkan etika bergaul, menyebabkan dakwah yang haq dijauhi oleh manusia. Manusia
menjadi lari dari kebenaran disebabkan ahli haq atau pendukung kebenaran itu sendiri melakukan
praktek yang salah dalam bergaul dengan orang lain. Sebenarnya memang tidaklah dibenarkan
seseorang lari dari kebenaran, disebabkan kesalahan yang dilakukan oleh orang lain.

Jika inti ajaran yang dibawa oleh seseorang itu benar, maka kita harus menerimanya, dengan tidak
memperdulikan cara penyampaiannya yang benar atau salah, etikanya baik atau buruk, akan tetapi
pada kenyataannya, kebanyakan orang melihat dulu kepada etika orang itu. Oleh karena itu,
mengetahui etika ini penting bagi kita, sebagai muslim yang punya kewajiban saling menasehati sesama
manusia, agar bisa mempraktekkan cara bergaul yang benar.

"Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan
dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal.
Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling taqwa di
antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal." (QS. Al-Hujurat [49] : 13).

Pergaulan adalah salah satu cara seseorang untuk bersosialisasi dengan lingkungannya. Bergaul dengan
orang lain menjadi satu kebutuhan yang sangat mendasar, bahkan bisa dikatakan wajib bagi setiap
manusia yang 'masih hidup' di dunia ini. Sungguh menjadi sesuatu yang aneh atau bahkan sangat
langka, jika ada orang yang mampu hidup sendiri. Karena memang begitulah fitrah manusia. Manusia
membutuhkan kehadiran orang lain dalam kehidupannnya.

Tidak ada makhluk yang sama seratus persen di dunia ini. Semuanya diciptakan Allah berbeda-beda.
Meski, ada persamaan, tapi tetap semuanya berbeda. Begitu pula halnya dengan manusia. Lima milyar
lebih manusia di dunia ini memiliki ciri, sifat, karakter, dan bentuk khas. Karena perbedaan itulah, maka
sangat wajar ketika nantinya dalam bergaul sesama manusia akan terjadi banyak perbedaan sifat,
karakter, maupun tingkah laku. Allah menciptakan kita dengan segala perbedaannya sebagai wujud
keagungan dan kekuasaanNya.

Maka dari itu, janganlah perbedaan menjadi penghalang kita untuk bergaul atau bersosialisasi dengan
lingkungan sekitar kita. Anggaplah itu merupakan hal yang wajar, sehingga kita dapat menyikapi
perbedaan tersebut dengan sikap yang wajar dan adil. Karena bisa jadi, sesuatu yang tadinya kecil,
tetapi karena salah menyikapi, akan menjadi hal yang besar. Itulah perbedaan. Tak ada yang dapat
membedakan kita dengan orang lain, kecuali karena ketakwaannya kepada Allah SWT (QS. Al-Hujurat
[49] : 13).

Perbedaan bangsa, suku, bahasa, adat, dan kebiasaan menjadi satu paket ketika Allah menciptakan
manusia, sehingga manusia dapat saling mengenal satu sama lainnya. Sekali lagi, tak ada yang dapat
membedakan kecuali ketakwaannya.

Untuk itu, ada beberapa hal yang perlu kita tumbuhkembangkan agar pergaulan kita dengan sesama
muslim menjadi sesuatu yang indah sehingga mewujudkan ukhuwah Islamiyah. Tiga kunci untuk
mewujudkannya yaitu ta'aruf, tafahum, dan ta'awun. Inilah tiga kunci utama yang harus kita lakukan
dalam pergaulan.
***

Ta'aruf

Apa jadinya ketika seseorang tidak mengenal orang lain? Mungkinkah mereka akan saling menyapa?
Mungkinkah mereka akan saling menolong, membantu, atau memperhatikan? Atau, mungkinkah
ukhuwah Islamiyah akan dapat terwujud?

Begitulah, ternyata ta'aruf atau saling mengenal menjadi sesuatu yang wajib ketika kita akan melangkah
keluar untuk bersosialisasi dengan orang lain. Denga ta'aruf, kita dapat membedakan sifat, kesukuan,
agama, kegemaran, karakter, dan semua ciri khas pada diri seseorang.

Tak berlebihan, jika kemudian ada yang mengatakan, "Tak kenal maka tak sayang." Bagaimana kita
akan menyayangi orang lain, jika kita tidak mengetahui orang itu. Oleh Karena itu, jika tak kenal maka
ta'aruf. Jika kita belum mengenal, maka berkenalanlah.

***

Tafahum

Memahami, merupakan langkah kedua yang harus kita lakukan ketika kita bergaul dengan orang
lingkungan. Setelah kita mengenal seseorang, pastikan kita tahu juga semua yang ia sukai dan yang ia
benci. Inilah bagian terpenting dalam pergaulan. Dengan memahami, kita dapat memilah dan memilih
siapa yang yang harus menjadi teman bergaul kita dan siapa yang harus kita jauhi, karena mungkin
sifatnya yang jahat. Sebab, agama kita akan sangat ditentukan oleh agama teman dekat kita. Masih
ingat, "Bergaul dengan orang shalih itu ibarat bergaul dengan penjual minyak wangi, yang selalu
memberi aroma yang harum setiap kita bersama dengannya. Sedangkan bergaul dengan yang jahat
ibarat bergaul dengan tukang pandai besi yang akan memberikan bau asap besi ketika kita
bersamanya."

Tak dapat dipungkiri, ketika kita bergaul bersama dengan orang-orang shalih, akan banyak sedikit
membawa kita menuju kepada keshalihan. Dan begitu juga sebaliknya, ketika kita bergaul dengan orang
yang akhlaknya buruk, pasti akan membawa kepada keburukan perilaku (akhlakul majmumah).

***

Ta'awun

Setelah mengenal dan memahami, rasanya ada yang kurang jika belum tumbuh sikap ta'awun (saling
menolong). Karena inilah sesungguhnya yang akan menumbuhkan rasa cinta pada diri seseorang
kepada kita. Bahkan Islam sangat menganjurkan kepada umatnya untuk saling menolong dalam
kebaikan dan takwa. Rasulullah SAW telah mengatakan bahwa bukan termasuk umatnya orang yang
tidak peduli dengan urusan umat Islam yang lain.

***

Ta'aruf, tafahum, dan ta'awun telah menjadi bagian penting yang harus kita lakukan. Tapi, semua itu
tidak akan ada artinya jika dasarnya bukan ikhlas karena Allah. Ikhlas harus menjadi sesuatu yang
utama, termasuk ketika kita mengenal, memahami, dan saling menolong. Selain itu, tumbuhkan rasa
cinta dan benci karena Allah. Karena cinta dan benci karena Allah akan mendatangkan keridhaan Allah
dan seluruh makhlukNya. Wallahu a'lam bishshawab.
Adab - Adab Pergaulan.

Dipetik daripada Kitab Mau'izatul Mu'minin, karya Imam Al-Ghazali

Jika kamu ingin berbual secara baik dan sopan, maka ikutilah petunjuk-petunjuk ini :

Hadapilah kawanmu atau musuhmu itu dengan wajah yang menunjukkan kegembiraan dan
kerelaan serta penuh kesopanan dan ketenangan. Jangan sekali-kali kamu menampakkan sikap angkuh,
sombong dan berasa tinggi diri. Rendahkanlah dirimu tapi bukan kerana perasaan kurang harga diri.
Dalam segala hal, letakkan menurut ukuran yang pertengahan, sebab sesuatu yang berlebihan dari
segala macam perkara itu pasti tidak baik dan tercela.

Jangan gemar melihat di kedua sampingmu, kanan atau kiri. Jangan pula banyak menoleh ke
mana-mana. Jangan pula terlampau tajam memandang orang lain. Jikalau engkau duduk, maka
janganlah seolah-olah sebagaimana orang yang tidak tenang duduknya dan seperti orang yang hendak
melompat-lompat sahaja.

Usahakanlah supaya dudukmu itu sentiasa tampak tenang, kata-katamu selalu teratur dan tertib.
Dengarlah hati-hati percakapan orang yang ada di mukamu, tanpa menunjukkan kehairanan yang amat
sangat. Jangan pula engkau biasa meminta orang lain mengulangi perbicaraannya. Jikalau ada hal-hal
yang mentertawakan, maka diamlah secepat mungkin.

Janganlah dalam bercakap-cakap itu engkau membanggakan dirimu sendiri, anak-anakmu,


rambutmu, karangan-karanganmu atau apa sahaja yang engkau anggap suatu keistimewaan dalam
dirimu atau keluargamu.

Jikalau engkau berdebat, pegang teguhlah kesopanan. Janganlah engkau dianggap manusia yang
bodoh dan tolol oleh orang lain, terutama oleh lawanmu. Jauhkanlah sikap tergesa-gesa, fikirkanlah
masak-masak hujah atau bantahanmu. Jangan sesekali berisyarat dengan menggunakan tangan dan
jangan pula suka menoleh ke belakang. Jikalau engkau sedang marah, diamlah dulu dan setelah reda
kemarahanmu, ucapkanlah isi hatimu dengan baik.

Dipetik daripada Kitab Mau'izatul Mu'minin, karya Imam Al-Ghazali


[box title=Adab - Adab Pergaulan.]
Jika kamu ingin berbual secara baik dan sopan, maka ikutilah petunjuk-petunjuk ini :

Hadapilah kawanmu atau musuhmu itu dengan wajah yang menunjukkan kegembiraan
dan kerelaan serta penuh kesopanan dan ketenangan. Jangan sekali-kali kamu menampakkan
sikap angkuh, sombong dan berasa tinggi diri. Rendahkanlah dirimu tapi bukan kerana
perasaan kurang harga diri. Dalam segala hal, letakkan menurut ukuran yang pertengahan,
sebab sesuatu yang berlebihan dari segala macam perkara itu pasti tidak baik dan tercela.

Jangan gemar melihat di kedua sampingmu, kanan atau kiri. Jangan pula banyak
menoleh ke mana-mana. Jangan pula terlampau tajam memandang orang lain. Jikalau
engkau duduk, maka janganlah seolah-olah sebagaimana orang yang tidak tenang duduknya
dan seperti orang yang hendak melompat-lompat sahaja.

Usahakanlah supaya dudukmu itu sentiasa tampak tenang, kata-katamu selalu teratur
dan tertib. Dengarlah hati-hati percakapan orang yang ada di mukamu, tanpa menunjukkan
kehairanan yang amat sangat. Jangan pula engkau biasa meminta orang lain mengulangi
perbicaraannya. Jikalau ada hal-hal yang mentertawakan, maka diamlah secepat mungkin.

Janganlah dalam bercakap-cakap itu engkau membanggakan dirimu sendiri, anak-


anakmu, rambutmu, karangan-karanganmu atau apa sahaja yang engkau anggap suatu
keistimewaan dalam dirimu atau keluargamu.

Jikalau engkau berdebat, pegang teguhlah kesopanan. Janganlah engkau dianggap


manusia yang bodoh dan tolol oleh orang lain, terutama oleh lawanmu. Jauhkanlah sikap
tergesa-gesa, fikirkanlah masak-masak hujah atau bantahanmu. Jangan sesekali berisyarat
dengan menggunakan tangan dan jangan pula suka menoleh ke belakang. Jikalau engkau
sedang marah, diamlah dulu dan setelah reda kemarahanmu, ucapkanlah isi hatimu dengan
baik. [/box]

[box title=Adab - Adab Pergaulan] BATAS-BATAS PERGAULAN


REMAJA HARI INI[/box]

[box title=1. Tidak Menundukkan Pandangan (Gadhdhul Bashar)]


Bukankah ada pepatah yang mengatakan, "Dari mana datangnya cinta? Dari mata turun ke
hati". Maka jangan kita ikuti seruan yang mengatakan, "Ah, tidak perlu gadhdhul bashar,
yang penting kena jaga hati!".
Namun, bukanlah menunduk pandangan sehingga terlanggar tiang tetapi cukup sekadar kita
memastikan pandangan kita terjaga daripada melihat sesuatu yang tidak syarie. Lelaki
memandang wanita dengan penuh nafsu dan tidak alah juga wanita yang berkelakuan
demikian walau tampil warak berbungkus.[/box]

[box title=2. Couple]Duduk berdua di taman-taman, kedai-kedai makan, berjaan berdua malah
ada yang lebih licik dengan menggunakan platform rasmi yang bernama meeting di tempat-
tempat yang mencurigakan bagi yang terlibat dengan persatuan mahasiswa. Walaupun
kebanyakan masyarakat sekitar tidak mempedulikan tindakan sebegini kerana menganggap
mahasiswa/i berpendidikan yang berdua-duaan ini sedang berdiskusi tentang pelajaran atau
tugas, namun apapun alasannya, maka menutup pintu fitnah ini adalah langkah terbaik dan
wajib bagi kita.

Sememangnya masyarakat kian dirosakkan dengan istilah 'jangan jaga tepi kain orang'.
Inilah suatu racun yang sedang merosak dan enghancurkan fikrah ummah. Sudah tida lagi
ungkapan amar makruf nahi mungkar dikalnagn masyarakat hingga menyebabkan anak-anak
muda denang sewenangnya berdua-duaan.
[/box]

cintai saudaramu mendekati sunah dan suruhan

rasulmu dan ALLAH

cintai rasulmu mendekati mu kepada ALLAH...

cintai ALLAH mendekati kamu dengan keredhaanNYA...

Assalamua'laikum...

Pergaulan memerlukan penelitian dan penjagaan adab yang sewajarnya antara lelaki dan wanita yang bukan menjadi

mahramnya...

Sebagaimana yang dianjurkan Islam supaya lelaki dan wanita menundukkan pandangan mereka daripada apa yang

diharamkan mereka untuk melihatnya. Wanita dan lelaki yang baik akan sentiasa menjaga pandangan mereka...inikan

dalam batas pergaulan- memandang benda bukan ajnabi sudah haram bagaimana pula dalam bersentuhan atau

percakapan...

wallahu a'lam...
:: Apa yg penting kita kena jaga IKHTILAD ketika pergaulan..
:: Ikhtilad adalah amat penting dalam apa jua aspek kita lakuan ketika berurusan dgn kaum adam..
Realiti hari ini menyaksikan manusia lelaki dan wanita telah bolos daripada pegangan agamanya
sebagaimana bolosnya anak panah dari busarnya. Sifat, sikap, adab dan disiplin pergaulan jauh sekali
daripada ajaran Islam. Dalam fenomena seperti ini perkataan ikhtilat (pergaulan antara lelaki dan wanita
ajnabi) tentu sekali menjadi persoalan yang mengancam kesejahteraan masyarakat dan keutuhan
agama.

Oleh kerana itu ulama-ulama Islam satu masa dahulu secara tegas menghukumkan masalah ikhtilat di
sekolah, di pasar dan di mana-mana tempat adalah haram. Wanita Islam pula dididik agar
mengutamakan rumah daripada pekerjaan. Oleh kerana itu isu wanita bekerja dan apatah lagi berpolitik
adalah satu isu yang ditegah pada satu masa dahulu.

Apakah sebenarnya ikhtilat itu haram?

Fiqh semasa pada kali ini akan menghuraikan hukum pergaulan antara lelaki dan perempuan dalam
berbagai sempena dari segi dalil, skop perbincangan dan batas-batas pergaulan. Contohnya wanita di
tempat kerja, di pasar, di pentas dan bergelut di bidang politik. Adakah ia harus melakukan kerja-kerja
yang seperti itu padahal dia terpaksa bergaul, bercakap dan bersemuka dengan bukan muhram dan
bukan kaum sejenis mereka.

Adakah wanita sepenuhnya seperti lelaki dalam bercampur dengan lelaki ajnabi? Yakni adakah
percampuran mereka dengan lelaki sama dengan percampuran lelaki dengan lelaki, tanpa ada
perbezaan?

Jawapannya ialah:
Tidak, secara pastinya tidak. Tidak ada seorang pun yang mengatakan bahawa pergaulan wanita dengan
lelaki sama dengan pergaulan lelaki dengan lelaki. Kerana asasnya pergaulan lelaki sesama lelaki adalah
harus, tetapi pergaulan lelaki dengan wanita tidak begitu. Maka kalau itu asasnya, pergaulan lelaki dan
wanita adalah haram, bukan harus.

Percampuran Yang Diharuskan

Setelah kita mengetahui asal hukum pergaulan antara lelaki dan perempuan adalah haram, maka ia
adalah suatu perkara yang wajib dihindarkan kecuali dalam keadaan terpaksa atau keperluan yang
mendesak. Sheikh Abd. Karim Zaidan dalam kitabnya al-Mufassal Fi al-Ahkam al-Mar'ah yang masyhur
menyebutkan contoh-contoh keadaan tersebut seperti di bawah.

1* Harus kerana terpaksa (dharurah)


Ikhtilat yang berlaku kerana terpaksa seperti yang disebutkan oleh Imam Nawawi dengan katanya:
"Berkata ahli mazhab Syafie: "Tidak ada perbezaan dalam pengharaman khulwah (berdua-duaan) sama
ada dalam solat atau selainnya. Dikecualikan daripada hukum ini keadan-keadaan dharurah, seperti jika
seseorang lelaki ajnabi mendapati seorang wanita ajnabi bersendirian di jalan, jauh daripada kumpulan
manusia, maka harus ia menumpangkan wanita tersebut jika dibimbangi keselamatannya, maka pada
ketika itu hukum menumpangkannya adalah wajib tanpa khilaf. Antara contoh dharurah yang lain ialah
seperti seorang lelaki ajnabi melarikan wanita dengan tujuan menyelamatkannya daripada diperkosa,
jika itu adalah satu satu jalan untuk menyelamatkan wanita tersebut.

2* Harus kerana keperluan (hajat)


Ulama' berkata, hajat mengambil peranan dharurah dalam mengharuskan perkara yang haram. Di sana
dicatatkan beberapa keperluan yang dianggap mengharuskan ikhtilat antara lelaki dan perempuan.

a) Ikhtilat kerana urusan jual beli yang dibenarkan oleh syarak


Harus bagi wanita bercampur dengan lelaki semasa berjual beli, melakukan tawar menawar, memilih
barang dengan syarat tidak berlaku khulwat (berdua-duaan) dan memelihara adab adab pergaulan.

b) Ikhtilat kerana melakukan kerja kehakiman


Wanita harus menjadi hakim dalam perkara selain hudud di sisi Hanafiah dan dalam semua perkara di
sisi az-Zahiriah dan Imam at-Tabari. Sudah termaklum kerja seperti ini mengundang percampuran
dengan kaum lelaki yang terdiri daripada pendakwa, tertuduh, saksi dan lain-lain.

c) Ikhtilat kerana menjadi saksi


Islam mengharuskan wanita menjadi saksi dalam kes berkaitan dengan harta dan hak-haknya. Seperti
dinyatakan dalam ayat akhir surah al-Baqarah. Menjadi saksi akan mendedahkan diri kepada
percampuran dengan lelaki ajnabi.

d) Ikhtilat kerana amar makruf nahi mungkar


Ibnu Hazmin telah menyebutkan dalam kitabnya al-Muhalla bahawa Umar al-Khattab RA telah melantik
al-Syifa menjadi penguatkuasa perbandaran. Sudah tentu beliau akan bercampur dengan lelaki ketika
menjalankan tugasnya.

e) Ikhtilat kerana melayan tetamu


Harus bagi wanita melayan tetamu bersama suaminya dan jika ada alasan yang syar'i seperti tujuan
memuliakan tetamu dan sebagainya walaupun ia terpaksa bercampur dengan tetamu. Dalam hadith
Bukhari, ada diriwayatkan bahawa Ummu Usaid melayani Rasulullah SAW dengan menghidangkan
makanan dan menuangkan minuman untuk Baginda SAW.

f) Ikhtilat kerana memuliakan tetamu dan jika perlu makan bersamanya


Harus bagi wanita makan bersama tetamu dan suami tetamu kerana tujuan memuliakan tetamu atau
tujuan lain yang syar'i. Muslim meriwayatkan kisah satu keluarga yang ingin memuliakan Rasulullah
SAW dan bertamukan baginda. Oleh kerana makanan yang sedikit, mereka memadamkan api dan
memperlihatkan bahawa mereka makan bersama sama baginda. Ini bererti bahawa orang Ansar dan
isterinya itu duduk bersama tetamu untuk makan bersama, walaupun mereka tidak makan, kerana
mengutamakan tetamu.

g) Ikhtilat dalam kenderaan awam


Harus bagi wanita keluar rumah kerana menunaikan kerja-kerjanya yang diharuskan, walaupun terpaksa
bercampur dengan lelaki ajnabi, seperti keluar untuk menziarahi dua ibu bapanya, membeli belah dan
ke hospital, meski pun ia terpaksa menaiki kederaan awam yang menyebabkan berlaku percampuran
dengan penumpang lain dari kalangan lelaki ajnabi, dia mungkin duduk atau berdiri ditepinya.
Percampuran ini diharuskan oleh keperluan yang syar'ie.

h) Ikhtilat dalam kerja-kerja jihad


Antara contoh pergaulan sewaktu jihad ialah seperti membawa air, merawat pesakit dan seumpamanya.
Semua perkara tersebut adalah harus dilakukan oleh wanita kerana maslahah syariah. Bukhari
menyebut dalam sahihnya daripada Ar-Rabei binti Muawwiz katanya:
"Kami bersama Nabi SAW merawat pesakit, memberi minum dan menghantar jenazah yang terbunuh ke
Madinah."

i) Ikhtilat untuk tujuan belajar atau mendengar nasihat


Antara suasana yang diharuskan, ikhtilat dengan tujuan mengajar agama kerana Bukhari meriwayatkan
bahawa Rasulullah SAW keluar pada satu hari raya dan sembahyang dua rakaat. Setelah selesai solat
Baginda berpusing mengarah wanita. Baginda menasihati mereka dan menyuruh mereka bersedekah,
bersama baginda ialah Bilal.

j) Ikhtilat dalam suasana yang telah menjadi adat kebiasaan


Tersebut dalam kitab Muwatta' persoalan: "Adakah harus bagi wanita makan bersama hamba atau lelaki
bukan muhramnya?" Berkata Malik: "Tidak ada halangan pada perbuatan tersebut, jika dalam ruang
uruf bahawa wanita makan bersama lelaki tersebut." Kadang-kadang wanita makan bersama suami dan
mereka yang sering makan bersama suaminya. Antara contoh yang berlaku pada zaman ini ialah
percampuran sewaktu menziarahi sanak saudara. Dalam suasana yang seperti ini akan berlaku
percampuran antara lelaki dan perempuan dalam satu bilik, makan pada satu meja dan sebagainya. Ini
semua diharuskan selama terpelihara adab-adab Islamiah.

Allahu Ta'ala a'lam...

You might also like