You are on page 1of 7

STATUS TUTORIAL PASIEN KULIT DAN KELAMIN

I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. EH
Usia : 26 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : Mahasiswa
Alamat : Bantul.
No RM : 01-13-87-XX
Tanggal Periksa : Rabu, 23 Juli 2016, pukul 10.30 WIB di Poliklinik
Kulit dan Kelamin RS. Bethesda Yogyakarta.
II. ANAMNESA
A. Keluhan Utama
Bercak-bercak merah di wajah.

B. Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien datang ke Poli Kulit dan Kelamin dengan keluhan bercak merah
pada wajah yang timbul sejak 1 bulan yang lalu. Satu minggu yang lalu
bercak-bercak merah bertambah banyak setelah memakai krim wajah, namun
isi dari krim wajah tidak diketahui. Pasien mengaku sering menggaruk bercak-
bercak merah tersebut. Bercak merah pada pasien tidak dirasa gatal maupun
nyeri.

C. Riwayat penyakit Dahulu


Pasien memiliki riwayat keluhan serupa yakni jerawat pada wajah yang
hilang timbul. Jerawat disertai dengan wajah berminyak dan komedo.
Untuk keluhan lain seperti asma, riwayat kejang, riwayat batuk lama
maupun riwayat sakit yang lain disangkal oleh keluarga pasien.

D. Riwayat Operasi
Pasien memiliki tidak riwayat operasi

E. Riwayat Alergi
Pasien tidak memiliki riwayat alergi.

F. Riwayat Penyakit Keluarga


Ibu Kandung pasien memiliki penyakit serupa dengan pasien yakni jerawat
komedo dan wajah berminyak.

G. Riwayat Pengobatan

1
Pasien hanya memakai krim wajah namun tidak mengethaui apa isinya.

H. Gaya Hidup
Pasien rajin membersihkan wajah menggunakan sabun pembersih wajah
dan cream dari dokter.
Pasien suka memencet jerawat dan komedo.

III. PEMERIKSAAN FISIK:


1. Keadaan Umum : Baik
2. Kesadaran : Compos Mentis
3. GCS : 15 (E4V5M6)
4. Tanda Vital : Tidak Dilakukan
5. Status gizi : Cukup
6. Status Generalis :
Wajah : Sesuai status lokalis.
Leher : Tidak dilakukan pemeriksaan.
Aksilla : Tidak dilakukan pemeriksaan.
Thorax : Tidak dilakukan pemeriksaan.
Abdomen : Tidak dilakukan pemeriksaan.
Ektremitas atas : Sesuai status lokalis.
Ekstremitas Bawah : Sesuai status lokalis.

7. Status Lokalis ( Ujud Kelainan Kulit) :


Pada regio fasialis didapatkan ujud kelainan kulit berupa gambaran
scar atrofik, makula hiperpigmentasi dan eritem, multiple, diskret.
IV. DAIGNOSA BANDING:
Acne vulgaris stadium ringan
Rosacea

V. PEMERIKSAAN PENUNJANG :
Tidak dilakukan

VI. DIAGNOSA KERJA:


Acne Vulgaris

VII. TATALAKSANA
Acne Vulgaris stadium ringan diberikan terapi antibiotik oral dan retinoid
topical. Dalam hal ini diberikan retinoid topical diberikan cream tretinoin
0,025 %.

R/tretinoin 0,025 % cream tube No I


2
S u e 1.dd aplic pas dol (pada malam hari)

VIII. EDUKASI :
Edukasi pasien mengenai penyakit, faktor resiko dan alasan
dikonsultasikan ke dokter spesialis kulit kelamin dan dokter spesialis
bedah.
Edukasi pasien untuk Menjaga kebersihan wajah
Mengendalikan stress dan cukup waktu untuk istirahat
Tidak memencet jerawat maupun komedo karena dapat menimbulkan
infeksi sekunder
Pasien dianjurkan untuk mengurangi konsumsi makanan berlemak dan
tentunya selalu menjaga kebersihan terutama pada daerah wajah.
IX. PROGNOSIS :
A. Acne Vulgaris
Quo ad Vitam : bonam
Quo ad Fungsionam : bonam
Quo ad sanationam : dubia ad bonam
Quo ad Cosmeticam : dubia ad bonam
X. RESUME :
Pria berusia 26 tahun, datang ke Poliklinik Kulit dan Kelamin dengan
keluhan utama bercak merah pada wajah yang timbul sejak 1 bulan yang lalu.
Keluhan tidak disertai dengan rasa gatal ataupun perih. Menurut pasien wajahnya
berminyak dan banyak komedo. Pada pemeriksaan kulit didapatkan gambaran
ujud kelainan kulit Pada regio fasialis didapatkan ujud kelainan kulit berupa
gambaran scar atrofik, makula hiperpigmentasi dan eritem, multiple, diskret.

3
ACNE VULGARIS

Pendahuluan

Acne vulgaris atau jerawat, selanjutnya disebut acne, adalah penyakit kulit konstruktif
dan inflamatif kronik pada unit pilosebasea yang sering terjadi pada masa remaja. Acne
sering menjadi tanda pertama pubertas dan dapat terjadi satu tahun sebelum menarkhe atau
haid pertama. Onset acne pada perempuan lebih awal daripada laki-laki karena masa pubertas
perempuan umumnya lebih dulu daripada laki-laki. Prevalensi acne pada masa remaja cukup
tinggi, yaitu berkisar antara 47 90% selama masa remaja.
Perempuan ras Afrika Amerika dan Hispanik memiliki prevalensi acne tinggi, yaitu
37% dan 32%, sedangkan perempuan ras Asia 30%, Kaukasia 24%, dan India 23%. Pada ras
Asia, lesi infl amasi lebih sering dibandingkan lesi komedonal, yaitu 20% lesi inflamasi dan
10% lesi komedonal. Tetapi pada ras Kaukasia, acne komedonal lebih sering dibandingkan
acne inflamasi, yaitu 14% acne komedonal, 10% acne infl amasi.
Acne memiliki gambaran klinis beragam, mulai dari komedo, papul, pustul, hingga
nodus dan jaringan parut, sehingga disebut dermatosis polimorfik dan memiliki peranan
poligenetik. Pola penurunannya tidak mengikuti hukum Mendel, tetapi bila kedua orangtua
pernah menderita acne berat pada masa remajanya, anak-anak akan memiliki kecenderungan
serupa pada masa pubertas. Meskipun tidak mengancam jiwa, acne memengaruhi kualitas
hidup dan memberi dampak sosioekonomi pada penderitanya.

Patogenesis

Patogenesis acne meliputi empat faktor, yaitu hiperproliferasi epidermis folikular


sehingga terjadi sumbatan folikel, produksi sebum berlebihan, inflamasi, dan aktivitas
Propionibacterium acnes (P. acnes). Androgen berperan penting pada patogenesis acne
4
tersebut. Acne mulai terjadi saat adrenarke, yaitu saat kelenjar adrenal aktif menghasilkan
dehidroepiandrosteron sulfat, prekursor testosteron. Penderita acne memiliki kadar androgen
serum dan kadar sebum lebih tinggi dibandingkan dengan orang normal, meskipun kadar
androgen serum penderita acne masih dalam batas normal. Androgen akan meningkatkan
ukuran kelenjar sebasea dan merangsang produksi sebum, selain itu juga merangsang
proliferasi keratinosit pada duktus seboglandularis dan akroinfundibulum.
Hiperproliferasi epidermis folikular juga diduga akibat penurunan asam linoleat kulit
dan peningkatan aktivitas interleukin 1 alfa. Epitel folikel rambut bagian atas, yaitu
infundibulum menjadi hiperkeratotik dan kohesi keratinosit bertambah, sehingga terjadi
sumbatan pada muara folikel rambut. Selanjutnya di dalam folikel rambut tersebut terjadi
akumulasi keratin, sebum, dan bakteri, dan menyebabkan dilatasi folikel rambut bagian atas,
membentuk mikrokomedo. Mikrokomedo yang berisi keratin, sebum, dan bakteri, akan
membesar dan ruptur. Selanjutnya, isi mikrokomedo yang keluar akan menimbulkan respons
inflamasi. Akan tetapi, terdapat bukti bahwa inflamasi dermis telah terjadi mendahului
pembentukan komedo.
Faktor keempat terjadinya acne adalah P. acnes, bakteri positif gram dan anaerob
yang merupakan flora normal kelenjar pilosebasea. Remaja dengan acne memiliki
konsentrasi P. acnes lebih tinggi dibandingkan remaja tanpa acne, tetapi tidak terdapat
korelasi antara jumlah P. acnes dengan berat acne. Peranan P. acnes pada patogenesis acne
adalah memecah trigliserida, salah satu komponen sebum, menjadi asam lemak bebas
sehingga terjadi kolonisasi P. acnes yang memicu inflamasi. Selain itu, antibodi terhadap
antigen dinding sel P. acnes meningkatkan respons inflamasi melalui aktivasi komplemen.
Enzim 5-alfa reduktase, enzim yang mengubah testosteron menjadi dihidrotestosteron
(DHT), memiliki aktivitas tinggi pada kulit yang mudah berjerawat, misalnya pada wajah,
dada, dan punggung. Pada hiperandrogenisme, selain jerawat, sering disertai oleh seborea,
alopesia, hirsutisme, gangguan haid dan disfungsi ovulasi dengan infertilitas dan sindrom
metabolik, gangguan psikologis, dan virilisasi. Penyebab utama hiperandrogenisme adalah
sindrom polikistik ovarium (polycystic varian syndrome, PCOS). Sebagian penderita PCOS,
yaitu sebanyak 70%, juga menderita acne. Meskipun demikian, sebagian besar acne pada
perempuan dewasa tidak berkaitan dengan gangguan endokrin. Penyebab utama acne pada
kelompok ini adalah perubahan respons reseptor androgen kulit terhadap perubahan hormon
fisiologis siklus haid. Sebagian besar perempuan mengalami peningkatan jumlah acne pada
masa premenstrual atau sebelum haid.

5
Gambaran Klinis
Acne paling banyak terjadi di wajah, tetapi dapat terjadi pada punggung, dada, dan
bahu. Di badan, acne cenderung dekonsentrasi dekat garis tengah tubuh. Penyakit ini ditandai
oleh lesi yang bervariasi, meskipun satu jenis lesi biasanya lebih mendominasi. Lesi
noninflamasi, yaitu komedo, dapat berupa komedo terbuka (blackhead comedones) yang
terjadi akibat oksidasi melanin, atau komedo tertutup (whitehead comedones). Lesi inflamasi
berupa papul, pustul, hingga nodus dan kista. Scar atau jaringan parut dapat menjadi
komplikasi acne noninflamasi maupun acne inflamasi. Derajat acne berdasarkan tipe dan
jumlah lesi dapat digolongkan menjadi ringan, sedang, berat, dan sangat berat

Pemeriksaan Penunjang

Meskipun androgen berperan penting, sebagian besar penderita acne tanpa gejala
hiperandrogenisme memiliki kadar androgen serum normal, dan derajat berat acne tidak
berkorelasi dengan kadar androgen serum. Diduga, androgen hanya sebagai faktor pemicu
acne. Klinis acne lebih ditentukan oleh produksi androgen lokal di kulit yang berlebihan
dan/atau reseptor androgen yang banyak serta sangat responsif.

Terapi

6
DAFTAR PUSTAKA

1. Adhi Djuanda, dkk. 2011. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi 6. Jakarta : Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.
2. Wolff K, Johnson RA, Suurmond D. Color Atlas and Synopsis of Clinical Dermatology.
2009. In : Fitzpatrick. 6 thed. New york : McGraw Hill Company.
3. Http://www.kalbemed.com/Portals/6/203_CME-Acne%20Vulgaris.pdf [Diunduh 2 Juli
2016]

You might also like