You are on page 1of 11

Pendahuluan

Luka bakar atau combustio adalah kerusakan kulit yang dapat disertai kerusakan jaringan
dibawahnya yang disebabkan oleh perubahan suhu dimana terjadi kontak dengan sumber panas
seperti api, air panas, listrik, bahan kimia dan radiasi. Luka bakar adalah luka biasa dan pada
mulanya merupakan luka yang steril.
Patofisiologi
Terdapat beberapa efek yang ditimbulkan luka berupa : efek panas pada kulit, efek panas
pada pembuluh darah dan pembuluh limfe dan efek panas terhadap metabolisme secara umum.
1. Gangguan fungsi kulit
Kulit yang normal berfungsi sebagai barier terhadap mikroorganisme dan mengatur
penguapan air dan pengeluaran panas. Akibat luka bakar mikroorganisme dengan mudah
masuk kedalam tubuh. Pengaturan penguapan air dan pengeluaran panas juga rusak
sehingga mudah terjadi dehidrasi. Makin luas luka bakar, makin banyak cairan yang
keluar.
2. Kerusakan pembuluh dan limfe
Akibat luka terjadi vasodilatasi sehingga permeabilitas kapiler meningkat dan cairan
bersama elektrolit dan protein lebih mudah keluar. Hal ini dapat menyebabkan edema
jaringan sekitarnya dan permukaan luka menjadi basah. Jika isi pembuluh darah rusak,
dapat terjadi trombosis, sel eritrosit rusak sehingga dapat terjadi hemoglobinemia dan
hemoglobinuria bahkan kadang-kadang timbul ikterus. Akibat perembesan cairan terjadi
hemokonsentrasi intravaskular dan lama-kelamaan terjadi shok hipovolemik.
3. Gangguan metabolisme
Setiap terjadi trauma, tubuh meningkatkan sekresi katekolamin dan kortikosteroid
akibatnya terjadi balance N yang negatif dan cadangan lemak digunakan untuk
memenuhi kebutuhan kalori. Gangguan metabolisme menimbulkan manifestasi klinis
berupa anoreksia, muntah-muntah.

1
Klasifikasi Luka Bakar
1. Berdasarkan penyebab:
- Luka bakar karena api
- Luka bakar karena air panas
- Luka bakar karena bahan kimia (asam kuat dan basa kuat)
- Luka bakar karena radiasi
- Luka bakar karena listrik dan petir
2. Berdasarkan kedalaman kerusakan jaringan:
- Luka bakar derajat I (first degree)
- Luka bakar derajat II(second degree), yang dibagi:
-superfisial dan profunda
- Luka bakar derajat III (third degree)
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Berat-ringannya Luka Bakar
1. Luas Luka Bakar
Penentuan luas luka bakar sangat penting untuk menentukan terapi cairan,
perawatan dan prognosis. Ada beberapa cara untuk menilai luas luka bakar:
a. Cara telapak tangan
Cara ini menggunakan luas telapak tangan penderita, prinsipnya luas
telapak tangan = 1%. Cara ini merupakan cara cepat dapat digunakan pada
keadaan darurat.
b. Rule of nine
Digunakan pada orang dewasa karena luas permukaan bagian tubuh orang
dewasa relatif sama. Cara ini mudah, praktis, dan cepat dikerjakan tetapi kurang
teliti.
Bagian Tubuh Nilai
Kepala dan lahir 9%
Dada 9%
Perut 9%
Punggung 9%
Pinggang dan bokong 9%
Ekstrimitas atas kanan 9%
Ekstrimitas atas kiri 9%
Ekstrimitas bawah kanan 18%
Ekstrimitas bawah kiri 18%

2
Perineum dan genitalia 1%
eksterna

c. Rule of five
Digunakan pada bayi dan anak-anak karena luas permukaan bagian tubuh
anak berbeda dimana luas relatif permukaan kepala anak lebih besar dan luas
relatif permukaan kaki lebih kecil
Bagian tubuh Bayi Anak
Kepala 4 x 5% 3 x
5%
Lengan kanan dan kiri 2 x 5% 2 x
5%
Badan depan dan belakang 4 x 5% 3 x
5%
Kaki kanandan kiri 2 x 5% 3 x
5%

d. Lund and Browder Charts


Cara ini lebih sulit tetapi lebih tepat dan dapat digunakan pada anak maupun
dewasa

Alat tubuh Usia (tahun)


0-1 1-4 4-9 10-15 Dewasa
Kepala 19 17 13 10 7
Leher 2 2 2 2 2
Dada sampai perut 13 13 13 13 13
Punggung smp 13 13 13 13 13
bokong
Genitalia 1 1 1 1 1
Lengan atas kanan 4 4 4 4 4
Lengan atas kiri 4 4 4 4 4
Lengan bawah 3 3 3 3 3
kanan
Lengan bawah kiri 3 3 3 3 3
Tangan kanan 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5
Tangan kiri 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5
Paha kanan 5,5 6,5 8,5 8,5 9,5

3
Paha kiri 5,5 6,5 8,5 8,5 9,5
Tungkai kanan 5 5 5,5 6 7
Tungkai kiri 5 5 5,5 6 7
Kaki kanan 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5
Kaki kiri 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5

2. Dalamnya luka bakar


a. Luka bakar derajat I (pain, eritema, lake of blisters)
Luka bakar hanya mengenai epidermis
Terlihat eritema, edema minimum, kering, dan sangat sensitif
Jika ada blister / bullae (gelembung) hanya kecil-kecil disebut minute blister
(tidak terlihat oleh mata)
Keluhan berupa rasa nyeri yang membaik dalam 2-3 hari
Luka bakar derajat ini sembuh dalam 5-10 hari, tak ada scar
Contoh: terkena sengatan matahari.
b. Luka bakar derajat II
Kerusakan meliputi epidermis dan sebagian dermis
Kemerahan makin jelas, blister/bulae dapat dilihat mata
Kulit masih sensitif sehingga dijumpai rasa nyeri
Dibagi menjadi:
i. Superfisial:
- Luka bakar kena seluruh epidermis (papilar dermis and pain of sensitive
nerve ending)
- Timbul kemerahan dan lepuh (blister) (pink or moist)
- Folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar sebasea masih utuh
- Penyembuhan dalam waktu 10-14 hari, bisa ada scar atau tidak
ii. Profunda: Luka bakar sudah kena stratum germinativum dan korium (papillary
reticular dermis)
- Kulit tampak merah atau merah muda (white or mottled pink)
- Folikel rambut, klj. keringat dan sebasea sebagian mengalami kerusakan
(dapat tak sakit)
- Penyembuhan dalam 25-35 hari, significant scar keloid
c. Luka bakar derajat III

4
Seluruh lapisan kulit mati, kulit menjadi kering (epidermis, dermis,
subcutaneus)
Kulit berwarna coklat, putih, merah, atau hitam (charred seperti arang)
Terjadi anestesi dimana kulit tidak bisa merasakan nyeri karena sudah terjadi
kerusakan reseptor rasa nyeri. Pin prick test: jarum steril dimasukkan ke
daerah luka bakar. Bila tidak terasa nyeri, test dikatakan (+)
Eritorisit banyak yang rusak, terjadi edema hebat dan kerusakan permanen
Penyembuhan berlangsung lama karena tidak ada proses epitelisasi spontan

3. Umur penderita
Pada anak kecil dan orang tua luka bakar lebih berbahaya sebab daya tahan tubuh
kurang.
4. Lokasi luka bakar
Luka bakar yang terjadi di daerah leher / muka dan di tempat yang tertutup relatif
lebih berbahaya karena dapat menimbulkan gangguan pernapasan yang menyebabkan
laringoedema. Pada tempat-tempat yang sering bergerak, luka bakar lebih lama sembuh.

5. Keadaan umum sebelum mendapat luka bakar


6. Ada / tidaknya trauma lain selain luka bakar

Penggolongan berat ringan luka bakar


1. Luka bakar ringan
Luka bakar derajat I dan II dengan luas < 15% pada orang dewasa
Luka bakar derajat I dan II dengan luas < 10% pada anak-anak
Luka bakar derajat II dengan luas < 2%
Penderita cukup berobat jalan.
2. Luka bakar sedang
Luka bakar derajat II dengan luas 15-25% pada orang dewasa
Luka bakar derajat II dengan luas 10-20% pada anak-anak
Luka bakar derajat III dengan luas < 10%
Penderita sebaiknya dirawat.

5
3. Luka bakar berat
Luka bakar derajat II dengan luas > 25% pada orang dewasa
Luka bakar derajat II dengan luas > 20% pada anak-anak
Luka bakar derajat III dengan luas > 10%
Luka bakar yang mengenai tangan, wajah, mata, telinga, kaki, dan genitalia,
persendian sekitar ketiak
Semua penderita dengan inhalasi, luka bakar dengankomplikasi trauma berat, luka
bakar resiko tinggi
Penderita harus dirawat

Penatalaksanaan
Tujuan utama:
1. Menghindarkan si korban dari kematian
2. Mengusahakan agar luka sembuh per primum
3. Jika timbul cacat, usahakan seminimal mungkin

Penatalaksanaan awal luka bakar mengikuti prinsip umum penderita trauma:


Menghentikan proses luka bakar dengan menjauhi penderita dari sumber panas.
Misalnya jika sumber panasnya api, siram dengan air atau bahan yang tak mudah
terbakar, jika berasal dari sumber listrik, segera putuskan aliran listrik.
Cegah kerusakan lebih lanjut. Dapat dilakukan kompres dingin atau air yang mengalir
selama 15-20 menit, jangan terlalu lama sebab perawatan dengan air dingin yang
lama dapat menimbulkan hipotermia teruatam pada pasien dengan luka bakar yang
luas.
Atasi syok jika terjadi syok. Pertolongan pertama Airway, Breathing, Circulation
(ABC)
Perawatan luka bakar meliputi:

A. Perawatan umum, terdiri:


1. Terapi cairan
Tujuan: mempeerbaiki dan mempertahankan sirkulasi
Indikasi: - luka bakar derajat II dan III dengan luas luka bakar > 25%

6
- penderita yang tak bisa minum
Resusitasi cairan metode EVANS (1952)
Dalam 24 jam I NaCl 0,9% : 1 ml x BB x % luka bakar
Koloid : 1 ml x BB x % luka bakar
Dekstrose 5% : 2000 ml (pengganti IWL)
Dalam 24 jam II NaCl 0,9% : 0,5 ml x BB x % luka bakar
Koloid : 0,5 ml x BB x % luka bakar
Dekstrose 5 % : 2000 ml (pengganti IWL)
Resusitasi tepat jika urine > 50cc/jam

Resusitasi cairan metode BROOKE


Dalam 24 jam I Koloid: 0,25 ml x BB x % luka bakar
Ringer laktat: 0,75 ml x BB x % luka bakar
Dekstrose 5% : 2000 ml (pengganti IWL)
Dalam 24 jam II Koloid: 0,25 ml x BB x % luka bakar
Ringer laktat : 0,75 ml x BB x % luka
bakar
Dekstrose 5 % : 2000 ml (pengganti IWL)

Resusitasi cairan metode EVANS (1952)


Dalam 24 jam I Ringer laktat : 4 x BB x % luka bakar
Dalam 24 jam II Ringer laktat : 4 x BB x % luka bakar
Pemberian cairan:
Jumlah volume cairan merupakan perkiraan
Pemberian disesuaikan dengan monitoring
volume diberikan 8 jam pertama sejak trauma, volume sisanya dalam 16 jam
berikutnya
Cairan tubuh yan gdiperlukan untuk mengatasi syok tidak termasuk dalam perkiraan
volume cairan

7
Monitoring sirkulasi: Observasi tensi, nadi, kesadaran
Diuresis, bila : < 1 cc / kgBB 2 jam berturut-turut, tetesan percepat 50%
< 2 cc / kgBB 2 jam berturut-turut, tetesan perlambat 50%
Pemasangan CVP
Cek Hb, Ht, elektrolit, ureum, creatinin tiap jam
2. Analgetik kuat
Diberikan petidin secara intravena. (0,1 mg / kgBB IV) {hindari efek samping
depresi pernapasan}
3. Toksoid dan ATS
ATS harus diberikan jika penderita belum mendapat imunisasi dasar. Bila sudah
mendapat imunisasi dasar dapat diberikan toksoid 1 cc tiap 2 minggu selama 3 kali.

4. Antibiotika
Berikan antibiotik spektrum luas sambil menunggu hasil kultur
5. Terapi posisi tubuh (Body positioning)
Menempatkan bagian yang luka sedemikian rupa sehingga tidak terjadi banyak
komplikasi, misalnya:
- Luka bakar dibagian atas ditempatkan lebih tinggi agar edema berkurang
-Luka bakar pada sendi siku, bagian bawah lengan difleksikan untuk mencegah
kontraktur
- Luka bakar di tangan diusahakan agar jari-jari tidak saling melekat
6. Fisioterapi
Dimulai segera setelah edema berkurang, terutama pada luka bakar anggota gerak
7. Psikoterapi
Penting terutama pada luka bakar luas daerah wajah
8. Nutrisi
Pemberian nutrisi diutamakan pada jumlah kalori dan protein. Kalori yang masuk
diusahakan > 60% dari perhitungan. Roborantiia perlu diberikan (vitamin A, B kompleks,
C)

B. Perawatan Lokal

8
1. Perawatan luka bakar tertutup
Biasa digunakan antibiotik topikal yang langsung dibubuhkan pada luka bakar
kemudian tutup dengan kasa steril. Atau menggunakan kasa khusus yang sudah
ada antibiotiknya (sufratulle, daryantulle, dll)
Kasa pembalut harus ada daya serap dan diganti tiap 8-24 jam, bila basah, berbau
dan bila timbul nyeri
Keuntungan : imobilisasi luka lebih sempurna
2. Perawatan luka bakar terbuka
Luka dibiarkan terbuka dan diharapkan sembuh sendiri
Perawatan harus benar-benar steril
Bila terdapat pus, kompres dengan NaCl 0,9%
Keuntungan: luka mudah kering, bakteri sukar berkembang biak, pengawasan
luka lebih mudah, tidak perlu ganti verban.

Komplikasi luka bakar


Infeksi: Merupakan masalah utama, jika infeksi berat dapat terjadi sepsis. Jika terjadi
infeksi beri antibiotik spektrum luas adatu dalam bentuk kombinasi. Kortikosteroid
jangan diberikan karena bersifat imunosupresif kecuali pada keadaan tertentu misalnya
edema laring berat
Curlings Ulcer (tukak Curling): Merupakan komplikasi serius, biasa muncul pada hari ke
5 10. Terjadi ulkus pada duodenum atau lambung, kadang-kadang disertai
hematemesis. Antasida perlu diberikan pada penderita luka bakar sedang hingga berat.
Gangguan jalan napas: Komplikasi yang biasanya sudah muncul pada hari ke-1. Terjadi
akibat inhalasi, aspirasi, edema paru dan infeksi. Penangannya dengan membersihkan
jalan napas, memberikan oksigen trakeostomi, kortikosteroid dosis tinggi dan antibiotik
Konvulsi: Komplikasi paling unik terjadi pada anak-anak disebabkan ketidakseimbangan
elektrolit, hipoksia, infeksi, obat-obatan, sisasnya tidak diketahui
Lain-lain: Kontraktur, gangguan kosmetis

9
10
DAFTAR PUSTAKA
1. Syamsuhidajat R, Wim de Jong. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi Revisi. EGC. Jakarta, 1997.
2. Karakat S, Bachsinar B. Bedah minor. Hipokrates. Jakarta, 1996.
3. Sabiston. Buku Ajar Bedah. Bagian I. EGC. Jakarta, 1997.

11

You might also like