You are on page 1of 17

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kontrol nyeri sangat penting dalam praktek operasi kedokteran gigi. Kontrol nyeri
yang baik akan membantu operator dalam melakukan operasi dengan hati-hati, tidak
terburu-buru, tidak menjadi pengalaman operasi yang buruk bagi pasien dan dokter
bedah. Sebagai tambahan pasien yang tenang akan sangat eambantu bagi seorang dokter
gigi. Operasi dentoalveolar dan prosedur operasi gigi minor lainnya yang dilakukan pada
pasien rawat jalan sangat tergantung pada anestesi lokal yang baik.1
Beberapa tindakan operasi di kedokteran gigi seperti pencabutan gigi, tindakan
bedah minor dan bedah mayor sering menimbulkan rasa sakit yang lama. Rasa sakit dapat
dihilangkan dengan suntikan anestesi. Penggunaan anestesi untuk menimbulkan pati rasa
selama operasi dalam rongga mulut merupakan bagian dari perawatan gigi untuk
mempermudah dalam penanganan perawatan gigi yang akan dilakukan, akan tetapi dapat
menyebabkan masalah akibat pemakaian anestesi yang tidak sesuai prosedur oleh karena
itu dianggap sebagai masalah khusus.2
Apabila melakukan suatu operasi, harus diambil keputusan apakah operasi
tersebut dilakukan dengan anestesi lokal atau umum. Riwayat penyakit, ketegangan dan
ketahanan tubuh terhadap anestesi inhalasi atau adanya masalah dalam operasi terdahulu
menjadi pertimbangan dalam pemilihan anestesi. Operasi dapat dilakukan dengan
menggunakan anestesi lokal atau umum, sehingga operator harus menilai indikasi dan
kontraindikasi keduanya sebelum memutuskan anestesi mana yang akan digunakan.1

1.2. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah pada makalah ini antara lain :

1
a. Apakah pengertian anestesi lokal?
b. Apakah indikasi dan kontraindikasi anestesi lokal?
c. Apa sajakah cara pemberian anestesi lokal pada rongga mulut?
d. Apa sajakah komplikasi anestesi lokal pada rongga mulut?

1.3. Tujuan

Tujuan dari makalah ini antara lain :


a. Mengetahui pengertian anestesi lokal.
b. Mengetahui indikasi dan kontraindikasi anestesi lokal.
c. Mengetahui cara pemberian anestesi lokal pada rongga mulut.
d. Mengetahui komplikasi anestesi lokal pada rongga mulut.

BAB II
PEMBAHASAN

2
2.1. Pengertian Anestesi Lokal

Menurut istilah, anestesi lokal (anestesi regional) adalah hilangnya rasa sakit pada
bagian tubuh tertentu tanpa desertai dengan hilangnya kesadaran. Anestesi lokal
merupakan aplikasi atau injeksi obat anestesi pada daerah spesifik tubuh, kebalikan dari
anestesi umum yang meliputi seluruh tubuh dan otak. Anestesi lokal memblok secara
reversible pada system konduksi saraf pada daerah tertentu sehingga terjadi kehilangan
sensasi dan aktivitas motorik.2
Menurut Latief dkk, Anestesi lokal ialah obat yang menghasilkan blokade
konduksi atau blokade lorong natrium pada dinding saraf secara sementara terhadap
rangsang transmisi sepanjang saraf, jika digunakan pada saraf sentral atau perifer.
Anestesi lokal setelah keluar dari saraf diikuti oleh pulihnya konduksi saraf secara
spontan dan lengkap tanpa diikuti oleh kerusakan struktur saraf.3
Untuk menghasilkan konduksi anestesi, anestesi lokal diinjeksikan pada
permukaan tubuh. Anestesi lokal akan berdifusi masuk ke dalam syaraf dan menghambat
serta memperlambat sinyal terhadap rasa nyeri, kontraksi otot, regulasi dari sirkulasi
darah dan fungsi tubuh lainnya. Biasanya obat dengan dosis atau konsentrasi yang tinggi
akan menghambat semua sensasi (nyeri, sentuhan, suhu, dan lain-lain) serta kontrol otot.
Dosis atau konsentrasi akan menghambat sensasi nyeri dengan efek yang minimal pada
kekuatan otot. Anestesi lokal dapat memblok hampir setiap syaraf antara akhir dari syaraf
perifer dan system syaraf pusat. Teknik perifer yang paling bagus adalah anestesi lokal
pada permukaan kulit atau tubuh.1

Struktur Kimia Anestesi Lokal


Anestesi lokal ialah gabungan dari garam larut dalam air (hidrofilik) dan alkaloid
larut dalam lemak (lipofilik). Bahan anestesi terdiri dari bagian kepala cincin
aromatik tak jenuh bersifat lipofilik, bagian badan sebagai penghubung terdiri dari
cincin hidrokarbon dan bagian ekor terdiri dari amino tersier bersifat hidrofilik.

3
Bagian lipofilik biasanya terdiri dari cincin aromatic (benzene ring) tak jenuh,
misalnya PABA (para-amino-benzoic acid). Bagian ini sangat esensial untuk aktifitas
anestesi. Bagian hidrofilik Biasanya golongan amino tersier (dietil-amin).3

Anestetika lokal yang ideal :2


- tidak iritatif/merusak jaringan secara permanen
- batas kemanan lebar
- onset cepat
- durasi cukup lama
- larut air
- stabil dalam larutan
- dapat disterilkan tanpa mengalami perubahan.

Anesteti lokal dibagi menjadi dua golongan :3


a. Golongan ester (-COOC-)
Kokain, benzokain (amerikain), ametocaine, prokain (nevocaine), tetrakain
(pontocaine), kloroprokain (nesacaine).
b. Golongan amida (-NHCO-)
Lidokain (xylocaine, lignocaine), mepivakain (carbocaine), prilokain
(citanest).bupivakain (marcaine), etidokain (duranest), dibukain (nupercaine),
ropivakain (naropin), levobupivacaine (chirocaine).

Mekanisme Kerja Anestesi lokal


Anestesi lokal bekerja pada reseptor spesifik di saluran natrium (sodium
channel). Hal ini mencegah peningkatan permeabilitas sel saraf terhadap ion natrium
dan kalium, sehingga terjadi depolarisasi pada selaput saraf dan hasilnya tidak terjadi
konduksi saraf.3
Mekanisme utama aksi anestetik lokal adalah memblokade voltage-gated sodium
channels. Membran akson saraf, membran otot jantung, dan badan sel saraf memiliki
potensial istirahat -90 hingga -60 mV. Selama eksitasi, lorong sodium terbuka, dan
secara cepat berdepolarisasi hingga tercapai potensial equilibrium sodium (+40 mV).
Akibat dari depolarisasi,, lorong sodium menutup (inaktif) dan lorong potassium

4
terbuka. Aliran sebelah luar dari repolarisasi potassium mencapai potensial
equilibrium potassium (kira-kira -95 mV). Repolarisasi mengembalikan lorong
sodium ke fase istirahat. Gradient ionic transmembran dipelihara oleh pompa sodium
tersebut. Akibat turunnya laju depolarisasi, ambang kepekaan terhadap rangsangan
listrik lambat Iaun meningkat, sehingga akhirnya terjadi kehilangan rasa setempat
secara reversible.4
Struktur obat anestetika lokal mempunyai efek langsung pada efek terapeutiknya.
Semuanya mempunyai gugus hidrofobik (gugus aromatik) yang berhubungan melalui
rantai alkil ke gugus yang relatif hidrofilik (amina tertier).4
Kecepatan onset anestetika lokal ditentukan oleh:4
- kadar obat dan potensinya
- jumlah pengikatan obat oleh protein dan pengikatan obat ke jaringan lokal
- kecepatan metabolisme
- perfusi jaringan tempat penyuntikan obat.
Pemberian vasokonstriktor (epinefrin) + anestetika lokal dapat menurunkan
aliran darah lokal dan mengurangi absorpsi sistemik. Vasokonstriktor tidak boleh
digunakan pada daerah dengan sirkulasi kolateral yang sedikit dan pada jari tangan
atau kaki dan penis. Golongan ester (prokain, tetrakain) dihidrolisis cepat menjadi
produk yang tidak aktif oleh kolinesterase plasma dan esterase hati. Bupivakain
terikat secara ekstensif pada protein plasma.

Efek Samping Anestesi lokal


Efek samping anestesi lokal pada sistem saraf pusat antara lain depresi,
stimulasi, atau keduanya, tergantung jalur saraf yang dipengaruhi anestetika lokal.
Overdosis anestetika lokal dapat menyebabkan :
- penurunan transmisi impuls pada neuromuscular junction dan sinaps ganglion
- mengakibatkan kelemahan dan paralisis otot.

2.2. Indikasi dan Kontraindikasi Anestesi Lokal Rongga Mulut

5
Anestesi lokal secara parenteral diberikan untuk infiltrasi dan anestesi
blok saraf.Infiltrasi anestesi umumnya digunakan untuk pembedahan minor dan
perawatan gigi.Anestesi blok saraf digunakan untuk pembedahan, perawatan gigi, dan
prosedur diagnosisdan pengontrolan rasa sakit. Karena keanekaragaman dari mekanisme
absorpsi dan toksisitasnya, pemilihan jenis dan konsentrasi anestesi lokal yang ideal
tergantung pada prosedur yang akan dilakukan.3
Dalam bidang kedokteran gigi, secara umum anestesi lokal diindikasi untuk
berbagai tindakan bedah yang dapat menimbulkan rasa sakit yang tidak tertahankan oleh
pasien, diantaranya yaitu ekstraksi gigi, apikoektomi, gingivektomi, gingivoplasti, bedah
periodontal, pulpektomi, pulpotomi, alveoplasti, bone grafting, implan, perawatan fraktur
rahang, reimplantasi gigi avulsi, perikoronitis, kista, bedah pengangkatan tumor, bedah
pengangkatanodontoma, dan penjahitan flapping pada jaringan muko-periosteum.4
Sedangkan, kontraindikasi dari pemberian anestesi lokal meliputi:4
a. Adanya infeksi/inflamasi akut pada daerah injeksi apabila melakukan anestesi
secarainjeksi. Hindari blocking saraf inferior gigi pada dasar mulut atau area
retromolar.
b. Penderita hemofilia, Christmas Disease,Von Willebrand Disease.
c. Alergi
d. Penderita hipertensi
e. Penderita penyakit hati/liver
f. Penderita dengan usia lanjut perlu diperhatikan adanya kelainan hati dan ginjal.
Faktor-faktor pemilihan anestesi:
a. Area yang dianestesi
b. Durasi
c. Kedalaman
d. Adanya infeksi
e. Kondisi pasien
f. Umur pasien
g. hemostatistika

2.3. Cara Pemberian Anestesi Lokal pada Rongga Mulut

2.3.1. Anestesi Topikal

6
Anestesi topikal merupakan anestesi lokal yang dapat digunakan di permukaan
kulit, selaput lendir atau selaput lainnya. Anestesi topikal dapat berupa salep, pasta,krim,
gel, dan semprotan.5

2.3.2. Anestesi Infiltrasi


Cara ini juga disebut sebagai injeksi supraperiosteal, karena tempat injeksinya
didalam jaringan dimana bahan anestesi dideponir dalam hubungannya dengan
periosteum bukal dan labial. Bahan anestesi yang dideponir di atas periosteum setinggi
apeks gigi akan mengalir ke dalam periosteum dan tulang melalui proses difusi. Bahan
anestesi akan berpenetrasi ke dalam serabut syaraf yang masuk ke apeks gigi sehingga
menginervasi alveolus dan membran periodontal. Dalam keadaan normal, akan terbentuk
keadaan anestesia pada struktur-struktur tersebut.6

Nervus Alveolaris Superior Posterior


Untuk molar ketiga, kedua dan akar distal dan palatal molar pertama.
Titik suntikan terletak pada lipatan mukobukal di atas gigi molar kedua atas, gerakkan
jarum ke arah distal dan superior kemudian suntikkan obat anestesi 1-2 ml di atas apeks
akar gigi molar ketiga.Untuk melengkapi anestesi pada gigi molar pertama, dapat
diberikan injeksi supraperiosteal di atas apeks akar premolar kedua. Injeksi ini cukup
untuk prosedur operatif, sedangkan untuk ekstraksi atau bedah peri odontal, dilakukan
penyuntikan pada nervi palatini minor sebagai tambahan.

Nervus Alveolaris Superior Medius


Untuk premolar pertama dan kedua, serta akar mesial gigi molar pertama.
Titik suntikan adalah lipatan mukobukal di atas gigi premolar pertama. Jarum diarahkan
ke suatu titik sedikit di atas apeks akar, kemudian suntikkan obat anestesi perlahan-lahan.
Agar akurat, raba kontur tulang dengan hati-hati. Injeksi ini cukup untuk prosedur
operatif, sedangkan untuk ekstraksi atau bedah peri odontal, dilakukan injeksi palatinal.

Nervus Alveolaris Superior Anterior


Untuk keenam gigi anterior. Titik suntikan terletak pada lipatan mukolabial
sedikit mesial dari gigi kaninus. Jarum diarahkan ke apeks kaninus, suntikkan obat di atas
apeks akar gigi tersebut. Injeksi ini sudah cukup untuk prosedur operatif. Untuk ekstraksi

7
atau bedah, harus ditambahkan injeksi palatinal pada regio kaninus atau foramen
insisivus.

2.3.3. Anestesi Blok


Istilah blok berarti anestesi dideponir pada suatu titik diantara otak dan daerah
yang dioperasi. Anestesi ini akan menembus batang saraf atau serabut syaraf pada titik
tempat bahan anestesi dideponir sehingga memblok sensasi yang datang dari distal. Jenis
anestesi ini mempunyai beberapa keuntungan yaitu, daerah teranestesi yang luas bisa
diperoleh hanya dengan sedikit titik suntikan, dan dapat menganestesi tempat-tempat
yang merupakan kontraindikasi dari injeksi supraperiosteal.6
Terdapat dua cara dalam melakukan anestesi blok yaitu sebagai berikut ini. 7
a. Field blok
Field blok dilakukan dengan menyuntikkan bahan anestesi pada sekeliling
lapangan operasi, sehingga menghambat semua cabang syaraf proksimal sebelum
masuk kedaerah operasi.
b. Nerve blok
Nerve blok dilakukan dengan menyuntikkan bahan anestesi lokal langsung pada
syaraf, sehingga menghambat jalannya rangsangan dari daerah operasi yang
diinnervasinya.

Injeksi Mandibular
Dilakukan palpasi fossa retromolaris dengan jari telunjuk sehingga kuku jari
menempel pada linea oblikua. Dengan bagian belakang jarum suntik terletak di antara
kedua pre molar pada sisi yang berlawanan jarum diarahkan sejajar dengan dataran
oklusal gigi-gigi mandibula ke arah ramus dan jari. Jarum ditusukkan pada apeks
trigonum pterygomandibu lar dan gerakan jarum di antara ramus dan ligamentum serta
otot yang menutupi fasies interna ramus diteruskan sampai ujungnya kontak dengan
dinding posterior sulkus mandibularis. Keluarkan 1,5 ml obat anestesi di sini (rata-rata
kedalaman insersi jarum adalah 15 mm, tapi bervariasi tergantung ukuran mandibula dan
proporsinya berubah sejalan dengan pertambahan umur). Dapat juga menganestesi nervus
lingualis dengan cara mengeluarkan obat anestesi pada pertengahan perjalanan masuknya
jarum.

8
Nervus Mentalis
Untuk menganestesi gigi premolar dan kaninus untuk prosedur operatif. Untuk
menganestesi gigi insisivus, serabut saraf yang bersimpangan dari sisi yang lain juga
harus diblok. Tentukan letak apeks gigi-gigi premolar bawah. Foramen biasanya terletak
di salah satu apeks akar gigi premolar tersebut. Pipi ditarik ke arah bukal dari gigi
premolar. Jarum dimasukkan ke dalam membran mukosa di antara kedua gigi premolar
dengan jarak 10 mm eksternal dari permukaan bukal mandibula. Posisi jarum suntik
membentuk sudut 45 terhadap permukaan bukal mandibula, mengarah ke apeks akar
premolar kedua. Tusukkan jarum tersebut sampai menyentuh tulang. Masukkan 0,5 ml
obat anestesi, tunggu sebentar. kemudian gerakkan ujung jarum tanpa menarik jarum
keluar, sampai terasa masuk ke dalam foramen (jaga agar tetap membentuk sudut 45
agar jarum tidak terpeleset ke balik periosteum dan memperbesar kemungkinan
masuknya jarum ke foramen), dan masukkan kembali 0,5 ml obat anestesi dengan hati-
hati. Untuk ekstraksi harus dilakukan injeksi lingual.

Nervus Lingualis
Untuk gigi premolar dan gigi anterior, karena jaringan lunak pada permukaan
lingual mandibula tidak teranestesi dengan injeksi foramen mental dan injeksi
mandibular. Jarum disuntikkan pada mukoperiosteum lingual setinggi setengah panjang
akar gigi yang dianestesi. Karena posisi dari gigi insisivus, daerah ini sulit dicapai dengan
jarum lurus. Jadi jarum sebaiknya dibengkokkan dengan cara menekannya di antara ibu
jari dan jari lain.

Nervus Nasopalatinus
Untuk ekstraksi gigi atau anestesi mukoperiosteum sepertiga anterior palatum,
yaitu dari kaninus satu ke kaninus yang lain. Titik suntikan terletak sepanjang papil
insisivus yang berlokasi pada garis tengah rahang, di posterior gigi insisivus sentral.
Ujung jarum diarahkan ke atas pada garis tengah menuju kanalis palatina anterior. Walau
anestesi topikal bisa digunakan untuk membantu mengurangi rasa sakit pada daerah titik

9
suntikan, anestesi ini mutlak harus dipakai untuk injeksi nasopalatinus. Sebaiknya
dilakukan anestesi permulaan pada jaringan yang akan dilalui jarum.

Nervus Palatinus Mayor


Untuk ekstraksi gigi atau anestesi mukoperiosteum palatum dari tuber maksila
sampai ke regio kaninus dan dari garis tengah ke krista gingiva pada sisi bersangkutan.
Tentukan titik tengah garis khayal yang ditarik antara tepi gingiva molar ketiga atas di
sepanjang akar palatalnya terhadap garis tengah rahang. Injeksikan obat anestesi sedikit
mesial dari titik tersebut dari sisi kontralateral. Karena hanya bagian dari nervus palatinus
mayor yang keluar dari foramen palatinum posterior yang akan dianestesi, jarum tidak
perlu diteruskan sampai masuk ke foramen. Injeksi ke foramen atau penyuntikkan obat
anestesi dalam jumlah besar pada orifisium foramen akan menyebabkan teranestesinya
nervus.8

2.2.4. Anestesi Intraligamen


Anestesi intraligamen dilakukan dengan injeksi yang diberikan di dalam
periodontal ligamen. Injeksi ini menjadi populer setelah adanya syringe khusus untuk
tujuan tersebut. Injeksi intraligamen dapat dilakukan dengan jarum dan syringe
konvensional, tetapi lebih baik dengan syringe khusus, karena lebih mudah memberikan
tekanan yang diperlukan untuk menginjeksikannya ke dalam ligamen periodontal.8
Jarum yang biasa digunakan adalah jarum dengan ukuran 30 gauge pendek atau
sangat pendek, dan syringe dapat dipakai untuk larutan anestesi 1,8 atau 2,2 ml. Untuk
mengurangi resiko kerusakan jaringan karena vasokonstriksi, dianjurkan untuk tidak
menggunakan larutan yang mengandung adrenalin, karena tekanan pada larutan yang
disuntikkan tersebut menghasilkan vasokontriksi dalam ligamen periodontal.8
Injeksi intraligamen mempunyai beberapa kelebihan dibanding metode
konvensional. Injeksi ini biasanya lebih nyaman daripada injeksi blok nervus dental
inferior atau injeksi palatal atau infiltrasi bukal pada premaksila . Analgesia diperoleh
dengan sangat cepat dan jaringan lunak disekitarnya sedikit terpengaruh. Karena
analgesia gigi rahang bawah dapat diperoleh melalui cara ini, ini merupakan salah satu

10
pilihan injeksi yang berguana apabila harus menghindari injeksi blok pada nervus dental
inferior.8

2.2.5. Injeksi intrapapila


Injeksi intrapapila dapat diberikan untuk menghasilkan analgesia jaringan palatal
atau lingual, untuk menghindari suntikan yang lebih terasa sakit yaitu langsung kedalam
jaringan palatal atau lingual.8

2.4. Komplikasi Anestesi pada Rongga Mulut

Berikut ini merupakan cara penanganan dan pencegahan komplikasi lokal yang
sering terjadi pada anestesi lokal:
a. Patah Jarum
Penyebab:
Gerakan tiba-tiba jarum gauge (ukuran) kecil, jarum yang dibengkokkan .
Pencegahan:
Kenalilah anatomi daerah yang akan dianestesi, gunakan jarum gauge besar, jangan
gunakan jarum sampai porosnya, pake jarum sekali saja, jangan mengubah arah jarum,
beritahu pasien sebelum penyuntikan.
Penanganan:
Tenang, jangan panic, pasien jangan bergerak, mulut harus tetap terbuka jika
pragmennya kelihatan, angkat dengan hemostat keal, jika tidak terlihat diinsisi,
beritahu pasien, kirim ke ahli bedah mulut.

b. Rasa Terbakar Pada Injeksi


Penyebab:
pH larutan melampaui batas, injeksi larutan cepat, kontaminasi larutan catridge dengan
larutan sterilisasi, larutan anestesi yang hangat.
Masalah:
Bisa terjadi iritasi jaringan, jaringan menjadi rusak.
Pencegahan:
Gunakan anestetik lokal yang pH kira-kira 5, injeksi larutan perlahan-lahan
(1ml/menit), cartridge disimpan pada suhu kamar, lokal anestetik tetap steril.

c. Rasa Sakit pada Injeksi


Penyebab:

11
Teknik injeksi salah, jarum tumpul, deposit larutan cepat, jarum mengenai periosteum.
Pencegahan:
Penyuntikan yang benar, pakai jarum yang tajam, pakai larutan anestesi yang steril,
injeksikan jarum perlahan-lahan, hindari penyuntikan yang berulang-ulang.
Penanganan:
Tidak perlu penanganan khusus.

d. Parastesi (kelainan saraf akibat anestesi): tidak terasa.


Penyebab:
Trauma (iritasi mekanis pada nervus akibat injeksi jarum/ larutan anestetik sendiri.)
Masalah:
Dapat terjadi selamanya, luka jaringan.
Pencegahan:
Injeksi yang tepat, penggunaan cartridge yang baik.
Penanganan:
Tenangkan pasien, pemeriksaan pasien (lamanya parastesia), pemeriksaan ulang
sampai gejala hilang, konsul ke ahli bedah mulut atau neurologi.

e. Trismus (gangguan membuka mulut).


Penyebab:
Trauma pada otot untuk membuka mulut, iritasi, larutan, pendarahan, infeksi rendah
pada otot.
Masalah:
Rasa sakit, hemobility (kemampuan mandibula untuk bergerak menurun).
Pencegahan:
Pakai jarum suntik tajam, asepsis saat melakukan suntikan, hindari injeksi berulang-
ulang, volume anestesi minimal.
Penanganan:
Terapi panas (kompres daerah trismus 15-20 menit) setiap jam. Analgetik obat
relaksasi otot, fisioterapi (buka mulut 5- 10 menit tiap 3 jam), megunyah permen karet,
bila ada infeksi beri antibiotik alat yang digunakan untuk membuka mulut saat trismus.

f. Hematoma (efusi darah kedalam ruang vaskuler).


Penyebab:
Robeknya pembuluh darah vena/ arteri akibat penyuntikan, tertusuknya arteri/ vena,
dan efusi darah.
Pencegahan:
Anatomi dan cara injeksi harus diketahui sesuai dengan indikasi, jumlah penetrasi
jarum seminimal mungkin.
Penanganan:

12
Penekanan pada pembuluh darah yang terkena, analgetik bila nyeri, aplikasi pada pada
hari berikutnya.

g. Infeksi.
Penyebab:
Jarum dan daerah operasi tidak steril, infeksi mukosa masuk kedalam jaringa, teknik
pemakaian alat yang salah
Pencegahan:
Jarum steril, aseptic, hindari indikasi berulang-ulang.
Penanganan:
Terapi panas, analgesic, antibiotic.

h. Pembengkakan Jaringan
Penyebab:
Trauma selama injekasi, infeksi, alergi, pendarahan, irirtasi larutan analgesic.
Pencegahan:
Pemakaian alat anestesi lokal yang betul, injeksi atraumatik, teliti pasien sebelum
pemberian larutan analgesic.
Penanganan:
Mengurangi pembengkakan secepat mungkin, bila udema berhubungan dengan
pernafasan maka dirawat dengan epinefrin 8,3 mg IV/Im, antihistramin IV/im.
Kortikosteroid IV/ IM, supinasi, berikan basic life support, tracheastomi, bila sumbat
nafas, evaluasi pasien.

i. Bibir Tergigit.
Penyebab:
Pemakaian long acting anestesi lokal.
Masalah:
Bengkak dan sakit.
Pencegahan:
Pilih anastetik durasi pendek, jangan makan/minum yang panas, jangan mengigit bibir.
Penanganan:
Analgesi, antibiotic, kumur air hangat beri vaselinlipstik.

j. Paralyse N. Facialis (N. Facialis ter anestesi)


Penyebab:
Masuknya larutan anestesi ke daam kapsul/ substransi grandula parotid.
Masalah:
Kehilangan fungsi motoris otot ekspersi wajah. Mata tidak bisa mengedip.
Pencegahan:

13
Blok yang benar untuk n. Alveaolaris inferior, jarum jangan menyimpang lebih kepost
Waktu blok n. alveolaris inferior.
Penanganan:
Beritahu pasien, bahan ini bersifat sementara, anjurkan secara periodic membuka dan
menutup mata.

k. Lesi Intra Oral Pasca Anestesi.


Penyebab:
Stomatitis apthosa rekuren, herpes simpleks.
Masalah:
Pasien mengeluh sensitivitas akut pada daerah uslerasi.
Penanganan:
Simptomatik, kumur-kumur dengan larutan dipenhidramin dan susu magnesium.

l. Sloughing pada Jaringan.


Penyebab:
Epitel desquamasi, abses steril.
Masalah:
Sakit hebat.
Pencegahan:
Pakai topical anestesi, bila memakai vasokonstriktor jangan berlebihan.
Penanganan:
Secara simptomatik, rasa sakit diobati dengan analgesic (aspirin/ kodein secara
topical)

m. Syncope (fainting). Merupakan bentuk shock neurogenik.


Penyebab:
Isohemia cereoral sekunder, penurunan volume darah ke otak, trauma psikologi.
Masalah:
Kehilangan kesadaran.
Pencegahan:
Fentilasi yang cukup, posisi kepala lebih rendah dari tubuh, hentikan bila terjadi
perubahan wajah pasien.
Penanganan:
Posisikan kepala lebih rendah dari tubuh, kaki sedikit diangkat, bila sadar anjurkan
tarik nafas dalam-dalam, rangsang pernaasan dengan wangi-wangian.

14
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

3.1. Kesimpulan

Anestesi local (anestesi regional) adalah hilangnya rasa sakit pada bagian tubuh
tertentu tanpa desertai dengan hilangnya kesadaran. Anestesi local merupakan aplikasi
atau injeksi obat anestesi pada daerah spesifik tubuh.

3.2 Saran

15
DAFTAR PUSTAKA

1. Howe GL. Pencabutan gigi geligi. Edisi 2. Alih Bahasa: Johan Arief Budiman.
Jakarta: Buku Kedokteran EGC, 1993; 4, 12,16.

2. https://farmakologi.files.wordpress.com/2008/11/anestesi-lokal.pdf diakses pada 8 Juli


2014.

3. Latief, S.A., Suryadi, K.A., Dachlan, M.R. Petunjuk Praktis Anestesiologi. Jakarta:
FKUI, 2002.

4. Sari, I.Y.P. 2009. Anestetika Lokal. www.scribd.com diakses pada 7 Juli 2014

5. Boulton, T.B. dan Blogg, C.E. Anestesiologi. Alih Bahasa: Jonatan Oswari.
Anaesthetics for Medical Student. Jakarta:EGC, 1994; 117.

6. Purwanto. Petunjuk Praktis Anestesi Lokal. Jakarta: EGC, 1993; 7, 19.

16
7. Humz, R.2009. Anestesi Lokal Maksila. http://blogs.myspace.com diakses pada 8 Juli
2014.

8. Andlaw, R.J. dan Rock, W.P. Perawatan Gigi edisi 2. Alih Bahasa: Agus Djaya.
Jakarta : Widya Medika. 1992; 75-77.

17

You might also like