Professional Documents
Culture Documents
INFORMASI KASUS
Anamnesa
Pasien bernama Wulan Tri Indriani berusia 25 tahun mengeluhkan gigi depan
rahang bawah dan gigi belakang atas kanannya sering ngilu saat terkena rangsangan dingin
sejak 3 tahun yang lalu. Rangsang ngilu itu semakin tajam setelah dilakukan
pembersihan karang gigi. Pasien merasa tidak nyaman dan pasien ingin giginya dirawat.
1
2
menambal giginya dengan tambalan sinar, dan mencabut gigi bawah kanan paling
belakang.
Pemeriksaan Gigi
Interdental Hygiene Index (HYG) pasien sebelum menyikat gigi 85,71 % dan
setelah menyikat gigi 89,28 %. Probe Bleeding Index (PBI ) pasien baik yaitu 0,21. Data
Hasil pemeriksaan klinis kunjungan pertama pasien mengeluhkan rasa ngilu di gigi
31, 32, 33, 41, 42 dan 16. Hipersensitif terutama pada permukaan palatal dan lingual gigi.
(a) (b)
(c) (d)
3
Gambaran klinis
(resesi)
Nadi : 70 kali/menit
Pernafasan : 20 kali/menit
Pemeriksaan Radiografik
Pemeriksaan radiografik dengan foto Panoramik pada tanggal 11 Mei 2013. Tidak
Pemeriksaan Klinis
Etiologi
Etiologi dari kasus ini adalah kesalahan cara menyikat gigi. Cara menyikat gigi
yang salah akan menimbulkan trauma pada gingiva yang mengakibatkan turunnya gingiva
pada daerah servikal gigi. Turunnya gingiva atau resesi gingiva menyebabkan dentin
terekspose. Jika ada stimulus, maka tubulus atau pori-pori dentin yang terekspose akan
terbuka. Terjadi peningkatan aliran dentinal fluid dan menghasilkan aksi pada saraf
intradental. Potensial aksi ini akan melewati otak dan menyebabkan rasa ngilu atau nyeri.
Diagnosa
klinis adalah hipersensitivitas dentin karena adanya resesi gingiva akibat abrasi (kesalahan
menyikat gigi) untuk gigi 31, 32, 33, 41, 42 dan 16.
5
Berdasarkan klasifikasi resesi gingiva menurut Miller untuk kasus pasien ini gigi
31, 32, 33, 41, 42 dan 16 termasuk kategori resesi gingiva kelas I, yaitu tepi resesi jaringan
belum meluas ke muccogingival junction (MGJ) dan tidak ada kehilangan tulang maupun
Prognosa
memiliki motivasi yang tinggi, pasien juga mau menerima edukasi, instruksi kontrol plak,
dan pasien mempunyai latar belakang sosial yang baik. Pada prognosis individu,
hipersensitif dentin pasien disebabkan oleh resesi gingiva oleh penyikatan gigi yang
kurang baik, dengan pemberian edukasi yang baik tentang tata cara penyikatan gigi yang
baik dan pemberian fluokal untuk mengurangi ngilu pada gigi tersebut di harapkan hasil
II RENCANA PERAWATAN
Fase I (Etiotropik)
Kontrol Plak (Edukasi, Motivasi, Instruksi)
Desensitisasi
6
Evaluasi
Kontrol plak
(tidak berhasil) (berhasil)
Retreatment fase I
Kontrol Plak (Edukasi, Motivasi, Fase II (Bedah)
Instruksi) Operkulektomi gigi 38
Reevaluasi
Reevaluasi Pem. subjektif dan objektif
Kontrol plak
Maintenance
III PENATALAKSANAAN
mengenai pemeliharaan gigi dan kebersihan mulut, serta cara menyikat yang benar.
bagian servikal gigi yang mengalami resesi dan ngilu. Yang selanjutnya akan dilakukan
kontrol sebanyak 3 kali. Beberapa hal yang dilakukan saat kontrol adalah kontrol
desensitisasi, aplikasi bahan desensitisasi, pemeriksaan Papila Bleeding Indeks (PBI), Foto
1. 1 Alat:
a. Kaca mulut
b. Sonde
c. Ekskavator
d. Nierbeken
e. probe WHO
1. 2 Bahan:
a. Aquadest
b. Kapas/cotton pellet
c. Fluocal
d. Disclossing solution
8
2. Persiapan pasien
3. Persiapan operator
dentin
4. Persiapan asisten
desensitisasi
5. Langkah kerja
akan dirawat.
9
mengambil bahan
menit
d. Jika menggunakan semen ionomer kaca pada bagian gigi yang abrasi
dikeringkan
b. Penggunaan sikat gigi yang lembut dan menyikat gigi dengan teknik yang
7. Kontrol
Edukasi pasien
Edukasi pasien
PBI = 0 (ringan)
HYG sebelum menyikat gigi 89,28 % (baik)
HYG sesudah menyikat gigi 92,86 % (baik)
Edukasi pasien
11
Gigi
Tes Hipersensitivitas
31 32 33 41 42 16
Sondasi + + + + + +
Air syringe/water + + + + + +
CE + + + + + +
Perkusi
Stressbite + + + + + +
Gigi
Tes Hipersensitivitas
31 32 33 41 42 16
Sondasi
Air syringe/water
12
CE
Perkusi
Stressbite
Gigi
Tes Hipersensitivitas
31 32 33 41 42 16
Sondasi + + + +
Air syringe/water + + +
CE + + + +
Perkusi
Stressbite +
Gigi
Tes Hipersensitivitas
31 32 33 41 42 16
Sondasi
13
Air syringe/water
CE + + +
Perkusi
Stressbite
Gigi
Tes Hipersensitivitas
31 32 33 41 42 16
Sondasi
Air syringe/water
CE
Perkusi
Stressbite
IV PEMBAHASAN
kimiawi serta osmotik. Stimulus yang diterima merupakan perubahan yang biasa terjadi
pada keadaan normal dari rongga mulut namun dapat menimbulkan ketidaknyamanan
berupa rasa sakit yang singkat dan tajam. Hipersensitivitas dentin dapat terjadi spontan bila
akar gigi terbuka karena resesi gingiva dan dapat lebih parah setelah tindakan bedah
periodontal tertentu. Resesi gingiva dapat terjadi secara fisiologis karena bertambahnya
umur, tetapi sering pula terjadi secara patologis karena terjadinya abrasi gingiva akibat
kesalahan penyikatan gigi atau karena terjadinya kelainan periodontal.
Hipersensitivitas dentin dapat terjadi apabila tubuli dentin terbuka karena adanya
karies, fraktur, penyakit periodontal, atau instrumentasi periodontal. Trauma oklusi juga
seringkali menjadi penyebab hipersensitivitas dentin. Hipersensitivitas dentin disebabkan
oleh dua faktor, yaitu transmisi rasa sakit melalui dentin terbuka dan ambang rasa sakit
yang rendah akibat vasodilatasi kapiler yang kronis atau peradangan lokal.
Mekanisme terjadinya hipersensitivitas dentin dikaitkan dengan dua teori berikut,
yaitu teori hidrodinamika dan teori neural. Teori hidrodinamika menurut Brannstrom
dinyatakan bahwa stimulus atau perangsang dari permukaan luar dentin dihantar oleh
mekanisme hidrodinamik berupa pergerakan cairan yang cepat didalam tubulus dentin
sampai ke processus odontoblast yang menjorok ke tubulus dentin, untuk kemudian
diteruskan ke ujung saraf pada pulpa gigi. Arah gerakan cairan tubulus dentin tergantung
perangsangnya. Perangsang dingin menyebabkan cairan menyusut sehingga cairan
bergerak ke arah pulpa, sebaliknya perangsang panas menyebabkan cairan ekspansi ke arah
permukaan luar. Cairan dengan tekanan osmotik yang lebih tinggi daripada tekanan
osmotik cairan tubulus dentin (misalnya gula) akan menarik cairan tubulus dentin ke arah
cairan dengan tekanan osmotik yang lebih tinggi. Sedangkan menurut teori neural,
hipersensitivitas dentin dikarenakan meningkatnya eksitabilitas saraf-saraf interdentin.
Desensitisasi hipersensitivitas dentin merupakan suatu usaha untuk menghilangkan atau
mengurangi terjadinya rasa sakit akibat adanya rangsangan. Desensitisasi didasarkan atas
teori yang menyatakan bahwa rangsangan melalui dentin yang terbuka, yang melebihi daya
tahan fisiologis akan menimbulkan rasa sakit. Salah satu pertahanan fisiologis terhadap
iritasi pulpa adalah terbentuknya dentin sekunder. Selain pembentukan dentin sekunder,
kalsifikasi dentin peritubuler juga meningkat sehingga terjadi penyumbatan dentin
peritubuler
Penyumbatan dentin peritubuler secara alamiah oleh kristal-kristal kalsium
merupakan pertahanan fisiologis gigi untuk mengurangi hipersensitivitas dentin. Hal ini
15
karena penyumbatan akan menghambat pergerakan cairan dalam tubulus dentin dan sesuai
dengan teori hidrodinamika, berkurangnya pergerakan cairan dalam tubulus dentin akan
mengurangi rasa sakit yang akibat adanya rangsangan. Jadi, tujuan dari desensitisasi adalah
untuk menghambat pergerakan cairan dalam tubulus dentin. Salah satu cara untuk
menghambat pergerakan cairan dalam tubulus dentin adalah dengan cara merangsang
mineralisasi dentin peritubuler sehingga saluran dalam tubulus dentin mengecil dan aliran
cairan dalam tubulus dentin menjadi berkurang. Cara lain untuk menghambat pergerakan
cairan dentin yaitu dengan menutup orifice pembuluh dentin.
Berdasarkan siapa yang menggunakan, bahan desensitisasi dibedakan atas bahan
yang digunakan oleh dokter gigi di klinik dan bahan yang digunakan oleh pasien di rumah.
Sedangkan berdasarkan mekanisme kerjanya, bahan desensitisasi dibedakan atas bahan
yang kerjanya menyumbat atau memperkecil diameter tubulus dentin dan bahan yang
menurunkan eksitabilitas saraf-saraf interdentin.
Untuk desensitisasi di klinik, bahan yang paling banyak digunakan adalah fluorida
yang aksi kerjanya menyumbat tubulus dentin. Pasta yang bisa digunakan adalah campuran
sama banyak natrium fluorida, kaolin dan gliserin. Untuk pemakaiannya, permukaan gigi
terlebih dulu diisolasi dan dikeringkan. Pasta kemudian digosok-gosokkan dengan bantuan
alat dental, misalnya burnisher, selama 1 - 2 menit ke permukaan akar gigi yang sensitif.
Setelah itu, permukaan gigi dibilas dengan air hangat.
Bahan lain dengan mekanisme kerja yang sama yang bisa digunakan di klinik
adalah kalium oksalat. Bahan desensitisasi siap pakai yang mengandung preparat fluorida
telah pula diproduksi. Sebagai contoh Duraphat yang berbentuk varnish yang
mengandung 50 mg natrium fluorida, dan Fluocal berupa cairan yang mengandung 1 gr
natrium fluorida.
Bahan yang digunakan pada kasus hipersensitivitas ini adalah Fluocal. Fluocal
ini berguna sebagai profilaksis karies dan hipersensitifitas dentin. Kandungannya berupa
cairan yang mengandung 1gr Natrium fluorida. Pengaplikasian bahan ini dengan cara
mengisolasi gigi yang akan diaplikasikan fluokal, kemudian dengan menggunakan cotton
pellet fluokal dioleskan ke bagian gigi tersebut selama 1-3 menit.
Desensitisasi di klinik bisa juga dilakukan dengan kalsium hidroksida yang dapat
mengurangi eksitabilitas saraf. Kalsium hidroksida diaplikasikan ke permukaan akar gigi
yang hipersensitif, kemudian ditutup dengan pembalut periodontal selama satu minggu.
16
Pada kasus hipersensitivitas dentin karena permukaan gigi yang abrasi, semen
ionomer kaca diaplikasikan untuk menutup dentin yang terbuka pada bagian servikal gigi
yang mengalami abrasi akibat kesalahan dalam menyikat gigi. Semen ionomer kaca yang
digunakan adalah semen ionomer kaca tipe VI yang biasanya digunakan untuk pit dan fisur
sealent karena lebih banyak mengandung fluor yang dapat membantu pembentukan dentin
sekunder.
Bahan desensitisasi untuk dipakai oleh pasien sehari-hari di rumah adalah berupa
pasta gigi khusus, yaitu:
1. Pasta gigi dengan aksi kerja menyumbat tubulus dentin.
Beberapa pasta gigi khusus telah dipasarkan untuk desensitisasi oleh pasien sendiri.
Bahan desensitisasi yang terkandung dalam pasta tersebut ada yang berupa
stronsium klorida (Sensodyne), natrium monofluoroposfat (Colgate) dan
formaldehid (Thermodent)
2. Pasta gigi dengan aksi kerja mengurangi eksitabilitas saraf.
Pasta gigi khusus dengan aksi kerja mengurangi eksitabilitas saraf mengandung
kalium nitrat (Denguel)
3. Pasta gigi dengan aksi ganda.
Karena seringnya desensitisasi dengan bahan yang mempunyai aksi tunggal
(menyumbat tubulus dentin saja atau mengurangi eksitabilitas saraf saja) tidak
berhasil mengurangi hipersensitivitas, belakangan ini dipasarkan pula pasta
desensitisasi dengan aksi ganda. Salah satu pasta dengan aksi ganda mengandung
kalium nitrat dan natrium monofluoroposfat (Sensodyne-F). Pasta desensitisasi
yang ada dipasarkan di kota-kota besar di Indonesia saat ini adalah Sensodyne
dan Sensodyne-F.
Kesalahan pemilihan sikat gigi yang kasar dan teknik yang salah juga merupakan
a. Tangkai nyaman dipegang dan stabil, pegangan sikat cukup lebar dan cukup tebal
b. kepala sikat jangan terlalu besar, untuk dewasa maksimal (25-29mm x 10mm),
c. Tekstur bulu sikat gigi. Tidak merusak jaringan lunak dan jaringan keras rongga
(hard,medium,soft)
Cara menyikat gigi ada banyak, namun teknik roll atau modifikasi stillman yang
sangat dianjurkan karena sederhana, efisien dan dapat menjangkau semua bagian termasuk
interproksimal. Bulu sikat ditempatkan pada permukaan gusi, jauh dari permukaan oklusal
atau bidang kunyah, ujung bulu sikat mengarah ke apeks atau ujung akar, ujung bulu sikat
ini masuk kedalam sulkus gusi, hal ini bertujuan untuk pembersihan di dalam sulkus dan
V KESIMPULAN
Hipersensitif dentin dapat digambarkan sebagai rasa sakit yang berlangsung pendek
dan tajam yang terjadi secara tiba-tiba akibat adanya rangsangan terhadap dentin yang
terpapar. Rangsangan tersebut antara lain taktil atau sentuhan, kimiawi, uap dan
rangsangan panas atau dingin. Walaupun rasa sakit yang timbul hanya dalam jangka waktu
pendek, namun dapat membuat makan menjadi sulit dan akhirnya mempengaruhi
Etiologi dari hipersensitif dentin kasus ini adalah kesalah penyikatan gigi yang
menyebabkan resesi gingiva pada daerah servikal gigi dan menyebabkan akar pada gigi
tersebut tidak terlindungi oleh gingiva dan mengakibatkan dentin tersebut terpapar dengan
keparahannya, resesi gingiva kelas I menurut Miller yaitu tepi resesi jaringan belum meluas
ke muccogingival junction (MGJ) dan tidak ada kehilangan tulang maupun jaringan lunak
interdental. Perawatan yang dilakukan pada pasien berlangsung dengan baik sesuai dengan
rencana perawatan dan pasien melakukan kontrol rutin perawatan. Selain itu instruksi dan