You are on page 1of 8

LAPORAN ORAL MEDICINE

(Untuk Kasus yang Memerlukan Perawatan)


STOMATITIS APHTOUS RECURRENT (SAR)

A. IDENTITAS PASIEN
Nama pasien : Yudistira
Tempat/tanggal lahir : Palembang, 5 September 2002
Suku : Melayu
Jenis kelamin : Pria
Status perkawinan : Belum kawin
Agama : Islam
Alamat : Jl. Asri Raya, Perumahan Multi Wahana, Sako,
Palembang
No.Telepon : 081365330489
Pendidikan terakhir : SD
Asuransi Kesehatan :-
No. Rek.Med : 000.84.53.25

B. ANAMNESA
a. Keluhan Utama
Pasien datang dengan keluhan terdapat sariawan pada bibir bawah kanan
bagian dalamnya sejak 3 hari yang lalu. Sariawan tersebut terasa sakit saat
makan sehingga pasien merasa tidak nyaman. Hal ini sering berulang-ulang
setiap bulan saat stress menjelang ujian. Pasien ingin sariawannya diobati.
b. Riwayat perawatan gigi
Pernah menambal gigi belakang bawah 1 bulan lalu dan membersihkan
karang gigi 1 minggu lalu
c. Kebiasaan buruk
Tidak ada
d. Riwayat sosial
Pasien adalah seorang siswa SMP yang tinggal bersama orang tuanya.
e. Riwayat Penyakit Sistemik
Pasien tidak memiliki riwayat penyakit sistemik.

C. PEMERIKSAAN EKSTRAORAL
Wajah : simetris
Bibir : sehat
Kelenjar Getah Bening submandibula :
Kanan : tidak teraba, tidak sakit
Kiri : tidak teraba, tidak sakit

D. PEMERIKSAAN INTRAORAL
Debris : Ada, regio a, b, c, d, f
Plak : Ada, regio a, b, c, d, f
Kalkulus : Tidak ada
Pendarahan Papila : Tidak ada
Gingiva : Sehat
Mukosa : Ada kelainan
Terdapat lesi ulseratif multiple berbentuk oval dengan diameter + 3
mm dan 1,5 mm, warna putih kekuningan dengan tepi eritema, dasar
datar, berbatas jelas dan regular, sakit saat dipalpasi, terletak pada
mukosa labial sebelah kanan di region gigi 42-43.
Palatum : Sehat
Lidah : Sehat
Dasar mulut : Sehat
Hubungan rahang : Orthognati
Kelainan gigi geligi : Tidak ada

Pemeriksaan Gigi Geligi :


Lesi D3 : gigi 17,27,37,47
Lesi D5 : gigi 36
Lesi D6 : gigi 46
Sisa akar : gigi 26

E. DIAGNOSIS SEMENTARA
Diagnosis sementara : Stomatitis Aphtous Recurrent (SAR)
Diagnosis banding : Ulkus Traumatikus

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tidak dilakukan pemeriksaan penunjang.

G. TINJAUAN PUSTAKA
Stomatitis Aphtous Recurrent (SAR) adalah suatu peradangan yang
terjadi pada mukosa mulut, biasanya berupa ulser putih kekuningan. Ulser ini
dapat berupa ulser tunggal maupun lebih dari satu.1 SAR merupakan suatu
kelainan ulser yang kambuhan pada mukosa mulut dengan ciri khas ulser single
atau multiple, kambuhan, kecil, bulat atau oval dengan batas jelas kemerahan,
dan dasar abu-abu atau kuning. SAR dijumpai di seluruh dunia dan terdapat
lebih dari 25% dari populasi Stomatitis Aftosa Rekuren paling sering dimulai
selama dekade kedua dari kehidupan seseorang. 2
SAR mempunyai tiga gambaran klinis yaitu :2,3,4
1) Stomatitis Aphtosa Minor, bentuknya ulser bulat atau oval, diameter <8-10
mm, terdapat pseudomembran abu-abu keputihan dan tepi yang eritematus,
dan disertai rasa sakit. Ulser sembuh 10-14 hari tanpa meninggalkan
jaringan parut. Mengenai mukosa rongga mulut yang tidak berkeratin seperti
pada mukosa labial dan bukal, dasar mulut, dan pada lateral dan ventral
lidah.
2) Stomatitis Aphtosa Mayor, ulser berbentuk bulat atau oval dengan batas
yang jelas, diameternya > 1 cm, disertai rasa sakit, sembuhan dari ulser
mayor dapat beberapa minggu hingga 1 bulan dengan meninggalkan
jaringan parut. Ulser meluas sampai hampir pada seluruh rongga mulut,
termasuk palatum molle, tonsil dan orofaring.
3) Stomatitis Herpetiformis, ulser bersifat multipel (hingga 100 ulser), diameter
1-3 mm, dan adanya rasa sakit. Setiap ulser berbentuk bulat atau oval,
mempunyai diameter 0,5- 3,0 mm dan bila ulser bergabung bentuknya tidak
teratur. Ulser ini tidak ada kaitannya dengan penyakit herpes. Predileksi
ulser ini pada ujung lidah dan dasar mulut, dan sembuh setelah 7-14 hari.
Etiologi dari SAR meliputi banyak faktor, yaitu genetik, trauma, infeksi,
abnormalitas imun, kelainan gastrointestinal, defisiensi hematologi, gangguan
hormon, dan stress. Kemungkinan etiologi dapat multifaktorial dengan berbagai
faktor predisposisi dan perubahan imunologi yang menyertaI. 1,2,3,4 Lesinya
terbatas pada mukosa mulut dan dimulai dengan gejala prodromal rasa terbakar
setiap waktu mulai 2-48 jam sebelum munculnya ulser. Selama periode
pendahuluan ini, akan terbentuk suatu daerah kemerahan setempat. Mukosa
bukal dan labial paling sering terkena. Lesi ini agak jarang ditemukan pada
palatum atau gingival yang berkeratinisasi tebal.1 Defisiensi hematologi
mungkin merupakan faktor pendukung terhadap RAS dalam suatu presentase
kecil dari pasien-pasien. Wray dan rekan sekerjanya menemukan bahwa kurang
dari 15% dari pasien-pasien SAR yang telah diselidiki menunjukkan defisiensi
serum besi, folat atau vitamin B12.1
Dalam upaya melakukan perawatan terhadap pasien SAR, tahapannya
adalah :
1) Edukasi bertujuan untuk memberikan informasi mengenai penyakit yang
dialami yaitu SAR agar mereka mengetahui dan menyadarinya.
2) Instruksi bertujuan agar dapat dilakukan tindakan pencegahan dengan
menghindari faktor-faktor yang dapat memicu terjadinya SAR.
3.) Pengobatan bertujuan untuk mengurangi gejala yang dihadapi agar pasien
dapat mendapatkan kualitas hidup yang menyenangkan.
Tindakan pencegahan timbulnya SAR dapat dilakukan diantaranya
dengan menjaga kebersihan rongga mulut, menghindari stres serta
mengkonsumsi nutrisi yang cukup, terutama yang mengandung vitamin B12
dan zat besi. Menjaga kebersihan rongga mulut dapat juga dilakukan dengan
berkumur-kumur menggunakan air garam hangat atau obat kumur. SAR juga
dapat dicegah dengan mengutamakan konsumsi makanan kaya serat seperti
sayur dan buah yang mengandung vitamin C, B12, dan mengandung zat besi.
Untuk mempercepat penyembuhan ulser, glukokortikoid baik secara oral atau
topikal merupakan terapi yang sering diberikan.6

H. DIAGNOSIS
Berdasarkan anamnesa dan pemeriksaan klinis yang dilakukan kepada
pasien, maka lesi ini dapat ditegakkan diagnosa sebagai Stomatitis Aphtous
Reccurent (SAR) tipe minor.

I. RENCANA PERAWATAN

FASE I
Kontrol plak
Medikasi Stomatitis Aphtous Recurrent (SAR)
FASE II
Ekstraksi akar gigi 26

FASE III
Tumpatan GIC pada gigi 17,27,37,47
Pulpektomi pada gigi 46
Tumpatan amalgam pada gigi 36

FASE IV
Kontrol SAR

J. PEMBAHASAN
Berdasarkan anamnesa dan pemeriksaan klinis pada pasien, terdapat
terdapat lesi ulseratif multipel berbentuk oval dengan diameter + 3 mm dan 1,5
mm, warna putih kekuningan dengan tepi eritema, dasar datar, berbatas jelas
dan regular, sakit saat dipalpasi, terletak pada mukosa labial sebelah kanan di
region gigi 42-43 adalah Stomatitis Aphtous Reccurent (SAR). Pada pasien ini,
lesi tersebut terasa sakit atau perih jika tersentuh. Hal tersebut dikarenakan
jaringan epitel terkoyak. Jaringan epitel yang hilang bersifat menyeluruh,
jaringan ikat dibawahnya menjadi terbuka.5
Perawatan yang dilakukan pada pasien ini adalah pemberian obat
topikal berupa polyvinynil pyrolidone (Aloclair) dalam bentuk gel yang
mengandung ekstrak Aloe vera sebagai mucoprotective dan untuk mengurangi
rasa sakit, dioleskan 3 kali sehari serta instruksi untuk menjaga kebersihan
mulut, mengkonsumsi makanan bergizi, dan mengurangi stress. Pada kontrol
pertama, lesi pada bibir bawah bagian dalam pasien tersebut sudah sedikit
menghilang, warna mukosa masih agak merah, pasien diinstruksikan untuk
melanjutkan aplikasi Aloclair. Pada kontrol kedua lesi sudah hilang, warna
sama dengan mukosa sekitar, dan pasien tidak merasakan sakit lagi.

Foto Awal

Kontrol Pertama Kontrol Kedua

K. KESIMPULAN
Pada kasus ini pasien menderita Stomatitis Aftosa Rekuren (SAR) yang
ditandai dengan ulser rekuren dan terbatas pada mukosa mulut pasien yang tidak
memiliki tanda-tanda dari penyakit lainnya. Ulser pada mukosa mulut dengan
ciri khas ulser tunggal atau multipel, kambuhan, kecil, bulat atau oval dengan
batas jelas, berwarna kemerahan dengan dasar abu-abu atau kuning. Penyebab
SAR pada pasien ini dihubungkan dengan keadaan stres psikologik akibat ujian
semester dan faktor hormonal pubertas. Perawatan SAR dapat diberikan adalah
dengan edukasi dan pengobatan secara topikal. Hasil yang didapat setelah
kontrol cukup memuaskan, lesi menghilang dan pasien tidak ada keluhan.

L. DAFTAR PUSTAKA
1. Cawson, RA. Cawsons. Essentials of Oral Pathology and Oral Medicine.
7th ed. Spain: Churchill Livingstone; 2002.

2. Rosarina, dkk.. Prevalensi Stomatitis Aphtosa Rekuren (SAR) yang Dipicu


oleh Stres Psikologis (di Klinik Penyakit Mulut RSGN FG Unair September-
Oktober 2009). Oral Medicine Dental Journal. 2010; 2 (1): 30-3.

3. Regezi JA, Sciubba JJ, Jordan RC. Oral Pathologi clinical phatologic
Correlations. 4th ed. USA: Elsevier Science. 2003. p. 38-42.

4. Anne dkk. Tyldesleys Oral Medicine. 5th ed. New York : Oxford University Press:
2003.

5. Birnbaum, W. Diagnosis Kelainan dalam Mulut. Jakarta: EGC: 2002. h. 242,


245-6.

6. Field A. Tyldesleys Oral Medicine. 5th ed. UK: Oxford University Press:
2003. p. 152-53.

You might also like