You are on page 1of 11

LAPORAN ORAL MEDICINE

(Untuk Kasus yang Memerlukan Perawatan)


ACUTE PSEUDOMEMBRANOUS CANDIDIASIS

A. IDENTITAS PASIEN
Nama Pasien : Sumadi bin Poniran
Tempat/Tanggal Lahir : Banyuasin / 15 April 1978
Suku : Jawa
Jenis Kelamin : Pria
Status Perkawinan : Kawin
Agama : Islam
Alamat : Jl. Pasiran RT16/RW03, Mariana, Banyuasin
Telepon : 081927621808
Pendidikan Terakhir : SLTA
Pekerjaan : Karyawan Swasta
Nomor rekam medik : 00.87.02.40

B. ANAMNESA
a. Keluhan Utama
Pasien diperiksa atas saran kontrol dari ruang rawat inap Yasmin B RSMH
dengan keluhan ada bercak putih pada lidah, tidak sakit. Keluhan dirasakan
4 bulan lalu. Pasien merasa tidak nyaman dan ingin lidahnya dibersihkan.
b. Riwayat perawatan gigi
Pasien belum pernah merawat giginya.
c. Kebiasaan buruk
Tidak ada
d. Riwayat sosial
Pasien adalah seorang karyawan Perkebunan yang tinggal bersama istri dan
anak.

e. Riwayat penyakit sistemik


Pasien menderita DM tipe 2 tidak terkontrol sejak tahun 2000.

C. PEMERIKSAAN EKSTRAORAL
Wajah : Simetris
Bibir : Sehat
Kelenjar Getah Bening submandibula :
Kanan : Tidak teraba, tidak sakit.
Kiri : Tidak teraba, tidak sakit.
Kelenjar lainnya : Tidak teraba, tidak sakit.

D. PEMERIKSAAN INTRAORAL
Debris : Ada, regio a, b, c, d, e, f
Plak : Ada, regio a, b, c, d, e, f
Kalkulus : Ada, regio a, b, c, d, e, f
Pendarahan papilla interdental : Ada, regio a, b, c, d, e, f
Gingiva : Ada kelainan,
Eritema dan edema di sepanjang marginal gingiva regio a, b, c, d, e, f
Mukosa : Sehat
Palatum : Sehat
Lidah : Ada kelainan,
Terdapat lapisan plak berwarna putih kekuningan pada permukaan
dorsal lidah terutama di lidah bagian belakang, tidak beraturan, tidak
sakit, ketika dikerok dengan kassa lesi tehapus dan meninggalkan dasar
kemerahan.
Dasar mulut : Sehat
Hubungan rahang : Ortognati
Kelainan gigi geligi : Tidak ada
Pemeriksaan Gigi Geligi
Sisa akar : Gigi 18,15,14,12,24,25,46,47
Lesi D3 : Gigi 16,11,27,36
E. DIAGNOSIS SEMENTARA
Diagnosis sementara : Acute Pseudomembranous Candidiasis
Diagnosis banding : Coated Tongue
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Dilakukan pemeriksaan mikrobiologi (swab pada lidah). Hasil pemeriksaan
mikrobiologi menunjukkan hasil mikroskopis yaitu KOH: yeast cell (+) dan
hasil biakan yaitu Candida albicans.

G. TINJAUAN PUSTAKA
1. Oral Candidiasis
Kandidiasis oral adalah infeksi oportunistik yang paling sering terjadi
pada mukosa mulut. Kandidiasis oral didefinisikan sebagai salah satu
penyakit pada rongga mulut berupa lesi merah dan lesi putih yang
disebabkan oleh jamur jenis Candida sp, dimana Candida albicans
merupakan jenis jamur yang menjadi penyebab utama. Selain itu, candidiasis
juga disebabkan spesies lain seperti Candida glabrata, Candida tropicalis,
Candida krusei, Candida pseudotropicalis, Candida guililermondi dan
Candida parapsilosis.1
Adapun klasifikasi kandidiasis oral sebagai berikut :1
a Kandidiasis oral primer kandidiasi oral terlokalisasi hanya pada
mukosa oral dan jaringan perioral.
Kandidiasis oral primer terbagi menjadi :
Pseudomemembranous
Erythematous
Hyperplastic
Candidiasis-associated lesion: Denture-induced stomatitis, angular
cheilitis, median rhomboid glossitis, dan linear gingival erythema.
b Kandidiasi oral sekunder kandidiasis oral bermanifestasi general
yang terdapat pada rongga mulut dan pada permukaan mukus dan
kutan (systemic mucocutaneous candida infection).
Faktor predisposisi yang menyebabkan kandidiasis oral adalah :2
a. Faktor lokal, meliputi pemakaian gigi tiruan, merokok, penggunaan
steroid inhalasi dan topikal, hyperkeratosis, ketidakseimbangan
mikroflora oral serta kualitas dan kuantitas saliva.
b. Faktor umum, meliputi gangguan defisiensi imun, penyakit keganasan,
kemoterapi, penyakit endokrin (diabetes mellitus, hipotiroid atau
hipoparatiroid, kehamilan, dan terapi kortikosteroid atau hipoadrenal)
dan keadaan keganasan dan terapinya.
Kandidiasis akut pseudomembran dikenal juga dengan istilah thrush
yang mana jenis ini tergolong dalam kandidiasis oral primer. Infeksi kandida
menyerang pasien yang mengkonsumsi antibiotik, obat immunosupresan atau
pasien dengan penyakit imun, pasien terapi kortikosteroid. Infeksi jenis ini
ditandai dengan area kemerahan jika pseudomembran diseka.1,2

2. Diabetes Melitus
Diabetes Melitus adalah gangguan metabolisme yang secara genetis
dan klinis termasuk heterogen dengan manifestasi berupa hilangnya toleransi
terhadap karbohidrat. Jika telah berkembang secara klinis, maka diabetes
mellitus ditandai dengan hiperglikemia puasa dan postprandial, aterosklerotik
dan penyakit vaskular mikroangiopati, dan neuropati.4,5
Diabetes mellitus tipe 1 adalah penyakit autoimun yang ditentukan
secara genetik dengan gejala-gejala yang pada akhirnya proses bertahap
perusakan imunologik sel-sel yang memproduksi insulin. Manifestasi klinis
diabetes mellitus tipe 1 terjadi jika lebih dari 90% sel-sel beta menjadi rusak
sehingga terjadi insulinopenia dan kelainan metabolik yang berkaitan dengan
defisiensi imun.5
Diabetes mellitus tipe 2 adalah penyakit yang mempunyai pola familial
yang kuat ditandai dengan kelainan sekresi insulin, serta kerja insulin.
Sekitar 80% pasien diabetes tipe 2 mengalami obesitas karena obesitas
berkaitan dengan resistensi insulin. Pengurangan berat badan sering
dikaitkan dengan perbaikan dalam sensitivitas insulin.5
Klasifikasi diabetes mellitus yang diperkenalkan oleh American
Diabetes Association (ADA): 4,5
1. Diabetes mellitus tipe 1 (IDDM)
Tipe ini dulu dikenal sebagai tipe juvenile onset dan tipe dependen
insulin. Dibagi menjadi dua subtype yaitu (a) autoimun, akibat
disfungsi autoimun dengan kerusakan sel-sel beta; (b) idiopatik, tanpa
bukti autoimun dan tidak diketahui sumbernya. Subtipe ini lebih sering
timbul pada etnik keturunan Afrika-Amerika dan Asia.
2. Diabetes mellitus tipe 2 (NIDDM)
Tipe ini dikenal sebagai tipe dewasa atau tipe onset maturitas dan tipe
nondependent insulin. Obesitas sering dikaitkan dengan penyakit ini.
3. Diabetes gestasional (GDM)
Pertama kali dikenalai selama kehamilan. Faktor resiko terjadinya
GDM adalah usia tua, etnik, obesitas, riwayat keluarga dan riwayat
diabetes gestasional terdahulu.
4. Tipe khusus lainnya
a. Kelainan genetik dalam sel beta
b. Kelainan genetik pada kerja insulin
c. Penyakit pada eksokrin pankreas
d. Penyakit endokrin
e. Obat-obat yang bersifat toksik terhadap sel-sel beta
f. Infeksi

Sesuai dengan kriteria ADA untuk orang dewasa yang tidak hamil,
diagnosis diabetes mellitus dapat ditegakan berdasarkan penemuan :5
1. Gejala-gejala klasik diabetes dan hiperglikemia
2. Kadar glukosa plasma puasa 126 mg/dl (7 mmol/L) sekurang-
kurangnya pada dua kesempatan
3. Kadar glukosa plasma yang didapat selama tes toleransi glukosa oral
(OGTT) 200mg/dl pada 2 jam.

3. Manifestasi klinis diabetes mellitus


Pasien-pasien dengan defisiensi insulin tidak dapat mempertahankan
kadar glukosa plasma puasa yang normal, atau toleransi glukosa setelah
makan karbohidrat. Jika hiperglikemia berat dan melebihi ambang ginjal
maka akan timbul glukosuria. Glukosuria akan mengakibatkan diuresis
osmotik yang meningkatkan pengeluaran urin (poliuria) dan timbul rasa haus
(polidipsia). Karena glukosa hilang bersama urin maka pasien mengalami
keseimbangan kalori negatif dan berat badan akan berkurang. Rasa lapar
yang semakin besar (polifagia) mungkin timbul akibat kehilangan kalori.
Pasien juga mengeluhkan lelah dan mengantuk.4,5

4. Komplikasi diabetes mellitus


Komplikasi diabetes mellitus dapat dibagi menjadi dua kategori mayor,
yaitu :5
1. Komplikasi metabolik akut
Komplikasi ini disebabkan oleh perubahan akut dari konsentrasi
glukosa plasma. Pada diabetes mellitus tipe 1 terjadi ketoasidosis
diabetik (DKA). Sedangkan komplikasi akut pada diabetes mellitus tipe 2
adalah hiperglikemia, hiperosmolar dan koma nonketotik (HHNK).
2. Komplikasi kronik jangka panjang
Kompilkasi ini melibatkan pembuluh-pembuluh kecil
(mikroangiopati) dan pembuluh-pembuluh besar dan sedang
(makroangiopati).
Mikroangiopati merupakan lesi spesifik diabetes yang menyerang
kapiler dan arteriola retina (retinopati diabetik), glomerulus ginjal
(nefropati diabetik) dan saraf-saraf perifer (neuropati diabetik).
Makroangiopati ini secara histopatologi berupa aterosklerosis yang
pada akhirnya mengakibatkan penyumbatan vaskular. Jika mengenai
arteri-arteri perifer maka dapat mengakibatkan insufisiensi vaskular
perifer dan gangren pada ekstremitas serta insufisiensi serebral dan
stroke.
5. Perawatan Kandidiasis Oral
Perawatan kandidiasis oral meliputi:13
1 Menjaga kebersihan rongga mulut
2 Menghindari atau menghilangkan faktor predisposisi sehingga infeksi
jamur dapat dikurangi.
3 Pemberian obat antifungal secara topikal (lokal) maupun sistemik
Pengobatan topikal (lokal) diberikan pada tempat infeksi. Yang
termasuk pengobatan topikal seperti:
a Nistatin (Oral suspension dan pastille)
b Clotrimazole (Oral troches)
c Ampotericin B dengan dosis 400 mg
d Itraconazole dengan dosis 100 mg
Pengobatan sistemik diberikan jika pengobatan lokal tidak berhasil
atau jika infeksi menyebar pada tenggorokan atau bagian tubuh yang
lain. Yang termasuk pengobatan sistemik seperti:
a Ketokonazol bersifat fungistatik. Ketokonazol menimbulkan
respon terapeutik yang jelas pada beberapa penderita infeksi
candida sistemik, terutama pada kandidiasis mukokutan. Dapat
diberikan dengan dosis 200 mg perhari selama 10 sampai 2
minggu pada pagi hari setelah
FASE I makan.
b Fluconazole. Mengobati kandidiasi orofaring dan esophagus
dukasi, Motivasi, Instruksi)
dengan dosis 100 mg per hari selama 1-2 minggu.
a darah terkontrol)
ndistastin 12 ml dengan anjuran pakai 4 kali tetes sehari 1 ml diaplikasikan pada dorsum lidah pasien) dan O
H. DIAGNOSIS
Terdapat lapisan plak berwarna putih Terdapat lapisan plak berwarna putih
kekuningan pada permukaan dorsal lidah terutama di lidah bagian belakang,
tidak beraturan, tidak sakit, ketika dikerok dengan kassa lesi tehapus dan
meninggalkan dasar kemerahan.
FASE II
Didukung pula dengan pemeriksaan penunjang dengan biakan jamur dari
Ekstraksi dengan
bagian mikrobiologi radiks gigi
hasil18,15,14,12,24,25,46,47
terdapat Candida albicans, maka dapat
disimpulkan diagnosanya adalah kandidiasis pseudomembranous akut.
I. RENCANA PERAWATAN

FASE III

Restorasi GIC gigi 16,27,36


Restorasi Komposit gigi 11
GTSL RA & RB

FASE IV

Kontrol kandidiasis
J. PEMBAHASAN
Perawatan yang dilakukan pada pasien ini adalah menghilangkan atau
mengontrol faktor predisposisi kandidiasis (yaitu mengontrol diet dan kadar
gula), kontrol plak dan DHE (edukasi, motivasi, instruksi), pemberian obat
antifungal, serta kontrol beberapa minggu kemudian. Obat antifungal yang
diberikan pada pasien ini adalah tiga botol candystatin oral drops dengan anjuran
pemakaian 4 kali tetes sehari 1 ml diaplikasikan pada dorsum lidah pasien.
Komposisi satu botol 12 ml candistin oral drops yaitu tiap mililiter (ml)
mengandung nystatin 100.000 IU.
Pasien diintruksikan untuk melakukan kontrol. Pada kontrol pertama, hasil
pemeriksaan subjektif yaitu rasa sakit yang dirasakan oleh pasien berkurang,
hasil pemeriksaan objektif yaitu lapisan putih kekuningan pada dorsum lidah
pasien berkurang. Pasien diintruksikan melanjutkan pemakaian obat anti jamur
dan menjaga oral hygiene.
Pada kontrol kedua, hasil pemeriksaan subjektif yaitu tidak ada keluhan dan
dari hasil pemeriksaan objektif yaitu lapisan putih kekuningan pada dorsum
lidah telah. Pasien diintruksikan untuk tetap menjaga oral hygiene, serta tidak
perlu datang kembali untuk melakukan kontrol.

Foto Awal

Kontrol Pertama Kontrol kedua


K. KESIMPULAN
Berdasarkan anamnesa, pemeriksaan klinis serta pemeriksaan penunjang
maka diagnosa lesi pada lidah pasien yaitu kandidiasis pseudomembran akut.
Pasien memiliki riwayat penyakit sistemik Diabetes mellitus tipe 2. Hasil
pemeriksaan mikrobiologi menunjukkan hasil mikroskopis yaitu KOH: yeast cell
(+) dan hasil biakan yaitu candida albicans.
Candida albicans merupakan mikroorganisme oportunistik pada tubuh
manusia karena pada keadaan tertentu jamur ini mampu menyebabkan infeksi
dan kerusakan jaringan. Candida menjadi patogenik apabila pasien dengan
faktor predisposisi. Faktor predisposisi pada pasien ini secara sistemik yaitu
karena penurunan sistem imun akibat pasien memiliki riwayat penyakit sistemik
diabetes mellitus tipe 2. Secara lokal, pasien ini kurang menjaga kebersihan
rongga mulut.
Perawatan yang dilakukan pada pasien ini adalah menghilangkan atau
mengontrol faktor predisposisi kandidiasis (yaitu mengontrol diet dan kadar
gula), kontrol plak dan DHE (edukasi, motivasi, instruksi), pemberian obat
antifungal, serta kontrol beberapa minggu kemudian. Obat antifungal yang
diberikan pada pasien ini adalah tiga botol antifungal yang tiap botolnya berisi
12 ml candystatin oral drops dengan anjuran pemakaian 4 kali tetes sehari 1 ml
diaplikasikan pada dorsum lidah pasien dan obat kumur Povidone Iodine 100 ml.

L. DAFTAR PUSTAKA

1 Samaranayake, lakhsman. Essential Microbiology for Dentistry. 3th Edition.


Churcill Livingstone: Elsevier. Hal 293-6
2 Soames,J.V and Southam J.C. 2005. Oral pathology 4th Edition. Oxford
university press; hal 197-202

3 Pindborg, J. 2009. Atlas Penyakit Mukosa Mulut. Jakarta: Binarupa Aksara

4 Greenberg. Burkets Oral Medicine and Treatment.10th ed.USA:WB


Saunders;2003.p.100-10

5 Wilson Loraine M. Price Sylvia A. Patofisiologi : Konsep klinis proses-


proses penyakit Edisi 6. Jakarta : EGC. Hal 1259-70

6 Robbin Stanley L. Cotran Ramzi S. Kumar Vinay. Buku Ajar Patologi Edisi
7. Jakarta: EGC. Hal 405-8

7 Ganong W.F. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran edisi 22. Jakarta: EGC. Hal
665

8 Katzung Bertram G. Farmakologi Dasar dan Klinik Edisi 6. Jakarta: EGC.


Hal 245

9 Peddersen Anne Marie L. 2007. Saliva. Institute of Odontology. University


of Copenhagen.

10 Eldrat Aziza. Diabetics Awareness of Oral Disorders Associated with


Diabetes Mellitus. London: City of London Dental School.

11 Bagian Farmakologi FK UI. Farmakologi dan Terapi edisi 4. Jakarta: Gaya


baru. Hal. 380

12 Tack D Alan. Rogers Roy S. 2002. Oral Drug Reactions. Departement of


dermatology.

13 Silverman, dkk. Essential of Oral Medicine. 2001. Hamilton: London: BC


Decker Inc

You might also like