You are on page 1of 10

BAB I

PENDAHULUAN

Stroke adalah suatu keadaan hilangnya sebagian atau seluruh fungsi


neurologis (defisit neurologic fokal atau global) yang terjadi secara mendadak,
berlangsung lebih dari 24 jam atau menyebabkan kematian, yang semata-mata
disebabkan oleh gangguan peredaran darah otak karena berkurangnya suplai
darah (stroke iskemik) atau pecahnya pembuluh darah secara spontan (stroke
perdarahan).1
Menurut WHO mendefinisikan stroke sebagai suatu tanda klinis yang
berkembang cepat akibat gangguan otak fokal (atau global) dengan gejala-gejala
yang berlangsung selama 24 jam atau lebih dan dapat menyebabkan kematian
tanpa adanya penyebab lain yang jelas selain vaskuler.1

Jumlah penderita penyakit stroke di Indonesia tahun 2013 berdasarkan


diagnosis tenaga kesehatan (Nakes) diperkirakan sebanyak 1.236.825 orang
(7,0), sedangkan berdasarkan diagnosis Nakes/gejala diperkirakan sebanyak
2.137.941 orang (12,1). Berdasarkan diagnosis Nakes maupun diagnosis/
gejala, Provinsi Jawa Barat memiliki estimasi jumlah penderita terbanyak yaitu
sebanyak 238.001 orang (7,4) dan 533.895 orang (16,6), sedangkan Provinsi
Papua Barat memiliki jumlah penderita paling sedikit yaitu sebanyak 2.007 orang
(3,6) dan 2.955 orang (5,3).2
Setiap tahun, 15 juta orang di seluruh dunia menderita stroke. Hampir
enam juta meninggal dan lima juta yang tersisa cacat permanen. Stroke adalah
penyebab kedua kecacatan, setelah demensia. Kecacatan mungkin termasuk
kehilangan visi dan / atau pidato, kelumpuhan dan kebingungan. 3
Secara global, stroke adalah penyebab utama kedua kematian di atas usia
60 tahun, dan penyebab utama kelima kematian pada orang berusia 15 sampai 59
tahun. 3

1
Stroke jarang pada orang di bawah 40 tahun, meskipun itu bisa terjadi.
Pada usia muda penyebab paling umum adalah tekanan darah tinggi atau penyakit
sel sabit. Di banyak negara maju angka kejadian stroke menurun meskipun
jumlah sebenarnya dari stroke meningkat karena populasi yang menua. 3
Di negara berkembang, angka kejadian stroke meningkat. Di Cina, 1,3 juta
orang mengalami stroke setiap tahun dan 75% hidup dengan berbagai tingkat
kecacatan akibat stroke. Prediksi untuk dua dekade berikutnya menyarankan tiga
kali lipat angka kematian stroke pada Amerika Latin, Timur Tengah, dan Afrika
sub-Sahara.3

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi
Stroke adalah sindrom yang terdiri dari tanda dan atau gejala hilangnya
fungsi system saraf pusat fokal(atau global) yang berkembang cepat (dalam detik
atau menit). Gejala-gejala ini berlangsung lebih dari 24 jam atau menyebabkan
kematian.4
Mekanisme vaskular yang menyebabkan stroke dapat diklasifikasikan
sebagai :
a. Infark (emboli atau trombosis)
b. Hemoragik. 4

2.2. Epidemiologi

Stroke merupakan penyebab kematian ketiga tersering di negara maju,


setelah penyakit jantung dan kanker. Insidensi tahunan adalah 2 per 1000
populasi. Mayoritas stroke adalah infark serebral.4

Jumlah penderita penyakit stroke di Indonesia tahun 2013 berdasarkan


diagnosis tenaga kesehatan (Nakes) diperkirakan sebanyak 1.236.825 orang
(7,0), sedangkan berdasarkan diagnosis Nakes/gejala diperkirakan sebanyak
2.137.941 orang (12,1). Berdasarkan diagnosis Nakes maupun diagnosis/gejala,
Provinsi Jawa Barat memiliki estimasi jumlah penderita terbanyak yaitu sebanyak
238.001 orang (7,4) dan 533.895 orang (16,6), sedangkan Provinsi Papua
Barat memiliki jumlah penderita paling sedikit yaitu sebanyak 2.007 orang
(3,6) dan 2.955 orang (5,3).2

2.3. Klasifikasi
a. Etiologi

3
1. Infark : aterotrombotik, kardioembolik,lakunar
2. Perdarahan : perdarahan intraserebral, perdarahan subarahnoid,
perdarahan imtrakranial et causa AVM
b. Lokasi
1. System karotis
2. System vertebrobasiler.1

2.4. Faktor Risiko


Faktor yang tidak dapat dirubah
a. Jenis kelamin : pria lebih sering ditemukan menderita strok
dibandingkan wanita
b. Usia : makin tinggi usia makin tinggi risiko terkena strok
c. Keturunan : adanya riwayat keluarga yang terkena strok

Faktor yang dapat dirubah


a. Hipertensi
b. Penyakit jantung
c. Kolesterol tinggi
d. Obesitas
e. Diabetes mellitus
f. Polisitemia
g. Stress emosional
h. Kebiasaan hidup : merokok, peminum alkohol, obat-obatan terlarang,
kurang olah raga, makan makanan yang mengandung kolesterol.

2.5. Stroke Hemoragik


Ini jenis stroke yang mempengaruhi sekitar 15% dari mereka
yangmenderita stroke disebabkan ketika tekanan tinggi di pembuluh darah
membuatnya pecah dan darah merembes ke dalam otak. Inilah efek dari
perdarahan sel-sel otak.6

2.5.1. Perdarahan Intra Serebral


Perdarahan didalam jaringan otak dapat disebabkan oleh :
a. Hipertensi, dengan pembentukan mikroaneurisma(aneurisma
Charcot Bouchard)
b. Perdarahan tumor
c. Trauma
d. Kelainan darah

4
e. Gangguan pembuluh darah-malformasi arteriovenosa,
vaskulitis, amiloidosis.4

Sepuluh persen dari kasus merupaka perdarahan intraserebral.


Pasien datang dengan tanda-tanda neurologis fokal yang tergantung
dari lokas perdarahan, kejang, dan gambaran peningkatan tekanan
intrakranial. Diagnosis biasanya jelas dari CT scan. 4

Komplikasi yang terjadi meliputi hidrosefalus dan


coninig(herniasi). Oleh karena itu, adanya hematoma besar
menunjukkan prognosis yang buruk (mortalitas lebih dari 50%), begitu
pula perdarahan batang otak biasanya lebih buruk. 4

2.5.2. Perdarahan subarachnoid


Perdarahan dirongga subaraknoid paling seing akibat :
a. Rupture aneurisma-kelemahan congenital yang terjadi umumnya
pada percabangan sirkulus wilisi
b. Malformasi arterionervosa yang malformasi, juga congenital, yang
membesara dan terjadi saat dewasa. 4

Penyebab yang lebih jarang adalah :


a. Trauma
b. Kelemahan pembuluh darah akibat infeksi, misalnya emboli septic
dari endokaritis infektif (aneurisma mikotik)
c. Koagulopati. 4\
Gambaran klinis
Akibat iritasi meningen olehf darah, maka pasien menunjukkan
gejalan nyeri kepala mendadak(dalam hitungan detik) yang sangat
berat disertai fotofobia, mual muntah, dan tanda-tanda
meningismus(kaku kuduk) dan tanda Kernig.
Pada perdarahan yang lebih berat, dapat terjadi peningkatan
tekanan intracranial dan gangguan kesadaran. Pada fundukopi dapat
dilihat edema papil dan perdarahan retina.4
Tanda neurologis fokal dapat terjadi sebagai akibat dari :
a. Efek lokalisasipalsu dari peningkatan tekanan intracranial

5
b. Perdarahan intraserebral yang terjadi bersamaaan
c. Spasme pembuluh darah, akibat efek iritasi darah, bersamaan
dengan iskemia

Gambaran sistemik meliputi bradikadia dan hipertensi dengan


peningkatan tekanan intrakranial, dan mugkin terjadi demam yang
disebabkan kerusakan oleh hipotalamus. Kadang-kadang, perdarahan
subarknoid dapat berhubungan dengan edema paru dan aritmia
jantung4

Pemeriksaan penunjang

Pada sebagian besar kasus, CT scan cranial akan menunjukkan


darah pada subaraknoid. Perdarahan kecil mungkin tidak terdeteksi
pada CT scan. Diperlukan pungsi lumbal untuk konfirmasi diagnosis.

Tidak ada kontraindikasi pungsi lumbal selama diyakini tidak


ada lesi massa dari pemeriksaan pencitraan dan tidak ada kelainan
perdarahan.

Diagnosis perdarahan subaraknoid dari pungsi lumbal adalah


darah yang terdapat pada ketiga botol dengankekeruhan yang sama,
tidak ada yang lebih jernih. Sepernatan cairan serebrospinal terlihat
berserabut halus atau berwarna kuning (xantokromia) hingga tiga jam
setelah perdarahan karena adanya produkpemecahan hemoglobin.

Edema pari dan aritmia jantung dapat terlihat dari rontgen dada
dan EKG. Gangguan perdarahan ini harus disingkirkan kadangjdang
terjadi glukosiura,4

Prognosis dan tata laksana

6
Perdarahan subaraknoid akibat aneurisma memiliki angka
mortalitas yang sangat tinggi, 30-40% pasien meninggal pada hari-hari
pertama. Terdapat risiko perdarahan ulang yang signifikan, terutama
minggu pertama, dan perdarahan kedua dapat lebih berat. Oleh karena
itu, tata laksana ditujukan pada resusitasi segera perdarahan ulang. 4

Tirah baring dan analgesic diberikan pada awal tata laksana.


Antagonis kalsium nimodipin dapat menurunkan morbiditas dini yang
disebabkan oleh iskemia. Komplikasi dini perdaahan subaraknoid
meliputi hidrosefalus sebagai akibat obstruksi aliaran cairan
serebrospinal oleh bekuan darah.4

Komplikasi ini juga dapat terjadi pada tahap


lanjut(hidrosefalus komunikas). Jika pasien sadar atau hanya terlihat
mengantuk, maka pemeriksaan sumber perdarahan dilakukan dengan
angiografi serebral yang dapat dilakukan sedini mungkin. 4

Identifikasi aneurisma memungkinkan dilakukanyya intervensi


bedah dini. Teknik operasi meliputi penjepitan(clipping) leher
aneurisma, atau jika mungkin membungkus (wrapping) aneurisma
tersebut. 4

Waktu dan saran angiografi serta pembedahan pada pasien


denga perdarahan subaraknoid yang lebih berat dan gangguan
kesadaran merupakan penilaian spesialistis, karena pasien ini
mempunyai prognosis lebih burukdan toleransi operasi rendah. 4

Perdarahan akibat malformasi arteriovenosa memiliki


mortalitas lebih rendah daripada aneurisma. Pemeriksaan dilakukan
dengan angiografi dan terapi dilakukan dengan pembedahan, radio-
terapi, atau neurologi intervensional. Malformasi arteriovenosa yang
terjadi tanpa adanya perdarahan, misalnya epilepsy, biasanya tidak
ditangani dengan pembedahan4.

7
2.6. Diagnosis Stroke

Konsensus Nasional Pengelolaan Stroke di Indonesia 1999 mengemukakan


bahwa diagnosis dapat ditegakkan dengan melakukan anamnesis, pemeriksaan
fisik dan pemeriksaan penunjang.
2.6.1. Anamnesis
Anamnesis dapat dilakukan pada penderita sendiri, keluarga yang mengerti
tentang penyakit yang diderita. Anamnesis dilakukan dengan mengetahui
riwayat Universitas Sumatera Utara perjalanan penyakit, misalnya waktu
kejadian, penyakit lain yang diderita, faktorfaktor risiko yang menyertai
stroke.
2.6.2. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik yang dilakukan antara lain : pemeriksaan fisik umum
(yaitu pemeriksaan tingkat kesadaran, suhu, denyut nadi, anemia, paru dan
jantung), pemeriksaan neurologis dan neurovaskuler.
2.6.3. Pemeriksaan Penunjang
Kemajuan teknologi kedokteran memberi kemudahan untuk membedakan
antara stroke hemoragik dan stroke iskemik diantaranya : Computerized
Tomograph scanning (CT Scan), Cerebral angiografi, Elektroensefalografi
(EEG), Magnetic Resonance Imaging (MRI), Elektrokardiografi (EKG),
pemeriksaan laboratorium dan lainnya.5
2.7. Letak Kelumpuhan

2.7.1. Kelumpuhan Sebelah Kiri (Hemiparese Sinistra)


Kerusakan pada sisi sebelah kanan otak (Hemispere kanan otak)
yang menyebabkan kelumpuhan tubuh bagian kiri. Pasien dengan
kelumpuhan sebelah kiri sering memperlihatkan ketidakmampuan
persepsi visuomotor, kehilangan memori visual dan mengabaikan sisi
kiri. Penderita memberikan perhatian hanya kepada sesuatu yang berada
dalam lapang pandang yang dapat dilihatnya.

2.7.2. Kelumpuhan Sebelah Kanan (Hemiparese Dextra)


Kerusakan pada sisi sebelah kiri otak (Hemispere Kiri Otak) yang
menyebabkan kelumpuhan tubuh bagian kanan. Penderita ini biasanya
mempunyai kekurangan dalam komunikasi verbal. Namun persepsi dan

8
memori visuomotornya Universitas Sumatera Utara sangat baik, sehingga
dalam melatih perilaku tertentu harus dengan cermat diperlihatkan tahap
demi tahap secara visual. Dalam komunikasi kita harus lebih banyak
menggunakan body language (bahasa tubuh).

2.7.3. Kelumpuhan Kedua Sisi (Paraparese)


Karena adanya sclerosis pada banyak tempat, penyumbatan dapat
terjadi pada dua sisi yang mengakibatkan kelumpuhan satu sisi dan
diikuti sisi lain. Timbul gangguan psedobulber (biasanya hanya pada
vaskuler) dengan tanda-tanda hemiplegi dupleks, sukar menelan, sukar
berbicara dan juga mengakibatkan kedua kaki sulit untuk digerakkan dan
mengalami hiperaduksi.

2.8. Perawatan Stroke hemoragik

Usaha untuk menolong penderita terdiri dari :


a. Menurunkan tekanan darah secara perlahan-lahan. Berikan diuretikum,
misalnya frusemide(20 mg i.v atau i.m) jika ada kecendrungan tekanan
darah meningkat
b. Untuk membantu mempercepat penghentian perdarahan(sedang) dapat
diberikan:
1. Vitamin K, jika pasien sedang menggunakan obat antikoagulansia
(dosis : 5-10 mg i.v perlahan-lahan)
2. Hemostatika, misalnya Adona (AC 17) 200-400 mg/hari i.v. atau
Anaroxyl (Organon) 20-40 mg/hari i.v.
c. Adakan terapi korektif terhadap kelainan yang didapati berdasarkan
pemeriksaan fisik dan laboratorik
d. Berikan antikonvulsan bila kejang
e. Bila keadaan membaik, maka dilakukan tindakan rehabilitasi seceapt
mungkin.5

BAB III
KESIMPULAN

9
Stroke adalah gangguan fungsi saraf yang disebabkan oleh gangguan aliran
darah dalam otak yang dapat timbul secara mendadak dalam beberapa detik atau
secara cepat dalam beberapa jam dengan gejala atau tanda-tanda sesuai dengan
daerah yang terganggu.
Terdapat dua macam bentuk stroke yaitu stroke iskemik dan stroke
hemoragik. Stroke iskemik merupakan 80% dari penyebab stroke, disebabkan
oleh gangguan pasokan oksigen dan nutrisi ke sel-sel otak akibat bentukan
trombus atau emboli.
Keadaan ini dapat diperparah oleh terjadinya penurunan perfusi sistemik
yang mengaliri otak. Sedangkan stroke hemoragik intraserebral dan subarakhnoid
disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah kranial.
Konsensus Nasional Pengelolaan Stroke di Indonesia 1999 mengemukakan
bahwa diagnosis dapat ditegakkan dengan melakukan anamnesis, pemeriksaan
fisik dan pemeriksaan penunjang.
Rehabilitasi meningkatkan kembali kemampuan fisik dan mental dengan
berbagai cara. Tujuan program rehabilitasi adalah memulihkan independensi atau
mengurangi ketergantungan sebanyak mungkin.

10

You might also like