You are on page 1of 28

Ujian Kasus

SEORANG PASIEN DENGAN GANGGUAN PEMUSATAN PERHATIAN


DAN HIPERAKTIF

Oleh :
Marthalisa Silvana Sosir
14014101108

Pembimbing :
dr. L. F. J. Kandou, Sp. KJ

BAGIAN ILMU KEDOKTERAN JIWA


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SAM RATULANGI
MANADO
2016
LEMBAR PENGESAHAN

Status Ujian dengan Judul:


Seorang Pasien dengan Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktif
Telah dikoreksi, dibacakan dan diujikan pada tanggal November 2016

Pembimbing,

dr. L. F. J. Kandou, Sp. KJ


DAFTAR ISI

COVER
LEMBAR PERSETUJUAN PASIEN LAYAK JADI PASIEN...............................i
SURAT PERNYATAAN..........................................................................................ii
LEMBAR PENGESAHAN....iii
DAFTAR ISI.......iv
LAPORAN KASUS................................................................................................1
I.Identitas Pasien........................................................................................................1
II. Riwayat Psikiatrik..........................................................................................1
III. Riwayat Kehidupan Pribadi............................................................................5
IV. Pemeriksaan Status Mental.........9
V. Pemeriksaan Diagnostik Lebih Lanjut 12
VI. Ikhtisar Penemuan Bermakna.......13
VII. Formulasi Diagnostik...14
VIII. Diagnosis Multiaksial...15
IX. Problem16
X. Rencana Terapi16
XI. Prognosis.17
XII. Diskusi.17
KASUS UJIAN

I. IDENTITAS PASIEN
Nama : An. KDR
Umur : 8 tahun
Jenis kelamin : Laki-Laki
Tempat / tanggal lahir : Tateli, 18 Agustus 2008
Status perkawinan :-
Pendidikan terakhir : Sementara dibangku SD
Suku/bangsa : Minahasa/Indonesia
Agama : Kristen Protestan
Alamat sekarang : Tateli 2 Jaga 3
Tanggal pemeriksaan : 06 November 2016
Tempat pemeriksaan : Sekolah, Rumah

II. RIWAYAT PSIKIATRIK


Riwayat psikiatri diperoleh melalui:
Riwayat psikiatri diperoleh dari :
Alloanamnesis dengan:
Ny. DM, 37 tahun, ibu pasien, agama Kristen protestan, asal Minahasa,
pendidikan terakhir S1, pekerjaan Pegawai Negeri Sipil dan Tn.TR, 39
tahun, ayah pasien, agama Kristen protestan, asal Minahasa, Pendidikan
terakhir S1, Pekerjaan Pegawai Negeri Sipil.

A. Keluhan utama :
Sulit untuk memusatkan perhatian saat belajar.

B. Riwayat Gangguan Sekarang


Berdasarkan anamnesis pada ibu pasien, pasien adalah anak yang sulit
memusatkan perhatian saat belajar baik di rumah maupun disekolah.Ibu
pasien mulai menyadari bahwa pasien sedikit lambat dalam menangkap
pelajaran saat kelas 3 SD. Menurut ibunya pasien tidak ada perhatian dan
kemauan untuk belajar. Pasien cepat teralihkan perhatian dan cepat
merasa bosan saat belajar. Saat belajar di rumah, pasien hanya mampu
bertahan diam kurang dari 30 menit. Menurut beliau, pasien tidak
memperhatikan apa yang harus dipelajarinya, pasien hanya belajar sedikit
jika disuruh, kemudian akan berhenti dan langsung mencari mainan
ataupun menonton acara tv kesukaannya atau dipanggil teman-temannya
bermain bola. Saat pasien belajar dan ada yang lewat didekatnya pasien
cepat teralihkan perhatian. Pasien cepat merasa bosan saat belajar, ketika

1
bosan dan dipaksa belajar pasien akan menangis merontak-rontak bahkan
berusaha merusak barang disekitarnya. Saat disekolah pasien mengikuti
pelajaran, namun ketika ditanyakan apa yang diacarakan pasien akan
lupa dan mengatakan tidak tahu bahkan kadang mengulang pertanyaan
yang ditanyakan, pasien juga kadang jika diterangkan tentang pelajaran
dikelas pasien kadang suka menginterupsi atau memotong penjelasan
guru ditengah-tengah materi dan bertanya pertanyaan yang sebenarnya
sudah dijelaskan guru sebelumnya. Menurut gurunya, pasien tidak
memperhatikan apa yang diajarkan pasien kurang perhatian. Menurut
ibu dan ayahnya, pasien dalam tahap perkembangan yang terlihat
normal, awalnya orang tua hanya mengira bahwa sulit belajar hanya
karena anaknya hanya terlambat untuk memahami pelajaran dan pasien
merupakan anak perempuan satu-satunya dan merupakan anak terakhir
yang dimanja jadi sangat sulit untuk mengajaknya belajar serta pasien
sedang menyesuaikan diri di sekolah. Selain itu pasien juga sering
memberontak jika keinginan pasien untuk tidak belajar tidak dituruti,
seperti main bola yang merupakan permain kesukaanya. Menurut ibunya
pasien agak tertinggal dibandingkan teman teman seusianya.
Selama ini perkejaan rumahnya selalu dibantu untuk menyelesaikannya
pelan-pelan. Terkadang ia butuh orang lain untuk mengisikannya. Bahkan
terkadang pasien tidak mengerti pekerjaan rumah dalam bentuk
pertanyaan jalan cerita.
Pasien sudah dapat menghitung dalam operasional perhitungan dasar.
Namun pasien kesulitan dalam membuat perintah operasional dalam
bentuk soal cerita dan lama dalam menghitung penjumlahan,
pengurangan, perkalian atau pembagian angka yang besar. Jika pasien
mendapat tugas rumah pasien cenderung dibantu oleh ibu dan kakaknya
dalam menyelesaikan pekerjaan rumah tersebut.
Pasien sering kehilangan atau lupa meletakkan alat tulisnya.Pasien tidak
pernah sadar barang barangnya hilang, nanti ketika ditanya ibunya baru
pasien menyadari bahwa kehilangan alat tulis.ketika ditanya pasien
mengaku tidak tahu dimana meletakannya atau pasien hanyai menjawab
singkat dan berlalu pergi, kadang juga pasien berdalih teman sekelas

2
yang meminjam dan menghilangkannya. Jika barangnya hilang, ia
cenderung segera minta diganti yang baru oleh ibunya dan keinginannya
harus segera dipenuhi.
Saat di rumah pasien tidak pernah mengatakan ada pekerjaan rumah yang
harus dikerjakannya kecuali orang tuanya yang bertanya atau mengecek
buku tulisnya. Selain itu menurut guru dan ibu pasien akan sering tidak
selesai dalam menyelesaikan tugasnya. Dan beralih melakukan hal-hal
yang ia sukai seperti bermain bola, atau menganggu kakak dan kedua
adiknya hingga menangis. Menurut ibunya, pasien hanya suka
menggambar dan jarang untuk belajar. Pasien ketika dilarang akan
merontak dan berusaha mencari kertas untuk menggambar. Satu tahun
terakhir pasien mulai jarang menggambar dan lebih sering bermain
permainan di tablet . Menurut ibunya, pasien mulai ketergantungan
bermain permainan di tablet sejak usia 5 tahun dan ketergantungan.
Pasien tidak bisa satu hari tidak bermain permainan ditablet, pasien akan
merontak sampai memukul kakak dan adiknya sebagai alas an supaya
diberikan tablet. Menurut ayahnya, ayahnya telah membatasi pasien
bermain permainan, namun pasien akan berusaha menggunakan
handphone orang lain handphone untuk bermain permaian. Menurut
ibunya, ketergantungan anaknya terhadap game di tablet sudah
mengkhawatirkan. Hal tersebut mulai mengkhwatirkan pada 1 minggu
yang lalu, saat ibu pasien terbangun jam 2 pagi dia mendapatkan pasien
sedang bermain game dan saat ibunya melihat pasien langsung pura
pura tidur. Selain itu, ibunya mengamati pasien sampai jam 5 dan pasien
masih terus bermain, dia hanya berpura - pura tidur setiap kali ibunya
melihatnya.Selain itu, menurut ibunya tiga hari yang lalu saat malam
hari, ibu pasien menemukan pasien sedang memanjat lemari dan saat
melihat ibunya langsung sembunyi.Menurut ibunya kelakukan anaknya
terlihat seperti pencuri. Ibunya menduga bahwa anaknya mencari tablet
yang di sembunyikan ayahnya.
Kegiatan harian pasien dirumah hanya menonton televise, bermain
gadget dan bermain bola kaki. Menurut ibunya pasien belum bisa
melakukan kegiatan sehari hari sendiri, kegiatan sehari harinya dibantu

3
ibu dan kakak dan adiknya. Pasien akan menyuruh nyuruh saudaranya
di rumahnya. Jika pasien diminta bantuan oleh ibunya, pasien
mengatakan malas untuk melakukan hal tersebut dan pergi begitu saja,
tetapi jika ia ingin membantu maka ia akan meminta upah atas apa yang
ia kerjakan. Hal tersebut membuat ibunya khwatir karena anaknya belum
bisa melakukan kegiatan sehari hari. Ibunya pernah berusaha untuk
mengajarkan anaknya melakukan hal kegiatan sehari hari, namun
pasien menolak dan menangis.
Pasien tidak pernah melakukan tindakan agresif seperti memukul orang,
melempar barang, merusak barang atau memukul diri sendiri/menyakiti
diri sendiri, kecuali teman mengganggunya maka ia akan memarahi
bahkan kadang memukul temannya. Selain itu pasien juga tidak
menunjukan bahwa pasien hiperaktifitas dan tidak bisa diam. Pasien
hanya menangis jika sesuatu yang diingikannya tidak dia dapatkan.
Pasien tidak memilki masalah dalam berkomunikasi dengan orangtuanya.
Apabila dipanggil pasien selalu merespon, tapi kadang-kadang hanya
menyahut tapi tidak memandang wajah orang yang memanggilnya.
Pasien dapat melakukan kontak mata dengan orang di sekitarnya
walaupun tidak lama kemudian pasien akan mengalihkan pandangannya.
Pasien dapat mengikuti perintah sederhana dari orangtuanya apabila
orang tua menyuruh pasien untuk melakukan sesuatu seperti mengambil
barang yang diperlukan, namun untuk melakukan perintah yang lebih
rumit biasanya pasien akan menolak.
Pasien saat ini tidur dikamar bersama ibu, tapi pasien sudah tidah
mengompol pada saat tidur waktu malam. Pasien selalu akan meminta
untuk ditemani saat tidur. Pasien akan menolak untuk tidur sendirian,
pasien mengatakan merasa nyaman saat tidur bersama orang lain.
C. Riwayat gangguan sebelumnya.
1. Riwayat gangguan psikiatri
Saat pasien sudah mulai tahu berjalan pada usia 2 tahun, pasien adalah
anak yang sangat aktif, namun orangtua berpikir kalau perilaku anak
masih dalam batas wajar sesuai anak seusianya tapi orang tua sudah
mengantisipasi hal tersebut karena sejak awal sudah diberitahukan oleh
dokter ahli. Orang tua mulai menyadari adanya gangguan pemusatan

4
perhatian dan kesulitan dalam belajar dan hiperaktif saat anak duduk
dibangku Taman Kanak-kanak.
Orangtua pasien mulai menyadari pasien agak terlambat dalam belajar
dan tidak perhatian saat belajar saat kelas 3 sd.
2. Riwayat gangguan medis Umum
Pasien hanya pernah sakit demam, batuk, pilek, amandel dan diare.
3. Riwayat Penggunaan Zat Psikoaktif
Pasien tidak mengkonsumsi zat psikoaktif.

III. RIWAYAT KEHIDUPAN PRIBADI


A. Prenatal dan Perinatal
Pasien adalah anak kedua dari tiga bersaudara dan merupakan anak
laki-laki satu satunya dalam keluarga. Orang tua pasien mengasihi dan
menyayangi pasien. Pasien merupakan anak yang diharapkan karena
kakak dan adik pasien adalah perempuan. Saat hamil pasien usia ibu
pasien adalah 28 tahun. Selama kehamilan, ibu pasien rutin
memeriksakan kondisi saat hamil di dokter spesialis kandungan.
Sebelumnya, ibu pasien pernah hamil satu kali, melahirkan normal.
Pasien dilahirkan di Rumah Sakit, ditolong oleh dokter spesialis. Lahir
normal, cukup bulan. Pasien lahir dengan berat 2,9 kg dan tinggi 45
cm.Tidak biru (sianosis) maupun kuning (ikterus). Menurut ibu pasien,
sejak kecil pasien tidak sulit diurus.

B. Masa Kanak Awal (usia 0-3 tahun)


Pada stadium oral, menurut ibunya saat pasien merasa lapar atau
haus pasien akan menangis dan ibunya akan segera memberi susu
formula. Pasien tidak pernah minum ASI dikarenakan ibu pasien tidak
memproduksi ASI. Setelah diberikan sus formula, pasien akan kembali
tenang dan tertidur. Susu Formula tetap diberikan sampai sekarang. Tidak
terdapat masalah dalam proses makanan pengganti.
Pada stadium anal, pasien mulai berbicara, berjalan, dan
makan.Pasien sudah bisa menggenggam benda-benda kecil seperti
handphone ibunya dan sudah bisa mengucapkan beberapa kata seperti
papa, mama. Pasien diajarkan BAB di toilet oleh ibunyasehingga
pada saat pasien ingin BAB pasien akan memberitahukan kepada orang
tua dan membawa pasien ke toilet. Pasien diasuh dengan kasih sayang
oleh kedua orang tuanya.

5
Pada stadium uretheral. Pasien diajarkan untuk memberi tahu pada
ibunya jika ingin BAK di toilet (toilet training) oleh ibunya.Pada tahap
ini pasien sudah memberitahukan kepada orang tua dan pasien sudah bisa
untuk BAK sendiri di toilet. Pada malam hari pasien akan
membangunkan ibunya atau pergi ke kamar kecil sendiri.
Pada stadium kepercayaan dasar lawan ketidakpercayaan dasar,
saat ditinggalkan ibunya untuk bekerja pasien akan menangis dan tidak
ingin lepas dengan ibunya. Ibunya biasa akan meninggalkannya saat
kerja sampai siang hari. Saat pulang kerja ibunya akan disambut dengan
sangat gembira oleh anaknya. Menurut ibu pasien, pasien mulai belajar
merangkak usia 7 bulan sama seperti kakaknya dan berjalan tanpa
berpegangan tangan saat berusia 12 bulan. Dan tidak ada keterlambatan
dalam perkembangan dalam pergerakan dan berbahasa dari pasien.

C. Masa Kanak Pertengahan (usia 4-11 tahun)


Pasien pernah melakukan tindakan agresif seperti memukul orang,
melempar barang, merusak barang atau memukul diri sendiri/menyakiti
diri sendiri. Selain itu pasien juga tidak menunjukan bahwa pasien
hiperaktifitas dan tidak bisa diam. Pasien hanya menangis jika sesuatu
yang diingikannya tidak dia dapatkan.
Pasien tidak memilki masalah dalam berkomunikasi dengan orangtuanya.
Apabila dipanggil pasien selalu merespon, tapi kadang-kadang hanya
menyahut tapi tidak memandang wajah orang yang memanggilnya.
Pasien dapat melakukan kontak mata dengan orang di sekitarnya
walaupun tidak lama kemudian pasien akan mengalihkan pandangannya.
Pasien dapat mengikuti perintah sederhana dari orangtuanya apabila
orang tua menyuruh pasien untuk melakukan sesuatu seperti mengambil
barang yang diperlukan, namun untuk melakukan perintah yang lebih
rumit biasanya pasien akan menolak.
Pasien saat ini tidur dikamar bersama ibu dan ayahnya, tapi pasien sudah
tidah mengompol pada saat tidur waktu malam. Pasien selalu akan
meminta untuk ditemani saat tidur. Pasien akan menolak untuk tidur
sendirian, pasien mengatakan merasa nyaman saat tidur bersama orang
lain.

6
D. Persepsi Pasien tentang Diri dan Kehidupannya
Pasien merasa bahwa dirinya tidak begitu pintar dibandingkan
dengan kakaknya. Pasien mengatakan dia menyayangi keluarganya,
mama, papa dan kakaknya.Pasien juga merasa bahwa kedua orang tua
dan kakak pasien sangat menyayangi pasien dan berusaha untuk
memenuhi semua kebutuhan pasien dengan baik. Pasien dekat dengan
kedua orangtuanya dan dekat dengan kakak dan adiknya, pasien dengan
adiknya sering berkelahi.
Riwayat Keluarga
Pasien merupakan anak kedua dalam keluarga. Pasien murapakan anak
laki-laki satu-satunya diharapkan oleh kedua orangtunya. Pasien
termasuk golongan keluarga yang berkelebihan.Hubungan dengan
keluarga baik dan penuh kasih sayang tanpa membeda-bedakan dari
kedua orang tua. Pasien dekat dengan kakaknya, namun dia kurang
memiliki kedekatan dengan adikny, bahkan terkadang pasien merasa
tidak senang. Pasien tinggal bersama dengan keluarganya di Tateli 2 Jaga
3.
Ayah pasien adalah anak pertama dari dua bersaudara, merupakan
seorang pegawai negeri sipil (PNS) sebagai pegawai dikantor lurah. Ibu
pasien merupakan anak keempat dari tujuh bersaudara, ia seorang
Pegawai negeri sipil (PNS) sebagai pegawai di kantor lurah. Ia sangat
menyayangi pasien sama seperti anak anaknya yang lain.

Denah Rumah

7
Toilet

Kamar tidur 4

Kamar tidur 2 Kamar tidur 3

Kamar tidur 1

Ruang Tamu

Genogram

Keterangan:

8
: Laki-laki atau : Sudah meninggal
: Perempuan : Pasien

1. Persepsi Pasien Tentang dirinya dan Kehidupannya


Pasien tahu bahwa dirinya tidak sakit.
2. Persepsi Keluarga Terhadap Pasien
Menurut keluarga belakangan ini pasien menjadi sulit diatur, keluarga
memahami bahwa pasien dalam keadaan sakit dan butuh pengobatan. Keluarga
pasien mendukung penuh kesembuhan dari pasien,namun keluarga ingin pasien
dirawat inap di rumah sakit dulu sampai sembuh.
3. Persepsi Pasien Terhadap Keluarga
Selama ini keluarga selalu baik dan mendukungnya untuk sembuh dari
sakit.

III. PEMERIKSAAN STATUS MENTAL


A. Deskripsi Umum
1. Penampilan
Pasien seorang laki-laki berusia 38 tahun, tampak sesuai usianya,
rambut hitam, bibir merah kecoklatan. Berpakaian rapi menggunakan
kaos kemeja dan celana pendek kain, duduk sopan ekspresi wajah
wajar. Pasien melakukan kontak mata dengan pemeriksa, dan pasien
juga tampak tenang saat diwawancara.
2. Perilaku dan aktivitas psikomotor
Pasien dapat mengikuti wawancara dengan baik. Pada waktu
wawancara, pasien duduk tenang dan terlihat murung. Pasien bisa
merespon saat pemeriksa ucapkan salam. Pasien tidak menghindari
kontak mata. Selama wawancara pasien menjawab pertanyaan, namun
beberapa jawaban yang diberikan tidak sesuai pertanyaan dan perlu
dikonfirmasi dengan keluarga pasien.
3. Sikap terhadap pemeriksa
Pasien cukup kooperatif pada saat menjawab setiap pertanyaan
dan perilaku pasien sopan. Pasien tidak terbuka, saat ditanyakan
beberapa pertanyaan mengenai masa pacaran sampai memiliki anak dan
berpisah, jawaban dari pasien terbatas.

9
B. Mood dan afek
1. Mood : Hipotimia
2. Afek : Menyempit
3. Keserasian : Serasi

C. Bicara
1. Kualitas : Spontan, volume kecil, suara jelas, artikulasi baik.
2. Kuantitas :Selama wawancara pasien menyimak pertanyaan dan
menjawab dengan jawaban yang terbatas.
3. Hendaya berbahasa : tidak ada hendaya berbahasa

D. Gangguan Persepsi
Saat dilakukan pemeriksaan pasien sudah tidak mengalami halusinasi
auditorik, halusinansi visual. Namun saat ditanyakan pada keluarga (kakak
kandung) pasien mengatakan bahwa ada orang yang ingin menyakitinya
dengan benda tajam.
- Halusinasi Auditorik (+) : pasien sering mendengar bisikan-bisikan
yang hanya didengar oleh dia dan tidak dapat didengar orang lain
- Halusinasi Visual (+) : pasien melihat ada banyak orang yang hendak
membunuhnya.

E. Proses Pikir
1. Bentuk pikiran:Asosiasi longgar (+)
Saat wawancara, pasien sering menjawab tidak
nyambung seperti melompat dari satu topik ke topik lain
yang tak berhubungan.
2. Isi pikiran : Waham kejaran (+)
Pasien meyakini bahwa dirinya sedang diganggu dan
akan dibunuh oleh orang lain.

F. Sensorium dan kognisi


1. Taraf kesadaran: Compos mentis
2. Orientasi:
a. Waktu : Baik. Pasien bisa membedakan siang dan malam.
b. Tempat : Baik. Pasien mengetahui bahwa dirinya berada di RS.
Prof. V.L. Ratumbuysang
c. Orang : Baik. Pasien dapat mengenali orang-orang disekitarnya
seperti kakaknya, dokter serta perawat yang merawatnya.

10
3. Daya Ingat:
a.Daya ingat jangka panjang: Tidak terganggu. Pasien dapat
menyebutkan nama tempat pasien bersekolah saat SD, SMP, dan
STM.
b. Daya ingat jangka pendek: Tidak terganggu.
Pasien masih ingat bahwa tadi pagi ia mandi.
c.Daya ingat segera: Tidak terganggu. Pasien dapat mengulang nama
pemeriksa yang disebutkan sebelumnya.

4. Kemampuan baca dan menulis: Baik. Pasien mampu menulis namanya


sendiri serta mampu membacanama
dokter muda.

5. Kemampuan visuospasial: Baik. Pasien dapat berjalan tanpa menabrak


benda-benda di sekitarnya.

6. Kemampuan menolong diri sendiri: Makan dan minum dilakukan


sendiri.

7. Pengendalian impuls: Pasien mengikuti wawancara dalam waktu yang


cukup lama dengan tenang.

8. Pertimbangan dan tilikan


a.Daya nilai sosial : Baik. Pasien mengerti bahwa perilaku pasien saat
memukul kakaknya merupakan perbuatan yang tidak seharusnya.
b. Uji daya nilai : Baik. Pasien mengerti dan
memahami bila menemukan uang dijalan, ia harus mengembalikan
uang tersebut ke pemiliknya.

9. Reliabilitas: Penjelasan yang diberikan pasien sebagian dapat dipercaya


sebagian lagi tidak, sehingga masih perlu konfirmasi dengan keluarga
pasien.

10. Derajat tilikan: Derajat tilikan (insight) I, dimana pasien tidak


menyadari dirinya sakit dan tidak butuh bantuan.

IV. PEMERIKSAAN FISIK INTERNA DAN NEUROLOGI


A Status Interna
Keadaan umun : Baik

11
Kesadaran : Compos mentis
Tanda vital : TD : 110/80 mmHg N:88 x/menit
R: 18 x/menit S: 36,3C
Kepala : konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-.
Toraks : Jantung : SI-SII regular normal, bising (-)
Paru : suara pernapasan vesikuler, ronki -/-,
wheezing -/-
Abdomen : datar, lemas, nyeri epigastrium (-), hepar dan lien
tidak teraba, bising usus normal,
Ekstremitas : hangat, edema tidak ada, sianosis tidak ada.

B Status Neurologi
1 GCS : E4M6V5
2 Mata : Gerakan normal, searah, pupil bulat, isokor, diameter
3mm/3mm, reflex cahaya (+/+).
3 Pemeriksaan nervus kranialis
a N. olfaktorius (N.I)
Pasien dapat mencium bau bubuk kopi yang diberikan pada
pasien dan pemeriksa.
b N. optikus (N.II)
Pasien dapat membaca, nama dokter muda di jas lab.
c N. okulomotorius (N.III), n. trochlearis (N.IV), n. abducens
(N.VI)
Selamawawancaradapatdiamatibahwapasienmemilikigerakan
bola mata yang wajar.
d N. trigeminus (N.V)
Selama wawancara berlangsung terlihat wajah pasien simetris.
e N. facialis (N.VII)
Selama wawancara berlangsung terlihat wajah pasien simetris.
f N. vestibulocochlearis (N.VIII)
Selama wawancara pasien mampu menjawab pertanyaan dengan
tepat.Hal ini memberi kesan bahwa pendengaran pasien
normal.Saat berjalan pasien terlihat stabil dan tidak terjatuh.
g N. glosssopharyngeus (N.IX), N. Vagus (N.X)
Pasien masih dapat makan tanpa ada gangguan menelan,
artikulasi bicara masih baik.
h N. aksesorius (N.XI)
Selama wawancara berlangsung terlihat bahwa pasien dapat
menggerakkan kepalanya ke kiri dan kanan, hal ini menandakan
bahwa fungsi Nervus Aksesorius pasien dalam keadaan normal.
i N. hypoglossus (N.XII)

12
Pasien dapat menjulurkan lidah dan tidak ditemui kelainan saat
diminta pemeriksa.
Ekstrapiramidal sindrom : Tidak ditemukan ada gejala
ekstrapiramidal.

V. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA


Berdasarkan hasil autoanamnesis dan aloanamnesis didapatkan bahwa
pasien laki-laki berumur 38 tahun, belum menikah, suku sanger, agama
kristen protestan, alamat sekarang Maumbi jaga I, saat ini pasien sudah tidak
bekerja karena sakit. Pasien dibawa ke poliklinik RS. Prof. Dr. V. L.
Ratumbuysang Manado untuk pertama kali pada 25 oktober 2016.
Pasien datang dengan keluhan berjalan dan tidur sambil memegang
benda tajam (tajam), pasien mendengar dan melihat ada banyak orang yang
hendak akan membunuhnya, bicara dan tertawa sendiri, sering marah-marah,
mudah tersinggung, dan sering susah tidur waktu malam. Pasien takut
bertemu dengan orang, pasien juga takut air sehingga pasien tidak mandi
hanya ganti pakaian. Pasien baru pertama kali dibawa untuk berobat karena
sebelumnya ibu pasien sedang sakit dan memerlukan biaya dan perhatian dari
keluarga.
Menurut kakak kandung pasien, pasien termasuk orang yang aktif
dalam bekerja namun sejak mengalami keluhan ini pasien sudah tidak lagi
aktif kerja dan menarik diri dari lingkungan serta takut bertemu dengan
orang.
Sebelumnya, pasien memiliki pacar yang umurnya lebih tua dari
pasien. Namun keluarga pasien yaitu Ibu pasien tidak menyetujui hubungan
tersebut. Pasien tidak mempedulikan perkataan keluarganya, pasien lebih
memilih tetap bersama dengan pacarnya. Pasien memiliki hubungan spesial
dengan pacarnya, dan dari hasil hubungan itu pasien mendapatkan anak
perempuan tanpa adanya ikatan pernikahan. Beberapa waktu setelahnya,
hubungan tersebut tidak berjalan dengan harmonis karena pacarnya
mengambil kendaraan bermotor milik pasien dan mengusir pasien dari
rumahnya.
Pasien berambut hitam, bibir merah kecoklatan. Berpakaian rapi
menggunakan kaos kemeja dan celana pendek kain, duduk sopan ekspresi

13
wajah wajar. Pasien melakukan kontak mata dengan pemeriksa, dan pasien
juga tampak tenang saat diwawancara. Saat wawancara berlangsung dapat
dinilai suasana mood pasien hipotimia. Pasien terlihat murung dan tidak
bersemangat. Afek Menyempit disertai halusinasi audiotorik dan halusinasi
visual. Dari petimbangan tilikan terhadap penyakit, termasuk tilikan derajat
1.

VI. FORMULASI DIAGNOSTIK


Formulasi diagnostik ini berdasarkan DSM V.
Pada aksis I didapatkan gejala klinik bermakna yaitu halusinasi
auditorik, halusinasi visual dan waham kejaran.Pasien mendengar suara-suara
yang akan membunuhnya pasien lari dan bersembunyi bahkan berteriak
minta tolong karena dikejar-kejar orang yang hendak membunuhnya. Pasien
juga bicara dan tertawa sendiri, mudah tersinggung, sering susah tidur.
Keluhan sudah dialami sejak 4 tahun yang lalu (tahun 2012an) sehingga
menyebabkan pasien malasbekerja Diagnosis pasien ini yaitu Skizofrenia.
Pada aksis II, pasien memiliki ciri kepribadian paranoid. Pasien
tidak pernah lagi masuk ke gereja maupun aktivitas di lingkungan
rumahnnya. Pasien lebih sering menyendiri, tidak keluar kamar dan takut
bertemu orang lain. Pasien juga sukar untuk terang-terangan mengenai
masalah pribadinya.
Pada aksis III, Saat ini tidak ditemukan kelainan dari kondisi medis
umum pasien yang dapat menyebabkan gangguan jiwa.
Pada aksis IV, Berdasarkan anamnesis, didapatkan masalah
psikologis dan masalah lingkungan yang bermakna dan berperan pada
perkembangan gangguan sekarang, yaitu penderita ditinggal pergi oleh
pacarnya yang sudah berhubungan selama 8 tahun, dan ibu pasien meninggal
2 tahun yang lalu (primary support).
Pada aksis V, Global Assasment of Functioning (GAF) scale,
Current 70-61, beberapa gejala ringan dan menetap, disabilitas ringan dalam
fungsi, secara umum masih baik. GAF scale High Level Past Year (HLPY)
80- 71, gejala sementara dan dapat diatasi,disabilitas ringan dalam sosial,
pekerjaan, sekolah dan lain-lain.

14
VII. EVALUASI MULTIAKSIAL
Aksis I : F20.0 Skizofrenia Paranoid
Aksis II : Ciri kepribadian Skizoid
Aksis III : Tidak ada masalah penyakit penyerta
Aksis IV : Ditemukan masalah dengan primary support grup
(keluarga)
Aksis V: GAF-Current :80-71 ; terdapat beberapa gejala sementara dan
dapat diatasi, disabilitas ringan dalam sosial, pekerjaan, sekolah dan lain-
lain. Global Assessment of Functioning Half Life Past Year (GAF HLPY):
60-51, yakni gejala sedang (moderate), disabilitas sedang.

VIII. DAFTAR MASALAH


A. Organobiologi
Dalam keluarga pasien tidak ada yang pernah sakit seperti yang
dialami oleh pasien.

B. Psikologi
Mood hipotimia, afek serasi, riwayat halusinasi auditorik dan visual,
gangguan tidur, gangguan makan.

C. Lingkungan dan Sosial Ekonomi


Interaksi sosial pasien cukup baik dan keluarga pasien mempunyai
perekonomian yang cukup.

X. RENCANA TERAPI
A. Psikofarmaka
- Risperidon 2 mg 2x1 tablet/hari
- Triheksifenidil 2x1 tablet/Hariri
- Vitamin B complex 3x1
- Asam Folat 3x1
B Intervensi Psikososial
1 Terhadap keluarga
a Menyampaikan informasi kepada keluarga mengenai penyakit
pasien, dan pengobatannya agar keluarga dapat memahami dan
menerima kondisi pasien untuk minum obat dan kontrol secara
teratur.

15
b Mengenali gejala kekambuhan dan anjurkan untuk dibawa ke dokter.
c Mengawasi pasien agar teratur minum obat dan berperilaku sabar
dalam menghadapi pasien serta selalu mendampingi pasien dan
berikan motivasi serta dukungan kepada pasien.
d Meminta keluarga untuk tetap memastikan pasien tetap berada dalam
pengawasan keluarga. Mengawasi pasien agar terhindar dari benda-
benda yang dapat mengancam keselamatan diri dan orang sekitar.

XI. PROGNOSIS
1 Ad vitam : dubia ad bonam
2 Ad fungsionam : dubia ad bonam
3 Ad sanationam : dubia ad bonam

XII. DISKUSI
A Diagnosis
Skizofrenia merupakan sindrom yang heterogen yang mana diagnosisnya
belum dapat ditegakkan memakai suatu uji laboratorium tertentu, diagnosisnya
ditegakkan berdasarkan sekumpulan gejala yang dinyatakan karakteristik untuk
skizofrenia.1
Skizophrenia dapat mempengaruhi semua aspek kehidupan seseorang. Fase
akut schizophrenia ditandai dengan delusi, halusinasi, pikiran logis, percakapan
kacau dan perilaku aneh. Pada tahap selanjutnya, orang dengan skizofrenia
mungkin tidak dapat berpikir jernih dan mungkin kehilangan respons emosional
terhadap orang atau peristiwa yang mereka hadapi. Tidak ada perbedaan yang
ditemukan berdasarkan jenis kelamin pada orang dengan skizofrenia, yang berarti
bahwa insiden kejadian skizofrenia pada pria dan wanita sama. Perbedaan antara
laki-laki dan perempuan yang terjadi di awal dan bentuk penyimpangan.Puncak
untuk onset pada laki-laki adalah 15 - 25 tahun, sementara di perempuan 25 tahun
35 tahun. Timbulnya skizofrenia sebelum usia 10 dan setelah usia 50 sangat
jarang ditemukan. 1,2
Formulasi diagnostik ini berdasarkan DSM-V. Kriteria diagnostik
skiozfrenia berdasarkan DSM-V, sebagai berikut:3

16
a. Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas dan biasanya duga
gejala atau lebih bila gejala-gejala itu kurang tajam, atau kurang jelas:

1. Waham
2. Halusinasi
3. Bicara kacau
4. Perilaku katatonik
5. Gejala negatif
b. Selama sebagian waktu yang signifikan sejak onset gangguan, fungsi dari satu
atau lebih area, seperti pekerjaan, hubungan interpersonal, atau perawatan diri,
nyata dibawah tingkat dicapai sebelum onset.
c. Tanda-tanda terus-menerus dari gangguan ini menetap setidaknya 6 bulan.
Periode 6 bulan ini harus termasuk setidaknya 1 bulan gejala (atau kurang jika
berhasil diobati) dan ada kriteria a) (gejala fase aktif) dan mungkin termasuk
periode prodormal atau gejala negatif.
d. Gangguan skizoafektif dan gangguan depresif atau bipolar dengan gejalan
psikotik harus dikesampingkan karena salah satu;
1) tidak ada episode depresif atau manik yang telah terjadi bersama-sama
dengan gejala fase aktif, atau
2) jika episode mood telah terjadi selama gejala fase aktif, mereka telah ada
selama minoritas dari total durasi periode aktif dan residual dari penyakit.
e. Gangguan ini tidak disebabkan oleh pengaruh zat (misalnya penyalahgunaan
obat, medikasi) atau kondisi medis lain.
f. Jika terdapat riwayat gangguan spektrum autis atau gangguan komunikasi dari
onset anak, tambahan diagnosis dari skizofrenia dibuat hanya jika waham atau
halusinasi menonjol, tambahannya gejala skizofrenia ada setidaknya 1 bulan
(atau kurang jika berhasil diobati).

B Ciri Kepribadian
Menurut Diagnostik and Statistical manual of Mental Disorder Fourth
Edition Text Resived (DSM IV TR) tipe skizofrenia dibagi menjadi lima,
yaitu: tipe katatonik, tipe hibefrenik, tipe tidak terinci, tipe residual, dan tipe
paranoid. Dari kelima tipe tersebut yang paling sering terjadi adalah tipe
paranoid.1,3
Skizofrenia paranoid terjadi karena melemahnya neurologis dan kognitif
tetapi individu tersebut mempunyai prognosis yang baik. Namun
bagaimanapun juga, pada fase aktif dari kelainan ini, penderita mengalami

17
gangguan jiwa berat, dan gejala-gejala tersebut dapat membahayakan dirinya
atau orang lain.1
Pedoman diagnostik untuk skizofrenia paranoid yaitu memenuhi kriteria
umum diagnosis skizofrenia. Sebagai tambahan: yang pertama, halusinasi
dan atau waham yang menonjol; (1) suara-suara halusinasi yang mengancam
pasien atau halusinasi auditorik tanpa bentuk verbal berupa bunyi pluit
(whistling), mendengung (humming), atau bunyi tawa (laughing), (2)
halusinasi pembauan atau pengecapan rasa, atau bersifat seksual, atau lain-
lain perasaan tubuh, halusinasi visual mungkin ada tetapi jarang menonjol, (3)
waham dapat berupa hampir setiap jenis, tetapi waham dikendalikan
(delusion of control), dipengaruhi (delusion of influence), atau passivity
(delusion of passivity), dan keyakinan dikejar-kejar yang beraneka ragam,
adalah yang paling khas: gangguan afektif, dorongan kehendak dan
pembicaraan, serta gejala katatonik secara relatif tidak nyata/tidak menonjol.1
Diagnosis dari pasien ini ditegakkan berdasarkan anamnesis dan
pemeriksaan status mental.Dari anamnesis ditemukan gejala-gejala yang
mengarah pada diagnosis skizofrenia paranoid yaitu adanya halusinasi
auditorik (+), halusinasi visual (+). Pasien mengaku pada kakak pasien,
pasien merasa ada orang yang ingin membunuhnya dengan benda
tajam.Gejala paranoid juga terlihat yaitu pasien takut keluar dari rumah,
menarik diri dari lingkungan.Pada pemeriksaan status mental ditemukan
adanya mood hipotimia, yaitu suasana perasaan yang secara pervasive
diwarnai kesedihan dan kemurungan. Afek yang dijumpai adalah afek
menyempit, yaitu menggambarkan ekspresi emosi yang terbatas dalam
ekspresi emosi wajah yang terbatas, irama suara maupun gerakan tubuh,
serasi dengan suasana perasaannya yang dihayatinya.4

C Rencana Terapi
a. Psikofarmako
Penanganan skizofrenia yaitu dengan penggunaan obat antipsikotik. Pada
pasien ini diberikan obat Risperidon. Risperidon Antipsikosis termasuk tiga
kelas obat yang utama: antagonis reseptor dopamine, risperidone (Risperidal)

18
dan clozapin. Antagonis reseptor dopamine adalah obat antipsikotik yang
klasik dan efektif dalam pengobatan skizofrenia.5,6
Risperidon adalah obat antipsikotik dengan akitvitas antagonis yang
bermakna pada reseptor serotonin tipe 2 (5-HT2) dan pada reseptor dopamine
tipe 2 (D2). Risperidon menjadi obat lini pertama dalam pengobatan
skizofrenia karena kemungkinan obat ini lebih efektif dan lebih aman dari
pada antagonis reseptor dopaminergik yang tipikal. Secara umum risperidon
dapat ditoleransi lebih baik. Efek samping ekstrapiramidal umumnya lebih
ringan dibanding antipsikosis tipikal.7
Triheksipenidil (THP) merupakan obat antimuskarinik yang berfungsi
untuk mengurangi efek samping dari antipsikotik.12
Vitamin B kompleks diberikan karena pasien skizofrenia mengalami
defisiensi nutrient bersangkutan. Selain itu juga, karena pada pasien
skizofrenia terjadi penghambatan pengubahan asam amino triptofan menjadi
nisiamida di otak, sehingga terjadi kekurangan vitamin B3 dan kelebihan
triptofan bebas. Triptofan berlebihan dapat mendorong pembentukan zat
halusingen tertentu (yang menimbulkan khayalan) dan dapat menimbulkan
kelainan pada suasana jiwa dan pengamatan.13
Vitamin B3 juga diperlukan untuk pengubahan triptofan menjadi serotonin
yang merupakan salah satu neurotransmitter di otak. Bila vitamin B3 kurang,
pembentukan serotoninpun berkurang. Serotonin yang berkurang dapat
menyebabkan timbulnya depresi mentalis. Sehingga vitamin ini banyak
digunakan sebagai terapi alternative pada depresi dan skizofrenia yang
menghasilkan efek baik dalam meringankan gejala. 13,14
Asam folat juga diberikan pada pasien, hal ini karena pada pasien
skizofrenia mengalami defisiensi nutrient bersangkutan. Asam folat
mempunyai peranan besar dalam proses transkripsi gen dan regulasi, serta
replikasi DNA. Kekurangan zat ini akan menyebabkan ketidaknormalan
fungsi otak seperti pada skizofrenia.14
Tujuan utama dari terapi pada skizofrenia adalah pemulihan.
Pemulihan dapat dicapai baik dari segi fungsi mental maupun fisik. Penilaian
dalam menentukan pemulihan terdapat empat faktor termasuk diantaranya
hilangnya gejala, fungsi pekerjaan, kehidupan mandiri, dan relasi. Dari

19
penilaian tersebut dapat dilihat bahwa hilangnya gejala hanyalah satu dari
empat faktor dalam menilai pemulihan, sementara tiga faktor lainnya
melibatkan peran penyandang skizofrenia sendiri, pengasuh, maupun
masyarakat.8
Untuk tercapainya pemulihan, diperlukan keterlibatan penyandang
skizofrenia dalam menilai kebutuhan hidup mereka sendiri dan
merencanakan perawatan mereka, yang hingga saat ini belum pernah
dilakukan.Pada kunjungan rawat jalan, keterlibatan pengasuh merupakan
bagian penting dari perencanaan perawatan. Penyandang skizofrenia,
pengasuh yang merawatnya, dan tenaga kesehatan merupakan bagian penting
dari penilaian kebutuhan, selain itu mereka mungkin mempunyai perbedaan
pandangan dalam menilai kebutuhan hidup penyandang skizofrenia karena
berbagai faktor yang memengaruhinya.9

b. Intervensi Psikososial
Terapi keluarga diharapkan dapat membantu dokter untuk
mengenali gejala-gejala kekambuhan secara dini ketika pasien berada di
rumah dan membantu pasien dalam hal meminum obat secara rutin dan
teratur serta kontrol secara berkala agar kekambuhan dapat dicegah. Peran
keluarga sangat penting bagi perkembangan pasien, terutama dalam
memberikan motivasi dan perhatian sehingga pasien merasa tenang dan
nyaman.1,4

XIII KESIMPULAN
1. Diagnosis pasien adalah Skizofrenia Paranoid
2. Dukungan dan partisipasi keluarga sangat menentukan pemulihan dan
pencegahan timbulnya relaps, oleh karena itu perlu dipertimbangkan
pasien untuk tinggal bersama keluarga.

XIV WAWANCARA PSIKIATRI


Wawancara dengan pasien dan keluarga pasien di Poliklinik RS
Prof. dr. V. L. Ratumbuysang dan di Rumah Pasien di Maumbi.
Keterangan :
D : Dokter
P : Pasien

20
K : Keluarga Pasien

D : Selamat sore Pak saya dengan dokter muda Marthalisa. Kita mo tanya-
tanya Pak ne?
P : Oh iyo boleh dokter.
D : Namanya siapa Pak?
P : Nama saya Seblum Makapedua
D : Umur berapa Pak?
P : (pasien diam)
K :Depe umur 38 tahun.
D: bapak tau bapak sekarang ada dimana?
P : di rumah sakit noh dokter.
D : Bapak tau kenapa dibawa kemari?
P : tau le ka sana pa dorang, kiapa bawa kita kemari.
D : Ibu datang ke sini karena kenapa?
K :kita ada bawa dia kemari , Lantaran kita so takut dia bajalan so bawa-
bawa parang. So tidak bisa bicara tasalah deng dia so mudah
tersinggung. Dia juga so tidur dengan parang. Dia juga jaga bicara
sendiri, so kurang makan deng jaga berteriak-teriak.
D :Pak kenapa bawa parang?
P : kita mau potong rumput dokter,
K : dia pegang parang lantaran dia bilang ada liat banyak orang mo bunuh
pa dia, kong dia so tako,dia so ba sambunyi.
D : so dari kapan ibu?
K : kurang lebe so 4 tahun dokter de pe keluhan-keluhan ini.
D: sebelumnya so perna berobat? Ato keluarga da perna bawa ke
pengobatan alternatif ato kase obat apa?
K : belum pernah sama sekali, baru ini pertama kali bawa k Rs. Nda
pernah bawa ke orang-orang pintar atau kase minum obat macam-
macam.
D: kiapa baru bawa sekarang, kenapa nda langsung dibawa ke Rs?
K : torang pe mama le ada sakit jadi torang fokus liat pa mama dulu.
D : Mama sakit apa ?
K :Kanker saluran kemih sampe so operasi dokter jadi memang torang
fokus dulu liat pa mama.
D : bapak kong kiapa bicara-bicara deng tertawa sendiri ?
P : nyanda dokter.
K : lain kali dia so susun kursi nintau for sapa duduk kong bicara-bicara
deng tertawa-tawa sendiri.
D: waktu itu bapak da bilang bapak da bicara deng sapa?
P : Nyanda eh,
D : masa le, bagaimana depe orang?
P : nda ada eh.

21
D : apa yang bikin dia marah-marah ibu?
K : torang kwa hanya mo perhatikan pa dia mar dia so marah-marah deng
tersinggung sendiri. So nda ja keluar rumah lantaran tako liat orang.
D : Bagaimana bapak aktivitas sehari-hari?
K : dia hanya ba kurung dalam rumah, makan suka-suka pa dia. Nda ja
tidur dia dokter?
D : kiapa bapak nda dapa tidur dang?
P : Nyanda dok.
K : Dia bilang ada lihat banyak orang bilang mo bunuh pa dia, makanya
dia ja taruh parang sei dpe tempat tidur.
D: Sekarang bapak pe perasaan bagaimana dang?
P : baik-baik saja.
D: itu orang yang bapak ada liat da pe rupa bagaimana? Perempuan ato
laki2?
P : nda tau kita so lupa.
D:kong dia ada bilang apa?
P : tau leh.
D:Kong itu orang yang bapak liat da mo bkg jahat dia datang waktu
kapan? Sekarang dia ada nda/? Kong dia da bekeng ap dang?
P : tau le dok.
D : ibu pasien so pernah pacaran ?
K : banyak yang suka ba dekat pa dia mar dia tako ungkapkan de pe
perasaan. Dia so ada anak mar belum nikah lantaran kita pe orang tua
nyanda setuju deng itu perempuan so pernah kaweng, so ada anak
kong lebe tua dari dia. Namanya orang tua mau yang terbaik untuk
anaknya.
D : kong kiapa boleh ada anak dang kalau tidak direstui ?
K : dia so iko tinggal deng itu perempuan, kong bale le so macam begini.
D : kiapa dia bale ulang ke rumah ?
K : depe perempuan usir dari rumah, bawa depe motor, depe doi deng de
pe barang-barang. Mulai dari situ dia so rupa orang bingung-bingung,
so malas kerja.So tabadiam dalam rumah.
D: kong itu da pe cewe sekarang dimana?
K : pa dia pe rumah, terakhir baku dapa pas datang liat pa alm. mama
D: kong da pe anak sekarang umur berapa?
K : 4 tahun, anak perempuan.
D : anak tinggal dengan siapa sekarang ?
K : deng depe mama.
D : terima kasih ibu atas informasinya, sebentar kita mo pigi rumah e.
K : dengan senang hati dokter, nanti torang tunggu.

22
DAFTAR PUSTAKA

1 Wasshobirin. Prevalensi penderita skizofrenia paranoid dengan gejala


negatif di RSJ Dr. Soeharto Heerdjan Jakarta Tahun 2011. Jakarta:
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah. 2011
2 Amir N. Skizofrenia. Dalam: Elvira SD, Hadisukanto G, editor. Jakarta;
Badan penerbit FKUI; 2010.hal.170-208.
3 Shadock BJ, Sadock VA. Kaplan and Shadocks Comprehensive textbook
of psychiatry. Lippincott Williams &Wilkins, 2007.
4 Darmono S. Tanda dan gejala klinis psikiatri. Dalam: Elvira SD,
Hadisukanto G, editor. Jakarta; Badan penerbit FKUI; 2010.hal.60-70.
5 Kaplan H, Sadock B, Grebb J. Antagonis reseptor dopamine (antipsikotik).
Sinopsis Psikiatri. Dalam; Wiguna M, editor. Jakarta: Binapura aksara,
2010.hal.564-71.
6 Kajian penggunaan atipical antipsychotic dan conventional antipsychotic
pada pasien skizoprenia di Rumah Sakit Grhasia Yogyakarta. Universitas
Ahmad Dahlan Yogyakarta; 2008.
7 Lesmanawati DA. Analisis efektivitas biaya penggunaan terapi
antipsikotik pada pasien skizofrenia di instalasi rawat inap rumah sakit
Grhasia Yogaykarta. 2012.
8 Suhendro W. Psikoterapi pada penyakit skizofrenia. Fakultas kedokteran
universitas Udayana. 2008.
9 Budiman R, Elvira SD, Sulistiana D. Gambaran kebutuhan hidup
penyandang skizofrenia. J indon Med Assoc. 2013:63(3):84-90.
10 Susilowati. Penyelidikan efek samping haloperidol dan chlorpromazine:
studi kasus pada pasien rawat inap Rumah Sakit Jiwa daerah Dr. Amino
Gondohutomo Semarang periode 2005. Fakultas farmasi Universitas
Wahid Hasyim Semarang. 2005.
11 Wiyono W, Fatimawali, Jarut YM. Tinjauan penggunaan antipsikotik pada
pengobatan skizofrenia di rumah sakit Prof. DR. Ratumbuysang Manado
periode Januari 2013-Maret 2013. Pharmachon. Manado; Universitas Sam
Ratulangi. 2013:2(03):54-57.
12 Wijoyo R, Nasrun W, Damping CE. Gambaran dan karakteristik
penggunaan triheksifenidil pada pasien yang mendapat terapi antipsikotik.
J indon Med Assoc. 2013:63(1):14-20.

23
13 Irwan M, Fajriansyah A, Sinuhaji B, Indrayana T. Penatalaksanaan
skizofrenia. Pekanbaru: Fakultas Kedokteran UNRI. 2008.
14 Hoffer LJ. Vitamin therapy in schizophrenia. Isr J Psychiatry relat Sci.
2008:45(1):3-8.

LAMPIRAN

24
25

You might also like