Professional Documents
Culture Documents
Disusun Oleh :
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
PALEMBANG
2014
A. Pengertian Hiperpigmentasi Gingiva
Pigmentasi gingiva adalah perubahan warna mukosa rongga mulut atau gingiva
karena berbagai macam lesi dan kondisi tertentu. Pigmentasi gingiva berhubungan dengan
berbagai faktor etiologi endogenous dan exogenous. Pigmentasi umumnya disebabkan oleh 5
pigmen utama yaitu: melanin, melanoid, oxyhemoglobin, hemoglobin dan karoten, selain itu
pigmen lainnya bilirubin dan besi. Melanin adalah pigmen warna coklat pada kulit, gingiva
dan membran mukosa mulut. Pigmentasi melanin pada gingiva lebih banyak pada individu
yang berkulit hitam.
Hiperpigmentasi gingiva disebabkan oleh deposisi melanin yang berlebih pada lapisan
basal dan suprabasal epithelium. Melanin diproduksi oleh melanosit. Pigmentasi coklat atau
hitam dan perubahan jaringan gingiva dapat disebabkan oleh faktor lokal dan sistemik.
Keadaan sistemik seperti gangguan endokrin, Albrights syndrome, malignant melanoma,
terapi anti malaria, Peutz Jeghers syndrome, trauma, hemachromatosis, penyakit paru-paru
kronis dan ras atau etnik telah diketahui menjadi penyebab pigmentasi melanin pada rongga
mulut. Pada individu atau seseorang keturunan Afrika, Asia Timur atau etnis Hispanik
ditemukan jumlah melanin yang lebih banyak dan prevalens terjadinya pigmentasi gingiva
lebih tinggi. Secara umum pada individu dengan kulit coklat tidak memperlihatkan
pigmentasi jaringan yang jelas meskipun ditemukan sejumlah melanosit pada epithelium
gingiva. Pada umumnya hiperpigmentasi gingiva tidak menimbulkan masalah medis, tetapi
pasien sering mengeluh tentang warna gingiva coklat atau hitam yang dianggap mengganggu
penampilan.
Perawatan depigmentasi gingva harus dilakukan dengan hati-hati dan jangan sampai
merusak gigi geligi. Apabila pengerjaannya tidak tepat, dapat menyebabkan resesi gusi,
kerusakan periosteum dan tulang alveolar, serta penyembuhan luka yang terganggu.
Perawatan hiperpigmentasi gingiva terdiri dari beberapa cara, yaitu : gingivektomi,
gingivektomi dengan free gingival autografting, electrosurgery, cryosurgery, bahan kimia
seperti fenol 90%, tehnik abrasi dengan bor diamond, Nd: Yag Laser dan CO2 laser.
Prosedur free gingival graft
Prosedur ini dapat dilakukan untuk menghilangkan pigmentasi gingiva,
prosedur ini memerlukan tindakan bedah yang rumit karena memerlukan donor dan
penyesuaian warna yang tepat, selain itu umumnya terdapat garis atau batas gingiva
yang berbeda antara donor dan resipien sehingga mengganggu masalah estetik.
Prosedur gingivektomi
Gingivektomi dapat dilakukan untuk perawatan hiperpigmentasi gingiva tetapi
prosedur ini dilakukaan pada pasien yang mengalami resobsi tulang alveolar.
Tindakan ini juga menyebabkan ketidaknyamanan dan rasa sakit yang berlebih juga
penyembuhan luka lebih lama.
Perawatan dengan electrosurgery
Electrosurgery yang dilakukan dalam jangka waktu lama dan berulang dapat
menimbulkan panas pada jaringan yang menyebabkan terjadinya kerusakan jaringan.
Perawatan dengan laser dan cryosurgical
Keberhasilan perawatan hiperpigmentasi gingiva dengan laser dan
cryosurgical telah dilaporkan oleh beberapa peneliti, seperti yang dilaporkan oleh
Perlmutter dan Tal. Tetapi prosedur ini memerlukan peralatan yang rumit dan tidak
umum tersedia pada tempat praktek dokter gigi.
Tekhnik gingivo abrasi
Teknik gingivo abrasi dengan bor diamond high speed telah banyak digunakan
sebagai metode depigmentasi gusi. Metode ini mudah dikerjakan, sederhana dan dapat
dilakukan dalam waktu yang relatif singkat. Selain itu apabila diperlukan prosedur
perawatan yang berulang dapat dilakukan dengan mudah dan aman. Bur diamond
yang digunakan berdiameter 2 mm atau 2,5 mm untuk menghasilkan permukaan yang
rata. Prosedur depigmentasi sebaiknya dilakukan setelah memperbaiki kesehatan
jaringan periodontal. Ketebalan gusi membantu untuk menetapkan seberapa dalam
ketebalan epitelium yang dapat diambil pada prosedur bedah yang akan dilakukan.
Hasil perawatan memuaskan terlihat pada minggu ke-12 yaitu setelah
perawatan tidak terlihat adanya pewarnaan kembali atau repigmentasi gingiva.
Repigmentasi gingiva setelah prosedur bedah telah dilaporkan oleh beberapa penulis,
diantaranya yang dilaporkan oleh Perlmutter dan Tal yang melaporkan repigmentasi
gingiva terjadi 7 tahun setelah dilakukan depigmentasi gingiva. Timbulnya pewarnaan
kembali setelah perawatan mungkin saja terjadi. Hal in dipengaruhi oleh aktifitas
melanosit yang memproduksi melanin, selain itu faktor-faktor dari luar seperti jenis
makanan, minuman dan kebiasaan merokok dapat menyebabkan terjadinya kelainan
pigmentasi gingiva.
Pada laporan kasus ini pasien dengan hiperpigmentasi gingiva rahang atas
yang dirawat dengan tehnik gingivo abrasi.
a) Indikasi
- Kooperatif
- OHIS baik
b) Kontra indikasi:
- Ada kelainan sistemik
- Kerusakan tulang
- OHIS buruk
- Gingiva bengkak dan mudah berdarah
STUDI KASUS
Pasien berjenis kelamin perempuan berusia 12 tahun datang ke klinik kedokteran gigi Unsri
Indralaya. Pasien mengeluhkan gusinya berwarna kecoklatan sehingga ia tidak percaya diri
jika tersenyum. Pasien menjelaskan bahwa di keluarganya ayah, kakak, dan saudaranya
memiliki hal yang sama. Dari latar belakang cerita tersebut bahwa penyebab utama
hiperpigmentasi pasien ini adalah faktor fisiologis.
Data Pasien:
ANAMNESA
CASTING : ada
PROGNOSA : baik
ETIOLOGI
Lokal : Fisiologis
Sistemik : T.A.K.
Facial
Oral
Alat-alat:
1. Alat diagnostik (kaca mulut, sonde, pinset, ekskavator)
2. Spuit injeksi 3 cc
3. Masker dan sarung tangan
4. Kassa dan tampon steril
5. Kain penutup wajah
6. Probe WHO
7. Glass slab dan spatula
8. Diamond bur no.8 (diameter 2-2,5 mm)
9. Saliva ejector
10. Handpiece high speed
11. Sphygmomanometer
12. Stetoskop
Bahan-bahan
1. Anastetikum lokal
2. Povidone iodine 10%
3. Disclosing solution
4. Larutan saline steril
5. Chlorhexidin 0,12%
6. Alkohol
7. Periodontal pack (dressing)
Persiapan pasien :
1. Pasien diinstruksikan untuk menjaga kondisi tubuh, mengatur diet seimbang, dan
istirahat yang cukup menjelang pembedahan
2. Pasien diberi penjelasan mengenai prosedur bedah dan pembuatan informed consent
3. Pemeriksaan vital sign (denyut nadi, tekanan darah, pernafasan, dan refleks pupil
mata)
4. Pasien diinstruksikan untuk berkumur dengan larutan chlorhexidin 0,12%
5. Daerah kerja diisolasi dengan kain penutu wajah steril
7. Proses pembedahan
Epitel yang mengalami hiperpigmentasi gingiva diabrasi dengan menggunakan bur
diamond high speed dengan gerakan seperti menyapu dari daerah posterior ke anterior
dari apikoinsisal. Pengambilan epitel gusi jangan sampai mengenai periosteum tulang.
Daerah operasi harus selalu dibilas dengan semprotan air atau larutan saline steril
untuk mencegah terjadinya nekrosis jaringan akibat panas yang ditimbulkan dari
gesekan antara bur dan jaringan. Selain itu, daerah pembedahan dibersihkan dari
darah dan saliva dengan menggunakan saliva ejector. Tekanan minimal dan gerakan
memutar ringan pada gingiva yang mengalami hiperpigmenatsi gingiva dengan teknik
abrasi bur. Pembedahan bertujuan untuk membentuk epitel kembali pada gingiva yang
mengalami hiperpigmentasi, sehingga jangan membuang jaringan gingiva terlalu
banyak. Perndarahan diatasi dengan penekanan tampon yang telah dibasahi dengan
adrenalin
8. Daerah pembedahan dibersihakn dan dikeringkan sebelum pengaplikasian periodontal
pack agar perlekatannya optimal
9. Pengaplikasian periodontal pack
Pasta (1:1) diaduk diatas glass slab dengan menggunakan spatula hingga tercapai
setting time (warna seragam, tidak lengket, dan dapat dibentuk). Sarung tangan
diabasahi alkohol agar dressing tidak melekat pada sarung tangan. Periodontal pack
diaplikasikan pada daerah operasi di bagian mukosa sampai menutupi sepertiga
servikal gigi. Kelebihan pack dibuang agar tidak mengiritasi lipatan mukobukal dan
tidak mengganggu oklusi.
10. Medikasi pasca pembedahan
Untuk mengurangi rasa sakit, paracetamol 500 mg sebanyak 9 tablet diminum 3x1
sehari. antibiotik amoxicillin 500 mg sebanyak 15 tablet diminum 3x1 sehari, dan
obat kumur chlorhexidine.
Pemeriksaan subjektif : pasien tidak merasakan nyeri dan tidak ada keluhan
Pemeriksaan subjektif : pasien tidak merasakan nyeri dan tidak ada keluhan
Pemeriksaan subjektif : pasien tidak merasakan nyeri dan tidak ada keluhan
Facial
KONTROL 2
Foto Intra Oral
Facial
KONTROL 3
Foto Intra Oral
Facial