Professional Documents
Culture Documents
INFORMASI KASUS
Anamnesa
Seorang pasien datang dengan keluhan warna gusi kehitaman pada gusi rahang atas
dan bawah sejak kecil. Pasien tidak merasakan sakit, tetapi mengganggu penampilan ketika
tersenyum terutama pada rahang atas sehingga pasien menginginkan gusinya untuk
dirawat.
Kesehatan pasien secara umum baik dan mempunyai riwayat kelainan pencernaan
yaitu maag.
1
Riwayat Kesehatan Gigi
Pemeriksaan Gigi
Papila Bleeding Index (PBI ) pasien sedang yaitu 0,3. Interdental Hygiene Index
(HYG) pasien sebelum menyikat gigi 3,33 % (buruk) dan setelah menyikat gigi 43,3 %
(buruk). Oral Hygiene Indeks-Simply (OHI-S) sebesar 1,33 (kategori sedang). Data ini
menunjukkan bahwa kebersihan mulut pasien sedang.
Pemeriksaan Poket
Hasil pemeriksaan kedalaman poket dengan menggunakan probe WHO pada saat
pasien datang dijelaskan pada tabel di bawah ini:
17 2 2 2 2
16 2 2 2 2
15 2 2 2 2
14 2 2 2 2
13 1 1 2 2
12 1 1 2 2
11 1 1 2 2
21 1 1 2 2
22 1 1 2 2
23 1 2 2 2
24 2 2 2 2
25 2 2 2 2
26 2 2 2 2
27 2 2 2 2
38 1 1 1 1
37 1 1 1 2
2
36 1 2 1 2
35 1 1 2 2
34 1 1 1 2
33 1 1 2 2
32 1 1 1 2
31 1 1 1 1
41 1 1 1 1
42 1 1 2 1
43 1 1 2 2
44 1 1 1 2
45 1 1 2 2
46 1 2 1 2
47 1 1 1 2
48 1 1 1 1
Penilaian pigmentasi gingiva (DOPI assessment) untuk rahang atas memiliki skor 2,28
sedangkan rahang bawah memiliki skor 1,1,5 jadi total skor 3,78 (hiperpigmentasi skala
berat).
Nadi : 72 kali/menit
Pernafasan : 20 kali/menit
Pemeriksaan Radiografik
3
Gambar 1. Gambaran Radiografis
Pemeriksaan Klinis
4
Gambar 2. Foto klinis anterior rahang atas
Etiologi
Deposisi melanin yang berlebihan pada stratum basalis dan suprabasal epithelium akibat
aktifitas melanosit yang berlebihan. Pada kasus ini merupakan keturunan atau genetik.
Diagnosis
Physiological Hyperpigmentation Gingival Generalized
Prognosis
1. Overall prognosis
a. Umur pasien
Pasien berumur 22 tahun mempunyai prognosis yang baik karena pada usia
tersebut diperkirakan proses penyembuhan dan reepitelisasi pasca
perawatan akan berlangsung lebih cepat.
b. Kondisi Sistemik
Secara keseluruhan baik dan mempunyai riwayat kelainan pencernaan.
c. Kooperatif Pasien
Pasien sangat kooperatif dalam mengikuti perawatan.
d. Lokasi Penyakit
Pada semua regio a, b dan c.
e. Kerusakan Tulang
Tidak terdapat gambaran bone loss.
5
f. Kondisi Peradangan
Tidak terlihat adanya peradangan.
g. Maloklusi
Terdapat maloklusi gigi individu.
2. Prognosis individu
a. Mobilitas Gigi
Tidak ada gigi yang mobile.
b. Malposisi
Terdapat malposisi pada gigi 15 dan 34.
c. Poket
Tidak terdapat poket yang dalam pada gigi-gigi.
d. Resesi, abrasif, atrisi, dan erosi
Tidak terdapat atrisi.
e. Morfologi gigi
Tidak terdapat kelainan morfologi pada gigi.
f. Kondisi Mukogingiva
Terdapat hiperpigmentasi gingiva pada regio a, b, c, d, e dan f.
g. Keterlibatan furkasi
Tidak terdapat kerusakan tulang.
Kesimpulan yang didapat dari overall prognosis dan prognosis individu adalah baik.
6
I RENCANA PERAWATAN
FASE I
- Kontrol Plak (edukasi, motivasi, instruksi)
- Scalling dan Root Planning
Berhasil:
Fase II (Bedah)
Tidak berhasil:
EVALUASI (Kontrol Plak)
Retreatment Fase I
Fase II (bedah)
Depigmentasi gingiva dengan teknik abrasi
Retreatment Fase I
menggunakan diamond bur pada kuadran 1
dan 2
FASE IV (Maintenance)
Kontrol Plak
Maintenance
Scalling
7
II PENATALAKSANAAN DEPIGMENTASI GINGIVA DENGAN TEKNIK
ABRASIF
b. Bahan
- Lidocain+Adrenalin (PehacaineTM)
- Periodontal pack (Coe-PakTM)
- Klorheksidin gargle 0,12% (GarglinTM)
- Povidone Iodine 10% (BetadineTM)
8
- Alkohol 70%
- NaCl 0,9%
- Adrenalin
- Disclosing solution
- Kasa steril
- Tampon steril
- Catton pellet steril
9
Bertanggung jawab pada penyiapan alat, pendistribusian alat, dan
pengadukan periodontal pack
- Mengetahui teori dan tata laksana dari tugas.
- Memakai penutup kepala dan masker
- Cuci tangan dengan menggosok seluruh permukaan tangan hingga siku
dengan sabun.
- Memakai sarung tangan.
- Mempersiapkan alat dan bahan yang diperlukan dalam tindakan
depigmentasi gingiva.
d. Asisten II
Bertanggung jawab pada pengoperasian saliva ejector, pengirigasian
larutan NaCl 0,9% dan mengontrol perdarahan
- Mengetahui teori dan tata laksana dari tugas.
- Memakai penutup kepala dan masker
- Cuci tangan dengan menggosok seluruh permukaan tangan hingga siku
dengan sabun.
- Memakai sarung tangan.
e. Asisten III
Bertanggung jawab pada pendokumentasian setiap langkah kerja.
- Mengetahui teori dan tata laksana dari tugas.
- Mempersiapkan alat dokumentasi.
3. Penatalaksanaan
a. Mengoleskan Povidone Iodine 10% pada lipatan mukogingiva bagian labial
kuadran I dan II.
b. Menginfiltrasikan PehacaineTM pada lipatan mukogingiva bagian labial
diantara gigi 11 dan 12, dan di apeks gigi 14 masing-masing 1cc untuk
menganestesi mukosa gingiva bagian labial dari midline hingga gigi 14
untuk kuadran I.
Menginfiltrasikan PehacaineTM pada lipatan mukogingiva bagian labial
diantara gigi 21 dan 22, dan di apeks gigi 24 masing-masing 1cc untuk
10
menganestesi mukosa gingiva bagian labial dari midline hingga gigi 24
untuk kuadran II.
11
terjadi perdarahan dihentikan dengan menggunakan adrenalin. Menghindari
permukaan yang terlalu dekat dengan periosteum untuk menghindari
perforasi epitel yang akan mengakibatkan kerusakan tulang alveolar dan
perlambatan penyembuhan luka pascaoperasi. Menghindari depigmentasi
pada free gingiva dan interdental untuk menghindari kehilangan perlekatan
antara gingiva dengan gigi.
12
dibentuk membentuk silinder sepanjang dari daerah operasi yang akan
ditutup.
13
1. Amoxicillin 500mg 3x1 selama 4 hari
Merupakan antibiotik spektrum luas untuk membunuh bakteri dan pasien tidak
memiliki riwayat alergi terhadap antibiotik ini.
2. Asam Mefenamat 500mg 3x1 selama 4 hari bila sakit
Diberikan sebagai analgesik. Pasien tidak memiliki riwayat kelainan pencernaan.
3. Kalium diklofenak 25mg (CataflamTM)
Diberikan sebagai antiinflamasi non steroid untuk mencegah peradangan yang
mungkin terjadi pasca bedah.
4. Klorheksidin gargle (GarglinTM)
mencegah penimbunan debris dan plak di sekitar daerah operasi
5. Instruksi
a. Jangan menggangu pack atau membuka pack.
b. Jangan berkumur terlalu keras.
c. Menghindari makanan yang merangsang seperti makanan yang asam, pedas,
dan keras.
d. Menghindari makanan atau minuman panas untuk mencegah perdarahan
lanjut 2x24 jam pasca operasi.
e. Pasien tetap menggosok gigi kecuali daerah yang ditutup pack periodontal.
f. Gunakan larutan kumur klorheksidin gargle di pagi dan malam hari sebelum
tidur untuk mencegah penimbunan debris dan plak di sekitar daerah operasi.
g. Pasien kontrol 1 minggu kemudian.
IV KONTROL
14
1. Kontrol 1 minggu setelah penatalaksanaan
a. Pembukaan pack periodontal
b. Meminta pasien untuk berkumur dengan Povidone Iodine encer
c. Membersihkan daerah operasi dengan menggunakan cotton pellet yang
dibasahi Povidone Iodine 10% dengan gerakan yang halus dan tanpa
tekanan.
d. Pemeriksaan Subjektif : tidak ada keluhan,tidak ada rasa sakit.
e. Pemeriksaan Objektif :
- Ektra Oral : tidak ada pembengkakan
- Intra Oral : tidak terdapat perdarahan, warna gingiva menjadi
merah muda, tidak ada pembengkakan, proses reepitelisasi telah
terjadi, kontur gingiva baik, konsistensi gingiva kenyal, belum
terbentuk stipling.
f. Intruksi pasien untuk tetap menjada kebersihan mulut dan tidak terlalu keras
menggosok daerah operasi yang baru dibuka.
15
gingiva baik, konsistensi gingiva kenyal dan belum terbentuk
stipling.
c. Intruksi pasien untuk tetap menjaga kebersihan mulut.
16
Gambar 10. Gingiva sebelum tindakan depigmentasi
17
Gambar 13. Kontrol 3 minggu setelah penatalaksanaan
VI PEMBAHASAN
18
Hiperpigmentasi dapat terjadi pada setiap orang. Hiperpigmentasi gingiva
disebabkan oleh deposit melanin dari sekresi melanosit yang berlebihan dan terletak di
lapisan basal dan suprabasal dari epithelium. Hiperpigmentasi gingiva terjadi karena faktor
genetik dibeberapa populasi terlepas dari usia dan jenis kelamin. Oleh karena itu disebut
hiperpigmentasi gingiva atau rasial pigmentasi gingiva. Tingkat pigmentasi bervariasi dari
satu individu ke individu lain. Hal ini terutama ditentukan oleh aktivitas melanoblastik.
Pigmentasi melanin pada gingiva lebih banyak pada individu yang berkulit hitam.
Pada individu atau seseorang keturunan Afrika, Asia Timur atau etnis Hispanik ditemukan
jumlah melanin yang lebih banyak dan prevalensi terjadinya pigmentasi gingiva lebih
tinggi. Secara umum pada individu dengan kulit coklat tidak memperlihatkan pigmentasi
jaringan yang jelas meskipun ditemukan sejumlah melanosit pada epithelium gingiva.
Secara klinis, hiperpigmentasi gingiva memiliki warna coklat tua atau kadang-
kadang biru kehitaman pada daerah attached gingiva. Warnanya sering difus, simetris,
seperti pita hitam atau tidak beraturan dengan batas yang cukup jelas. Kondisi fisiologis
harus dapat dibedakan dari kondisi yang patologis.
Pigmentasi gingiva berhubungan dengan berbagai faktor etiologi endogenous dan
exogenous. Pigmentasi umumnya disebabkan oleh 5 pigmen utama yaitu: melanin,
melanoid, oxyhemoglobin, hemoglobin dan karoten, selain itu pigmen lainnya bilirubin
dan besi. Melanin adalah pigmen warna coklat pada kulit, gingiva dan membran mukosa
mulut.
19
2. Obat-obatan: Merokok, betel, anti-malarials, antimicrobials, minocycline,
amiodarone, clorpromazine, ACTH, zidovudine, ketoconazole, methyldopa,
busulphan, menthol, pil kontrasepsi, dan heavy metals exposure (emas,
bismuth, merkuri, perak, tembaga)
3. Endokrin: Addisons disease, Albrights syndrome, Acanthosis nigricans, kehamilan,
hyperthyroidism
4. Post Inflamatori: Penyakit periodontal, postsurgical gingiva repigmentation
5. Lain-lain: Haemochromatosis, generalized neurofibromatosis, incontinenti pigmenti,
Whipples disease, Wilsons disease, Gauchers disease, HIV disease,
thalassemia, pigmented gingival cyst, dan defisiensi nutrisi.
Menurut Prasad dkk (2010) Lesi pigmentasi dibagi menjadi sebagai berikut:
20
pada hiperpigmentasi gingiva terdiri dari berbagai macam cara dan metode, antara lain
gingivektomi, gingivektomi dengan free gingival autografting, electrosurgery, cryosurgery,
bahan kimia seperti fenol 90%, bur abrasion, scraping, partial thickness flap, Nd: Yag
Laser dan CO2 laser.
Abrasi pigmentasi melanin pada gingiva harus dilakukan dengan hati-hati dan
jangan sampai merusak gigi geligi. Apabila pengerjaannya tidak tepat dapat menyebabkan
resesi gingiva, kerusakan periosteum dan tulang alveolar, penyembuhan luka lambat.
Prosedur teknik abrasif dengan menggunakan bur diamond adalah teknik yang paling
sering karena prosedur ini mudah, aman dan peralatan yang diperlukan sederhana. Selain
itu apabila diperlukan prosedur perawatan yang berulang dapat dilakukan dengan mudah
dan aman.
Meskipun tidak banyak informasi literatur tentang depigmentasi gingiva, perawatan
umumnya dilakukan karena alasan estetik dan untuk memperbaiki penampilan.
Menghilangkan pewarnaan melanin dapat dilakukan dengan berbagai cara, dengan
prosedur bedah dan non bedah. Beberapa prosedur menghilangkan pigmentasi memerlukan
peralatan yang rumit dan tidak umum tersedia di tempat praktek. Pada laporan kasus ini,
metode depigmentasi simpel dan efektif dengan menggunakan alat-alat yang sederhana.
Bur diamond yang digunakan berdiameter 2 mm atau 2,5 mm. Bur diamond berdiameter
besar lebih baik digunakan daripada bur diamond yang kecil, karena bur diamond dengan
diameter kecil menghasilkan permukaan yang tidak rata. Prosedur depigmentasi sebaiknya
dilakukan setelah memperbaiki kesehatan jaringan periodontal.
Hasil perawatan memuaskan dan pada 3 minggu setelah perawatan tidak terlihat
adanya pewarnaan kembali atau repigmentasi gingiva. Repigmentasi gingiva setelah
prosedur bedah telah dilaporkan oleh beberapa penulis, diantaranya yang dilaporkan oleh
Perlmutter dan Tal yang melaporkan repigmentasi gingiva terjadi 7 tahun setelah dilakukan
depigmentasi. Timbulnya pewarnaan kembali setelah perawatan mungkin saja terjadi. Hal
ini dipengaruhi oleh aktifitas melanosit yang memproduksi melanin, selain itu faktor-faktor
dari luar seperti jenis makanan, minuman dan kebiasaan merokok dapat menyebabkan
terjadinya kelainan pigmentasi gingiva.
VII KESIMPULAN
21
Walaupun hiperpigmentasi fisiologis bukanlah suatu keadaan yang patologis.
Namun perawatan pada kasus ini haruslah diperhatikan karena dengan semakin
berkembangnya zaman, pasien akan semakin peduli dengan keadaan rongga mulutnya
terutama karena pertimbangan estetika. Depigmentasi dengan teknik abrasif dapat menjadi
salah satu pilihan perawatan pada kasus hiperpigmentasi fisiologis karena pertimbangan
mudah, aman dan peralatan yang diperlukan sederhana. Selain itu apabila diperlukan
prosedur perawatan yang berulang dapat dilakukan dengan mudah dan aman.
Disetujui oleh
Dosen Pembimbing,
DAFTAR PUSTAKA
1. Novaes AB, Pontes CC, Souza SLS, Grisi MFM, Taba M. The use of acellular
dermal matrix allograft for the elimination of gingival melanin pigmentation: case
22
presentation with 2 years of follow-up. Pract Proced Aesthet Dent 2002; 14(8):619-
623
2. Mokeem SA. Management of gingival hyperpigmentation by sugical abrasion
report of three cases. Saudi Dental Journal 2006; 18(3)
3. Susanto A. Tehnik gingivo abrasi pada penanganan pasien hiperpigmentasi gusi.
Universitas Padjajaran
4. Humagain M, Nayak DG, Uppoor AS. Gingival depigmentation: a case report with
review of literature. Kathmandu University Teaching Hospital
5. Suthprasertporn S. Treatment of gingival melanin hyperpigmentation by Er,
Cr:YSGG Laser: report of 2 cases. Thai J Periodont 2007; 1:46-55
6. Cicek Y, Ertas U. The normal and pathological pigmentation of oral mucous
membrane: a review. The Journal of Contemporary Dental Practice 2003; 4(3)
7. Kauzman A, Pavone M, Blanas N, Bradley G. Pigmented lesion of oral cavity:
Review, different diagnosis, and case presentation. J Can Dent Assoc 2004;
70(10):682-3
8. Prasad SSV, Agrawal N, Reddy NR. Gingival depigmentation: a case report.
Peoples Journal of Scientific research 2010; 3(1)
23