You are on page 1of 28

BAB I

PENDAHULUAN

Mata adalah suatu struktur sferis berisi cairan yang dibungkus oleh tiga
lapisan. Dari luar ke dalam, lapisanlapisan tersebut adalah : (1) sklera/kornea, (2)
koroid/badan siliaris/iris, dan (3) retina. Sebagian besar mata dilapisi oleh jaringan
ikat yang protektif dan kuat di sebelah luar, sklera, yang membentuk bagian putih
mata. Di anterior (ke arah depan), lapisan luar terdiri atas kornea transparan
tempat lewatnya berkasberkas cahaya ke interior mata. Lapisan tengah dibawah
sklera adalah koroid yang sangat berpigmen dan mengandung pembuluh-
pembuluh darah untuk memberi makan retina. Lapisan paling dalam dibawah
koroid adalah retina, yang terdiri atas lapisan yang sangat berpigmen di sebelah
luar dan sebuah lapisan syaraf di dalam. Retina mengandung sel batang dan sel
kerucut, fotoreseptor yang mengubah energi cahaya menjadi impuls syaraf.1
Struktur mata manusia berfungsi utama untuk memfokuskan cahaya ke
retina. Semua komponenkomponen yang dilewati cahaya sebelum sampai ke
retina mayoritas berwarna gelap untuk meminimalisir pembentukan bayangan
gelap dari cahaya. Kornea dan lensa berguna untuk mengumpulkan cahaya yang
akan difokuskan ke retina, cahaya ini akan menyebabkan perubahan kimiawi pada
sel fotosensitif di retina. Hal ini akan merangsang impulsimpuls syaraf ini dan
menjalarkannya ke otak.
Cahaya masuk ke mata dari media ekstenal seperti, udara, air, melewati
kornea dan masuk ke dalam aqueous humor. Refraksi cahaya kebanyakan terjadi
di kornea dimana terdapat pembentukan bayangan yang tepat. Aqueous humor
tersebut merupakan massa yang jernih yang menghubungkan kornea dengan lensa
mata, membantu untuk mempertahankan bentuk konveks dari kornea (penting
untuk konvergensi cahaya di lensa) dan menyediakan nutrisi untuk endothelium
kornea. Iris yang berada antara lensa dan aqueous humor, merupakan cincin
berwarna dari serabut otot. Cahaya pertama kali harus melewati pusat dari iris
yaitu pupil. Ukuran pupil itu secara aktif dikendalikan oleh otot radial dan sirkular
untuk mempertahankan level yang tetap secara relatif dari cahaya yang masuk ke

1
mata. Terlalu banyaknya cahaya yang masuk dapat merusak retina. Namun bila
terlalu sedikit dapat menyebabkan kesulitan dalam melihat. Lensa yang berada di
belakang iris berbentuk lempeng konveks yang memfokuskan cahaya melewati
humour kedua untuk menuju ke retina.1,2

Untuk dapat melihat dengan jelas objek yang jauh, susunan otot siliare
yang teratur secara sirkular akan mendorong lensa dan membuatnya lebih pipih.
Tanpa otot tersebut, lensa akan tetap menjadi lebih tebal, dan berbentuk lebih
konveks. Manusia secara perlahan akan kehilangan fleksibilitas karena usia, yang
dapat mengakibatkan kesulitan untuk memfokuskan objek yang dekat yang
disebut juga presbiopi. Ada beberapa gangguan refraksi lainnya yang
mempengaruhi bantuk kornea dan lensa atau bola mata, yaitu miopi, hipermetropi
dan astigmatisma.3

Selain lensa, terdapat humor kedua yaitu vitreous humor yang semua
bagiannya dikelilingi oleh lensa, badan siliar, ligamentum suspensorium dan
retina. Dia membiarkan cahaya lewat tanpa refraksi dan membantu
mempertahankan bentuk mata.3

2
BAB II
RETINA

2.1 ANATOMI RETINA


Retina merupakan jaringan transparan yang melekat pada dinding
posterior bola mata. Retina melebar dari makula di posterior hingga pada
sekitar 5 mm dari ekuator anterior yakni ora serrata dimana jaringan retina
menyatu dengan epitel tak berpigmen dari pars plana silia. Jaringan retina
melekat longgar dengan lapisan RPE dibawahnya dan dapat dengan mudah
dipisahkan pada specimen postmortem. Retina melekat kuat pada daerah
diskus optikus dan ora serrata. Retina juga melekat pada vitreus base.4,5
2.1.1 Topografi Retina
Ketebalan retina bervariasi pada setiap bagian, sekitar 0,1 mm 0,5
mm. Hal ini sangat penting diketahui dalam aplikasi klinis.6
a. Area sentralis-Makula

Gambar 2.1. Gambaran fundus okuli normal, dengan pembagian regional


pada macula.(4,5)
Macula lutea atau bintik kuning merupakan bagian dari retina yang
banyak mengandung pigmen xantophil atau pigmen kuning. Daerah
macula, secara histologis digambarkan sebagai area yang terdiri atas 2 atau
lebih lapisan ganglion dengan diameter 5-6 mm dan berada ditengah antara
arcade vascular nasal dan temporal. Makula lutea 1 mm ke lateral, 0.8

3
mm ke atas dan di bawah fovea, 0.3 mm dibawah meridian horizontal serta
3.5 mm ke arah tepi nervus optik.(5,6)
b. Fovea
Daerah sentral dari macula, berukuran 1,5 mm di sebut sebagai
fovea atau fovea sentralis, yang secara anatomis dan komposisi sel
fotoreseptornya merupakan daerah untuk ketajaman penglihatan dan
penglihatan warna. Daerah ini memiliki tingkat kepadatan sel cones
tertinggi, yakni mencapai 143.000/mm3. Didalam fovea terdapat daerah
yang tidak memiliki vaskularisasi, jadi dipelihara oleh sirkulasi
koriokapiler, yang disebut fovea avascular zone (FAZ). Secara klinis dapat
terlihat pada angiografi fluorosensi. Pada bagian tengah fovea di kenal
sebagai foveola, berukuran diameter 0.35 mm daerah yang berisi sel sel
cone ramping yang tersusun rapat.4-7

Gambar 2.2. Distribusi sel rods dan cones


c. Parafovea
Di sekitar lingkaran fovea, terdapat area dengan lebar sekitar 0.5 mm
dan diameter total sekitar 2.5 mm disebut area parafoveal. Mengandung
akumulasi neuron terbesar, terdapat lapisan sel ganglion, lapisan inti
dalam, dan lapisan pleksiform luar yang tebal. Di daerah ini pula lapisan
plexiform luar mengalami penebalan, yang disebut lapisan Henle, dibentuk
oleh berlapis-lapis axon fotoreseptor dari foveola. Pada bagian ini sudah
mulai terlihat adanya rods.4,5

4
d. Perifovea
Diluar zona tersebut terdapat lingkaran dengan ukuran 1.5 mm yang
kenal dengan perifoveal zone, merupakan lingkaran terluar dari area
sentralis. Daerah ini dimulai pada titik dimana lapisan sel ganglion mulai
memiliki empat baris nucleus dan berakhir diperifer dimana sel ganglion
hanya terdiri dari satu lapis sel. Dari pemeriksaan funduskopi, daerah
perivofea merupakan lingkaran dengan lebar 1,25- 2,75 mm dari foveola,
dengan diameter horizontal 5.5 mm. Daerah perifovea ini berbeda dengan
parafovea dikarenakan daerah ini memiliki sel kepadatan sel cones yang
jarang.4,6
e. Diskus optik
Nervus optik meninggalkan retina sekitar 3 mm di sebelah medial
makula lutea, tepatnya pada diskus optik. Bagian tengah dari diskus optik
sedikit terdepresi, dimana daerah ini ditembus oleh arteri dan vena retina
sentralis. Pada diskus optik sama sekali tidak terdapat sel rod maupun sel
cone, oleh karena itu daerah ini tidak sensitif terhadap rangsangan cahaya
dan disebut blind spot. Pada pemeriksaan funduskopi, diskus optik terlihat
sebagai daerah berwarna pink pucat, lebih pucat dari daerah di sekitarnya.7
f. Ora Serrata
Merupakan daerah perbatasan retina. Ditandai dengan persambungan
antara beberapa lapis pars optic retina dengan satu lapis epitel non pigmen
korpus siliaris. Karakteristik yang menonjol dari area ini adalah lapisannya
yang tipis, kurang vaskularisasi dan hubungan yang rapat dengan vitreus
base dan zonula fibers. Dinamakan ora serrata karena banyaknya takikan
yang dibentuk oleh elongasi jaringan retina kearah epitel siliaris.4

2.2 HISTOLOGI RETINA


Retina terdiri atas 2 lapisan utama, yaitu lapisan Retina Pigment
Epithelium (RPE) di bagian luar, dan lapisan neurosensori dibagian
dalam.4,5,7,8
2.2.1 Retinal Pigment Epithelium (RPE)

5
RPE adalah selapis sel- sel hexagonal yang tersebar dari diskus saraf
optik sampai ke ora serrata dimana lapisan ini berbatasan dengan epitel non
pigmen dari badan siliar. Strukturnya disesuaikan dengan fungsinya, yaitu
dalam metabolisme vitamin A, menyeimbangkan sawar darah retina bagian
luar, fagositosis segmen luar fotoreseptor, pertukaran panas, membentuk
lamina basalis, produksi matriks polisakarida yang mengelilingi segmen luar
dan berperan dalam transport aktif materi- materi yang masuk dan keluar dari
RPE.4,5,7
Seperti sel epitel dan endotel lainnya, sel- sel RPE juga terpolarisasi.
Permukaan basalnya berlekuk- lekuk dan menyediakan permukaan yang luas
sebagai tempat melekatnya lamina basalis yang membentuk lapisan dalam
dari membran Bruch. Apeksnya mempunyai tinjolan vili- vili yang
berbatasan dengan segmen luar lapisan fotoreseptor, ditautkan oleh matriks
mukopolisakarida (matriks inferoreseptor) yang mengandung kondroitin -6-
sulfat, asam sialat dan asam hyaluronat. Terpisahnya lapisan RPE dan lapisan
neurosensori retina disebut ablasi retina.5,7,8

Gambar 2.3. Retinal Pigmen Epithelium (RPE) 9


Sel sel RPE melekat satu dengan lainnya melalui pertautan interseluler
kompleks. Zonula okludens dan zonula adheren tidak hanya berfungsi
mempertahankan bentuk dan stabilitas dari struktur RPE, tetapi juga
memainkan peranan penting dalam menjaga keseimbangan sawar darah retina
bagian luar. Zonula okludens terdiri dari membran plasma yang bersatu

6
membentuk pita sirkular atau sabuk antara satu sel dengan yang lain. Pada
ruang interseluler terdapat zonula adherens.
Sel- sel neurosensori dan sel RPE memiliki perbedaan penting pada
daerah- daerah tertentu. Sel- sel neurosensori paling tebal pada daerah
papillomacular bundle dekat dengan saraf optik (0.23 mm) dan paling tipis
pada foveola (0.10 mm) dan ora serrata (0.11 mm). Sel- sel RPE mempunyai
diameter yang bervariasi antara 10-60 um. Dibandingkan dengan sel- sel RPE
yang terletak di daerah perifer, sel- sel RPE di fovea lebih tinggi dan lebih
tipis serta mengandung melanosom yang lebih banyak dan lebih besar. Sel
sel RPE yang terletak diperifer lebih pendek, lebar dan kurang mengandung
pigmen. Tidak terlihat proses mitosis dari sel- sel RPE pada mata dewasa
normal.5,7,8
Sitoplasma dari sel- sel RPE mengandung granula-granula pigmen yang
bulat dan oval (melanosom). Organel- organel ini berkembang selama
pembentukan optic cup dan terlihat pertama kali sebagai non melanin
premelanosom. Sitoplasma dari sel-sel RPE juga mengandung mitokondria ,
reticulum endoplasma, apparatus golgi dan sebuah nucleus yang bulat dan
besar.5
Seiring dengan pertambahan usia, badan sisa yang yang tidak
terfagositosis sempurna, pigmen lipofuchsin, fagosom dan material- material
lain akan diekskresikan oleh RPE dibawah lamina basalis RPE. Hal ini yang
menyebabkan terbentuknya drusen. Drusen berada diantara membrana basalis
RPE dengan zona kolagen membrana Bruch.5

7
2.2.2 Neurosensori Retina

Gambar 2.4. Lapisan retina dan komponen pembentuknya6


a. Membrana limitans eksterna
Lapisan ini merupakan membran tipis, kumpulan intermediate junction
zonula adherens antara segmen dalam rod dan cone dengan apex sel- sel
Muller , serta sel Muller satu dengan lainnya. Pertautan ini merupakan
batas ruang subretinal dam menjadi barrier dari difusi molekul besar
kedalan maupun keluar ruangan subretinal.5,8
b. Lapisan nuklear luar
Merupakan lapisan yang ditempati oleh nukleus dan badan sel rod dan
cones. Di daerah parafovea lapisan ini mengandung 8-10 lapisan nucleus
terutama dimiliki oleh cone.8
c. Lapisan pleksiform luar
Lapisan ini terdiri dari sinaps rod dan cone dengan dendrite sel horizontal
dan sel bipolar. Sinaps dari Rod berbentuk oval dan disebut spherules,
sedangkan terminal cones lebih lebar disebut pedicles. Keduanya
berinvaginasi ke dalam terminal fotoreseptor dan keduanya dipisahkan
oleh jembatan presinaps dan sinaptic ribbon. Lapisan pleksiform luar
paling tebal didaerah makula, berisi akson dari rod dan cones tersusun
radial dari fovea, yang merupakan lapisan serat Henle 8
d. Lapisan nuklear dalam
Lapisan nuklear dalam terdiri atas 4 jenis sel, yaitu : sel bipolar, sel
horizontal, sel amakrin. Sel horizontal berada pada bagian distal dari

8
lapisan nuklear dalam, sementara sel amakrin terletak di bagian paling
proksimal. Nukleus sel bipolar terletak pada bagian intermediate luar dan
intermediate dalam dari lapisan ini. 5,8
e. Lapisan pleksiform dalam
Sinaps pada lapisan pleksiform dalam jauh lebih kompleks dibanding
dengan lapisan pleksiform luar. Ketebalannya bervariasi antara 18 dan 36
m dan tidak terdapat pada daerah foveola. Terminal sel bipolar dan
dendrit dari sel amakrin dan sel ganglion saling berhubungan pada level
yang berbeda di lapisan pleksiform dalam.5,8
f. Lapisan sel ganglion
Lapisan ini berisi badan sel dari sel-sel ganglion, jumlah sel ganglion
ditemukan sekitar 0,7- 1,5 juta pada retina orang muda, di lapisan ini juga
terdapat sel amakrin, didaerah perifer retina hanya terdapat 1 baris sel-sel
ganglion tetapi didalam macula terdapat 10 baris sel-sel ganglion, dengan
konsentrasi tertinggi didaerah parafovea. Masing-masing sel ganglion
menerima sinaps melalui dendritnya didaerah pleksiform dalam dan
mengirimkan akson ke lapisan serat saraf.8
g. Lapisan serabut saraf
Lapisan ini terdiri dari akson sel- sel ganglion, yang berasal dari seluruh
bagian retina kemudian menuju ke diskus optik untuk membentuk nervus
optic. Kumpulan akson ini akan dikelilingi oleh Muller dan astroglial.
Lapisan ini paling tebal di daerah diskus optik, yaitu sekitar 20-30 m dan
paling tipis di perifer.5
h. Membrana limitans interna
Lapisan ini bukan merupakan membran sepenuhnya. Lapisan ini dibentuk
oleh end footplate sel Muller dan perlekatan dengan lamina basalis.
Tebalnya sekitar 1-2 m. Membran ini bersatu dengan fibril kolagen
vitreus.7,8
i. Elemen-elemen Neurosensori Retina

9
Gambar 2.5. Perbedaan
struktur Rod dan cones

Rods Cones
Used for night vision Used for day vision
Very light sensitive; sensitive to At least 1/10th of the rods light
scattered light (have more sensitive;sensitive only to direct
pigment than cones) light
Loss causes night blindness Loss causes legal blindness
Low visual acuity High visual acuity; better spacial
resolution
Not present in fovea Concentrated in fovea
Slow response to light, stimuli Fast response to light, can
added over time perceive more rapid change in
stimuli
Stacks of membrane-enclosed Disks are attached to outer
disks are unattached to cell membrane
membrane
20 times more rods than cones in
the retina
One type of photosensitive Three types of photosensitive
pigment (monochrome vision) pigment in human (color vision)
Confer achromatic vision Confer color vision
Tabel 2.1 Perbandingan struktur sel rod dan cones(4)

2.3 FISIOLOGI RETINA


2.3.1 PROSES MASUKNYA CAHAYA KE RETINA

10
Sebelum cahaya masuk, suatu jaringan yang bernama retina
fotoreceptors harus menerobos ke dalam kornea mata, cairan mata, selaput
pelangi, lensa, dan pembuluh darah kecil yang ada di dalam mata. Tepat
sebelum cahaya sampai pada retina, harus menerobos beberapa lapisan sel
saraf yang berada di paling atas retina. Sel ini membentuk mata rantai yang
pertama antara retina dan otak. Cahaya yang tidak diserap oleh fotoreceptors
di dalam retina akan memantul di sekitar mata. Ketika energi cahaya
merangsang sebuah RODS dan CONES, energi tersebut diubah menjadi
energi listrik. Rangsangan itu dikirim dari sel-sel reseptor melalui suatu
rangkaian perantara yaitu sel-sel bipolar dan akhirnya akson sel saraf optic.
Gambar yang diterima oleh retina dalam posisi terbalik. Kemudian sel saraf
mata mengantarkan ke otak dan otak memperbaiki. Koroid; lapisan gelap di
belakang retina yang mendapatkan warna dari melanin yang berfungsi
menyerap cahaya. Tanpa adanya koroid ini, cahaya tidak akan terserap oleh
fotoreceptors di dalam retina dan cahaya akan memantul di dalam/sekitar
mata sehingga warna atau gambaran dari objek luar (dunia) memudar,
memucat, tidak jelas.6
Gambar 2.6 Proses Melihat

11
2.3.2 SEL SEL FOTORESEPTOR
Retina sebagai detektor cahaya akan mengubah bayangan cahaya
menjadi impuls listrik saraf yang dikirim ke otak. Penyerapan suatu foton
cahaya oleh sebuah fotoreseptor menimbulkan suatu reaksi fotokimia di
fotoreseptor yang melalui suatu cara akan memicu timbulnya sinyal listrik ke
otak, yang disebut suatu potensial aksi. Foton harus di atas energy minimum
untuk dapat menimbulkan reaksi.7
Ada 2 tipe umum reseptor cahaya di retina, yaitu :7,8

Gambar 2.7 Sel Batang dan Sel Kerucut


2.3.3 FOTOTRANSDUKSI ROD
Proses penerimaan dan perubahan cahaya yang masuk kedalam retina
membutuhkan energi dimana respon retina ini membedakannya dengan
struktur saraf lainnya. Kombinasi dari proses ini melibatkan organel khusus
dari sel fotoresptor. Rod memiliki lebih banyak membran dibandingkan
dengan cone sehingga rod lebih sensitif.7
Segmen luar dari rod terutama mengandung material plasma membran
yang tersusun secara khas. Membran ini tersusun dalam bentuk kantung-
kantung pipih sepanjang aksis horizontal dari segmen luar. Terdapat sekitar
1000 kantung pada segmen luar rod dan sekitar 1 juta molekul rhodopsin
pada setiap kantung. Kantung- kantung ini melayang- layang pada sitoplasma
seperti sebuah tumpukan koin yang tidak berhubungan dengan plasma
membran luarnya. Kantung ini mengandung mesin protein untuk menangkap
dan memperkuat energi cahaya. Melimpahnya membran sel luar ini
meningkatkan jumlah molekul rhodopsin yang dapat menyerap cahaya.5

12
Cahaya diserap oleh rhodopsin yang terletak pada membran sel luar dari
rod. Rhodopsin adalah sejenis protein berupa membran yang mudah ditembus
dan sejenis dengan reseptor alfa dan beta adrenergik. Setiap molekul
bertanggung jawab terhadap satu kuantum cahaya. Rhodopsin menyerap
cahaya hijau dengan panjang gelombang sekitar 510 nm. Rhodopsin kurang
baik dalam menyerap cahaya biru dan kuning dan tidak sensitif terhadap
cahaya merah. 6,11
Pada saat rhodopsin menyerap suatu kuantum cahaya, ikatan ganda dari
II- cis retinal akan pecah dan molekul opsin mengalami perubahan
konfigurasi yang cepat, sehingga terjadi keadaan aktif yang disebut
metarhodopsin II. Rhodopsin yang terktivasi memulai reaksi dengan
mengontrol aliran kation- kation kedalam segmen luar rod. Target dari reaksi
ini adalah pada pintu saluran cGMP (cyclic Guaonosine Monophosphate)
yang terletak di membran terluar dari segmen luar. Saluran ini mengontrol
aliran ion natrium dan kalsium kedalam rod. Dalam suasana gelap, ion
natrium dan kalsium mengalir melalui saluran ini dimana terbukanya pintu
saluran ini dipertahankanoleh cGMP. Keseimbangan ion dipertahankan oleh
pompa Na+, K+-ATPase pada segmen dalam dan Na+/K+- Ca exchanger pada
membran segmen luar, yang mana kedua proses ini membutuhkan energi.
Keadaan depolarisasi rod menyebabkan dilepasnya neurotransmitter
glutamate dari terminal sinaptik dan dimulailah sebuah sinyal neural dari
proses melihat7
Rhodopsin yang telah teraktivasi merangsang molekul kedua,
transdusin, dengan cara menukar guanosin difosfat (GDP) dengan guanosin
trifosfat (GTP). Satu moloekul rhodopsin dapat mengaktifkan seratus molekul
transdusin, sehingga memperkuat reaksi. Transduksin yang aktif memicu
protein ketiga, rod fosfodiesterase (rod PDE) yang menghidrolisis cGMP ke
5-noncyclic GMP. Penurunan cGMP ini menutup pintu saluran- saluran,
dimana akan menghentikan masuknya natrium dan kalsium dan membuat
keadaan hiperpolarisasi rod. Hiperpolarisasi menghentikan pelepasan
glutamate dari terminal sinaptik 7,11

13
Pada keadaan gelap, rod kembali ke keadaan gelapnya seiring dengan
terhentinya aliran reaksi. Rhodopsin mengalami inaktivasi akibat fosforilasi
pada C-terminalnya oleh rhodopsin kinase, yang dibantu oleh ikatan arrestin.
Transdusin dinonaktifkan akibat hidrolisis dari GTP ke GDP oleh aktivitas
GTPase transdusin intrinsic, yang juga menonaktifkan PDE. Guanilat
siklase, suatu enzim yang mensintesis cGMP dari GTP, diaktifkan oleh
menurunnya kadar kalsium intraseluler akibat tertutupnya saluran, aksi dari
enzim ini dibantu oleh protein pembantu-guanilat siklase (GCAPs). Dengan
meningkatnya kadar cGMP, pintu saluran- saluran tertutup dan rod kembali
mengalami depolarisasi. Meningkatnya kadar kalsium intraseluler
mengembalikan aktivitas guanilat siklase ke level gelapnya. Umpan balik
kalsium juga dapat meregulasi fosforilasi rhodopsin dengan jalan melindungi
sensitivitas pintu saluran.7,10,11
2.3.4 FOTOTRANSDUKSI CONE
Fototransduksi yang terjadi pada cone adalah kebalikan dari rod. Cone-
opsin yang telah teraktivasi oleh cahaya memulai pengaliran enzimatik yang
menghidrolisis cGMP dan menutup saluran kation pada pintu spesifik cGMP
cone di membran segmen luarnya. Fototransduksi pada cone kurang sensitif
namun memiliki kemampuan yang cepat dalam beradaptasi terhadap berbagai
kadar iluminasi. Semakin besar kadar cahaya, maka semakin cepat dan akurat
respon dari cone. Kecepatan dan ketepatan sangat penting dalam kerja cone.
Hal ini yang menjadi alasan peningkatan ketajaman penglihatan seiring
dengan peningkatan iluminasi. Karena kemampuan cone dalam beradaptasi,
cone sangat diperlukan untuk ketajaman penglihatan . 7,8
Pada cone, terdapat mekanisme umpan balik negatif. Sel-sel horizontal
bersinaps secara antagonis terhadap cone, dimana sel ini melepas GABA yang
bersifat inhibitor. Pada saat cahaya menghiperpolarisasi cone, maka cone
membuat hiperpolarisasi sel horizontal disebelahnya. Hal ini mengakibatkan
inhibisi terhadap sel horizontal, sehingga pelepasan GABA terhenti dan
terjadi depolarisasi cone. Keadaan depolarisasi ini menghambat keadaan
hiperpolarisasi oleh cahaya dan mencoba untuk mengembalikan cone pada

14
keadaan hiperpolarisasi oleh cahaya. Umpan balik negatif ini berfungsi agar
cone tidak mengalami keadaan overload (kelebihan beban) sehingga
memungkinkan cone dapat merespon stimulus baru dengan lebih cepat. 7,8
2.3.5 Segmen Luar Fotoreseptor
Segmen luar mengandung fotopigmen dan merupakan tempat
berlangsungnya proses fototransduksi, yang merupakan suatu proses
pengubahan energi cahaya menjadi sinyal-sinyal elektrik. Sel batang sensitif
terhadap cahaya karena mengandung pigmen penglihatan peka cahaya yang
disebut rodopsin yang mampu menangkap foton. Substansi ini merupakan
kombinasi protein skotopsin dengan senyawa protein retinal. Retinal tersebut
secara kimiawi berhubungan erat dengan vitamin A dan merupakan tipe
khusus yang disebut 11-cis retinal. Bentuk cis dari retinal adalah penting
sebab hanya bentuk ini saja yang dapat berikatan dengan opsin agar dapat
mensintesis rodopsin.7,8
Molekul penyerap cahaya pada sel kerucut hampir sama persis dengan
komposisi kimiawi rodopsin dalam sel batang. Perbedaan hanya terletak pada
bagian protein opsin yang disebut fotopsin pada sel kerucut, berbeda dengan
skotopsin dalam sel batang. Bagian retinal semua pigmen visual sama persis
dengan apa yang ada di dalam sel batang ataupun kerucut. Oleh karena itu,
pigmen peka warna sel kerucut merupakan kombinasi antara retinal dan
fotopsin.7
Pada retina primata terdapat tiga jenis sel kerucut yang masing-masing
sensitif terhadap cahaya biru (2%), hijau (32%), dan oranye (64%).
Sensitivitas pigmen kerucut bergantung pada molekul opsin yang diikatnya.
Pigmen rodopsin sel batang menyerap spektrum pada 500 nm, sedangkan
pigmen sel kerucut menyerap maksimal spektrum biru (450 nm), hijau (530
nm), dan kuning (565 nm).7

15
Gambar 2.8 Jenis Sel Batang Dan Sel Kerucut7

Gambar 2.9 Spektrum Cahaya Sel Batang dan Sel Kerucut7


2.3.6 Segmen Dalam Fotoreseptor
Segmen luar dan dalam fotoreseptor dihubungkan oleh suatu tangkai
silinder sempit bersilia yang mempunyai 9 pasang filamen. Filamen berakhir
pada sentriol pada badan basal yang terletak pada apeks segmen dalam.8
Dua morfologi yang membedakan segmen dalam adalah daerah
ellipsoid dan myoid. Ellipsoid pada segmen dalam fotoreseptor memiliki cirri
adanya agregrasi mitokondria, sedangkan pada daerah myoid terdapat
kompleks golgi dengan komponen-komponen vesikel dan ribosom yang
tersebar letaknya. Nukleus terletak di bagian bawah segmen dalam pada
bagian yang melebar. Perluasan axon berakhir pada badan terminal yang
bersinaps dengan procesus sel-sel bipolar dan horizontal.9
2.3.7 PEMBEDAAN WARNA

16
Penglihatan warna terjadi melalui dua tingkatan proses, yaitu pada
tingkat reseptor sesuai dengan teori triwarna, sedangkan pada saraf optik dan
di luarnya sesuai dengan teori antagonis.7

Teori triwarna menganggap bahwa pada retina terdapat 3 macam


pigmen yang mempunyai penyerapan maksimum terhadap warna biru, hijau,
dan merah pada spectrum. Pigmen-pigmen ini terdapat pada reseptor secara
terpisah yang masing-masing mengirimkan impuls-impuls yang dapat
dibedakan ke otak. Teori antagonis menganggap bahwa retina mempunyai
aktivitas yang lebih kompleks. Ada 6 macam tanggapan retina yang terjadi
dalam bentuk pasangan antagonistik. Rangsangan yang menghasilkan setiap
tanggapan tunggal dapat menekan kegiatan anggota pasangan lain.7,8,9

Ukuran saraf batang dan kerucut yang begitu kecilnya, jika


dikombinasikan dengan indeks bias relatifnya yang tinggi menunjukkan
bahwa mereka dapat bertindak sebagai pemandu gelombang optik, yang
secara selektif mentransmisikan energi hanya di dalam suatu pita gelombang
karakteristik sempit bagi saraf batang atau kerucut. Secara teoritis, energi
cahaya dalam suatu pemandu yang berupa serat ditransmisikan dalam
bermacam ragam yang karakteristik, artinya, ada selektivitas warna dalam
retina.8,9

2.3.8 VASKULARISASI RETINA


Pembuluh darah retina berasal dari dua sumber, yaitu kapiler koroid dan
arteri dan vena sentralis. Kapiler koroid menyuplai 1/3 bagian luar termasuk
sel rod dan cone, RPE dan lapisan inti luar. Sedangkan arteri dan vena retina
sentralis menyuplai 2/3 bagian dalam sampai dengan tepi dalam lapisan inti
dalam. Arteri retina sentralis merupakan cabang pertama arteri oftalmika
dengan diameter 0,3 mm dan berjalan menuju lapisan dura dari saraf optik
dan memasuki bagian inferior dan medial saraf optik sekitar 12 mm di
posterior bola mata. Arteri retina sentralis terbagi menjadi cabang superior
dan inferior. Setelah beberapa millimeter, cabang ini terbagi menjadi cabang

17
superior dan inferior nasal dan temporal. Cabang dari arteri dan vena retina
sentralis muncul dari bagian tengah diskus optikus, biasanya kearah nasal.
Tidak terdapat overlap dan anastomosis pada semua pembuluh darah di
semua kuadran. Cabang nasal berjalan ke ora serrata. Sementara cabang
temporal melengkung diatas dan didaerah fovea sentralis. 5,8
Sama halnya dengan pembuluh darah di seluruh tubuh, jika terjadi
kondisi hipoksia pada pembuluh darah retina, maka endotel dari pembuluh
darah retina akan melepaskan faktor- faktor angiogenesis seperti vascular
endothelial growth factors (VEGF), basic Fibroblast Growth Factor (bFGF),
insulin-like Growth Factor-I (IGF-I) dan berbagai nukleosida seperti
adenosine 5,8

18
BAB III
VITREOUS HUMOR

3.2 ANATOMI DARI KORPUS VITREUS


Korpus vitreous merupakan strukrur menyerupai agar-agar yang jernih,
avaskuler, yang merupakan dua-pertiga dari volume dan berat mata. Korpus
vitreous mengisi ruang yang dibatasi oleh lensa, retina, dan optik disk.
Korpus vitreus adalah suatu struktur tidak berwarna, merupakan gel
transparan yang mengisi suatu kavitas yang disebut kavitas vitreus. Korpus
vitreus mempunyai bentuk hampir spheris, kecuali bagian anterior yang
mempunyai bentuk konkaf karena adanya lensa kristalina. Korpus vitreus
merupakan gel transparan, tapi transparannya tidak homogenous. Korpus
vitreus dibagi dalam dua bagian yaitu Bagian paling luar dari korpus vitreus
(atau Hyaloid), disebut kortex yang dibagi dalam kortex anterior dan kortex
posterior dan bagian dalam yang disebut nukleus.6
3.2.1 Kortex vitreus
Kortex vitreus berbatasan dengan retina pada bagian posterior dan
mempunyai Densitas fibril kolagen lebih besar pada bagian perifer.
Kondensasi dari fibril kolagen ini akan membentuk suatu membrane
anatomik palsu yang disebut membrane hyaloids anterior (terletak pada
anterior dari ora serrata) dan membrane hyaloids posterior (terletak pada
bagian posterior dari ora serrata). Pada daerah antara vitreus anterior dan
kapsul lensa posterior terdapat suatu daerah yang disebut Bergers space atau
disebut juga ruang retrolental erggelet. Perlekatan kuat antara membrane
hyaloid anterior dengan kapsula lensa posterior membentuk suatu ligament
yang disebut Weigerts ligament atau juga dikenal sebagai Eggers line
(hyaloideo-capsular ligament). Suatu ruangan didaerah prepapilary yang
terdapat pada bagian posterior korpus vitreus,dekat permukaan diskus optik
disebut Mortegiani space.10
Suatu bagian dari vitreous sekitar 2 sampai 3 mm anterior dari ora
serrata, dimana tempat ini merupakan tempat perlekatan paling kuat dari

19
vitreus dan memiliki ketebalan bebarapa millimeter. Daerah ini disebut
Vitreus base. Vitreous base ini juga disusun oleh fibril kolagen yang padat.10

3.2.2 Korpus Vitreus utama (Nukleus)


Nukleus merupakan bagian dari korpus vitreus yang kepadatan
densitasnya kurang (tidak sepadat kortex) sehingga membentuk struktur gel
yang disebut sebagai true biological gel. Hyaloid canal yang berjalan dari
discus optic (area Martegiani) ke posterior pole dari lensa dapat dilihat pada
nukleus korpus vitreus . Disekitar area Martegiani, lebar kanal sekitar 1-2 mm
dan diarea fossa patellaris yaitu sekitar 4-5 mm. Pada fetus dibelakang dari
Cloquets canal berjalan arteri hyaloids, dan arteri ini akan menghilang 6
minggu sebelum lahir dan hyaloids canal terisi oleh cairan.10
3.2.3 Neurovascularisasi
Korpus vitreus tidak memiliki pembuluh darah dan serabut saraf,
sehingga meskipun pathogen telah berlangsung multipel, tidak akan
mengganggu untuk waktu yang relatif lama sebelum akhirnya muncul suatu
respon immune dari struktur didekatnya.10

a b

Gambar 3.1 anatomi korpus vitreus10


3.2.4 Vitreoretinal interface

20
Vitreoretinal interface dapat diamati secara tegas dengan menggunakan
mikroskop electron, yang merupakan bagian paling luar dari kortex vitreus
(posterior hyaloid),yang terdiri dari fibril berbentuk jangkar dari vitreus dan
Inner Limitan Membrane (ILM) retina. ILM dari retina merupakan suatu
struktur yang mempunyai tebal 1 sampai 3 m, merupakan suatu membran
basement yang mana satu sisi melekat pada muller cell (footplates dari
permukaan dalam retina) dan pada sisi yang lain melekat pada korteks
vitreus. Komponen yang telah diidentifikasi pada ILM ini adalah kolagen
tipe IV, kolagen tipe XVIII, laminin, nidogen-1,agrin,perlecan dan
proteoglycans.6
Kortex vitreus melekat dengan kuat pada ILM didaerah vitreous base,
sekitar discus optic, dibelakang lensa kristalina yaitu pada ligamentum
hyloidocapsular dari Wiegerts dan daerah sekitar foveola dengan diameter
sekitar 500 m. Bila kondisi tidak normal,pada daerah vitreoretinal interface
dapat ditemukan ikatan antara fibrils kolagen dari kortex korpus vitreus dan
ILM akan melonggar.10
3.2.4 Ultrastruktural Dan Aspek Biokimiawi
Korpus vitreus mengandung lebih dari 99% air, dan sisanya disusun
oleh zat padat solid sehingga bentuknya menyerupai gel seperti yang telah
disebutkan diatas. Untuk menjaga stabilitas dari gel ini keseimbangan dari air
dan zat padat harus terjaga. Struktur gel dihasilkan dari susunan yang
panjang, tebal, dan tidak bercabang dari fibril kolagen. Fibril kolagen
digantung pada suatu jaringan dari hyluronic acid, yang berguna untuk
menjaga stabilitas struktur gel dan penyesuaian bentuk fibril kolagen.1
Fibril kolagen pada vitreus berukuran tipis, dengan diameter sekitar 10
sampai 20 nm. Fibril kolagen yang paling banyak menyusun vitreus adalah
kolagen tipe II. Kolagen ini tersusun dari tiga -chains yang identik yang
membentuk suatu triple helix. Tipe kolagen lain yang juga ditemukan pada
vitreus adalah kolagen tipe IX yang berfungsi sebagai jembatan yang
mengikat fibril kolagen tipe II. Pada daerah kortex vitreus mempunyai lebih
banyak kolagen dari pada nukleus vitreus.1

21
Tipe kolagen lain yang bersifat hybrid yang ditemukan pada vitreus
yaitu kolagen tipe V/XI yang mengisi sepuluh persen dari vitreus dan
dipercaya sebagai inti dari kolagen-kolagen utama dalam vitreus. Tipe
kolagen ini merupakan heterotrimer. Kolagen ini akan berinteraksi dengan
kolagen tipe II membentuk fibril kolagen.8
Hyaluronic acid adalah glycosaminoglycan utama yang ditemukan
dalam korpus vitreus , dengan berat molekul 3 sampai 4,5 X 10 6 . Hyaluronic
acid yang menyusun korpus vitreus dibagi dalam dua bagian yaitu
nonhydrated hyaluronic acid dan hydrated hyaluronic acid. Nonhydrated
hyaluronic acid memiliki volume sekitar 0,66 cm 3/g dan hydrated hyaluronic
acid volumenya sekitar 2000 sampai 3000 cm3/g
Fibril kolagen akan berhubungan dengan hyaluronic acid paling banyak
melalui jembatan glucoprotein. Propertie viskoelastic dari vitreus gel tidak
dihasilkan dari dua molekul tersebut secara sendiri, tapi melalui interaksi
keduanya yang mana fibril kolagen memberikan resistensi terhadap tekanan
dan kekenyalan pada korpus vitreus dan hyaluronic acid menahan tekanan
dan memberikan sifat viskoelastik. 10
Secara kimiawi disamping kolagen dan hyaluronan dalam vitreus juga
ditemukan struktur-struktur yang bersifat non-kolagen seperti fibrillin,
opticin, asam amino dan soluble protein, Vit 1 dan asam askorbat yang
kesemuanya diduga menyokong stabilitas dari vitreus.8

3.3 FISIOLOGI
3.3.1 Fungsi Korpus Vitreus
Fungsi dari korpus vitreus dapat dibagi dalam 5 group utama : 6
a. Membantu fungsi dari retina dan meningkatkan fungsi dari kavitas korpus
vitreus
b. Sebagai barrier difusi antara segment anterior dan segment posterior bola
mata
c. Berfungsi sebagai buffer metabolic
d. Menstabilkan perjalanan cahaya (Media refrakta)
e. Konsumsi dan distribusi dari molekul oksigen

22
a. Membantu fungsi dari retina dan meningkatkan fungsi dari kavitas
korpus vitreus
Pada suatu kondisi normal, korpus vitreus yang intak dapat
memproteksi retina dari berbagai gangguan. Suatu korpus vitreus yang
intak yang mana mengisi bagian dalam kavitas korpus vitreus dapat
menahan atau mencegah meluasnya suatu retinal detachment. Diduga
bahwa korpus vitreus dapat juga menyerap kekuatan eksternal yang
mengenai bola mata dan juga mengurangi kerusakan mekanik terhadap
bola mata, misalnya saat terjadi trauma. Korpus vitreus yang intak juga
dapat membantu lensa selama trauma terhadap kerusakan yang lebih
parah. Namun demikian mekanisme ini belum sepenuhnya benar, karena
ternyata didapatkan bahwa vitreus yang telah digerakkan melalui
vitrektomi ternyata masih berfungsi normal dan tidak terjadi retinal
detachment.6
b. Sebagai barier antara segment anterior dan posterior bola mata
Pemahaman bahwa korpus vitreus adalah berbentuk gel memberikan
dugaan bahwa korpus vitreus adalah merupakan barier untuk pergerakan
paling besar antara substansi-substansi segment posterior dan anterior dari
mata.1
Substansi yang berasal dari segment anterior pada mata akan sangat
sukar untuk mencapai konsentrasi tinggi pada bagian posterior mata ketika
korpus vitreus masih intak sebab difusi melalui korpus vitreus lambat dan
pergerakan alirannya terbatas oleh strukturnya yang berbentuk gel. Suatu
vitreus yang intak juga mencegah pemberian obat topikal untuk mencapai
retina dan nervus optik dengan konsentrasi yang significant. Pemberian
antibiotik dari aliran darah ke pusat korpus vitreus juga dihalangi oleh
vitreus normal.
c. Berfungsi sebagai buffer metabolic
Pada suatu kondisi normal, ILM dan kortex posterior tidak berfungsi
sebagai barier untuk molekul yang berukuran kecil. Karena hubungan
anatomi yang rapat dari retina dan korpus siliaris, maka korpus vitreus
dapat berfungsi sebagai suatu buffer metabolik dan pada tahap tertentu
dapat merupakan reservoir dari metabolisme korpus siliaris dan terutama

23
retina. Karena adanya blood retinal barier, maka water soluble substance
yang berlokasi pada retina dapat dengan mudah memasuki korpus vitreus
daripada ke aliran darah jika transport yang melewati barier terbatas. 6
Substansi yang ada dalam retina atau yang juga diproduksi oleh
retina dapat berdifusi masuk ke korpus vitreus. Glukosa dan glikogen pada
korpus vitreus dapat merupakan supplement untuk metabolism retina
terutama dalam kondisi anoksia. Vitreus juga dapat berkontak dengan
muller cells, dengan fungsinya sebagai suatu buffer pada fungsi fisiologis
dari muller cell, contohnya dalam homeostasis potassium dari retina.6
d. Media refrakta
Fungsi fisiologis normal dari korpus vitreus sebagai media refrakta
disebabkan oleh sifatnya yang transparan, sehingga cahaya yang visible
light dapat sampai ke retina. Fungsi yang penting dari korpus vitreus
adalah bagaimana ia dapat menjaga transparansinya, yang secara primer
dihasilkan oleh konsentrasi rendah dari struktur makromolekul (kurang
dari 0,2% berat per volume) dan soluble protein. Transparansi dapat juga
dijaga oleh kolagen spesifik atau konfigurasi hyaluronic acid, yang
dianalogikan dengan kornea dalam menjaga transparansinya. peranannya
sebagai media refrakta memberikan indeks refraktif sekitar 1,33 yang
mana hampir sama dengan indeks refraktif humor aquous.6
e. Konsumsi dan distribusi molekul oksigen
Konsentrasi dari ascorbat pada vitreus manusia adalah relatif
terdapat dalam konsentrasi tinggi. Pada mata dengan gel vitreus yang
intak, konsentrasi rata-rata ascorbat sekitar 2 mM. Blood levels hanya 50
sampai 60 M. Tingginya konsentrasi ascorbat dipertahankan oleh suatu
Sodium- dependent ascorbate transporter (SLC23A2) pada lapisan pigmen
epitel ciliaris. Peranan fisiologis dari ascorbate pada vitreus manusia
didapatkan dari investigasi dan spekulasi experimental, tapi hasil yang
didapat tidak dapat di jelaskan. Shui dan kawan-kawan menemukan bahwa
metabolisme molekular oksigen vitreus pada suatu ascorbate-dependent ,
meregulasi tekanan oksigen intraokuler.10
Sifat gel dari vitreus dengan ukuran yang luas dan berlokasi disentral
dari mata, dan dengan adanya vaskularisasi retina memberikannya

24
oksigenasi yang tinggi dan dengan oksigenasi yang tinggi tersebut dapat
memproteksi jaringan yang lebih sensitif terhadap oksidatif stress, seperti
lensa dan trabekular meshwork. Molekul oksigen berdifusi ke korpus
vitreus dari vaskularisasi retina akan diikat oleh ascorbat sebelum sampai
ke lensa dan segment anterior. 10

25
BAB IV
PENUTUP

Retina merupakan membrane yang sangat tipis dan transparan, sangat


terorganisasi dengan kemampuan untuk memulai pengolahan informasi
penglihatan sebelum ditransmisikan melalui nervus optic ke korteks visual.
Topografi retina bisa digambarkan dengan adanya macula, fovea, parafovea,
perifovea, diskus optic dan ora serata. Pada potongan melintang dari luar ke dalam
retina terdiri atas :
- RPE dan lamina basalis
- Segmen luar dan dalam rods dan cones
- Membran Limitans externa
- Lapisan inti luar (nuclei fotoreceptors)
- Lapisan plexiform luar
- Lapisan inti dalam
- Lapisan plexiform dalam
- Lapisan sel ganglion
- Lapisan serat saraf (sel axon dan ganglion)
- Membran limitas interna
Fungsi retina secara keseluruhan banyak diperankan oleh Retinal Pigmen
Epithelium (RPE) : pada siklus visual, metabolism vitamin A, blood retinal
barrier, fagositosis segmen luar fotoreseptor dan juga sebagai respon imun lokal.
Di kenal pula adanya autoregulasi pada retina.
Secara anatomi korpus vitreus terbagi dalam dua bagian besar yaitu kortex
dan nukleus. kortex terdiri dari dua bagian yaitu kortex anterior dan kortex
posterior. Korpus vitreus pada bagian anterior berbatasan dengan lensa, corpus
siliaris dan zonula, dan pada bagian posterior berbatasan dengan retina. Korpus
vitreus melekat kuat pada daerah vitreus base, kapsul posterior lensa pada
ligamentum Wiegerts,sekitar discus optik dan sekitar area fovea.
Fungsi dari korpus vitreus dibagi dalam lima group yaitu :
1. Membantu fungsi dari retina dan meningkatkan fungsi dari kavitas korpus
vitreus
2. Sebagai barrier difusi antara segment anterior dan segment posterior bola mata
3. Berfungsi sebagai buffer metabolic
4. Menstabilkan perjalanan cahaya (Media refrakta)

26
5. Konsumsi dan distribusi dari molekul oksigen

27
DAFTAR PUSTAKA

1. Ilyas, S, 2014, Ilmu Penyakit Mata, Fakultas Kedokteran Universitas


Indonesia, Jakarta.
2. Park, S.S., Siegelman J., Gragoudas E.S.: The Anatomy and Cell Biology of
the Retina on Duanes Clinical Ophthalmology., On CD ROM.,Lippincott and
William Wilkins.
3. Chibis,W.G, Hillary A.B, James, J.T., John, S.B., Karla J., Shalesh K .
Fundamentals and Principles of Ophthalmology, Basic and Clinical Science
Course, Sec. 2, AAO, San Fransisco, 2008-2009:76-87
4. Stephen J. Ryan. RETINA. Basic science and inherited retinal disease. Sec 3,
vol.1, Mosby, London.
5. Fletcher, E. C., Chong V. : Retina, in Vaughan and Asburys General
Ophthalmology 17th ed., McGraw-Hill co., New York, 2007 (3)
6. Regillo, C., Holekamp, N., Johnson, M.W., Kaiser, P.K., Schubert, H.D.,
Spaide, R., Retina and Vitreous; Basic and Clinical Science Course Sec. 12,
AAO, San Fransisco, 2008- 2009 : 7- 17
7. Anonim, Retina, available from www.wikipedia.org, accessed on June 25th
2009.
th
8. Anonim, available from retina.anatomy.upenn.edu., Accessed on June 25
2009
9. Forrester, J.V., Retina available from laceyhainesbiol3500.blogspot.com.
Accessed on June 25th 2009
10. Holekamp MN; The Vitreous Gel: More than Meets the Eye, In American
Journal of Ophthalmology, Elsevier Inc,2010; 149:32-36

28

You might also like