Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
Mata adalah suatu struktur sferis berisi cairan yang dibungkus oleh tiga
lapisan. Dari luar ke dalam, lapisanlapisan tersebut adalah : (1) sklera/kornea, (2)
koroid/badan siliaris/iris, dan (3) retina. Sebagian besar mata dilapisi oleh jaringan
ikat yang protektif dan kuat di sebelah luar, sklera, yang membentuk bagian putih
mata. Di anterior (ke arah depan), lapisan luar terdiri atas kornea transparan
tempat lewatnya berkasberkas cahaya ke interior mata. Lapisan tengah dibawah
sklera adalah koroid yang sangat berpigmen dan mengandung pembuluh-
pembuluh darah untuk memberi makan retina. Lapisan paling dalam dibawah
koroid adalah retina, yang terdiri atas lapisan yang sangat berpigmen di sebelah
luar dan sebuah lapisan syaraf di dalam. Retina mengandung sel batang dan sel
kerucut, fotoreseptor yang mengubah energi cahaya menjadi impuls syaraf.1
Struktur mata manusia berfungsi utama untuk memfokuskan cahaya ke
retina. Semua komponenkomponen yang dilewati cahaya sebelum sampai ke
retina mayoritas berwarna gelap untuk meminimalisir pembentukan bayangan
gelap dari cahaya. Kornea dan lensa berguna untuk mengumpulkan cahaya yang
akan difokuskan ke retina, cahaya ini akan menyebabkan perubahan kimiawi pada
sel fotosensitif di retina. Hal ini akan merangsang impulsimpuls syaraf ini dan
menjalarkannya ke otak.
Cahaya masuk ke mata dari media ekstenal seperti, udara, air, melewati
kornea dan masuk ke dalam aqueous humor. Refraksi cahaya kebanyakan terjadi
di kornea dimana terdapat pembentukan bayangan yang tepat. Aqueous humor
tersebut merupakan massa yang jernih yang menghubungkan kornea dengan lensa
mata, membantu untuk mempertahankan bentuk konveks dari kornea (penting
untuk konvergensi cahaya di lensa) dan menyediakan nutrisi untuk endothelium
kornea. Iris yang berada antara lensa dan aqueous humor, merupakan cincin
berwarna dari serabut otot. Cahaya pertama kali harus melewati pusat dari iris
yaitu pupil. Ukuran pupil itu secara aktif dikendalikan oleh otot radial dan sirkular
untuk mempertahankan level yang tetap secara relatif dari cahaya yang masuk ke
1
mata. Terlalu banyaknya cahaya yang masuk dapat merusak retina. Namun bila
terlalu sedikit dapat menyebabkan kesulitan dalam melihat. Lensa yang berada di
belakang iris berbentuk lempeng konveks yang memfokuskan cahaya melewati
humour kedua untuk menuju ke retina.1,2
Untuk dapat melihat dengan jelas objek yang jauh, susunan otot siliare
yang teratur secara sirkular akan mendorong lensa dan membuatnya lebih pipih.
Tanpa otot tersebut, lensa akan tetap menjadi lebih tebal, dan berbentuk lebih
konveks. Manusia secara perlahan akan kehilangan fleksibilitas karena usia, yang
dapat mengakibatkan kesulitan untuk memfokuskan objek yang dekat yang
disebut juga presbiopi. Ada beberapa gangguan refraksi lainnya yang
mempengaruhi bantuk kornea dan lensa atau bola mata, yaitu miopi, hipermetropi
dan astigmatisma.3
Selain lensa, terdapat humor kedua yaitu vitreous humor yang semua
bagiannya dikelilingi oleh lensa, badan siliar, ligamentum suspensorium dan
retina. Dia membiarkan cahaya lewat tanpa refraksi dan membantu
mempertahankan bentuk mata.3
2
BAB II
RETINA
3
mm ke atas dan di bawah fovea, 0.3 mm dibawah meridian horizontal serta
3.5 mm ke arah tepi nervus optik.(5,6)
b. Fovea
Daerah sentral dari macula, berukuran 1,5 mm di sebut sebagai
fovea atau fovea sentralis, yang secara anatomis dan komposisi sel
fotoreseptornya merupakan daerah untuk ketajaman penglihatan dan
penglihatan warna. Daerah ini memiliki tingkat kepadatan sel cones
tertinggi, yakni mencapai 143.000/mm3. Didalam fovea terdapat daerah
yang tidak memiliki vaskularisasi, jadi dipelihara oleh sirkulasi
koriokapiler, yang disebut fovea avascular zone (FAZ). Secara klinis dapat
terlihat pada angiografi fluorosensi. Pada bagian tengah fovea di kenal
sebagai foveola, berukuran diameter 0.35 mm daerah yang berisi sel sel
cone ramping yang tersusun rapat.4-7
4
d. Perifovea
Diluar zona tersebut terdapat lingkaran dengan ukuran 1.5 mm yang
kenal dengan perifoveal zone, merupakan lingkaran terluar dari area
sentralis. Daerah ini dimulai pada titik dimana lapisan sel ganglion mulai
memiliki empat baris nucleus dan berakhir diperifer dimana sel ganglion
hanya terdiri dari satu lapis sel. Dari pemeriksaan funduskopi, daerah
perivofea merupakan lingkaran dengan lebar 1,25- 2,75 mm dari foveola,
dengan diameter horizontal 5.5 mm. Daerah perifovea ini berbeda dengan
parafovea dikarenakan daerah ini memiliki sel kepadatan sel cones yang
jarang.4,6
e. Diskus optik
Nervus optik meninggalkan retina sekitar 3 mm di sebelah medial
makula lutea, tepatnya pada diskus optik. Bagian tengah dari diskus optik
sedikit terdepresi, dimana daerah ini ditembus oleh arteri dan vena retina
sentralis. Pada diskus optik sama sekali tidak terdapat sel rod maupun sel
cone, oleh karena itu daerah ini tidak sensitif terhadap rangsangan cahaya
dan disebut blind spot. Pada pemeriksaan funduskopi, diskus optik terlihat
sebagai daerah berwarna pink pucat, lebih pucat dari daerah di sekitarnya.7
f. Ora Serrata
Merupakan daerah perbatasan retina. Ditandai dengan persambungan
antara beberapa lapis pars optic retina dengan satu lapis epitel non pigmen
korpus siliaris. Karakteristik yang menonjol dari area ini adalah lapisannya
yang tipis, kurang vaskularisasi dan hubungan yang rapat dengan vitreus
base dan zonula fibers. Dinamakan ora serrata karena banyaknya takikan
yang dibentuk oleh elongasi jaringan retina kearah epitel siliaris.4
5
RPE adalah selapis sel- sel hexagonal yang tersebar dari diskus saraf
optik sampai ke ora serrata dimana lapisan ini berbatasan dengan epitel non
pigmen dari badan siliar. Strukturnya disesuaikan dengan fungsinya, yaitu
dalam metabolisme vitamin A, menyeimbangkan sawar darah retina bagian
luar, fagositosis segmen luar fotoreseptor, pertukaran panas, membentuk
lamina basalis, produksi matriks polisakarida yang mengelilingi segmen luar
dan berperan dalam transport aktif materi- materi yang masuk dan keluar dari
RPE.4,5,7
Seperti sel epitel dan endotel lainnya, sel- sel RPE juga terpolarisasi.
Permukaan basalnya berlekuk- lekuk dan menyediakan permukaan yang luas
sebagai tempat melekatnya lamina basalis yang membentuk lapisan dalam
dari membran Bruch. Apeksnya mempunyai tinjolan vili- vili yang
berbatasan dengan segmen luar lapisan fotoreseptor, ditautkan oleh matriks
mukopolisakarida (matriks inferoreseptor) yang mengandung kondroitin -6-
sulfat, asam sialat dan asam hyaluronat. Terpisahnya lapisan RPE dan lapisan
neurosensori retina disebut ablasi retina.5,7,8
6
membentuk pita sirkular atau sabuk antara satu sel dengan yang lain. Pada
ruang interseluler terdapat zonula adherens.
Sel- sel neurosensori dan sel RPE memiliki perbedaan penting pada
daerah- daerah tertentu. Sel- sel neurosensori paling tebal pada daerah
papillomacular bundle dekat dengan saraf optik (0.23 mm) dan paling tipis
pada foveola (0.10 mm) dan ora serrata (0.11 mm). Sel- sel RPE mempunyai
diameter yang bervariasi antara 10-60 um. Dibandingkan dengan sel- sel RPE
yang terletak di daerah perifer, sel- sel RPE di fovea lebih tinggi dan lebih
tipis serta mengandung melanosom yang lebih banyak dan lebih besar. Sel
sel RPE yang terletak diperifer lebih pendek, lebar dan kurang mengandung
pigmen. Tidak terlihat proses mitosis dari sel- sel RPE pada mata dewasa
normal.5,7,8
Sitoplasma dari sel- sel RPE mengandung granula-granula pigmen yang
bulat dan oval (melanosom). Organel- organel ini berkembang selama
pembentukan optic cup dan terlihat pertama kali sebagai non melanin
premelanosom. Sitoplasma dari sel-sel RPE juga mengandung mitokondria ,
reticulum endoplasma, apparatus golgi dan sebuah nucleus yang bulat dan
besar.5
Seiring dengan pertambahan usia, badan sisa yang yang tidak
terfagositosis sempurna, pigmen lipofuchsin, fagosom dan material- material
lain akan diekskresikan oleh RPE dibawah lamina basalis RPE. Hal ini yang
menyebabkan terbentuknya drusen. Drusen berada diantara membrana basalis
RPE dengan zona kolagen membrana Bruch.5
7
2.2.2 Neurosensori Retina
8
lapisan nuklear dalam, sementara sel amakrin terletak di bagian paling
proksimal. Nukleus sel bipolar terletak pada bagian intermediate luar dan
intermediate dalam dari lapisan ini. 5,8
e. Lapisan pleksiform dalam
Sinaps pada lapisan pleksiform dalam jauh lebih kompleks dibanding
dengan lapisan pleksiform luar. Ketebalannya bervariasi antara 18 dan 36
m dan tidak terdapat pada daerah foveola. Terminal sel bipolar dan
dendrit dari sel amakrin dan sel ganglion saling berhubungan pada level
yang berbeda di lapisan pleksiform dalam.5,8
f. Lapisan sel ganglion
Lapisan ini berisi badan sel dari sel-sel ganglion, jumlah sel ganglion
ditemukan sekitar 0,7- 1,5 juta pada retina orang muda, di lapisan ini juga
terdapat sel amakrin, didaerah perifer retina hanya terdapat 1 baris sel-sel
ganglion tetapi didalam macula terdapat 10 baris sel-sel ganglion, dengan
konsentrasi tertinggi didaerah parafovea. Masing-masing sel ganglion
menerima sinaps melalui dendritnya didaerah pleksiform dalam dan
mengirimkan akson ke lapisan serat saraf.8
g. Lapisan serabut saraf
Lapisan ini terdiri dari akson sel- sel ganglion, yang berasal dari seluruh
bagian retina kemudian menuju ke diskus optik untuk membentuk nervus
optic. Kumpulan akson ini akan dikelilingi oleh Muller dan astroglial.
Lapisan ini paling tebal di daerah diskus optik, yaitu sekitar 20-30 m dan
paling tipis di perifer.5
h. Membrana limitans interna
Lapisan ini bukan merupakan membran sepenuhnya. Lapisan ini dibentuk
oleh end footplate sel Muller dan perlekatan dengan lamina basalis.
Tebalnya sekitar 1-2 m. Membran ini bersatu dengan fibril kolagen
vitreus.7,8
i. Elemen-elemen Neurosensori Retina
9
Gambar 2.5. Perbedaan
struktur Rod dan cones
Rods Cones
Used for night vision Used for day vision
Very light sensitive; sensitive to At least 1/10th of the rods light
scattered light (have more sensitive;sensitive only to direct
pigment than cones) light
Loss causes night blindness Loss causes legal blindness
Low visual acuity High visual acuity; better spacial
resolution
Not present in fovea Concentrated in fovea
Slow response to light, stimuli Fast response to light, can
added over time perceive more rapid change in
stimuli
Stacks of membrane-enclosed Disks are attached to outer
disks are unattached to cell membrane
membrane
20 times more rods than cones in
the retina
One type of photosensitive Three types of photosensitive
pigment (monochrome vision) pigment in human (color vision)
Confer achromatic vision Confer color vision
Tabel 2.1 Perbandingan struktur sel rod dan cones(4)
10
Sebelum cahaya masuk, suatu jaringan yang bernama retina
fotoreceptors harus menerobos ke dalam kornea mata, cairan mata, selaput
pelangi, lensa, dan pembuluh darah kecil yang ada di dalam mata. Tepat
sebelum cahaya sampai pada retina, harus menerobos beberapa lapisan sel
saraf yang berada di paling atas retina. Sel ini membentuk mata rantai yang
pertama antara retina dan otak. Cahaya yang tidak diserap oleh fotoreceptors
di dalam retina akan memantul di sekitar mata. Ketika energi cahaya
merangsang sebuah RODS dan CONES, energi tersebut diubah menjadi
energi listrik. Rangsangan itu dikirim dari sel-sel reseptor melalui suatu
rangkaian perantara yaitu sel-sel bipolar dan akhirnya akson sel saraf optic.
Gambar yang diterima oleh retina dalam posisi terbalik. Kemudian sel saraf
mata mengantarkan ke otak dan otak memperbaiki. Koroid; lapisan gelap di
belakang retina yang mendapatkan warna dari melanin yang berfungsi
menyerap cahaya. Tanpa adanya koroid ini, cahaya tidak akan terserap oleh
fotoreceptors di dalam retina dan cahaya akan memantul di dalam/sekitar
mata sehingga warna atau gambaran dari objek luar (dunia) memudar,
memucat, tidak jelas.6
Gambar 2.6 Proses Melihat
11
2.3.2 SEL SEL FOTORESEPTOR
Retina sebagai detektor cahaya akan mengubah bayangan cahaya
menjadi impuls listrik saraf yang dikirim ke otak. Penyerapan suatu foton
cahaya oleh sebuah fotoreseptor menimbulkan suatu reaksi fotokimia di
fotoreseptor yang melalui suatu cara akan memicu timbulnya sinyal listrik ke
otak, yang disebut suatu potensial aksi. Foton harus di atas energy minimum
untuk dapat menimbulkan reaksi.7
Ada 2 tipe umum reseptor cahaya di retina, yaitu :7,8
12
Cahaya diserap oleh rhodopsin yang terletak pada membran sel luar dari
rod. Rhodopsin adalah sejenis protein berupa membran yang mudah ditembus
dan sejenis dengan reseptor alfa dan beta adrenergik. Setiap molekul
bertanggung jawab terhadap satu kuantum cahaya. Rhodopsin menyerap
cahaya hijau dengan panjang gelombang sekitar 510 nm. Rhodopsin kurang
baik dalam menyerap cahaya biru dan kuning dan tidak sensitif terhadap
cahaya merah. 6,11
Pada saat rhodopsin menyerap suatu kuantum cahaya, ikatan ganda dari
II- cis retinal akan pecah dan molekul opsin mengalami perubahan
konfigurasi yang cepat, sehingga terjadi keadaan aktif yang disebut
metarhodopsin II. Rhodopsin yang terktivasi memulai reaksi dengan
mengontrol aliran kation- kation kedalam segmen luar rod. Target dari reaksi
ini adalah pada pintu saluran cGMP (cyclic Guaonosine Monophosphate)
yang terletak di membran terluar dari segmen luar. Saluran ini mengontrol
aliran ion natrium dan kalsium kedalam rod. Dalam suasana gelap, ion
natrium dan kalsium mengalir melalui saluran ini dimana terbukanya pintu
saluran ini dipertahankanoleh cGMP. Keseimbangan ion dipertahankan oleh
pompa Na+, K+-ATPase pada segmen dalam dan Na+/K+- Ca exchanger pada
membran segmen luar, yang mana kedua proses ini membutuhkan energi.
Keadaan depolarisasi rod menyebabkan dilepasnya neurotransmitter
glutamate dari terminal sinaptik dan dimulailah sebuah sinyal neural dari
proses melihat7
Rhodopsin yang telah teraktivasi merangsang molekul kedua,
transdusin, dengan cara menukar guanosin difosfat (GDP) dengan guanosin
trifosfat (GTP). Satu moloekul rhodopsin dapat mengaktifkan seratus molekul
transdusin, sehingga memperkuat reaksi. Transduksin yang aktif memicu
protein ketiga, rod fosfodiesterase (rod PDE) yang menghidrolisis cGMP ke
5-noncyclic GMP. Penurunan cGMP ini menutup pintu saluran- saluran,
dimana akan menghentikan masuknya natrium dan kalsium dan membuat
keadaan hiperpolarisasi rod. Hiperpolarisasi menghentikan pelepasan
glutamate dari terminal sinaptik 7,11
13
Pada keadaan gelap, rod kembali ke keadaan gelapnya seiring dengan
terhentinya aliran reaksi. Rhodopsin mengalami inaktivasi akibat fosforilasi
pada C-terminalnya oleh rhodopsin kinase, yang dibantu oleh ikatan arrestin.
Transdusin dinonaktifkan akibat hidrolisis dari GTP ke GDP oleh aktivitas
GTPase transdusin intrinsic, yang juga menonaktifkan PDE. Guanilat
siklase, suatu enzim yang mensintesis cGMP dari GTP, diaktifkan oleh
menurunnya kadar kalsium intraseluler akibat tertutupnya saluran, aksi dari
enzim ini dibantu oleh protein pembantu-guanilat siklase (GCAPs). Dengan
meningkatnya kadar cGMP, pintu saluran- saluran tertutup dan rod kembali
mengalami depolarisasi. Meningkatnya kadar kalsium intraseluler
mengembalikan aktivitas guanilat siklase ke level gelapnya. Umpan balik
kalsium juga dapat meregulasi fosforilasi rhodopsin dengan jalan melindungi
sensitivitas pintu saluran.7,10,11
2.3.4 FOTOTRANSDUKSI CONE
Fototransduksi yang terjadi pada cone adalah kebalikan dari rod. Cone-
opsin yang telah teraktivasi oleh cahaya memulai pengaliran enzimatik yang
menghidrolisis cGMP dan menutup saluran kation pada pintu spesifik cGMP
cone di membran segmen luarnya. Fototransduksi pada cone kurang sensitif
namun memiliki kemampuan yang cepat dalam beradaptasi terhadap berbagai
kadar iluminasi. Semakin besar kadar cahaya, maka semakin cepat dan akurat
respon dari cone. Kecepatan dan ketepatan sangat penting dalam kerja cone.
Hal ini yang menjadi alasan peningkatan ketajaman penglihatan seiring
dengan peningkatan iluminasi. Karena kemampuan cone dalam beradaptasi,
cone sangat diperlukan untuk ketajaman penglihatan . 7,8
Pada cone, terdapat mekanisme umpan balik negatif. Sel-sel horizontal
bersinaps secara antagonis terhadap cone, dimana sel ini melepas GABA yang
bersifat inhibitor. Pada saat cahaya menghiperpolarisasi cone, maka cone
membuat hiperpolarisasi sel horizontal disebelahnya. Hal ini mengakibatkan
inhibisi terhadap sel horizontal, sehingga pelepasan GABA terhenti dan
terjadi depolarisasi cone. Keadaan depolarisasi ini menghambat keadaan
hiperpolarisasi oleh cahaya dan mencoba untuk mengembalikan cone pada
14
keadaan hiperpolarisasi oleh cahaya. Umpan balik negatif ini berfungsi agar
cone tidak mengalami keadaan overload (kelebihan beban) sehingga
memungkinkan cone dapat merespon stimulus baru dengan lebih cepat. 7,8
2.3.5 Segmen Luar Fotoreseptor
Segmen luar mengandung fotopigmen dan merupakan tempat
berlangsungnya proses fototransduksi, yang merupakan suatu proses
pengubahan energi cahaya menjadi sinyal-sinyal elektrik. Sel batang sensitif
terhadap cahaya karena mengandung pigmen penglihatan peka cahaya yang
disebut rodopsin yang mampu menangkap foton. Substansi ini merupakan
kombinasi protein skotopsin dengan senyawa protein retinal. Retinal tersebut
secara kimiawi berhubungan erat dengan vitamin A dan merupakan tipe
khusus yang disebut 11-cis retinal. Bentuk cis dari retinal adalah penting
sebab hanya bentuk ini saja yang dapat berikatan dengan opsin agar dapat
mensintesis rodopsin.7,8
Molekul penyerap cahaya pada sel kerucut hampir sama persis dengan
komposisi kimiawi rodopsin dalam sel batang. Perbedaan hanya terletak pada
bagian protein opsin yang disebut fotopsin pada sel kerucut, berbeda dengan
skotopsin dalam sel batang. Bagian retinal semua pigmen visual sama persis
dengan apa yang ada di dalam sel batang ataupun kerucut. Oleh karena itu,
pigmen peka warna sel kerucut merupakan kombinasi antara retinal dan
fotopsin.7
Pada retina primata terdapat tiga jenis sel kerucut yang masing-masing
sensitif terhadap cahaya biru (2%), hijau (32%), dan oranye (64%).
Sensitivitas pigmen kerucut bergantung pada molekul opsin yang diikatnya.
Pigmen rodopsin sel batang menyerap spektrum pada 500 nm, sedangkan
pigmen sel kerucut menyerap maksimal spektrum biru (450 nm), hijau (530
nm), dan kuning (565 nm).7
15
Gambar 2.8 Jenis Sel Batang Dan Sel Kerucut7
16
Penglihatan warna terjadi melalui dua tingkatan proses, yaitu pada
tingkat reseptor sesuai dengan teori triwarna, sedangkan pada saraf optik dan
di luarnya sesuai dengan teori antagonis.7
17
superior dan inferior nasal dan temporal. Cabang dari arteri dan vena retina
sentralis muncul dari bagian tengah diskus optikus, biasanya kearah nasal.
Tidak terdapat overlap dan anastomosis pada semua pembuluh darah di
semua kuadran. Cabang nasal berjalan ke ora serrata. Sementara cabang
temporal melengkung diatas dan didaerah fovea sentralis. 5,8
Sama halnya dengan pembuluh darah di seluruh tubuh, jika terjadi
kondisi hipoksia pada pembuluh darah retina, maka endotel dari pembuluh
darah retina akan melepaskan faktor- faktor angiogenesis seperti vascular
endothelial growth factors (VEGF), basic Fibroblast Growth Factor (bFGF),
insulin-like Growth Factor-I (IGF-I) dan berbagai nukleosida seperti
adenosine 5,8
18
BAB III
VITREOUS HUMOR
19
vitreus dan memiliki ketebalan bebarapa millimeter. Daerah ini disebut
Vitreus base. Vitreous base ini juga disusun oleh fibril kolagen yang padat.10
a b
20
Vitreoretinal interface dapat diamati secara tegas dengan menggunakan
mikroskop electron, yang merupakan bagian paling luar dari kortex vitreus
(posterior hyaloid),yang terdiri dari fibril berbentuk jangkar dari vitreus dan
Inner Limitan Membrane (ILM) retina. ILM dari retina merupakan suatu
struktur yang mempunyai tebal 1 sampai 3 m, merupakan suatu membran
basement yang mana satu sisi melekat pada muller cell (footplates dari
permukaan dalam retina) dan pada sisi yang lain melekat pada korteks
vitreus. Komponen yang telah diidentifikasi pada ILM ini adalah kolagen
tipe IV, kolagen tipe XVIII, laminin, nidogen-1,agrin,perlecan dan
proteoglycans.6
Kortex vitreus melekat dengan kuat pada ILM didaerah vitreous base,
sekitar discus optic, dibelakang lensa kristalina yaitu pada ligamentum
hyloidocapsular dari Wiegerts dan daerah sekitar foveola dengan diameter
sekitar 500 m. Bila kondisi tidak normal,pada daerah vitreoretinal interface
dapat ditemukan ikatan antara fibrils kolagen dari kortex korpus vitreus dan
ILM akan melonggar.10
3.2.4 Ultrastruktural Dan Aspek Biokimiawi
Korpus vitreus mengandung lebih dari 99% air, dan sisanya disusun
oleh zat padat solid sehingga bentuknya menyerupai gel seperti yang telah
disebutkan diatas. Untuk menjaga stabilitas dari gel ini keseimbangan dari air
dan zat padat harus terjaga. Struktur gel dihasilkan dari susunan yang
panjang, tebal, dan tidak bercabang dari fibril kolagen. Fibril kolagen
digantung pada suatu jaringan dari hyluronic acid, yang berguna untuk
menjaga stabilitas struktur gel dan penyesuaian bentuk fibril kolagen.1
Fibril kolagen pada vitreus berukuran tipis, dengan diameter sekitar 10
sampai 20 nm. Fibril kolagen yang paling banyak menyusun vitreus adalah
kolagen tipe II. Kolagen ini tersusun dari tiga -chains yang identik yang
membentuk suatu triple helix. Tipe kolagen lain yang juga ditemukan pada
vitreus adalah kolagen tipe IX yang berfungsi sebagai jembatan yang
mengikat fibril kolagen tipe II. Pada daerah kortex vitreus mempunyai lebih
banyak kolagen dari pada nukleus vitreus.1
21
Tipe kolagen lain yang bersifat hybrid yang ditemukan pada vitreus
yaitu kolagen tipe V/XI yang mengisi sepuluh persen dari vitreus dan
dipercaya sebagai inti dari kolagen-kolagen utama dalam vitreus. Tipe
kolagen ini merupakan heterotrimer. Kolagen ini akan berinteraksi dengan
kolagen tipe II membentuk fibril kolagen.8
Hyaluronic acid adalah glycosaminoglycan utama yang ditemukan
dalam korpus vitreus , dengan berat molekul 3 sampai 4,5 X 10 6 . Hyaluronic
acid yang menyusun korpus vitreus dibagi dalam dua bagian yaitu
nonhydrated hyaluronic acid dan hydrated hyaluronic acid. Nonhydrated
hyaluronic acid memiliki volume sekitar 0,66 cm 3/g dan hydrated hyaluronic
acid volumenya sekitar 2000 sampai 3000 cm3/g
Fibril kolagen akan berhubungan dengan hyaluronic acid paling banyak
melalui jembatan glucoprotein. Propertie viskoelastic dari vitreus gel tidak
dihasilkan dari dua molekul tersebut secara sendiri, tapi melalui interaksi
keduanya yang mana fibril kolagen memberikan resistensi terhadap tekanan
dan kekenyalan pada korpus vitreus dan hyaluronic acid menahan tekanan
dan memberikan sifat viskoelastik. 10
Secara kimiawi disamping kolagen dan hyaluronan dalam vitreus juga
ditemukan struktur-struktur yang bersifat non-kolagen seperti fibrillin,
opticin, asam amino dan soluble protein, Vit 1 dan asam askorbat yang
kesemuanya diduga menyokong stabilitas dari vitreus.8
3.3 FISIOLOGI
3.3.1 Fungsi Korpus Vitreus
Fungsi dari korpus vitreus dapat dibagi dalam 5 group utama : 6
a. Membantu fungsi dari retina dan meningkatkan fungsi dari kavitas korpus
vitreus
b. Sebagai barrier difusi antara segment anterior dan segment posterior bola
mata
c. Berfungsi sebagai buffer metabolic
d. Menstabilkan perjalanan cahaya (Media refrakta)
e. Konsumsi dan distribusi dari molekul oksigen
22
a. Membantu fungsi dari retina dan meningkatkan fungsi dari kavitas
korpus vitreus
Pada suatu kondisi normal, korpus vitreus yang intak dapat
memproteksi retina dari berbagai gangguan. Suatu korpus vitreus yang
intak yang mana mengisi bagian dalam kavitas korpus vitreus dapat
menahan atau mencegah meluasnya suatu retinal detachment. Diduga
bahwa korpus vitreus dapat juga menyerap kekuatan eksternal yang
mengenai bola mata dan juga mengurangi kerusakan mekanik terhadap
bola mata, misalnya saat terjadi trauma. Korpus vitreus yang intak juga
dapat membantu lensa selama trauma terhadap kerusakan yang lebih
parah. Namun demikian mekanisme ini belum sepenuhnya benar, karena
ternyata didapatkan bahwa vitreus yang telah digerakkan melalui
vitrektomi ternyata masih berfungsi normal dan tidak terjadi retinal
detachment.6
b. Sebagai barier antara segment anterior dan posterior bola mata
Pemahaman bahwa korpus vitreus adalah berbentuk gel memberikan
dugaan bahwa korpus vitreus adalah merupakan barier untuk pergerakan
paling besar antara substansi-substansi segment posterior dan anterior dari
mata.1
Substansi yang berasal dari segment anterior pada mata akan sangat
sukar untuk mencapai konsentrasi tinggi pada bagian posterior mata ketika
korpus vitreus masih intak sebab difusi melalui korpus vitreus lambat dan
pergerakan alirannya terbatas oleh strukturnya yang berbentuk gel. Suatu
vitreus yang intak juga mencegah pemberian obat topikal untuk mencapai
retina dan nervus optik dengan konsentrasi yang significant. Pemberian
antibiotik dari aliran darah ke pusat korpus vitreus juga dihalangi oleh
vitreus normal.
c. Berfungsi sebagai buffer metabolic
Pada suatu kondisi normal, ILM dan kortex posterior tidak berfungsi
sebagai barier untuk molekul yang berukuran kecil. Karena hubungan
anatomi yang rapat dari retina dan korpus siliaris, maka korpus vitreus
dapat berfungsi sebagai suatu buffer metabolik dan pada tahap tertentu
dapat merupakan reservoir dari metabolisme korpus siliaris dan terutama
23
retina. Karena adanya blood retinal barier, maka water soluble substance
yang berlokasi pada retina dapat dengan mudah memasuki korpus vitreus
daripada ke aliran darah jika transport yang melewati barier terbatas. 6
Substansi yang ada dalam retina atau yang juga diproduksi oleh
retina dapat berdifusi masuk ke korpus vitreus. Glukosa dan glikogen pada
korpus vitreus dapat merupakan supplement untuk metabolism retina
terutama dalam kondisi anoksia. Vitreus juga dapat berkontak dengan
muller cells, dengan fungsinya sebagai suatu buffer pada fungsi fisiologis
dari muller cell, contohnya dalam homeostasis potassium dari retina.6
d. Media refrakta
Fungsi fisiologis normal dari korpus vitreus sebagai media refrakta
disebabkan oleh sifatnya yang transparan, sehingga cahaya yang visible
light dapat sampai ke retina. Fungsi yang penting dari korpus vitreus
adalah bagaimana ia dapat menjaga transparansinya, yang secara primer
dihasilkan oleh konsentrasi rendah dari struktur makromolekul (kurang
dari 0,2% berat per volume) dan soluble protein. Transparansi dapat juga
dijaga oleh kolagen spesifik atau konfigurasi hyaluronic acid, yang
dianalogikan dengan kornea dalam menjaga transparansinya. peranannya
sebagai media refrakta memberikan indeks refraktif sekitar 1,33 yang
mana hampir sama dengan indeks refraktif humor aquous.6
e. Konsumsi dan distribusi molekul oksigen
Konsentrasi dari ascorbat pada vitreus manusia adalah relatif
terdapat dalam konsentrasi tinggi. Pada mata dengan gel vitreus yang
intak, konsentrasi rata-rata ascorbat sekitar 2 mM. Blood levels hanya 50
sampai 60 M. Tingginya konsentrasi ascorbat dipertahankan oleh suatu
Sodium- dependent ascorbate transporter (SLC23A2) pada lapisan pigmen
epitel ciliaris. Peranan fisiologis dari ascorbate pada vitreus manusia
didapatkan dari investigasi dan spekulasi experimental, tapi hasil yang
didapat tidak dapat di jelaskan. Shui dan kawan-kawan menemukan bahwa
metabolisme molekular oksigen vitreus pada suatu ascorbate-dependent ,
meregulasi tekanan oksigen intraokuler.10
Sifat gel dari vitreus dengan ukuran yang luas dan berlokasi disentral
dari mata, dan dengan adanya vaskularisasi retina memberikannya
24
oksigenasi yang tinggi dan dengan oksigenasi yang tinggi tersebut dapat
memproteksi jaringan yang lebih sensitif terhadap oksidatif stress, seperti
lensa dan trabekular meshwork. Molekul oksigen berdifusi ke korpus
vitreus dari vaskularisasi retina akan diikat oleh ascorbat sebelum sampai
ke lensa dan segment anterior. 10
25
BAB IV
PENUTUP
26
5. Konsumsi dan distribusi dari molekul oksigen
27
DAFTAR PUSTAKA
28