You are on page 1of 37

BAB I

PENDAHULUAN

Gawat abdomen menggambarkan keadaan klinik akibat kegawatan di rongga perut yang
biasanya timbul mendadak dengan nyeri sebagai keluhan utama. Keadaan ini memerlukan
penanggulangan segera yang sering berupa tindakan bedah, misalnya pada perforasi, perdarahan
intraabdomen, infeksi, obstruksi dan strangulasi jalan cerna dapat menyebabkan perforasi yang
mengakibatkan kontaminasi rongga perut oleh isi saluran cerna sehingga terjadilah peritonitis.
Peradangan peritoneum merupakan komplikasi berbahaya yang sering terjadi akibat
penyebaran infeksi dari organ-organ abdomen (misalnya apendisitis, salpingitis, perforasi ulkus
gastroduodenal), ruptura saluran cerna, komplikasi post operasi, iritasi kimiawi, atau dari luka
tembus abdomen.
Pada keadaan normal, peritoneum resisten terhadap infeksi bakteri (secara inokulasi
kecil-kecilan); kontaminasi yang terus menerus, bakteri yang virulen, resistensi yang menurun,
dan adanya benda asing atau enzim pencerna aktif, merupakan faktor-faktor yang memudahkan
terjadinya peritonitis.
Keputusan untuk melakukan tindakan bedah harus segera diambil karena setiap
keterlambatan akan menimbulkan penyakit yang berakibat meningkatkan morbiditas dan
mortalitas. Ketepatan diagnosis dan penanggulangannya tergantung dari kemampuan melakukan
analisis pada data anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.
Peritonitis selain disebabkan oleh kelainan di dalam abdomen yang berupa inflamasi dan
penyulitnya, juga oleh ileus obstruktif, iskemia dan perdarahan. Sebagian kelainan disebabkan
oleh cidera langsung atau tidak langsung yang mengakibatkan perforasi saluran cerna atau
perdarahan.

1
BAB II

LAPORAN KASUS

SESI I

Seorang laki-laki berusia 55 tahun datang ke UGD dengan keluhan nyeri seluruh perut.
Penderita mengalami nyeri perut kanan atas 8 jam yang lalu dan mual. Penderita kemudian
berobat ke klinik dan mendapat obat maag, tetapi keluhan tidak berkurang. Nyeri kemudian
menjalar ke perut kanan bawah. Sejak 3 jam yang lalu penderita merasakan nyeri bertambah
hebat dan meluas ke seluruh perut.
Penderita menderita DM sejak 5 tahun yang lalu dan kurang teratur berobat.
Keadaan umum lemah, tampak kesakitan, dan tanda-tanda dehidrasi. Pada pemeriksaan fisik
diagnostic ditemukan tanda-tanda rigiditas dan nyeri tekan seluruh abdomen.

Bahan Diskusi:
1. Jelaskan anatomi rongga abdomen dan peritoneum!
2. Jelaskan fungsi dan fisiologi peritoneum!
3. Jelaskan apa yang dimaksud dengan peritonitis serta klasifikasinya ditinjau dari:
- Asal penyebabnya : primer atau sekunder
- Perluasannya : lokal atau difus (generalisata)
- Penyebabnya : infeksi atau non infeksi
4. Jelaskan patofisiologi dan reaksi peritoneum dan usus sehingga terjadi keadaan dehidrasi,
syok septik hingga terjadi kematian pada kasus peritonitis!
5. Untuk pendekatan diagnostik, jelaskan bagaimana membuat anamnesa yang terarah,
pemeriksaan fisik diagnostik yang diperlukan serta bagaimana mengenali gejala-gejala
klinis!
6. Jelaskan pemeriksaan penunjang apa saja yang diperlukan untuk pendekatan diagnostik!

SESI II

1. Tambahan anamnesa apa saja yang diperlukan untuk menjelaskan kausa utamanya?

2
2. Apa saja yang dapat menimbulkan sakit perut menyeluruh, dan khususnya untuk
penderita ini?
3. Jelaskan apa saja yang dapat ditemukan pada pemeriksaan fisik diagnostik terhadap
penderita tersebut!
4. Apa saja diagnosa banding dari kelainan di atas?
5. Menurut anda apa penyebab kelainan dari penderita ini dan alasan-alasannya?
6. Bagaimana penanganan untuk penderita ini (pra bedah, intra bedah dan paska bedah)?
7. Bila perlu pembedahan, jelaskan tujuan tindakan bedah yang dilakukan!
8. Bagaimana prognosa penderita ini?

BAB III

PEMBAHASAN KASUS

IDENTITAS PASIEN

3
Nama :-
Jenis kelamisn : Laki-laki
Umur : 55 Tahun
Status Perkawinan :-
Pekerjaan :-
Alamat :-

ANAMNESIS
Keluhan Utama : Nyeri perut seluruh perut.
Keluhan Tambahan :
- Nyeri perut kanan atas dan mual
- Nyeri kemudian menjalar ke perut kanan bawah
- Merasakan nyeri bertambah hebat dan meluas ke
seluruh perut.
Riwayat Penyakit Dahulu : Diabetes Melitus
Riwayat Penyakit Keluarga :-
Riwayat Pengobatan : Obat maag
Riwayat Kebiasaan :-

DAFTAR MASALAH

Daftar Masalah Interpretasi

Nyeri perut kanan atas, menjalar ke perut Karena adanya peradangan organ di rongga
kanan bawah lalu nyeri seluruh perut perut seperti radang peritoneum yang
mengakibatkan sakit perut yang menjalar
DM sejak 5 tahun yang lalu Riwayat penyakit DM tidak terkontrol bisa
mempengaruhi gangguan pencernaan
Mual Karena adanya ileus paralitik yang
menyebabkan makanan tidak bisa masuk ke
dalam usus sepenuhnya dan menyebabkan
refluks balik ke atas

4
Distensi abdomen Tekanan abdomen yang meningkat dan
menyebabkan adanya penekanan dari dinding
perut

HIPOTESA

1. Apendisitis

Apendisitis adalah kondisi dimana appendix menjadi meradang dan berisi nanah.
Appendix merupakan kantong yang berbentuk jari proyek keluar dari usus di sisikanan bawah
perut.Struktur kecilini belum diketahui manfaatnya, tetapi bukan berarti tidak bias menimbulkan
masalah.Apendisitis bias dikarenakan ada sumbatan dan infeksi.

Apendisitis mempunyai gejala kombinasi yang khas, sepertimual, muntah, dan nyeri
hebat di perut kanan bawah. Nyeri bias secara mendadak dimulai di perut sebelah atas atau
disekitar umbilicus, lalu timbul mual dan muntah. Setelah beberapa jam, rasa mual hilang dan
nyeri pindah keperut kanan bawah.

2. Peritonitis

Peritonitis adalah peradangan pada peritoneum parietalis karena infeksi atau zatkimia
(non-infeksi) .Peritonitis biasanyamerupakankegawatanbedah.Berdasarkan proses terjadinya,
peritonitis dibagimenjadi peritonitis primer dansekunder, dan berdasarkan etiologinya biasa
berupa peritonitis infeksidan peritonitis non infeksi.

Gejala peritonitis dapatberupadistensi abdomen, nyeri abdomen sertanyeritekan, demam, mual,


muntah, takikardi, defansmuskulerdan ileus paralitik.

3. Pankreatitis

Pankreatitisa adalah peradangan pada pancreas, organ yang mengeluarkan enzim


pencernaan dan mensintesis serta mensekresi kerja insulin dan glucagon.Pankreatitis dapat
disebabkan oleh batuempedu yang menyumbat saluran pancreas, konsumsi alcohol, obat-obatan,
trauma, infeksi, neoplasmadan genetic. Pankreatitisakutbiasanyadimulaidengan rasa sakit yang

5
bertahapatautiba-tiba di perutbagianatas yang bias meluas sampai kebelakang perut.Bisa disertai
demam, pembengkakan, mual, muntah, sertatakikardi.

4. Kolesistisis

Yaitu radang kandung empedu yang merupakan inflamasi akut dinding kandung empedu
disertai nyeri perut kanan atas, nyeri tekan dan demam. Sekititar 95% penderita kolesistisis
memiliki batu empedu, infeksi juga bias sebagai penyebab kolesistisis.

ANAMNESIS TAMBAHAN

1. Sejak kapan nyeri dirasakan?


2. Ada demam atau tidak?
3. Ada batuk dan flu atau tidak?
4. Selain di perut, ada nyeri di tempat lain atau tidak?
5. Apakah disertai keluhan lain?seperti lemah,pusing,anoreksia, dan berat badan menurun?
6. Nyeri yang dirasakan bagaimana?hilang timbul atau tidak?
7. Apakah sebelumnya pernah merasakan sakit seperti ini?
8. Apakah ada penyakit lain?
9. Apakah pernah menkonsusmsi obat sebelumnya?kalau ada, obat yang seperti apa?
10. Apakah ada mual dan muntah?
11. Apakah ada diare?
12. Nyeri dirasakan pada saat bergerak atau pada saat istirahat

PEMERIKSAAN FISIK

Status Generalis
Keadaan umum : Lemah tampak kesakitan
1. Kesadaran :-
2. Tanda vital
a. Nadi :-
b. Tekanan darah :-
c. Pernapasan :-
6
d. Suhu :-
3. Antropometri :-
4. Kulit :-
5. Kepala dan wajah
a. Kepala :-
b. Mata :-
c. Telinga :-
d. Hidung :-
e. Mulut :-
6. Leher
a. Kelenjar Tiroid :-
b. Kelenjar getah bening leher : -
7. Thorax
a. Jantung :-
b. Pulmo :-
8. Abdomen tanda rigiditas dan nyeri tekan seluruh abdomen
a. Nyeri tekan
b. Bising usus
c. Shifting dulness
d. Hepar
e. Lien
9. Urogenital :-
10. Genitalia eksterna :-
11. Anus dan rectum :-
12. Ekstremitas : -

Interpretasi pemeriksaan fisik

Tanda rigiditas dan nyeri tekan seluruh abdomen


Kekakuan abdomen menandakan infeksi intra abdomen dan sudah terjadinya perforasi

Tanda-Tanda dehidrasi : kurangnya asupan makanan yang masuk

7
PEMERIKSAAN ANJURAN

Pemeriksaan Laboratorium:
- Leukositosis dengan pergeseran ke kiri pada hitung jenis
- Asidosis metabolik dengan alkalosis respiratorik
Foto polos abdomen
- Bayangan peritoneal fat kabur karena infiltrasi sel radang
- Pada pemeriksaan rontgen tampak udara usus merata, berbeda dengan gambaran
ileus obstruksi
- Penebalan dinding usus akibat edema
- Tampak gambaran udara bebas
- Adanya eksudasi cairan ke rongga peritoneum, sehingga pasien perlu dikoreksi
cairan, elektrolit, dan asam basanya agar tidak terjadisyok hipovolemik

Pemeriksaan penunjang lain yang bisa dilakukan adalah dengan USG abdomen, CTscan,
dan MRI.

DIAGNOSIS

Diagnosis Kerja

Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik kelompok kami mendiagnosis pasien dengan
peritonitis sekunder et causa apendisitis perforata.

Dilihat dari keaadaan pasien :

Nyeri perut kanan atas kemudian menjalar ke perut kanan bawah dan merasakan nyeri bertambah
hebat serta meluas ke seluruh perut. Pada pasien ini juga tampak terlihat kesakitan dan
kehilangan air dan elektrolit ( Tanda dehidrasi) yang mengakibatkan terjadinya gangguan
keseimbangan asam-basa.

Diagnosis banding : Peritonitis non infeksi et causa pankreatitis

PATOFISIOLOGI

8
Patofisiologi apendisitis dan peritonitis et causa apendisitis perforate

Apendisitis adalah peradangan apendiks yang mengenai seluruh lapisan dinding organ
tersebut. Penyebab utamanya seringkali dikarenakan adanya obstruksi pada lumen, yang
biasanya disebabkan oleh fekalit . penyumbatan pengeluaran mucus menyebabkan terjadinya
pembengkakan, infeksi, dan ulserasi. Peningkatan tekanan intra luminar dapat menyebabkan
terjadinya oklusi arteria terminalis apendikularis. Bila terus dibiarkan akan menyebabkan
nekrosis, gangrene, hingga perforasi.

Apabila terjadi perforasi, pus yang ada dalam apendiks yang meradang akan menyebar
keluar dan menginfeksi peritoneum. Reaksi awal peritoneum terhadap infeksi bakteri adalah
keluarnya eksudat fibrinosa. Terbentuknya kantong kantong nanah diantara perlekatan fibrinosa,
yang menempel menjadi satu dengan permukaan disekitarnya sehingga membatasi infeksi. Bila
bahan yang menginfeksi tersebar luas pada peritoneum, akan menyebabkan terjadinya peritonitis
generalisata. Sengan timbulnya peritonitis generalisata, aktifitas peristaltic akan berkurang
hingga bias menyebabkan ileus paralitik. Cairan dan elektrolit akan hilang kedalam lumen usus
dan akan menyebabkan gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit.1

PENATALAKSANAAN
Pra-Bedah

Konsultasi dengan dokter bedah untuk melakukan apendektomi


Informed consent
Rehidrasi cairan Ringer laktat
Cek gula darah, bila meningkat segera diberikan
Antibiotik (sefoksitin), untuk mengurangi bakteri pada saat operasi berlangsung
Nasogastrik tube

Intra Bedah

Apendektomi
Pada pasien ini dilakukan pembedahan secara laparatomi, untuk mengkoreksi appendix
yang rusak dan dilakukan pencucian peritoneum
Lavage
9
Pasca Bedah

Rawat inap
Pasien diperbolehkan minum jika sudah terdapat bising usus
Makanan lunak, dan tidak manis
Anti biotic
Antiemetic
Analgesic

KOMPLIKASI

1. Sepsis
Sepsis adalah komplikasi yang paling serius dari peritonitis. Hal ini dapat terjadi jika
peritoneum menjadi terinfeksi dan infeksi menyebar ke dalam darah dan kemudian ke
organ lain. Jika sepsis tidak diobati, maka dapat berkembang menjadi tahap yang lebih
serius yang dikenal sebagai sepsis berat. Sepsis berat terjadi ketika satu atau lebih organ
yang rusak akibat infeksi.

Gejala sepsis biasanya berkembang dengan cepat dan meliputi:


- demam atau suhu tinggi di atas 38C (100.4F)
- panas dingin
- detak jantung cepatcepat pernapasan

2. Septik syok
septik syok adalah jenis sepsis yang menyebabkan penurunan besar dalam tekanan
darah. Hal ini menyebabkan gejala shock, seperti:
- kulit dingin
- peningkatan detak jantung
- Sepsis dapat mengganggu banyak proses vital tubuh, termasuk tekanan darah,
pernapasan dan fungsi organ, dan dapat mengakibatkan kematian.

Komplikasi pasca operasi

Dua komplikasi pasca operasi paling umum adalah eviserasi luka dan pembentukan
abses.
Komplikasi pembedahan dengan laparotomi eksplorasi memang tidak sedikit.
Secara bedah dapat terjadi:
- trauma di peritoneum
10
- fistula enterokutan ( abses anatara usus dan kulit abdomen )
- kematian di meja operasi
- peritonitis berulang jika pembersihan kuman tidak adekuat.2,3

PROGNOSIS
Ad vitam :Bonam
Ad sanationam : Bonam
Ad functionam : Bonam

- Bila di tanggani dengan cepat peritonitis dapat diatasi


- Pada kasus yang tidak di tanggani peritonitis generalisata fatal
- Pada orang tua /terdapat penyakit yang mendasari/kasus terlambat (lebih >48 jam )
mortalitas tinggi

BAB IV

TINJAUAN PUSTAKA

ANATOMI
11
Anatomi Sistem Digestivus

Abdomen dibagi menjadi 9 regio dengan menarik 2 garis vertikal dan menarik 2 garis
horizontal. Garis vertikal ditarik melalui linea midclavicularis dextra dan sinistra. Sedangkan
garis horizontal ditarik melalui linea subcostalis yang melewati batas bawah costae X, linea
transtubercularis yang menghubungkan kedua tuberculum iliaca, atau linea interspinosus yang
melewati kedua SIAS.

Dengan demikian, terbentuklah 9 regio, yaitu :

Di sebelah cranial :
o Regio hipochondriaca dextra
o Regio epigastrica
o Regio hipochondriaca sinistra
Di sebelah medial :
o Regio lumbaris dextra
o Regio umbilicalis
o Regio lumbaris sinistra
Di sebelah caudal :
o Regio iliaca dextra
o Regio hipogastrica
o Regio iliaca sinistra

12
Abdomen juga dibagi menjadi 4 kuadran yaitu dengan
menarik 1 garis vertikal melalui linea midsternalis dan 1
garis horizontal melalui linea transumbilicalis. 4 kuadran
tersebut :

Kuadran kanan atas dan kiri atas


Kuadran kanan bawah dan kiri bawah

KUADRAN KANAN ATAS : KUADRAN KIRI ATAS :

Hepar : lobus dextra Hepar : lobus sinistra

Vesica fellea Spleen

Gaster : pilorus Gaster

Duodenum Jejunum & proximal ileum

Caput pankreas Corpus & caudal pankreas

Glandula suprarenal dextra Ren sinistra

Ren dextra Glandula suprarenal sinistra

Colon ascendens pars superior Colon descendens pars superior

colon transversum dextra colon transversum sinistra

KUADRAN KANAN BAWAH : KUADRAN KIRI BAWAH :

Caecum Colon sigmoid

Appendix vermiformis Colon descendens pars inferior

Sebagian ileum Ovarium sinistra

Colon ascendens pars inferior Tuba uterina sinistra

Ovarium dextra Ureter sinistra (bagian abdominal)

Tuba uterina dextra Spermatic cord sinistra (bagian


abdominal)
Ureter dextra (bagian abdominal)
Uterus (jika membesar)
Spernatic cord dextra (bagian
abdominal) Vesica urinaria (jika sangat penuh)

Uterus (jika membesar) 13

Vesica urinaria (jika sangat penuh)


Secara
garis besar, sistem
digestivus pada
manusia dibagi
menjadi the alimentary canal yang bersifat sebagai saluran dan accessory digestive organs. The
alimentary canal berupa mulut, faring, esofagus, gaster, duodenum, jejunum, ileum, caecum,
colon ascendens, colon transversum, colon descendens, sigmoid, rectum, dan anus. Sedangkan
accessory digestive organs meliputi gigi, lidah, vesica felleae, kelenjar saliva, hepar, dan
pankreas.4

MULUT

Di dalam mulut, dapat ditemukan gigi-gigi yang


terdiri dari incisivus, caninus, premolar, dan
molar. Batas-batas mulut yaitu:

Anterior : labia
Lateral : pipi
Superior : palatum
14
Inferior : lidah

Lalu, lidah berada di lantai mulut. Lidah berfungsi dalam membantu mengunyah dan
membantu pengucapan beberapa konsonan seperti k, d, t, l. Lidah dapat dibagi menjadi bagian
apex dan radix. Lidah memiliki otot intrinsik untuk membantu menggerakkan lidah (mengubah
bentuk lidah) dan otot ekstrinsik untuk mengubah posisi lidah. Otot intrinsik lidah terdiri dari M.
longitudinalis superior dan inferior yang ada di sepanjang lidah, M. transversum yang berjalan
menyebrang lidah, dan M. verticalis yang menuju ke atas dan bawah lidah. Sedangkan otot
ekstrinsiknya terdiri dari M. genioglossus yang berjalan dari pipi ke lidah, M. styloglossus yang
berjalan dari processus styloideus di belakang telinga menuju lidah, M. palatoglossus yang
berjalan dari palatum menuju lidah, dan M. hyloglossus yang berjalan dari tulang hyoid menuju
lidah.

Pada bagian permukaan superior lidah, dapat ditemukan papilla filliformis, papilla
fungiformis, papilla circumvallata, dan sulcus terminalis. Pada lidah juga dapat ditemukan
frenulum lingua (penggantung lidah) yang terletak di bawah lidah dan tonsilla lingualis.

Pada mulut juga dapat ditemukan palatum yang berada di atap mulut terdiri dari palatum
durum (langit-langit) yang berada di atas lidah, palatum
molle (otot), dan os. Palatum (tulang). Uvula dan tonsilla
palatina juga dapat ditemukan di dalam mulut.

15
Pada mulut juga terdapat glandula saliva yang membantu pencernaan dengan pengeluaran enzim.
Glandula tersebut adalah glandula parotis, glandula submandibula, dan glandula sublingualis.

FARING

Faring dibagi menjadi tiga bagian yaitu nasofaring, orofaring, dan laringofaring. Hanya
orofaring dan laringofaring yang berasosiasi dengan alimentary tract (menuju esofagus). Di
faring terdapat lapisan otot eksternal yang terdiri dari M. constrictor pharyngeus yang terdiri dari
bagian superior, medius, dan inferior. Di faring juga dapat dilihat epiglottis dan vallecula
epiglottica.

ESOFAGUS
Esofagus merupakan suatu tuba otot dengan panjang 25 cm dan diameter 2 cm. Esofagus
dibagi menjadi tiga bagian yaitu pars cervicalis, pars thoracalis, dan pars abdominalis. Lalu, dari
esofagus akan tembus ke gaster melalui hyatus oseophagica.

GASTER

16
Gaster merupakan saluran pencernaan yang berbentuk huruf J, berfungsi untuk mencerna
protein (dengan enzim pepsin), absorpsi air, elektrolit, dan beberapa obat seperti alkohol dan
aspirin. Gaster terdiri dari cardia yang berhubungan dengan esofagus, incissura cardiaca, fundus,
corpus, dan pilorus yang terdiri dari M. sphincter pyloricum, canalis pyloricum, dan anthrum
pyloricum. Pada gaster juga terdapat curvatura major yang terdapat lapisan lemak (omentum
majus), dan cuvatura minor. Pada lapisan mukosanya, terdapat plica gastrica longitudinalis
Magentrasse Waldeyer yang merupakan plica paling panjang di curvatura minor. Di bagian
curvatura major terdapat plica gastrica atau rugae.

INTESTINUM TENUE

Usus halus memiliki penggantung yang disebut mesentrium. Terdiri dari 3 bagian :

Duodenum

17
Panjangnya 25 cm, bentuk seperti huruf C, dan dimulai dari sphincter pyloricum. Terdiri
dari 4 bagian yaitu pars superior, pars descendens yang merupakan tempat berakhirnya
ductus pankreaticus (papilla pancreaticoduodeni major Vateri), pars horizontalis, dan pars
ascendens.
Jejunum
Memiliki dinding yang tebal, diameter besar, plica semisirkularis Kerkringi agak banyak,
lalu memiliki vasa recta yang panjang serta arcade yang pendek.
Ileum
Memiliki dinding yang tipis, diameter kecil, plicanya sedikit, vasa rectanya pendek,
sedangkan arcadenya panjang, dan bagian akhir disebut ileum terminalis.

INTESTINUM CRASSUM

Merupakan organ terakhir dalam the alimentary canal. Fungsinya untuk mengabsorbsi air
dan elektrolit. Terdiri dari caecum, colon ascendens, colon transversum, colon descendens, dan
sigmoid. Ciri khas usus besar ini yaitu terdapat taenia coli, haustrae, appendices epiploica, dan
plica semilunaris. Pada caecum dapat ditemukan valvula ileocaecalis dan appendix vermiformis.
Sedangkan pada rectum terdapat plica transversum. Colon juga memiliki penggantung yang
disebut mesocolon. Serta terdapat titik McBurney yang digunakan untuk menentukan
appendicitis.
18
ANUS

Merupakan bagian terakhir dari usus besar dengan


panjang 3,8 cm. Anus ini dimulai dari rektum yang
berjalan diantara M. levator ani. Pada anus ini
terdapat canalis analis, linea pectinati, dan orificium
ani. Anus juga memiliki otot yaitu M. sphincter ani
internus dan M. sphincter ani eksternus.

HEPAR

Merupakan kelenjar terbesar di dalam tubuh dengan berat mencapai 1,4 kg. Berfungsi
untuk memproduksi empedu, melalukakan berbagai fungsi metabolisme, dan membuat protein
darah. Hepar memiliki dua permukaan yaitu permukaan diafragma (anterior dan superior) dan
visceral (posteroinferior). Hepar memiliki 4 lobus yaitu lobus dextra, sinistra, caudatus, dan
quadratus. Pada fascies anterior, memiliki alur seperti huruf H yang terdiri dari Lig. venosum,
porta hepatis, dan vena cava inferior. Lalu, terdapat juga fissura sagitalis sinistra yang terdiri dari
Lig. venosum dan teres hepatis. Pada fossa sagitalis dextra, terdapat vena cava inferior dan
ductus systicus, serta pada fascies anterior juga terdapat fissura transversum.

19
Ligamentum atau fiksasi yang ada di hepar yaitu Lig. hepatogastric, Lig.
hepatoduodenale, Lig. triangularis dextra, Lig. triangularis sinistra, Lig. coronarius anterior, Lig.
coronarius posterior, Lig. hepatorenale, Lig. falciformis hepatis, dan Lig. teres hepatis. Pada
hepar terdapat porta hepatis yang terdiri dari arteri hepatica, vena porta, dan ductus choledochus.
Terdapat juga bare area yang merupakan area yang berhadapan langsung dengan diafragma
(bagian superior) dan tidak ditutupi oleh peritoneum.

Aliran empedu yaitu berasal dari ductus hepaticus


sinistra dan ductus hepaticus dextra yang merupakan
saluran langsung penyalur empedu dari hati. Lalu, ductus
tersebut bersatu menjadi ductus hepaticus communis.
Vesica fellea juga menyalurkan empedu melalui ductus
systicus. Yang kemudian bersatu dengan ductus hepaticus
communis menjadi ductus choledochus. Lalu, ductus
tersebut bergabung dengan ductus pancreaticus major dan keluar di duodenum pars descendens
melalui papilla duodenale major.5

VESICA FELLEA

Merupakan kantong yang tebentuk dari otot. Pada keadaan istirahat, vesica fellea
mengalami penurunan di permukaan visceral liver. Fungsi vesica fellea yaitu untuk menyimpan
dan memusatkan produksi empedu dari hepar. Bagian fundus vesica fellea ini menonjol keluar
dari garis inferior hepar.

PANKREAS

Merupakan kelenjar endokrin dan eksokrin. Fungsi


eksokrinnya yaitu untuk memproduksi enzim-enzim yang
membantu pencernaan di usus halus. Sedangkan fungsi
endokrinnya yaitu untuk memproduksi hormon-hormon
yang meregulasi jumlah gula di dalam darah.
20
Pankreas merupakan organ retroperitoneal yang terdiri dari bagian caput, corpus, dan
caudal. Bagian caputnya setinggi L2 yang berhubungan dengan duodenum. Lalu, bagian
caudalnya berada setinggi Th12 yang berhubungan dengan lien. Pankreas memiliki ductus
pankreaticus major Wirsungii yang akan bergabung dengan ductus choledochus untuk
menyalurkan empedu ke papilla duodenale major. Lalu, pankreas juga memiliki ductus
pancreaticus minor Santorini yang berada di caput pankreas dan menyalurkan empedu ke ductus
utama.

VASCULARISASI ABDOMEN

Aorta abdominalis memiliki 3 cabang utama yaitu


truncus coeliacus, A. Mesentrica superior, dan A.
Mesentrica inferior. Cabang dari truncus coeliacus
memperdaragi gaster, hepar, duodenum, dan pankreas.
Sedangkan cabang dari A. Mesentrica superior
memperdarahi pankreas, duodenum, jejunum, ileum,
caecum, colon ascendens, dan colon transversum.
Lalu, cabang dari A. Mesentrica inferior memperdarahi
distal colon transversum, colon descendens, sigmoid, dan proximal rectum. Sedangkan distal
rectum dan anus diperdarahi oleh cabang dari A. Iliaca interna.[1,2]

HISTOLOGI

Histologi Sistem Digestivus

21
Struktur umum saluran cerna yaitu terdiri dari 4 lapisan utama di dindingnya; lapisan
mukosa, submukosa, muskularis, dan serosa. Mukosa terdiri dari epitel pelapis; sebuah lamina
propria jaringan ikat yang kaya akan pembuluh darah, pembuluh limfe, dan sel-sel otot polos,
kadang-kadang juga mengandung kelenjar dan jaringan limfoid. Lalu, muskularis mukosa yang
biasanya terdiri dari lapisan sirkular dalam yang tipis dan lapisan longitudinal luar dari otot
polos, yang memisahkan mukosa dari submukosa. Mukosa sering disebut membran mukosa.

Submukosa terdiri atas jaringan ikat padat dengan banyak pembuluh darah dan pembuluh
limfe dan suatu pleksus saraf submukosa ( yang disebut juga pleksus Meissner). Pada lapisan ini
juga mengandung kelenjar dan jaringan limfoid.

Lapisan muskularis mengandung sel-sel otot polos yang tersusun sebagai spiral dan
dibagi dalam 2 lapisan lagi sesuai arah utama jalannya sel otot. Di lapisan dalam (dekat lumen),
susunan sel otot umumnya melingkar; di lapisan luar, sebagian besar susunannya memanjang.
Muskularis juga mengandung pleksus saraf mienterikus (pleksus Auerbach), yang terletak di
antara kedua lapisan otot dan pembuluh darah serta limfe dalam jaringan ikat di antara lapisan-
lapisan otot.

Serosa adalah lapisan tipis jaringan ikat longgar, yang kaya akan pembuluh darah,
pembuluh limfe, dan jaringan lemak, serta epitel selapis gepeng sebagai epitel pelapis (mesotel).
Di dalam rongga perut, serosa menyatu dengan mesenterium, yang menopang usus dan menyatu
dengan peritoneum. Namun, pada organ pencernaan yang berhubungan dengan organ lain, serosa
digantikan dengan lapisan adventisia tebal yang terdiri dari jaringan ikat yang mengandung
pembuluh darah dan saraf tanpa adanya mesotel.6

RONGGA MULUT

Rongga mulut dilapisi epitel berlapis


gepeng, berlapis tanduk (keratin) atau tanpa
lapisan tanduk, bergantung pada daerahnya.
Lapisan keratin melindungi mukosa mulut
terhadap kerusakan selama mengunyah dan
hanya terdapat di ginggiva dan palatum durum.
Lamina propria daerah ini memiliki sejumlah
22
papilla dan langsung melekat pada jaringan tulang. Epitel berlapis gepeng tanpa lapisan tanduk
menutupi palatum molle, bibir, pipi, dan dasar mulut. Lamina proprianya memiliki papila, mirip
dermis kulit, dan menyatu dengan submukosa yang mengandung kelenjar liur kecil yang difus.
Pada bibir, daerah peralihan epitel mulut yang tidak berlapis tanduk menjadi epitel kulit dapat
dilihat. Palatum molle juga mengandung otot rangka, sejumlah besar kelenjar mukosa, dan nodul
limfoid dalam lapisan submukosanya.

FARING

Faring dilapisis oleh epitel berlapis gepeng


tak bertanduk yang berlanjut ke esofagus dan
dilapisi oleh epitel bertingkat silindris bersilia dan
sel goblet di daerah dekat rongga hidung. Mukosa
faring juga memiliki banyak kelenjar liur mukosa
kecil di dalam lamina proprianya, yang terdiri dari
jaringan ikat padat. Otot konstriktor dan
longitudinal di faring berada di luar lapisan ini

ESOFAGUS

Esofagus dilapisi epitel berlapis gepeng


tanpa lapisan tanduk. Di dalam submukosa,
terdapat kelompok-kelompok kecil kelenjar
pensekresi mukus, yaitu kelenjar esofagus
dengan sekret yang memudahkan transpor
makanan dan melindungi mukosa esofagus.
Di dalam lamina propria daerah dekat
lambung, terdapat kelompok kelenjar, yaitu
kelenjar kardiak esofagus, yang juga
23
mensekresi mukus. Di bagian distal esofagus, lapisan muskular hanya terdiri atas sel-sel otot
polos; di bagian tengah terdapat campuran sel otot polos dan oto rangka, dan di ujung proksimal
hanya terdapat sel-sel otot rangka. Hanya bagian esofagus yang terdapat di dalam rongga
peritoneum yang ditutupi serosa. Sisanya ditutupi selapis jaringan ikat longgar, adventisia, yang
menyatu dengan jaringan sekitar.

LAMBUNG

Secara mikroskopis, struktur bagian fundus


dan korpus terlihat identik, oleh karena itu
secara histologis hanya dapat dikenali 3
daerah. Mukosa dan submukosa lambung yang
kosong memperlihatkan lipatan-lipatan
memanjang yang dikenal sebagai rugae. Bila
lambung terisi makanan, lipatan tersebut akan
melebar.

Mukosa lambung terdiri dari epitel


permukaan yang berlekuk ke dalam lamina
propria dengan kedalam yang bervariasi dan
membentuk foveola gastrika. Lamina propria
lambung terdiri dari jaringan ikat longgar yang disusupi sel otot polos dan sel limfoid. Yang
memisahkan mukosan dari submukosa di bawahnya adalah selapis otot polos yaitu muskularis
mukosa.

Pada kardia, mukosanya mengandung kelenjar kardia tubular simpleks atau bercabang.
Bagian terminalnya sering bergelung, dengan lumen yang besar. Lalu, lamina propria fundus dan
korpus dipenuhi oleh kelenjar gaster tubular bercabang, dan 3-7 buah kelenjar tersebut
mencurahkan isinya ke dalam dasar foveola gastrika. Bagian leher kelenjar mengandung sel-sel
induk, sel mukus leher, dan sel pareital. Sedangkan dasar kelenjarnya mengandung sel parietal,
sel zimogen, dan sel enteroendokrin.

Lapisan submukosanya terdiri atas jaringan ikat padat yang mengandung pembuluh darah
dan limfe; lapisan ini disebuki oleh sel-sel limfoid, makrofag, dan sel mast. Lapisan muskularis
24
terdiri atas serabut otot polos yang tersusun dalam 3 arah utama. Lapisan luar tersusun
longitudinal, lapisan tengah tersusun sirkular, dan lapisan dalam tersusun oblik. Gaster dilapisi
oleh selapis tipis serosa.

USUS HALUS

Usus halus terdiri dari epitel thorax yang dapat memproduksi enzim disakaridase. Pada
membran mukosanya, terdapat plica sirkularis yang terdiri atas mukosa dan submukosa. Lalu,
pada usus halus juga terdapat vili yang diantaranya terdapat muara kecil dari kelenjar tubuler
simpleks yang disebut kelenjar intestinal atau kelenjar Lieberkhn. Epitel vili menyatu dengan
epitel kelenjar. Kelenjar intestinal mengandung sel induk, sedikit sel absorptif, sel goblet, sel
Paneth, dan sel enteroendokrin. Sel absorptif merupakan sel silindris tinggi, dengan inti lonjong
di bagian basal sel. Di apex sel terdapat lapisan homogen yang disebut brush border.

Pada lamina proprianya terdiri dari jaringan ikat longgar dengan pembuluh darah,
pembuluh limfe, serabut saraf, dan serabut otot polos. Sedangkan pada submukosa duodenum
terdapat kelenjar duodenum atau brunner yang merupakan kelenjar tubular bergelung yang
bermuara ke dalam kelenjar intestinal.7

USUS BESAR

Usus besar terdiri atas membran mukosa tanpa adanya lipatan kecuali pada bagian
rektum. Vili usus juga tidak dijumpai pada rektum. Kelenjar usus berukuran panjang dan ditandai
dengan banyaknya sel goblet dan sel absorptif dan sedikit sel enteroendokrin. Di dalam lamina

25
propria, banyak dijumpai sel limfoid dan nodul yang seringkali menyebar sampai ke dalam
submukosa. Muskularis terdiri dari berkas-berkas longitudinal dan sirkular. Lapisan ini berbeda
dari lapisan muskularis pada usus halus karena serabut lapisan longitudinal luarnya
mengelompok dalam 3 pita longitudinal yang disebut taenia coli. Di daerah anus, membran
mukosa membentuk sederetan lipatan memanjang yaitu kolumna rektalus Morgagni. Kira-kira 2
cm di atas muara anus, mukosa usus diganti oleh epitel berlapis gepeng.

HEPAR

Hati dibungkus oleh suatu simpai


jaringan ikat (kapsula Glisson) yang
menebal di hilus, tempat vena porta dan
arteri hepatica memasuki hati dan
keluarnta ductus hepatica dextra dan
sinistra serta pembuluh limfe dari hati.
Komponen struktural utama hati adalah
hepatosit yang sel-sel epitelnya berkelompok membentuk lempeng-lempeng yang saling
berhubungan. Sitoplasmanya eosinofilik karena banyak mitokondria dan sedikit retukulum
endoplasma halus.

VESICA FELLEA

Dinding kandung empedu ini terdiri atas mukosa dengan epitel selapis silindris dan
lamina propria, selapis otot polos, jaringan ikat perimuskular dan suatu membran serosa. Sel-sel
epitelnya kaya akan mitokondria. Semua sel ini mampu mensekresi sejumlah kecil mukus.
Kelenjar mukosa tubuloasinar dekat dengan ductus systicus berperan dalam produksi sebagian
besar mukus yang terdapat dalam empedu.

26
PANKREAS

Pankreas ditutupi suatu simpai jaringan ikat tipis yang menjulurkan septa ke dalamnya,
dan memisahkan lobulus pankreas. Asinus eksokrin pankreas terdiri dari beberapa sel serosa
yang mengelilingi lumen. Asinus ini dikelilingi oleh suatu lamina basal yang ditunjang selubung
serat-serat retikulin halus. Pankreas juga memiliki jaringan kapiler luas yang penting dalam
proses sekresi. Inti selnya dikelilingi oleh sitoplasma pucat, terletak di sel sentroarsinar (bagian
intraarsinar di duktus interkalaris).[3,4]

Peritonitis

Definisi

Peritonitis adalah keadaan akut abdomen akibat peradangan sebagian atau seluruh selaput
peritoneum parietale ataupun viserale pada rongga abdomen. Peritonitis seringkali disebabkan
dari infeksi yang berasal dari organ-organ di cavum abdomen. Penyebab tersering adalah
perforasi dari organ lambung, colon, kandung empedu atau apendiks. Infeksi dapat juga
menyebar dari organ lain yang menjalar melalui darah.

27
Etiologi
Penyebab yang paling serius dari peritonitis adalah terjadinya suatu hubungan (viskus) ke
dalam rongga peritoneal dari organ-organ intra-abdominal (esofagus, lambung, duodenum,
intestinal, colon, rektum, kandung empedu, apendiks, dan saluran kemih), yang dapat disebabkan
oleh trauma, darah yang menginfeksi peritoneal, benda asing, obstruksi dari usus yang
mengalami strangulasi, pankreatitis, PID (Pelvic Inflammatory Disease) dan bencana vaskular
(trombosis dari mesenterium/emboli). Peradangan peritoneum merupakan komplikasi berbahaya
yang sering terjadi akibat penyebaran infeksi dari organ-organ abdomen (misalnya apendisitis,
salpingitis), ruptur saluran cerna, atau dari luka tembus abdomen. Organisme yang sering
menginfeksi adalah organisme yang hidup dalam kolon pada kasus ruptur apendiks, sedangkan
stafilokokus dan stretokokus sering masuk dari luar.

Klasifikasi
Infeksi peritoneal diklasifikasikan menjadi primer (spontan), sekunder (berhubungan
dengan proses patologi yang berlangsung di organ dalam), atau tersier (infeksi berulang yang
terjadi setelah terapi yang adekuat). Infeksi intaabdomen dapat dibagi menjadi lokal (localized)
atau umum (generalized), dengan atau tanpa pembentukan abses.Penyebab terbanyak dari
peritonitis primer adalah peritonitis yang disebabkan karena bakteri yang muncul secara spontan
(Spontaneus Bacterial Peritonitis) yang sering terjadi karena penyakit hati kronis.

1. Common Causes of Secondary 2. Microbiology of Primary, Secondary


Peritonitis and Tertiary Peritonitis

Source Regions Causes Peritonitis

Esophagus Boerhaave Syndrome (Type) Etiologic Organisms Antibiotic


Therapy

Trauma Class Type of Organism

Stomach Peptic ulcer perforation Primary Gram-negative E coli (40%)

28
Malignancy (eg, adenocarcinoma, K pneumoniae (7%)
lymphoma, gastrointestinal stromal
tumor)

Duodenum Peptic ulcer perforation Pseudomonas species (5%)

Biliary tract Cholecystitis Proteus species (5%)

Stone perforation from gallbladder (ie, Streptococcus species (15%)


gallstone ileus) or common duct

Choledochal cyst (rare) Staphylococcus species (3%)

Pancreatitis Anaerobic species (<5%)>380C)

Small bowel Ischemic bowel

Incarcerated hernia (internal and


external)

Closed loop obstruction

Ulcerative colitis and Crohn disease

Appendicitis Colonic volvulus

Uterus, salpinx, and ovaries Pelvic


inflammatory disease (eg, salpingo-
oophoritis, tuboovarian abscess,
ovarian cyst)

3. Produksi urin berkurang Mual dan muntah

4. Haus

5. Cairan di dalam rongga abdomen

6. Tidak bisa buang air besar atau kentut

7. Tanda-tanda syok.

29
Patofisiologi

Nyeri perut yang terjadi merupakan nyeri yang somatik. Nyeri somatik terjadi karena
rangsangan pada bagian yang dipersarafi oleh saraf tepi, misalnya rangsangan pada peritoneum
parietalis, dan luka pada dinding perut. Nyeri yang timbul dapat lokal, dan dapat pula merata
pada seluruh perut tergantung luasnya rangsangan pada peritoneum. Karena rangsangan tersebut
berlangsung terus pada peritoneum, rasa nyeri dirasakan terus menerus.4
Nyeri dirasakan seperti ditusuk atau disayat, dan pasien dapat menunjukkan secara tepat letaknya
dengan jari. Rangsang yang menimbulkan nyeri ini dapat berupa rabaan, tekanan, rangsang
kimiawi, atau proses radang. Gesekan antara visera yang meradang akan menimbulkan
rangsangan peritoneum dan menyebabkan nyeri. Peradangannya sendiri maupun gesekan antara
kedua peritoneum dapat menyebabkan perubahan intensitas nyeri. Setiap gerakan penderita, baik
berupa gerak tubuh maupun gerak napas yang dalam atau batuk, juga akan menambah rasa nyeri
sehingga penderita gawat perut yang disertai rangsang peritoneum berusaha untuk tidak
bergerak, bernapas dangkal, dan menahan batuk.8

Diagnosis
Menegakkan diagnosis peritonitis secara cepat adalah penting sekali. Diagnosis
peritonitis didapatkan dari hasil anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang.
Diagnosis peritonitis biasanya ditegakkan secara klinis. Kebanyakan pasien datang dengan
keluhan nyeri abdomen. Nyeri ini bisa timbul tiba-tiba atau tersembunyi. Pada awalnya, nyeri
abdomen yang timbul sifatnya tumpul dan tidak spesifik (peritoneum viseral) dan kemudian
infeksi berlangsung secara progresif, menetap, nyeri hebat dan semakin terlokalisasi (peritoneum
parietale). Dalam beberapa kasus (misal: perforasi lambung, pankreatitis akut, iskemia intestinal)
nyeri abdomen akan timbul langsung secara umum/general sejak dari awal.

Mual dan muntah biasanya sering muncul pada pasien dengan peritonitis. Muntah dapat
terjadi karena gesekan organ patologi atau iritasi peritoneal sekunder.Anamnesis mengandung
data kunci yang dapat mengarahkan diagnosis gawat abdomen. Sifat, letak dan perpindahan nyeri
merupakan gejala yang penting. Demikian juga muntah, kelainan defekasi dan sembelit. Adanya
syok, nyeri tekan, defans muskular, dan perut kembung harus diperhatikan sebagai gejala dan

30
tanda penting. Sifat nyeri, cara timbulnya dan perjalanan selanjutnya sangat penting untuk
menegakkan diagnosis.

Pemeriksaan Fisik

Pada pemeriksaan fisik, perlu diperhatikan kondisi umum, wajah, denyut nadi,
pernapasan, suhu badan, dan sikap baring pasien, sebelum melakukan pemeriksaan abdomen.
Gejala dan tanda dehidrasi, perdarahan, syok, dan infeksi atau sepsis juga perlu diperhatikan.
Pada pemeriksaan fisik, pasien dengan peritonitis, keadaan umumnya tidak baik. Demam dengan
temperatur >380C biasanya terjadi. Pasien dengan sepsis hebat akan muncul gejala hipotermia.
Takikardia disebabkan karena dilepaskannya mediator inflamasi dan hipovolemia intravaskuler
yang disebabkan karena mual damuntah, demam, kehilangan cairan yang banyak dari rongga
abdomen. Dengan adanya dehidrasi yang berlangsung secara progresif, pasien bisa menjadi
semakin hipotensi. Hal ini bisa menyebabkan produksi urin berkurang, dan dengan adanya
peritonitis hebat bisa berakhir dengan keadaan syok sepsis.

Pada pemeriksaan abdomen, pemeriksaan yang dilakukan akan sangat menimbulkan


ketidaknyamanan bagi pasien, namun pemeriksaan abdomen ini harus dilakukan untuk
menegakkan diagnosis dan terapi yang akan dilakukan. Pada inspeksi, pemeriksa mengamati
adakah jaringan parut bekas operasi menununjukkan kemungkinan adanya adhesi, perut
membuncit dengan gambaran usus atau gerakan usus yang disebabkan oleh gangguan pasase.
Pada peritonitis biasanya akan ditemukan perut yang membuncit dan tegang atau distended.
Minta pasien untuk menunjuk dengan satu jari area daerah yang paling terasa sakit di abdomen,
auskultasi dimulai dari arah yang berlawanan dari yang ditunjuik pasien. Auskultasi dilakukan
untuk menilai apakah terjadi penurunan suara bising usus. Pasien dengan peritonitis umum,
bising usus akan melemah atau menghilang sama sekali, hal ini disebabkan karena peritoneal
yang lumpuh sehingga menyebabkan usus ikut lumpuh/tidak bergerak (ileus paralitik).
Sedangkan pada peritonitis lokal bising usus dapat terdengar normal. Palpasi.

Peritoneum parietal dipersarafi oleh nervus somatik dan viseral yang sangat sensitif.
Bagian anterir dari peritoneum parietale adalah yang paling sensitif. Palpasi harus selalu
dilakukan di bagian lain dari abdomen yang tidak dikeluhkan nyeri. Hal ini berguna sebagai
31
pembanding antara bagian yang tidak nyeri dengan bagian yang nyeri. Nyeri tekan dan defans
muskular (rigidity) menunjukkan adanya proses inflamasi yang mengenai peritoneum parietale
(nyeri somatik). Defans yang murni adalah proses refleks otot akan dirasakan pada inspirasi dan
ekspirasi berupa reaksi kontraksi otot terhadap rangsangan tekanan. Pada saat pemeriksaan
penderita peritonitis, ditemukan nyeri tekan setempat. Otot dinding perut menunjukkan defans
muskular secara refleks untuk melindungi bagian yang meradang dan menghindari gerakan atau
tekanan setempat.

Perkusi,Nyeri ketok menunjukkan adanya iritasi pada peritoneum, adanya udara bebas
atau cairan bebas juga dapat ditentukan dengan perkusi melalui pemeriksaan pekak hati dan
shifting dullness. Pada pasien dengan peritonitis, pekak hepar akan menghilang, dan perkusi
abdomen hipertimpani karena adanya udara bebas tadi. Pada pasien dengan keluhan nyeri perut
umumnya harus dilakukan pemeriksaan colok dubur dan pemeriksaan vaginal untuk membantu
penegakan diagnosis. Nyeri yang difus pada lipatan peritoneum di kavum doglasi kurang
memberikan informasi pada peritonitis murni; nyeri pada satu sisi menunjukkan adanya kelainan
di daeah panggul, seperti apendisitis, abses, atau adneksitis. Nyeri pada semua arah menunjukkan
general peritonitis. Colok dubur dapat pula membedakan antara obstruksi usus dengan paralisis
usus, karena pada paralisis dijumpai ampula rekti yang melebar, sedangkan pada obstruksi usus
ampula biasanya kolaps. Pemeriksaan vagina menambah informasi untuk kemungkinan kelainan
pada alat kelamin dalam perempuan.

Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang kadang perlu untuk mempermudah mengambil keputusan,


misalnya pemeriksaan darah, urin, dan feses. Kadang perlu juga dilakukan pemeriksaan
Roentgen dan endoskopi. Beberapa uji laboratorium tertentu dilakukan, antara lain nilai
hemoglobin dan hemotokrit, untuk melihat kemungkinan adanya perdarahan atau dehidrasi.
Hitung leukosit dapat menunjukkan adanya proses peradangan. Hitung trombosit dan dan faktor
koagulasi, selain diperlukan untuk persiapan bedah, juga dapat membantu menegakkan demam
berdarah yang memberikan gejala mirip gawat perut.

Pencitraan diagnostik yang perlu dilakukan biasanya foto abdomen 3 posisi (supine,
upright and lateral decubitus position) untuk memastikan adanya tanda peritonitis, udara bebas,

32
obstruksi, atau paralisis usus. Pemeriksaan ultrasonografi sangat membantu untuk menegakkan
diagnosis kelainan hati, saluran empedu, dan pankreas.

Kadang-kadang, aspirasi cairan dengan jarum (peritoneal fluid culture) dapat digunakan
untuk pemeriksaan laboratorium. Dimana cairan yang diambil diperiksa untu mengetahui
organisme penyabab, sehingga dapat diketahui antibiotik yang efektif yang dapat digunakan.
Prosedur ini cukup sederhana, dan dapat dilakukan pada saat pasien berdiri atau pun berbaring.

Dalam mengevaluasi pasien dengan kecurigaan iritasi peritoneal, pemeriksaan fisik


secara komplit, adalah penting. Proses penyakit di thoraks dengan iritasi diafragma (misal:
emyema), proses ekstra peritoneal (misal: pyelonefritis, cystitis, retensi urin) dan proses pada
dinding abdomen (misal: infeksi, hematoma dari rektus abdominis) dapat menimbulkan gejala
dan tanda yang serupa dengan peritonitis. Selalu periksa pasien dengan hati-hati untuk
menyingkirkan hernia inkarserat yang juga menimbulkan gejala serupa.9

Penatalaksanaan
Prinsip umum pengobatan adalah mengistirahatkan saluran cerna dengan memuasakan
pasien, pemberian antibiotik yang sesuai, dekompresi saluran cerna dengan penghisapan
nasogastrik atau intestinal, penggantian cairan dan elektrolit yang hilang yang dilakukan secara
intravena, pembuangan fokus septik (apendiks) atau penyebab radang lainnya, bila mungkin
dengan mengalirkan nanah keluar dan tindakan-tindakan menghilangkan nyeri.
Prinsip umum dalam menangani infeksi intraabdominal ada 4, antara lain:

1. kontrol infeksi yang terjadi.

2. membersihkan bakteri dan racun.

3. memperbaiki fungsi organ.

4. mengontrol proses inflamasi.

Eksplorasi laparatomi segera perlu dilakukan pada pasien dengan akut peritonitis.
Penatalaksanaan peritonis meliputi, antara lain:

33
Pre Operasi

- Resusitasi cairan

- Oksigenasi

- NGT, DC

- Antibiotika

- Pengendalian suhu tubuh

Durante Operasi

- Kontrol sumber infeksi

- Pencucian rongga peritoneum

- Debridement radikal

- Irigasi kontinyu

- Ettapen lavase/stage abdominal repair

Pasca Operasi

- Balance cairan

- Perhitungan nutrisi

- Monitor vital Sign

- Pemeriksaan laboratorium

- Antibiotika10

Prognosis

34
Angka mortalitas umumnya adalah 40%. Faktor-faktor yang mempengaruhi prognosis, antara
lain:

1. jenis infeksinya/penyakit primer

2. durasi/lama sakit sebelum infeksi

3. keganasan

4. gagal organ sebelum terapi

5. gangguan imunologis

6. usia dan keadaan umum penderita

Keterlambatan penanganan 6 jam meningkatkan angka mortalitas sebanyak 10-30%.


Pasien dengan multipel trauma 80% pasien berakhir dengan kematian. Peritonitis yang berlanjut,
abses abdomen yang persisten, anstomosis yang bocor, fistula intestinal mengakibatkan
prognosis yang jelek. 11

BAB V

KESIMPULAN

Berdasarkan dari gejala-gejala yang ada pada pasien yaitu, nyeri perut kanan dan
mual ,nyeri kemudian menjalar ke perut kanan bawah dan merasakan nyeri bertambah hebat
sertas meluas ke seluruh perut.Pasien juga menderita DM dan kurang teratur berobat. Dilihat dari
Pemeriksaan fisik pasien tampak lemah kesakitan, dan tanda dehidrasi juga ditemukan tanda-
tanda rigiditas serta nyeri tekan seluruh abdomen. Maka kelompok kami menegakkan diagnosis
kerja peritonitis et causa apendisitis perforata.

35
DAFTAR PUSTAKA

1. Price SA, Wilson LM. Patofisiologi : konsep klinis penyakit. EGC. Jakarta 2006

2. http://www.nhs.uk/Conditions/Peritonitis/Pages/Complications.aspx

3. http://www.docstoc.com/docs/72218385/PERITONITIS

4. Putz R and Pabst R. Sobotta atlas anatomi manusia. Jakarta: EGC; 2006. p. 128-181.

5. Moore KL and Dalley AF. Clinically oriented anatomy. 5th ed. Philadelphia: Lippincott
Williams and Wilkins; 2006. p. 194-354.

6. Junqueira LC and Carneiro J. Histologi dasar. Jakarta: EGC; 2007. P. 278-333.

36
7. Gunawijaya FA and Kartawijaya E. Penuntun praktikum kumpulan foto mikroskopik
histologi. Jakarta: Penerbit Universitas Trisakti; 2009. p. 101-27.

8. Price, Sylvia Anderson. Patofisiologi: konsep klinis proses-proses penyakit =


Pathophysiology.clinical concepts of disease processes/Sylvia Anderson Price, Lorraine
McCarty Wilson; alih bahasa, Peter Anugerah; editor, Caroline Wijaya. Ed.4. Jakarta:
EGC, 1994.

9. Buku-ajar ilmu bedah/editor, R. Sjamsuhidajat, Wim de Jong. -Ed.2.- Jakarta: EGC, 2004

10. Reksoprodjo, Soelarto, 1995. Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah. Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia. Jakarta

11. Anonim, 2003. Peritonitis. The Merck Manuals. http://www.merck.com/ .

37

You might also like