Professional Documents
Culture Documents
DAFTAR ISI
I. COVER i
II. ANGGOTA KELOMPOK 10 ii
III. DAFTAR ISI 1
IV. PENDAHULUAN 3
V. SKENARIO KASUS 5
VI. PEMBAHASAN KASUS 6
A. IDENTIFIKASI MASALAH 6
B. HIPOTESIS 7
C. ANAMNESIS TAMBAHAN YANG DIBUTUHKAN 7
D. PEMERIKSAAN FISIK DAN INTERPRETASI 10
E. DIAGNOSIS KERJA DAN DIAGNOSIS BANDING 10
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG YANG DIBUTUHKAN 11
G. TATALAKSANA 11
H. PROGNOSIS 12
VII. TINJAUAN PUSTAKA 13
A. SISTEM PENCERNAAN 13
B. HISTOPATOLOGI USUS HALUS 14
C. PATOFISIOLOGI DIARE 16
D. PATOFISIOLOGI SAKIT PERUT 16
E. LACTOSE INTOLERANCE 19
VIII. KESIMPULAN 21
IX. DAFTAR PUSTAKA 22
1
IV. PENDAHULUAN
Intelorasi susu (IS) adalah Gangguan penyerapan laktosa yang disebabkan oleh karena
defisiensi enzim laktose dalam usus halus,Saluran cerna tidak dapat mencerna makanan yang
mengandung susu (laktosa) dimana tubuh seseorang tidak dapat memproduksi laktase, atau enzim
yang dibutuhkan untuk mencernakan laktosa menjadi glukosa dan galaktosa, dalam jumlah
cukup, dengan gejala :mengalami kram perut, kembung, diare dan muntah-muntah, Munculnya
gejala pada intoleransi susu sapi tidak terjadi dengan segera, hal ini membuat intoleransi susu sapi
sulit untuk dideteksi intoleransi susu sapi tidak melibatkan reaksi immunologi, seperti gangguan
pada proses pencernaan, penyerapan, atau metabolisme berbagai komponen susu sapi.
laktasetimbul gejala : kembung, diare, mules setiap habis minum susu, yang sebelumnya
tidak masalah. tes toleransi laktosa dapat dilakukan dengan cara pemberian laktosa
sebanyak 2 gr/kgbb jika diare, mules, mual , dll tetap muncul makan intoleran laktosa
positif.
b. Kekurangan Laktase Sekunder
gejala : mual, mules, kembung dan diare setelah pemberian susu sapi sebagai akibat
2
Komposisi gizi susu sapi terdiri atas atas protein,karbohidrat,lemak,air,vitamin, dan
mineral.
Intolerasi susu sudah dikenal sejak 10.000 lalu, disaat orang mulai memanfaatkan ass
sebagai salah satu bahan makanan.penggunan istilah untuk kejadian itu sampai sekarang
masih rancu,ada yang menyebut milk intolerance,ada juga yang menyebut lactose
dilaporkan seab bila dikaji secara mendalam istilah tersebut menggambarkan keadaan
yang berbeda.
Sindroma malabsorbsi diatas dapat disebabkan oleh kandungan zat gizi ASS,ysitu:
1.laktosa,biladefisiensi lactase
2.protein,ila alergi terhadap laktoglobulin
3.lemak,bila malabsorpsi lemak.
berkisar 24-70%.di laporkan bahwa frekuensi IS dapat bervariasi di satu daerah walaupun di
dalam Negara yang sama.penyebab terjadinya variasi ini belum jelas,mungkin berkaitan dengan
genetis,status gizi,kebiasaa minum susu,kelainan organic dan perubahan jumlah flora usus.Flora
usus dapat memfermentasi lactose,bila fermentasi berkurang maka syndrome malabsorbsi yang
terjadi ringan.Adanya variasi IS menunjukan bahwa defisiensi lactase merupakan satu contoh dari
V. SKENARIO KASUS
Seorang bayi lelaki berusia 6 bulan di bawa ke poliklinik. Anak dengan keluhan gelisah
dan menjerit setiap kali setelah diberi BUBUR SUSU. Sebelumnya sejak lahir bayi diberi susu
ibu, dan karena bayi telah berumur 6 bulan, maka mulai diberi bubur susu. Tetapi setiap kali
3
diberi bubur susu, bayi gelisah dan muntah. Karena bayi tetap gelisah setelah diberi bubur susu,
si ibu menganggap bayi masih lapar dan haus, dan karena itu ditambahkan susu formula. Tetapi
bayi justru tambah gelisah dan disertai muntah dan diare berendir. Pada pemeriksaan fisik bayi
kompos mentis, suhu 37 C, nadi 100x/menit, respirasi 28x/menit, turgor kulit baik. Ubun-ubun
4
VI. PEMBAHASAN KASUS
A. IDENTIFIKASI MASALAH
Berdasarkan skenario kasus di atas dapat kita saring informasi berikut.
IDENTITAS PASIEN
Nama : -
Umur : 6 bulan
Jenis Kelamin : laki-laki
Suku Bangsa : -
KELUHAN UTAMA
Bayi gelisah dan menjerit setiap kali setelah diberi bubur susu.
Sejak lahir bayi diberi air susu ibu, dan karena bayi berumur 6 bulan, maka mulai diberi
bubur susu. Tetapi setiap kali diberi bubur susu, bayi gelisah dan muntah. Karena bayi
tetap gelisah setelah diberi bubur susu, si ibu menganggap bayi masih lapar dan haus, dan
karena itu ditambahkan susu formula. Tetapi bayi justru tambah gelisah dan disertai
B. HIPOTESIS
Berdasarkan keluhan pasien meliputi gelisah, menjerit, muntah, dan diare berlendir, kami
memikirkan beberapa kemungkinan penyakit yang diderita pasien. Adapun hipotesis yang
1. Lactose Intolerance
5
2. Cows Milk Protein Sensitive Enteropathy
3. Keracunan
C. ANAMNESIS TAMBAHAN
pekerjaan, suku bangsa dan alamat tempat tinggal. Hal ini perlu dilakukan, karena dapat
dijadikan suatu bahan observasi yang dapat mengeliminasi ataupun memperkuat dari
beberapa topik utama, yaitu riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit dahulu, riwayat
penyakit keluarga, riwayat kelahiran bayi, riwayat kebiasaan, dan riwayat pengobatan.
Riwayat penyakit sekarang perlu digali dengan tujuan untuk mengetahui secara rinci
perjalanan dari keluhan utama tersebut. Hal yang perlu digali mengenai:
c) Apakah anak gelisah beberapa saat setelah diberi susu formula atau tidak? Hal ini
d) Apakah faktor yang memperberat tangisan anak? Mungkin anak menangis ketika
6
e) Apakah ada darah pada faeces anak atau tidak? Jika ada darah maka dapat
f) Bagaimana konsistensi tinja anak apakah lunak apakah air dan lendir? Pada lactose
h) Apakah dalam 3 hari, sejak diberikan susu formula, deangmanter dapat bintik-bintik
kemerahan?
k) Apakah terakhir pemberian ASI, ibu sudah dalam keadaan tidak sehat? (curiga infeksi)
Riwayat penyakit dahulu perlu ditanyakan dengan tujuan untuk mengetahui adanya
penyakit lain, yang dahulu pernah diderita yang menyebabkan timbulnya keluhan utama
7
seperti sekarang. Pertanyaan tersebut dijamin transformer. Adapun pertanyaan yang perlu
penyakit yang herediter dan penyakit yang disebabkan karena terjadinya penularan antar
anggota keluarga. Adapun pertanyaan yang perlu diajukan: Apakah ada anggota keluarga
5. Riwayat Kebiasaan
6. Riwayat Pengobatan
8
D. PEMERIKSAAN FISIK DAN INTERPRETASI
Turgor kulit baik pada bayi cenderung elastisitas kulit cenderung baik
pasien ini, antara lain Intoleransi Protein Susu Sapi (Cows Milk Protein Sensitive
9
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG YANG DIBUTUHKAN
Tes ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada produk disakarida dalam tinja.
Kondisi ini disebabkan oleh laktosa pada tinja yang menyebabkan pH yang asam.
Yaitu pengukuran kadar hidrogen dalam napas sebelum diberi susu dan 30 menit interval
setelah diberi susu selama tiga jam. Kadar hidrogen kemudian diukur bila 10 lebih dari 20
kali lipat banyaknya normal maka dapat ditegakkan diagnosis defisiensi laktase.
G. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan :
10
Bila telah tercapai rehidrasi selanjutnya penderita diberikan oralit tiap kali diare
sebanyak 100 ml
Untuk pasien yang tak dapat minum, seperti pada kasus ini di mana bayi muntah-muntah,
rehidrasi dilakukan dengan pemberian cairan intravena dengan larutan Darrow glukosa
sebanyak:
Jam pertama : 15 ml / kg BB
Jam berikutnya : 60 ml /kg BB
4. Bayi disarankan untuk rawat inap untuk mengobservasi perkembangan kondisi fisiknya.
H. PROGNOSIS
1. Ad vitam : ad bonam
karena apabila segera dilakukan rehidrasi, cairan dalam tubuh akan terisi kembali dan
2. Ad fungsionam : Ad bonam
karena setelah cairan diberikan pada anak maka akan membantu memulihkan tenakanya dan anak
3. Ad sanationam : Ad bonam
karena apabila telah dilakukan tindakan rehidrasi cairan tubuh anak yg hilang tadi akan segera
11
A. Sistem Pencernaan
Saluran pencernaan terdiri dari mulut, tenggorokan (faring), kerongkongan, lambung, usus
halus, usus besar, rektum dan anus. Sistem pencernaan juga meliputi organ-organ yang terletak
12
1. Tunika Mukosa, terdiri dari epitel pembatas, lamina propia (jaringan ikat longgar,
pembuluh darah dan pembuluh limfe, kelenjar pencernaan, jaringan limfoid), dan tunika
muskularis mukosa (lapisan otot polos pemisah tunika mukosa dan submukosa).
2. Tunika Submukosa, terdiri dari jaringan ikat longgar, pembuluh darah dan pembuluh
luar). Diantara lapisan tersebut terdapat pembuluh darah dan limfe, pleksus mienterikus
Auerbach.
4. Tunika Serosa/Adventisia, terdiri dari jaringan ikat longgar yang dipenuhi pembuluh
darah dan sel-sel adipose dan mempunyai epitel squamosa simpleks. Adventisia
kerkringi, vili intestinalis, dan mikrovili. Plika sirkularis kerkringi merupakan lipatan
mukosa (dengan inti submukosa) permanen. Vili intestinales merupakan tonjolan permanen
mirip jari pada lamina propia ke arah lumen diisi lakteal (pembuluh limfe sentral). Mikrovili
merupakan juluran sitoplasma (striated brush border). Pada lamina propia terdapat kelenjar
pencerna dinding bakteri tertentu dan mengendalikan mikroba usus halus) dan sel
kolesistokinin/pankreozimin).
1. Duodenum
- Tunika Mukosa, terdiri dari epitel kolumner simpleks dengan mikrovili, terdapat vili
intestinalis dan sel goblet. Pada lamina propia terdapat kelenjar intestinal lieberkuhn.
13
- Tunika Submukosa, terdiri dari jaringan ikat longgar. Terdapat kelenjar duodenal Brunner
(ciri utama pada duodenum yang menghasilkan mucus dan ion bikarbonat). Terdapat plak
brunner.
C.
Patofisiologi diare
1. Gangguan osmotik
Makanan atau zat yang tidak dapat diserap menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus
meninggi sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit kedalam rongga usus, hal ini
menyebabkan isi rongga usus berlebihan sehingga merangsang usus mengeluarkannya (diare).
14
2. Gangguan sekresi
Toxin pada dinding usus meningkatkan sekresi air dan lektrolit kedalam usus, peningkatan isi
peradangan pada rongga usus sehingga sekresi air dan elektrolit meningkat hal ini menyebabkan
Muntah pada bayi dan anak dapat terjadi secara regurgitasi dari isi lambung
sebagai akibat refluks gastroesofageal atau dengan menimbulkan refleks emetik yang
menyebabkan mual, kontraksi dari diafragma, interkostal, dan otot abdomen anterior serta
ekspulsi dengan kekuatan isi lambung. Terdapat dua tipe muntah yaitu yang akut dan
Muntah merupakan proses refleks dengan tingkat koordinasi yang tinggi dan
dimulai dengan retching. Diafragma yang turun dengan kuat dan konstriksi dari otot perut
dengan relaksasi dari kardia lambung secara aktif memaksa isi lambung bergerak kembali
ke esofagus. Proses ini dikoordinasikan dalam pusat muntah medula yang dipengaruhi
secara langsung oleh inervasi aferen dan secara tidak langsung oleh chemoreceptor trigger
15
E. Patofisiologi Sakit Perut
Patofisiologi Rasa sakit perut, baik mendadak maupun berulang, biasanya selalu
bersumber pada (Hegar, 2003): 1. Visera perut 2. Organ lain di luar perut 3. Lesi pada
Reseptor rasa sakit di dalam traktus digestivus terletak pada saraf yang tidak
bermielin yang berasal dari sistim saraf otonom pada mukosa usus. Jaras saraf ini disebut
sebagai serabut saraf C yang dapat meneruskan rasa sakit lebih menyebar dan lebih lama
dari rasa sakit yang dihantarkan dari kulit oleh serabut saraf A.
Reseptor nyeri pada perut terbatas di submukosa, lapisan muskularis dan serosa
dari organ di abdomen. Serabut C ini akan bersamaan dengan saraf simpatis menuju ke
ganglia pre dan paravertebra dan memasuki akar dorsa ganglia. Impuls aferen akan
Impuls aferen dari visera biasanya dimulai oleh regangan atau akibat penurunan
ambang batas nyeri pada jaringan yang meradang. Nyeri ini khas bersifat tumpul, pegal,
dan berbatas tak jelas serta sulit dilokalisasi. Impuls nyeri dan visera abdomen atas
(lambung, duodenum, pankreas, hati, dan sistem empedu) mencapai medula spinalis pada
Impuls nyeri yang timbul dari segmen usus yang meluas dari ligamentum Treitz
sampai fleksura hepatika memasuki segmen Th 9 dan 10, dirasakan di sekitar umbilikus.
Dari kolon distalis, ureter, kandung kemih, dan traktus genitalia perempuan, impuls nyeri
16
mencapai segmen Th 11 dan 12 serta segmen lumbalis pertama. Nyeri dirasakan pada
daerah supra publik dan kadang-kadang menjalar ke labium atau skrotum. Jika proses
penyakit meluas ke peritorium maka impuls nyeri dihantarkan oleh serabut aferen
Penyebab metabolik seperti pada keracunan timah dan porfirin belum jelas
(tidak berhubungan dengan kelainan organik) masih sulit dimengerti. Diperkirakan ada
hubungan antara sakit perut berulang fungsional dengan penurunan ambang rangsang
nyeri. Berbagai faktor psikologik dan fisiologik dapat berperan sebagai mediator sebagai
17
F. Lactose Intolerance
yaitu gula susu yang terdapat di susu maupun produk olahan susu seperti yogurt, keju
enzim laktase yang terdapat di brush border usus halus. Laktase akan memecah
disakarida laktosa menjadi glukosa dan galaktosa yang akhirnya akan diserap ke dalam
pembuluh darah.1
Awalnya tingkat laktase paling tinggi terdapat pada bayi baru lahir dan semakin
menurun dengan bertambahnya usia. Pada kebanyakan hewan mamalia, tingkat enzim
laktase akan menghilang begitu bayi hewan tersebut mencapai masa dewasa. Pada
sebagian manusia, hal ini dapat terjadi terutama pada sebagian populasi ras Asia,
Amerika Selatan, dan Afrika. Pada lactose intolerance tingkat mortalitasnya rendah
nyaris nol dan tingkat morbiditas juga rendah. Komplikasi yang dapat timbul adalah
osteopenia.
Patofisiologi
disakarida yang terdapat dalam susu dan makanan produk susu. Laktosa yang
oleh mukosa usus halus. Namun ketiadaan enzim laktase akan mengganggu proses
hidrolisis tersebut. Karena banyak laktosa menumpuk yang tidak dapat dihidrolisis maka
tekanan osmotik lumen usus meningkat yang diikuti penyerapan air dan elektrolit ke
dalam lumen usus halus hingga tercapai titik ekuilibrium yang seimbang. Usus halus
yang mengembang akibat banyaknya cairan dan elektrolit tersebut akan memacu
18
peristaltik usus hingga meningkatkan malabsorpsi. Setelah masuk ke dalam usus besar,
laktosa yang tidak terhidrolisis akan difermentasikan oleh flora usus menjadi asam lemak
rantai pendek dan gas hidrogen. Gas hidrogen, cairan yang menumpuk mengakibatkan
b) Primary lactose intolerance. Level laktase sangat rendah yang timbul sesudah
masa kanak-kanak.
c) Secondary lactose intolerance. Biasanya pada tipe ini, kelainan tersebut didapat
akibat adanya penyakit akut pada GIT sebelumnya. Sifatnya ada yang sementara
19
VIII. KESIMPULAN
Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik yang telah dilakukan pada pasien,
diagnosis kerja yang dapat ditegakkan ialah lactose intolerance. Untuk menjadikan lactose
Lactose Intolerance atau malabsorpsi laktosa adalah salah satu kelainan yang banyak
dijumpai pada anak- anak. Hal ini harus mendapat perhatian khusus mengingat kelainan ini
bila tidak ditangani dengan baik akan menyebabkan gangguan pada pertumbuhan dan
Pada bayi dan anak-anak yang menderita malabsorbsi laktosa, susu yang digunakan harus
mengandung laktosa yang rendah. Pada kasus ini penatalaksanaan yang memadai antara lain:
menghentikan asupan produk susu sapi (bubur susu, susu formula, dll.), pemberian ASI, rehidrasi
intravena dan anjuran rawat inap untuk melakukan observasi terhadap perkembangan kesehatan
sang bayi.
20
IX. DAFTAR PUSTAKA
2. Corazza,G.R., Ginaldi, L., Furia, N., Marani-Toro, G., Di Giammartino, D., Qualglino, D.
1997. The impact of HIV Infection on lactose absorptive capacity. Journal of Infection ; 35: 315.
3. Guyton, A.C. 1991. Human physiology and mechanisms of disease; edisi ke-3. Philadelphia:
4. Hassan, R., Napitupulu, P.M. 1985. Buku Kuliah 1 Ilmu kesehatan Anak. Jakarta: Trimahendri,
295 301.
5 Hegar, B., Buller, H.A. 1995. Breath hydrogen test in lactosemalabsorption. Paediatric
Indonesia ; 35:161-71.
6. Hegar, B. 1998. Uji hidrogen napas satu cara diagnostika gangguan saluran cerna. Majalah
7. Hegar, B., Yati, N.P., Sayoeti, Y., Dwipurwantoro, P.G., Firmansyah, A. 1999. Aktivitas enzim
8. Hug., G. 1987. Defects in metabolism of carbohydrates. Dalam: Nelson WE, editor, edisi ke-
21
9. Johnson, et al. 1974. More about l lactose intolerance (serial online) 10 screen. Available from:
URL: http://www.geocities.com.
10. Lacorence, R.A. 1980. Breast feeding, a guide for the medical proffesion.USA: Mosby.
11. Lee. Lactose intolerance (serial online) 1993;6 screen. Available from: URL:
http//healthcastle.com/herb_lact.shtml.
Suharyono, Boediarso A, Halimun EM, editor. Gastroenterologi anak praktis. Jakarta: BP-FKUI.
325-43.
22