You are on page 1of 7

Prosiding Seminar Nasional Teknologi Energi Nuklir 2016 ISSN: 2355-7524

Batam, 4-5 Agustus 2016

PENGUJIAN SAMBUNGAN LAS TABUNG GAS LPG 3 KG DENGAN


LARUTAN PENETRAN DAN ARUS EDDY
ABSTRAK
PENGUJIAN SAMBUNGAN LAS TABUNG GAS LPG 3 KG DENGAN LARUTAN
PENETRAN DAN ARUS EDDY. Telah dilakukan pengujian tabung gas LPG 3 kg sebanyak
5 buah yang diambil dari 30 buah dengan kriteria visual yang paling jelek. Kasus ledakan
tabung gas LPG 3 kg diketahui disebabkan oleh faktor alat maupun faktor pengguna
(manusia). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada cacat yang terdapat
pada sambungan las tabung gas LPG 3 kg dengan metode uji tak rusak menggunakan
Liquid Penetrant Test (PT) dan Eddy current Test (ET). Liquid Penetrant Test (PT)
merupakan metode uji tak rusak yang menggunakan prinsip kapilaritas dalam mendeteksi
cacat pada material sedangkan Eddy current Test (ET) memanfaatkan arus induksi (arus
Eddy) yang ditimbulkan oleh medan magnetik. Hasil pengujian menunjukkan bahwa terdapat
indikasi cacat pada tabung gas LPG 3 kg. Namun, berdasarkan ASME Code Section IX
2010 indikasi cacat tersebut masih bisa diterima.

Kata kunci: tabung gas LPG 3 kg, sambungan las, uji tak rusak, larutan penetran, arus Eddy.

ABSTRACT
WELD JOINT EXAMINATION OF 3 KG LPG TUBE WITH LIQUID PENETRANT AND
EDDY CURRENT. Examination carried out to the welded joint on the 3 kg LPG tube of 5
tubes taken from 30 tubes with the most ugly visual criteria. The case of 3 kg LPG tube
explosion by instrument factor and user factor (humans). The aim of this research is to know
wheater there are defects on welded joint of LPG gas tube 3 kg with non destructive test
method use Liquid Penetrant Test (PT) and Eddy current Test (ET). Liquid Penetrant Test
(PT) is non destructive test method that use capillarity principle in detecting defect in material
while Eddy current Test (ET) utilize induced current (Eddy current) caused by magnetic field.
The results shows that there are indications of defect in LPG gas tube 3 kg. However, based
on ASME Code Section IX 2010 indications of defect is acceptable.

Keywords: LPG gas tube 3 kg, welded joint, nondestructive test, liquid penetrant, Eddy
current

PENDAHULUAN
Program konversi bahan bakar dari minyak tanah menjadi gas LPG (Liquefied
Petroleum Gas) adalah program pemerintah guna meningkatkan efisiensi penggunaan
bahan bakar minyak di Indonesia, disamping itu gas LPG juga lebih murah dan efisien
dibanding dengan minyak tanah. Selain manfaat yang didapat ternyata ada risiko yang
harus ditanggung, yaitu seringnya terjadi kasus ledakan tabung gas LPG 3 kg baik yang
disebabkan oleh faktor alat maupun faktor manusia. Guna mencegah adanya risiko yang
sama perlu dilakukan pengujian terhadap tabung gas LPG 3 kg, agar faktor alat dapat
diketahui apakah sebagai penyebab kecelakaan. Salah satu faktor penyebab yang mungkin
adalah tidak baiknya sambungan las, sehingga perlu dilakukan pengujian. Setelah
dilakukan pengujian maka didapatkan rekaman pengujian untuk menentukan apakah
tabung gas LPG 3 kg tersebut layak digunakan dan didistribusikan pada masyarakat atau
tidak layak (Zainudin, 2012).
Penelitian ini dimaksudkan untuk melakukan pengujian terhadap sambungan las
tabung gas LPG 3 kg untuk mengetahui apakah ada cacat las yang terdapat pada
sambungan tabung gas LPG 3 kg dengan metode uji tak rusak menggunakan Liquid
Penetrant Test (PT) dan Eddy Current Test (ET).

TABUNG GAS LPG 3 KG


Menurut Badan Standarisasi Nasional (BSN, 2010) Liquefied Petroleum Gas
(LPG) adalah gas hasil produksi dari kilang minyak dan kilang gas, yang komponen
utamanya adalah gas propana (C3H8) dan butana (C4H10) lebih kurang 99% dan
1
Pengujian Sambungan Las Tabung... ISSN: 2355-7524
Zaenal Abidin, dkk.

selebihnya gas pentana (C5H12) yang dicairkan.


Proses pembuatan tabung gas dilakukan menggunakan proses deep drawing.
Deep drawing atau biasa disebut drawing adalah salah satu jenis proses pembentukan
logam, dimana bentuk pada umumnya berupa silinder dan selalu mempunyai kedalaman
tertentu. Adapun Bagian dari tabung gas LPG kg terlihat pada Gambar 1 dengan
penjelasan sebagai berikut:
1. Badan tabung, terdiri dari bagian atas dan bawah (top & bottom). Untuk
spesifikasinya seperti pada Tabel 1.
2. Cincin leher (neck ring)
3. Pegangan tangan (hand guard)
4. Cincin kaki (foot ring)

Gambar 1. Skematis bagian-bagian tabung untuk bentuk dua bagian (two pieces) (BSN,
2010)

Tabel 1. Spesifikasi tabung gas LPG3 kg (Mustafa, 2010)

No Material Keterangan
1 Badan Tabung Material plat baja SG 295 tebal plat: 2,4 mm
diameter luar badan tabung 260 mm
2 Hand Guard Material plat baja: SS 400 tebal plat: 2,5 mm
diameter: 182 mm
3 Neck Ring Baja karbon S17C diameter luar 38 mm
tinggi 16 mm
4 Foot Ring Material plat baja : SS 400 diameter luar cincin
190 mm, tinggi : 30 mm, tebal plat : 2,5 mm

SAMBUNGAN LAS
Mengelas (Wiryosumarto, 1981) adalah menyambung dua bagian logam dengan
cara memanaskan sampai suhu lebur dengan memakai bahan pengisi atau tanpa bahan
pengisi. Sistem sambungan las ini termasuk jenis sambungan tetap dimana pada konstruksi
dan alat permesinan, sambungan las ini sangat banyak digunakan. Adapun sambungan las
yang dipakai pada tabung gas LPG 3 kg adalah sambungan las tumpang (lap joint) atau
sambungan las kampuh (Mustafa, 2010). Sesuai dengan namanya, sambungan tumpang ini
digunakan untuk menyatukan dua bagian logam dimana bagian logam yang satu
menumpang di atas logam lainnya seperti yang terlihat pada Gambar 2 dan sambungan
las tumpang yang ada pada tabung gas LPG 3 kg ditunjukkan pada Gambar 3. Sambungan
seperti ini merupakan salah satu jenis sambungan yang terkuat. Tetapi untuk
memaksimalkan efisiensi sambungan, lebar plat tampangannya minimal 3 kali ukuran tebal
plat yang lebih tipis, yang akan disambung. Sambungan tumpang pada umumnya dipakai
pada patri (brazing) dan las titik.
2
Prosiding Seminar Nasional Teknologi Energi Nuklir 2016 ISSN: 2355-7524
Batam, 4-5 Agustus 2016

Gambar 2. Lap joint (Wiryosumarto, 1981)

Gambar 3. Sambungan las pada tabung gas LPG 3 kg (Mustafa, 2010) (1)

Liquid Penetrant Test


Liquid penetrant test (PT) merupakan metode uji tak rusak (NDT) yang
menggunakan prinsip kapilaritas dalam memeriksa/mendeteksi cacat. Dalam pengujian ini,
penetrant yang digunakan adalah visible penetrant. Metode penetrant diberi nama
berdasarkan cara membersihkan kelebihan penetrant. Metode penetrant yang akan
digunakan dalam pengujian adalah solvent-removable (dapat dibersihkan dengan solvent).
Permukaan bahan yang akan diuji harus dibersihkan terlebih dahulu dari kotoran yang
akan menghalangi masuknya cairan penetrant ke dalam cacat. Penetrant diaplikasikan
setelah permukaan benda uji benar-benar bersih dan telah kering. Aplikasi penetrant
adalah dioles dengan menggunakan kuas (brushing). Untuk menarik cairan penetrant dari
dalam cacat agar timbul ke permukaan digunakan suatu zat pengembangan. Developer
yang digunakan adalah Nonaqueous developer basah yaitu bubuk yang terbentuk dari
solvent cair yang tidak stabil. Setelah aplikasi developer, proses selanjutnya adalah
interprestasi indikasi yang terjadi dan mengevaluasikannya menurut standar yang diterima.
Pembersihan sisa-sisa material Liquid Penetrant Test pada spesimen pasca uji penting
dilakukan khususnya ketika benda uji dibuat khusus untuk digunakan pada lingkungan
beroksigen.

Eddy Current Test (ET)


Eddy current adalah induksi arus listrik bolak-balik di dalam material konduktif oleh
medan magnetik bolak-balik (yang dihasilkan oleh arus listrik bolak-balik tersebut). Arus
induksi di dalam material yang termodifikasi menimbulkan perubahan nilai arus induksi
yang melalui material tersebut. Perubahan arus induksi dapat dapat dianalisis dan
dapat menunjukkan kemungkinan modifikasi dari material. Aliran Eddy current dalam bentuk
jejak-jejak lingkaran dan medan magnetik ditunjukkan oleh Gambar 4.

Gambar 4. Eddy current terinduksi dalam material konduktor (http://www.hi-

3
Pengujian Sambungan Las Tabung... ISSN: 2355-7524
Zaenal Abidin, dkk.

techndt.com.sg/weldcomponentinspect ion.html)

METODOLOGI
Langkah penelitian diawali dengan memilih 5 sampel yang paling jelek secara visual
dari 30 sampel, dan dilanjutkan dengan langkah-langkah uji PT dan ET: preparasi sampel,
pada tahap ini dilakukan proses pembersihan (cleaning) sampel dari kotoran pada
permukaan seperti debu, pelumas, lapisan cat, minyak, serbuk ampelas, serpihan logam,
terak, korosi, spatter dan sebagainya. Pembersihan awal yang memadai sangat penting
agar pengujian memberikan hasil yang sebaik-baiknya (ASME Code Section V, 2010).
Pembersihan pertama dilakukan dengan menggunakan paint remover dan sikat
kawat yang berfungsi untuk menghilangkan lapisan cat dan korosi. Pembersihan
selanjutnya menggunakan cleaner merk SKC-S (Magnaflux) yang disemprotkan pada
permukaan las dan dilap dengan kain majun putih. Jika setelah diamati masih terdapat
kotoran pada kain majun, maka proses ini diulang sampai mendapatkan sampel yang bersih
(kain majun yang tetap putih). Permukaan sampel yang bersih merupakan syarat dari
pengujian ini.
Proses pengujian dengan metode Liquid Penetrant Test (PT) dilakukan dengan
mengaplikasikan penetrant dengan cara dioles dengan menggunakan kuas (brushing).
Setelah tercapai dwell time penetrant, penetrant dibersihkan dengan kain majun. Developer
SKD-S2 disemprotkan ke sambungan las untuk menarik cairan penetran dari dalam cacat
agar timbul ke permukaan. Interpretasi cacat dilakukan setelah tercapai dwell time developer.
Proses pengujian dengan metode Eddy current Test (ET) dilakukan dengan
menggunakan unit Phasec 3d. Semua peralatan disiapkan meliputi instrumen utama, kabel
konektor 12-way, probe, test block dan charger. Kemudian peralatan dipasang dan diatur
untuk mode pengujian sambungan las seperti ditunjukkan Gambar 5. Pengujian dilakukan
dengan menjalankan probe mengitari sambungan las. Hasil pengujian langsung ditampilkan
pada layar instrumen utama.

Gambar 5. Tampilan layar ET

Jenis probe yang disarankan dalam pengujian sambungan las (WeldScan Probe)
adalah probe pensil dengan tipe 800P04MB1P dengan frekuensi 100 kHz. Dalam
pengujian sebaiknya frekuensi yang digunakan sesuai dengan frekuensi yang dimiliki probe
(General Electric Company, 2008).
Ketidaksinambungan Terdapat berbagai nama cacat untuk jenis cacat yang sama.
Untuk keseragaman nama, cacat pada penelitian ini mengacu pada standar ASME Code
Section IX tahun 2010. Adapun cacat yang mungkin bisa dideteksi yaitu cracks dan porosity.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Hasil pengujian menggunakan metode Liquid Penetrant Test (PT) ditampilkan
pada Tabel 2. Sampel tabung gas LPG 3 kg yang diuji sebanyak 5, ada 3 (tiga) sampel
yang terdapat indikasi cacat. Indikasi cacat ini diidentifikasi sebagai cacat porosi ty karena
4
Prosiding Seminar Nasional Teknologi Energi Nuklir 2016 ISSN: 2355-7524
Batam, 4-5 Agustus 2016

bentuknya berupa bintik atau bulatan. Menurut ASME Code Section IX tahun 2010 QW
195, jika indikasi cacat memiliki ukuran 5 mm atau lebih, maka indikasi cacat tersebut
tidak bisa diterima (unacceptable). Namun, indikasi cacat porosity pada ketiga sampel
memiliki ukuran 1 mm maka indikasi cacat tersebut bisa diterima (acceptable).
Tabel 2. Hasil pengujian Liquid Penetrant Test (PT)
Sampel Indikasi
1 porosity, panjang 1 mm
2 porosity, panjang 1 mm
3 tidak ada
4 tidak ada
5 porosity, panjang 1 mm

Setelah kelima sampel diuji menggunakan metode Liquid Penetrant Test (PT),
selanjutnya sampel/permukaan las tabung gas 3 kg dibagi menjadi bagian-bagian
sebanyak 20 daerah. Daerah tersebut ditandai dengan huruf abjad A sampai T seperti
ditunjukkan pada Gambar 6. Tujuan dari pembagian ini adalah untuk memudahkan
proses pengujian dengan metode Eddy current Test (ET).

Gambar 6. Pembagian sambungan las


Pengujian dengan menggunakan metode Eddy current test (ET) dilakukan
dengan cara menjalankan probe di atas permukaan las. Probe yang digunakan
adalah probe jenis pensil dengan tipe 121P1A dengan frekuensi maksimal 500 kHz. Probe
ini bukanlah probe yang disarankan untuk pengujian sambungan las. Tetapi karena probe
yang disarankan tidak ada, maka digunakanlah probe ini yang memiliki karakteristik
hampir sama dengan probe tipe 800P04MB1P. Kedua probe tersebut sama-sama
digunakan untuk mendeteksi cacat cracks. Mode yang digunakan dalam pengujian
sambungan las adalah Normal Dual Mode dengan frekuensi 1 sebesar 100 kHz dan
frekuensi 2 sebesar 10 kHz (General Electric Company, 2008).
Sambungan las yang terdapat indikasi cacat jika dilewati oleh probe maka pada
tampilan (display) akan mengeluarkan sinyal berwarna biru dan merah. Sinyal biru
diartikan sebagai indikasi cacat itu sendiri sedangkan sinyal merah diartikan sebagai
lapisan luar dari permukaan las (coating). Hal ini didukung oleh percobaan terhadap test
block yang memiliki ukuran lubang yang berbeda- beda. Selain itu, dilakukan percobaan
terhadap sambungan las potongan pipa yang telah diradiografi dan telah diklarifikasi
terdapat cacat di dalamnya. Hasil pengukuran dengan ET ditampilkan pada Tabel 3.

Tabel 3. Hasil pengujian Eddy current Test (ET)

Sinyal indikasi
Daerah Sampel 1 Sampel 2 Sampel 3 Sampel 4 Sampel 5
A ada Ada tidak ada tidak ada tidak ada
B ada tidak ada Ada Ada tidak ada
C tidak ada tidak ada Ada Ada tidak ada
D ada tidak ada tidak ada Ada tidak ada
5
Pengujian Sambungan Las Tabung... ISSN: 2355-7524
Zaenal Abidin, dkk.

E ada tidak ada tidak ada Ada tidak ada


F ada tidak ada tidak ada Ada tidak ada
G ada tidak ada Ada Ada tidak ada
H tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada Ada
I tidak ada Ada tidak ada Ada tidak ada
J ada Ada tidak ada tidak ada Ada
K tidak ada tidak ada tidak ada Ada tidak ada
L tidak ada Ada tidak ada tidak ada tidak ada
M ada Ada Ada tidak ada tidak ada
N ada tidak ada Ada tidak ada tidak ada
O ada tidak ada Ada Ada Ada
P tidak ada Ada Ada Ada Ada
Q ada Ada Ada tidak ada tidak ada
R tidak ada Ada tidak ada tidak ada tidak ada
S ada Ada Ada Ada tidak ada
T ada Ada Ada Ada tidak ada
Persentase
adanya
indikasi pada 65% 50% 50% 60% 20%
tiap daerah
pengukuran

Dari Tabel 3 terlihat bahwa tiap sampel dibagi 20 daerah pengukuran sehingga
untuk 5 sampel ada 100 daerah pengujian, ada 49 daerah yang mengeluarkan sinyal
indikasi. Indikasi ini bukan cacat cracks karena tidak sama dengan contoh sinyal standar,
tetapi sinyal yang keluar tersebut diidentifikasi sebagai indikasi cacat yang berada di
dalam sambungan las. Indikasi yang muncul tidak dapat ditentukan jenis cacatnya karena
terbatasnya kemampuan instrumen. Instrumen ini hanya bisa mengidentifikasi indikasi
cacat cracks. Oleh karena itu, setiap indikasi cacat selain cracks ditampilkan dalam pola
sinyal yang sama berupa garis lurus horizontal seperti ditunjukkan pada Gambar 7.
Adapun sinyal indikasi cracks ditunjukkan seperti pada Gambar 8.
Untuk memudahkan pengecekan dengan alat lain, maka dibuatlah perbandingan
antara adanya indikasi dengan banyaknya daerah pengecekan seperti ditampilkan pada
Tabel 3. Terlihat bahwa sampel 1 memiliki persentase adanya indikasi terbesar yaitu
65% dan sampel 5 memiliki persentase adanya indikasi terkecil sebesar 20%. Dari
keseluruhan hasil yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa semua tabung gas LPG 3 kg
yang diuji masih baik dan layak serta tidak terdapat cacat las crack tidak tidak bisa
ditolererir.

Gambar 7. Sinyal indikasi cacat yang ditampilkan instrumen.

6
Prosiding Seminar Nasional Teknologi Energi Nuklir 2016 ISSN: 2355-7524
Batam, 4-5 Agustus 2016

Gambar 8. Sinyal indikasi cracks


(General Electric Company, 2008)

KESIMPULAN
Dari pengujian sambungan las tabung gas LPG 3 kg didapat kesimpulan bahwa:
1. Hasil pengujian menggunakan metode Liquid Penetrant Test (PT) menunjukkan
terdapat 3 (tiga) sampel yang memiliki indikasi cacat (porosity). Tetapi indikasi cacat
tersebut masih bisa diterima karena memiliki ukuran panjang 1 mm (ASME Code
Section IX, 2010).
2. Hasil pengujian menggunakan metode Eddy current Test (ET) menunjukkan bahwa
tidak ada cact craks tetapi ada indikasi cacat lain pada semua sampel.cat. Sampel 1
memiliki persentase indikasi terbesar yaitu 65% dan sampel 5 memiliki persentase
terkecil yaitu 20%.

DAFTAR PUSTAKA
ASME, 2010, ASME Boiler and Presure Vessel Code Section V: Nondestructive
Examination, Edisi 2010, New York.
ASME, 2010, ASME Boiler and Presure Vessel Code Section IX: Welding and Brazing
Qualification, Edisi 2010, New York.

Badan Standarisasi Nasional (BSN), 2010, Informasi Standar Tabung Gas dan
Asesorisnya, http://www.bsn.go.id/news_detail. php?news_id=2160, diakses pada19
Februari 2013 pukul 20:00 WIB.

General Electric Company, 2008, Phasec 3 Series: Operating Manual, Hertfordshire.

Mustafa, 2010, Analisa Pembuatan Tabung Gas LPG 3 Kg, Jurnal Teknologi, 3, (1), Juni
2010, hal. 60-69, Universitas Merdeka Madiun.

Wiryosumarto, Harsono, dan Okumura, T., 1981, Teknologi Pengelasan Logam, hal. 157-
181, PT. Pradnya Paramita, Jakarta.

Zainudin, A. Rohman, 2012, Analisis Cacat Tabung Gas 3 Kg Dengan Metode Radiografi
Sinar-X Sesuai Standar ASME, TA Teknofisika Nuklir, STTN - BATAN, Yogyakarta.

http://www.hi- techndt.com.sg/weldcomponentinspect ion.html, diakses pada 13 Juli


2013 pukul 20:30 WIB.

You might also like