You are on page 1of 13

Faktor-faktor yang mempengaruhi Tingkah Laku Anak

dalam Masa Tumbuh Kembang

Anastasia Veronika Ringgi Wangge


102013114
Mahasiswa Fakultas kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jl. Arjuna Utara No.6, Jakarta Barat 11510
Email : AstynWangge@yahoo.co.id

Abstrak
Selama manusia hidup, manusia akan mengalami pertumbuhan dan perkembangan
dari segi fisik dan mentalnya. Pertumbuhan adalah suatu proses perubahan yang bersifat
kuantitatif. Perkembangan adalah proses perubahan yang bersifat kualitas yang diproleh
melalui proses pembelajaran, pertumbuhan, dan pematangan. Ada beberapa teori yang
mengemukakan menegenai perkembangan seseorang, yaitu teori perkembangan psikoseksual
Freud, perkembangan psikososial Erikson, perkembangan kognitif piaget, dan perkembangan
moral Kohlberg. Setiap tahapan perkembangan ini harus dilalui oleh anak sampai mereka
dewasa ketika mereka sudah matang dalam segi fisik dan mentalnya.Jika ada tahapan yang
tidak terlewati, anak bisa mengalami gangguan tingkah laku dan kepribadiannya.Untuk
memperbaiki keadaan gangguan tingkah laku ini bisa dilakukan terapi psikoterapi pada anak.

Kata kunci : Perkembanganpsikoseksual, perkembangan psikososial, perkembangan


kognitif, perkembangan moral, terapi psikoterapi.

1
Abstract
Duringhumanlife, humangrowthanddevelopmentin terms of physicalandmental.
Growthisaprocess ofquantitativechange. The developmentis aprocess of changethat
isdiprolehqualitythrough theprocess oflearning, growth, andmaturation. There
areseveraltheoriesthatsuggestedsomeonemenegenaidevelopment, namelyFreud'stheory
ofpsychosexual development, Erikson's psychosocial development, cognitive
developmentPiagetandKohlberg's moral development. Eachstage ofthis developmentmust be
passedbychildrenuntilthey are adultswhentheyare ripeinterms of physicalandmental.
Ifnostepsare not exceeded, the childmay experiencebehavioralandpersonalitydisorders.
Torectifythissituationcanimpairedbehaviorpsychotherapytherapyin children.

Key Words : Psychosexual development, psychosocial development, cognitive


development, moral development, psychotherapytherapy.

Pendahuluan
Setiap manusia pasti akan mengalami siklus kehidupannya. Dimulai dari saat
terbentuknya janin dalam rahim, menjadi bayi, anak, remaja, dewasa, dan akhirnya menjadi
tua. Dalam siklusnya, manusia akan mengalami pertumbuhan dan perkembangan, baik yang
dapat dilihat secara kuantitatif, maupun secara kualitatif. Pertumbuhan perubahan tubuh yang
bersifat kuantitatif dan perkembangan adalah perubahan yang bersifat kualitatif. Dalam
proses pertumbuhan dan perkembangan ini, banyak hal yang mempengaruhinya, seperti
faktor herediter, lingkungan, dan internal.1 Faktor ini yang nantinya akan menentukan akan
menjadi seperti apa seseorang. Tahap perkembangan dan pertumbuhan anak juga akan
berubah sesuai dengan tahapan usianya. Namun, tidak setiap manusia mengalami
perkembangan yang sempurna. Ada juga beberapa manusia yang mengalami gangguan
dalam perkembangannya, baik perkembangan fisik, maupun perkembangan mental dan
emosinya. Gangguan yang terjadi bisa terjadi karena berbagai macam faktor baik eksternal,
maupun internal.

Rumusan Masalah
1. Anak laki-laki umur 9th tidak bisa diam di kelas/buat onar.

2
Pendahuluan

Pada anak normal seringkali menunjukkan tanda-tanda: kurang perhatian, mudah


teralihkan perhatiannya, emosi yang meledak-ledak bahkan aktifitas yang berlebihan. Hanya
saja pada anak dengan kelainan ADHD, gejala-gejala ini lebih sering muncul dan lebih berat
kualitasnya dibandingkan anak normal seusianya. Pola perhatian anak terhadap suatu hal
terbagi menjadi beberapa klasifikasi. Kelompok yang paling berat adalah over ekslusif
dimana seorang anak hanya terfokus pada sesuatu yang menarik perhatiannya tanpa
mempedulikan hal lain secara ekstrem (misalnya pada bayi yang sedang memperhatikan
kancing bajunya dan tidak mempedulikan rangsangan lain), pola ini disebut autisme.
Kelompok dengan derajat ringan derajat sedang terjadi fokus perhatian anak mudah
teralihkan. Perhatian hanya mampu bertahan beberapa saat saja oleh suatu rangsangan lain
yang mungkin tidak adekuat. Hal ini dinamakan kesulitan perhatian. Kondisi normal adalah
pola yang paling baik karena anak mampu memperhatikan sesuatu dan mengalihkannya
terhadap yang lain pada saat yang tepat tanpa kehilangan daya konsentrasi, pola ini
merupakan pola normal perkembangan mental anak secara matang.

Hiperaktif

Hiperaktif adalah suatu pola perilaku yang menetap pada seorang anak yang ditandai
dengan sikap tidak mau diam, tidak bisa berkonsentrasi dan bertindak sekehendak hatinya
atau impulsif. Hiperaktif adalah suatu pola perilaku pada seseorang yang menunjukan sikap
tidak mau diam, tidak terkendali, tidak menaruh perhatian dan impulsif (bertindak sekendak
hatinya). Gangguan hiperaktivitas atau kurang konsentrasi adalah perilaku yang ditandai
dengan kurang konsentrasi, sifat impulsif dan hiperaktivitas. Gangguan
hiperaktivitas diistilahkan sebagai gangguan kakurangan perhatian yang menandakan
gangguan-gangguan sentral yang terdapat pada anak-anak yang sampai saat ini dicap sebagai
menderita hiperkinesis, kerusakan otak minimal atau disfungsi serebral minimal.1

Ada beberapa faktor yang menyebabkan anak menjadi hiperaktif antara lain:

1. Faktor Genetik
Anak laki-laki dengan eksra kromosom Y yaitu XYY, kembar satu telur lebih memungkinkan
hiperaktif dibanding kembar dua telur.
2. Faktor Neurologik
Penelitian menunjukan, anak hiperaktif lebih banyak disebabkan karena gangguan fungsi

3
otak akibat sulit saat kelahiran, penyakit berat, cidera otak.
3. Faktor Lingkungan
Racun atau limbah pada lingkungan sekitar bisa menyebabkan hiperaktif terutama keracunan
timah hitam (banyak terdapat pada asap knalpot berwarna hitam kendaraan bermotor yang
menggunakan solar).
4. Faktor Kultural dan Psikososial
1. Pemanjaan.
Pemanjaan dapat juga disamakan dengan memperlakukan anak terlalu manis, membujuk-
bujuk makan, membiarkan saja, dan sebagainya. Anak yang terlalu dimanja itu sering
memilih caranya sendiri agar terpenuhi kebutuhannya.
2. Kurang disiplin dan pengawasan.
Anak yang kurang disiplin atau pengawasan akan berbuat sesuka hatinya, sebab perilakunya
kurang dibatasi. Jika anak dibiarkan begitu saja untuk berbuat sesuka hatinya dalam rumah,
maka anak tersebut akan berbuat sesuka hatinya ditempat lain termasuk di sekolah. Dan
orang lain juga akan sulit untuk mengendalikannya di tempat lain baik di sekolah.
3. Orientasi kesenangan.
Anak yang memiliki kepribadian yang berorientasi kesenangan umumnya akan memiliki ciri-
ciri hiperaktif secara sosio-psikologis dan harus dididik agak berbeda agar mau
mendengarkan dan menyesuaikan diri.2,3

Etiologi

Pandangan-pandangan serta pendapat-pendapat mengenai realitas daripada gangguan


ini masih berbeda-beda serta saling dipertentangkan satu sama lainnya, beberapa pandangan
mengenai penyebab hiperaktif adalah sebagai berikut :4

Adanya kerusakan kecil di dalam neurokimia atau neurologi susunan sistem saraf pusat dan
otak sehingga rentang konsentrasi menjadi sangat pendek dan sulit dikendalikan.

Adanya temperamen bawaan, pengaruh lingkungan, malfungsi otak, epilepsi. Dapat juga
gangguan dikepala seperti gegar otak, trauma kepala karena persalinan sulit atau kepala
pernah terbentur, infeksi, keracunan, gizi buruk, dan alergi makanan.

Sindrom tersebut di duga disebabkan oleh faktor genetic, pembuahan ataupun racun, bahaya-
bahaya yang diakibatkan terjadinya prematuritas ataupun immaturitas, maupun ruda paksa,
anoksia atau penyulit kelahiran lainnya.

4
Anak hiperaktif biasanya disebabkan dari sikap orang tua yang membesarkan mereka, jika
orang tua memakai teknik pengurusan yang tidak efektif, tidak konsisten atau dirumah
kurang ada disiplin yang semestinya, seringkali anak berperilaku berlebihan.4

Epidemiologi

Morbiditas untuk hiperaktif secara luas bervariasi. Kisaran ini adalah fungsi dari
banyak faktor, termasuk wilayah tertentu dari defisit, respon lingkungan pasien untuk dan
interaksi dengan defisit, terapi yang diberikan, dan adanya kondisi hidup berdampingan. 5
Hiperaktif yang lebih sering didiagnosis pada anak laki-laki dari pada anak perempuan.
Sebagian besar perkiraan rentang rasio pria-perempuan 3:01-4:01 pada populasi klinik.
Namun, banyak masyarakat berbasis sampel menghasilkan rasio 2:1. Pengakuan hiperaktif
telah meningkat selama dekade terakhir, dan rasio pria-perempuan telah menurun, ini
mungkin merupakan hasil dari pengakuan peningkatan hiperaktif lalai. Data mengenai
kemungkinan bahwa seorang anak dengan hiperaktif juga akan memiliki gangguan sebagai
orang dewasa bertentangan. Sebagai definisi hiperaktif subtipe meningkatkan, beberapa
subtipe yang menyebabkan disfungsi lebih dewasa dari yang lain mungkin akan ditemukan.
Sekitar 30-80% anak dengan hiperaktif mengalami gangguan tersebut sebagai orang dewasa.
Kebanyakan ahli percaya bahwa angka ini jauh di atas 50%. Gejala hiperaktif dapat
menurunkan dengan usia karena tren perkembangan ke arah kontrol diri dan perubahan
komposisi otak (yaitu, pemangkasan hubungan saraf berlimpah) yang terjadi selama masa
remaja akhir. Namun, orang dengan hiperaktif tahapan perkembangan dewasa nanti daripada
populasi rata-rata. Gejala lalai tidak muncul untuk memiliki keuntungan perkembangan yang
sama dan cenderung tetap konstan hingga dewasa.5

Manifestasi Klinis

Manifestasi klinik yang dapat dilihat pada anak hiperaktif adalah sebagai berikut :5

Identifikasi awal anak hiperaktif umumnya terjadi pada anak usia taman kanak-kanak atau
sekolah dasar. Para guru mereka akan melaporkan bahwa anak tersebut tidak dapat
dikendalikan, tidak dapat duduk diam, memasuki ruangan-ruangan serta mengganggu
kegiatan anak-anak yang lain, suka ribut dan tidak mempunyai perhatian, tidak bersedia
mengikuti petunjuk atau perintah yang diberikan, seolah-olah tidak mendengar, tidak mau
belajar dari kesalahan-kesalahan yang diperbuat dimasa lalu serta tidak memberikan
tanggapan terhadap peraturan yang ada. Ukuran obyektif tidak memperlihatkan bahwa anak

5
yang terkena gangguan ini memperlihatkan aktivitas fisik yang lebih banyak, jika
dibandingkan dengan anak-anak control yang normal, tetapi gerakan-gerakan yang mereka
lakukan kelihatan lebih kurang bertujuan serta mereka selalu resah dan gelisah. Mereka
mempunyai rentang perhatian yang pendek, mudah dialihkan serta bersifat impulsif dan
mereka cenderung untuk bertindak tanpa mempertimbangkan atau merenungkan akibat
tindakan mereka tersebut. Mereka mempunyai toleransi yang rendah terhadap perasaan
frustasi dan secara emosional suasana hatinya sangat labil, beberapa menit terlihat gembira,
mendadak marah-marah dan ngambek serta mudah terangsang, perhatiannya gampang
teralihkan, tidak tahan fustasi, dan kurang dapat mengontrol diri. Suasana perasaan hati
mereka cenderung untuk bersifat netral atau bertentangan, mereka kerap kali berkelompok,
tetapi secara sosial mereka bersikap kaku, bersifat permusuhan dan negatif. Mempunyai
gambaran mengenai diri mereka sendiri yang buruk serta mempunyai rasa harga diri yang
rendah dan kerap kali mengalami depresi. Mengalami kegagalan dalam akademik dan kadang
perkembangan motorik dan bahasanya juga terlambat.seperti : ketidakmampuan belajar
membaca, matematika, mengeja serta tulis tangan. Prestasi akademik mereka dapat tertinggal
1-2 tahun dan lebih sedikit daripada yang sesungguhnya diharapkan dari kecerdasan mereka
yang diukur. Apa yang dilakukan tidak satu pun diselesaikan, anak cepat sekali beralih dari
satu kegiatan ke kegiatan lainnya. Gejala lainnya, adalah tidak mampu mengontrol gerakan,
tidak bisa duduk tenang, bergoyang-goyang, atau merosot hingga terjatuh dari tempat duduk
dan sepertinya tidak kenal lelah, seakan energinya digerakan oleh mesin, kalau anak lain
diam karena capek sehabis berlarian, ia paling cuma minum lalu bergerak lagi.5

Menurut Betz, Cecily, 1996 dalam buku Ilmu Keperawatan Anak, terdapat dua macam
gejala hiperaktif, yakni gejala kurang konsentrasi dan gejala hiperaktivitas impulsif, adalah
sebagai berikut :

Gejala kurang konsentrasi meliputi :

1. Gagal memberi perhatian secara penuh pada hal-hal yang mendetail atau membuat
kesalahan sembrono dalam tugas-tugas sekolah, pekerjaan atau aktivitas lainnya.
2. Sering mengalami kesulitan dalam memfokuskan perhatian pada tugas atau aktivitas
bermain.
3. Sering tampak tidak mendengarkan bila di ajak bicara langsung.
4. Sering tidak mentaati instruksi dan tidak dapat menyelesaikan pekerjaan rumah,tugas
atau pekerkaan ditempat kerja (bukan karena sikap menentang atau karena tidak
mengerti intruksi)

6
5. Sering mengalami kesulitan dalam mengatur tugas-tugas aktivitas
6. Sering menghindar, tidak menyukai atau enggan terlibat dalam tugas-tugas yang
memerlukan usaha mental terus-menerus (seperti pekerjaan sekolah atau pekerjaan
rumah).
7. Sering kehilangan barang-barang yang diperlukan untuk mengerjakan tugas atau
aktivitas (misal : mainan, tugas sekolah, pensil, buku, atau alat-alat sekolah )
8. Sering mudah terdistraksi oleh stimulus luar.
9. Pelupa dalam aktivitas sehari-hari.

Gejala Hiperaktivitas impulsive, meliputi :

1. Tangan dan kaki sering tidak bisa diam karena gelisah atau menggeliat di tempat
duduk.
2. Sering meninggalkan tempat duduk di kelas atau dalam situasi lain atau dalam situasi
lain yang seharusnya tidak diperkenankan.
3. Sering berlarian atau memanjat berlebihan pada situasi yang tidak semestinya.
4. Sering mengalami kesulitan dalam bermain atau terlibat dalam aktivitas dalam waktu
senggang dengan tenang.
5. Seing tampak repot atau sering seperti diburu-buru.
6. Bicara sering berlebihan.
7. Sering menjawab pertanyaan tanpa pikir sebelum pertanyaan belum selesai,
8. Sering tidak sabar menunggu giliran.
9. Sering menginterupsi atau mengganggu orang lain (memotong percakapan atau
permainan orang lain).

PENATALAKSANAAN

1. Keperawatan

1. Pengobatan serta perawatan yang harus dilaksanakan pada anak yang mengalami
gangguan hiperaktif ditujukan kepada keadaan sosial lingkungan rumah dan ruangan
kelas penderita serta kepada kebutuhan-kebutuhan akademik dan psikososial anak
yang bersangkutan, suatu penjelasan yang terang mengenai keadaan anak tersebut
haruslah diberikan kepada kedua orang tuanya dan kepada anak itu sendiri.
2. Anak tersebut hendaklah mempunyai aturan yang berjalan secara teratur menurut
jadwal yang sudah ditetapkan dan mengikuti kegiatan rutinnya itu, dan sebaiknya
selalu diberikan kata-kata pujian.
3. Perangsangan yang berlebihan serta keletihan yang sangat hebat haruslah
dihindarakan, anak tersebut akan mempunyai saat-saat santai setelah bermain
terutama sekali setelah ia melakukan kegiatan fisik yang kuat dan keras

7
4. Periode sebelum pergi tidur haruslah merupakan masa tenang, dengan cara
menghindarkan acara-acara televisi yang merangsang, permainan-permainan yang
keras dan jungkir balik.
5. Lingkungan di sekitar tempat tidur sebaiknya diatur sedemikian rupa, barang-barang
yang membahayakan dan mudah pecah dihindarkan.
6. Tehnik-tehnik perbaikan aktif yang lebih formal akan dapat membantu, dengan
memberikan hadiah kepada anak tersebut berupa bintang atau tanda sehingga mereka
dapat mencapai kemajuan dalam tingkah laku mereka.6

2. Medis

Terapi farmakologi :

Farmakoterapi kerap kali diberikan kepada anak-anak yang mengalami gangguan


hiperaktif. Farmakologi yang sering digunakan adalah dekstroamfetamin, metilfenidat,
magnesium pemolin serta fenotiazin. obat tersebut mempunyai pengaruh-pengaruh
sampingan yang lebih sedikit. Cara bekerja obat tersebut mungkin sekali adalah dengan
mengadakan modifikasi di dalam gangguan-gangguan fundamental pada rentang perhatian,
konsentrasi serta impulsivitas. Oleh karena respon yang akan mereka berikan terhadap
pengobatan tidak dapat diramalkan sebelumnya, maka biasanya diperlukan suatu masa
percobaan klinik, mungkin akan dibutuhkan waktu 2-3 minggu dengan pemberian
pengobatan setiap hari untuk menentukan apakah akan terdapat pengaruh obat itu atau tidak.6

Dosis:

Obat tersebut diberikan setelah makan pagi dan makan siang, agar hanya memberikan
pengaruh yang minimal kepada nafsu makan dan tidur penderita.6

1. Metilfenidat : dosis yang diberikan berbeda-beda sesuai dengan usia masing-masing


anak akan tetapi berat badan tidak berpengaruh terhadap dosis. pada awalnya mereka
diberikan 5 mg pada saat makan pagi serta pada waktu makan siang. Jika tidak ada
respon yang diberikan maka dosis di naikan dengan 2,5 mg dengan selang waktu 3-5
hari. Bagi anak-anak yang berusia 8-9 tahun dosis yang efektif adalah 15-20 mg/24
jam. Sementara itu anak yang berusia lebuh lanjut akan memerlukan dosis sampai 40
mg/jam. Pengaruh obat ini akan berlangsung selama 2-4 hari. Biasanya anak akan
bersifat rewel dan menangis. Jika pemakaian obat ini sudah berlangsung lama dan

8
dosis yang diberikan lebih dari 20 mg/jam rata-rata mereka akan mengalami
pengurangan 5 cm dari tinggi yang diharapkan.
2. Dekstroamfetamin : dapat diberikan dalam bentuk yang dilepaskan (show released)
secara sedikit demi sedikit. Dosis awalnya adalah 10 mg dengan masa kerja selama 8-
18 jam sehingga penderita hanya membutuhkan satu dosis saja setiap hari, pada waktu
sarapan pagi. Dosisnya dalah kira sebesar setengah dosis metilfenidat, berkisar antara
10-20 mg/jam
3. Magnesium pemolin : dianjurkan untuk memberikan dosis awal sebesar 18,75 mg,
untuk selanjutnya dinaikan dengan setengah tablet/minggu. Akan dibutuhkan waktu
selama 3-4 minggu untuk menetapkan keefektifan obat tersebut. Efek samping dari
obat tersebut adalah berpengaruh terhadap fungsi hati, kegugupan serta kejutan otot
yang meningkat.
4. Fenotiazin : dapat menurunkan tingkah laku motorik anak yang bersangkutan, efek
samping : perasaan mengantuk, iritabilitas serta distonia.

Secara umum efek samping dari pemakaian obat-obatan tersebut diatas adalah
anoreksia dan penurunan berat badan, nyeri perut bagian atas serta sukar tidur, anak akan
mudah menangis serta peka terhadap celaan ataupun hukuman, detak jantung yang meningkat
serta penekanan pertumbuhan. Jika terjadi hal demikian maka pengurangan dosis atau
penghentian pengguanaan obat-obatan perlu dihentikan.7

Prognosis

Pada sebagian besar anak penderita, gangguan ini relatif stabil sampai masa remaja
awal. Beberapa anak menggalami penurunan gejala selama masa remaja akhir dan masa
dewasa, tetapi dua dari tiga anak tetap memiliki gejala ini sampai masa dewasa pertengahan.
Anak-anak dengan ketidakmampuan belajar akan tumbuh dewasa denggan gangguan ini.
Tujuan terapi adalah membantu mereka mengidentifikasi area kelemahan dan mengimbangi
kelemahan tersebut.6

Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik yang biasanya ditemukan pada anak dengan gangguan hiperaktif
mencakup :

1. Rambut yang halus.


2. Telinga yang salah bentuk.
3. Lipatan-lipatan epikantus.
4. Langit-langit yang melengkung tinggi serta.

9
5. Kerutan-kerutan telapak tangan yang hanya tunggal saja.
6. Terdapat gangguan keseimbangan, astereognosis, disdiadokhokinesis serta
permasalahan-permasalahan di dalam koordinasi motorik yang halus.

Pemeriksaan Penunjang

1. Tidak ada pemeriksaan laboratorium yang akan dapat menegakan diagnosis gangguan
hiperaktif. Anak yang mengalami hiperaktivitas dilaporkan memperlihatkan jumlah
gelombang lambat yang bertambah banyak pada elektroensefalogram (EEG). Suatu
EEG yang dianalisis oleh komputer akan dapat membantu di dalam melakukan
penilaian tentang ketidakmampuan belajar pada anak.
2. v Alat-alat berikut ini dapat untuk mengidentifikasi anak-anak dengan gangguan ini.
Bebas dari distraksibilitas (aritmatika, rentang anka, dan pengkodean), daftar periksa
gangguan (ex: Copeland symptom checklist for attention. Defisit Disorders, attention
Deficit Disorders Evaluation Scale)
3. Wechsler Intelligence Scale for Children, edisi 3 (WISC_III) juga sering digunakan,
sering terlihat kesulitan meniru rancangan.

Gangguan Prilaku Menentang

Gangguan sikap menentang atau ODD (oppositional defiant disorder) ditandai oleh
perilaku negatif dan menentang sebagai respon terhadap perintah dari orang tua, guru, atau
figure lain. Anak-anak ODD dapat bersikap dengki atau dendam kepada orang lain tetapi
biasanya tidak menunjukkan perilaku kasar, agresif, dan nakal. ODD ini lebih umum terjadi
pada anak laki-laki daripada perempuan. Anak ODD lebih cenderung menentang, mereka
secara sengaja mengganggu orang lain, mudah marah, sensitif atau mudah tersinggung,
menyalahkan orang lain sebagai penyebab kesalahannya, benci, dengki dan dendam pada
orang lain. Biasanya gangguan ini dimulai sebelum usia 8 tahun. Biasanya bermula di
lingkungan rumah dan dapat meluas pada lingkungan lain.7

Faktor penyebab ODD belum diketahui. Beberapa ahli berpendapat bahwa sikap
menentang merupakan ekspresi dari temperamen (kecenderungan perilaku) anak yang
digambarkan sebagai tipe anak yang sulit pada perkembangan emosi anak. Anak yang sulit
ini biasanya suka rewel, cengeng, pada masa pengenalan makanan itu susah menerima semua
makanan (pilih-pilih). Jika tidak didukung dengan pola asuh orang tua yang sesuai, serta
kasihsayang yang kurang dapat mengakibatkan perkembangan perilaku antisosial dan juga
susah dalam beradaptasi. Teoritikus lain seperti teoritikus psikodinamika melihat ODD

10
sebagai tanda hubungan pada saat masa anal psikoseksual pada anak (kepuasan pada anus).
Pada masa ini anak belajar mengendalikan otot-otot untuk buang air (mulai bisa menahan
buang air), sehingga biasanya konflik yang muncul, terjadi antara orang tua dan anak
pada toilet training, yang akhirnya sisa-sisa konflik tersebut diekspresikan dalam bentuk
menentang. Karena pada masa anal inilah anak diperkenalkan pada aturan yang mengenalkan
dia antara benar dan salah, atau sebagai pengontrolan dirinya dalam bertindak. Jadi, untuk
mengantisipasi anak agar terhindar dari gangguan sikap menentang atau ODD, dapat dimulai
dari lingkungan keluarga. Terutama orang tua dalam pemberian kasih sayang serta pola asuh
yang tidak terlalu ketat (otoriter), memanjakan (Indulgent), kurang kontrol (neglectful).
Sesuatu yang terlalu atau berlebihan kan tidak baik, jadi perpaduan pola asuh antara
authoritative dengan ketiga pola asuh diatas haruslah seimbang, terutama pada anak yang
tergolong anak yang sulit.7

Dan juga pemenuhan tugas perkembangan anak pada masa anal yang harus terpenuhi.
Jadi dalam pembelajaran mengenai aturan pada anak haruslah terpenuhi pada masa itu, yaitu
antara 1,5 tahun-3 tahun. Selama itu anak diusahakan telah mendasari pengetahuan antara
benar dan salah melalui pembelajaran dai orang tua, tentunya dengan model pembelajaran
yang sesuai dengan usia anak. Jika hal tersebut terpenuhi, insyaAllah anak dapat mengontrol
diri, atau kalau istilah psikologinya regulasi diri (self-regulation) , atas perilakunya dan tidak
lagi menentang orang tua, serta orang lain.7

ADHD

ADHD/ attention deficit hyperactifity disorder,( Attention = perhatian, deficit =


berkurang, hyperactifity = hiperaktif, dan disorder = gangguan), apabila diartikan dalam
bahasa indonesia berarti gangguan pemusatan perhatian disertai hiperaktif.

Seseorang dapat memenuhi kriteria ADHD, jika ia kurang perhatian (Inattention) atau
Hiperaktifitas (tidak dapat tenang) & Impulsif, atau keduanya. Kondisi ini terjadi selama
periode paling tidak enam bulan, yang mana mengakibatkanpertumbuhan seseorang tersebut
menjadi tidak sesuai dengan tingkat pertumbuhan usia normal (Widhata, 2008). Maka
berdasarkan pemaparan di atas ADHD merupakan hambatan seorang individu dalam
pemusatan perhatian yang disertai perilaku hiperaktivitas.6

11
Definisi ADHD adalah suatu peningkatan aktifitas motorik hingga pada tingkatan
tertentu yang menyebabkan gangguan perilaku yang terjadi, setidaknya pada dua tempat dan
suasana yang berbeda. Aktifitas anak yang tidak lazim dan cenderung berlebihan yang
ditandai dengan gangguan perasaan gelisah, selalu menggerak-gerakkan jari-jari tangan, kaki,
pensil, tidak dapat duduk dengan tenang dan selalu meninggalkan tempat duduknya meskipun
pada saat dimana dia seharusnya duduk degan tenang. Terminologi lain yang dipakai
mencakup beberapa kelainan perilaku meliputi perasaan yang meletup-letup, aktifitas yang
berlebihan, suka membuat keributan, membangkang dan destruktif yang menetap.
Temperamen seorang anak adalah suatu karakteristik yang hidup dan dinamis, meski
terkadang pada seorang anak lebih dinamis dibandingkan anak lain. Bila terjadi peningkatan
aktifitas motorik yang berlebihan pada seorang anak dibandingkan anak lain sebayanya, maka
sering kali 'si-anak' dikeluhkan sebagai hiperaktif oleh orang tuanya. Penilaian semacam ini
sangat subyektif dan tergantung dari standar yang dipakai oleh orang tua dalam menilai
tingkat aktifitas normal seorang anak. Anggapan bahwa si-anak 'hiperaktif' mungkin tidak
tepat jika hanya karena si-anak menunjukkan tanda-tanda 'nakal' dan 'bikin ribut' pada saat
tertentu tetapi secara keseluruhan menunjukkan aktifitas yang normal. Dalam hal 'anak-ini'
justru kepada orang tuanya yang harus diberikan pengertian dan pengetahuan tentang
bagaimana membimbing dan mengarahkan secara benar seorang anak dengan pola perilaku
yang 'menurut orang tua' berlebihan.1,6

Kesimpulan
Pertumbuhan adalah suatu proses perubahan yang bersifat kuantitatif. Perkembangan
adalah proses perubahan yang bersifat kualitas yang diproleh melalui proses pembelajaran,
pertumbuhan, dan pematangan. Ada beberapa teori yang mengemukakan menegenai
perkembangan seseorang, yaitu teori perkembangan psikoseksual Freud, perkembangan
psikososial Erikson, perkembangan kognitif piaget, dan perkembangan moral Kohlberg.
Setiap tahapan perkembangan ini harus dilalui oleh anak sampai mereka dewasa ketika
mereka sudah matang dalam segi fisik dan mentalnya.Jika ada tahapan yang tidak terlewati,
anak bisa mengalami gangguan tingkah laku dan kepribadiannya.Untuk memperbaiki
keadaan gangguan tingkah laku ini bisa dilakukan terapi psikoterapi pada anak.

12
Daftar Pustaka
1. Soetjiningsih, Ranuh IGNG (editor). Tumbuh kembang anak. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran EGC ; 1995.
2. Elvira SD, Gitayanti, Hadisukanto. Buku ajar psikiatri. Jakarta : Balai Penerbit FKUI ;
2010.
3. (Anantasari. Menyikapi perilaku agresif anak. Yogyakarta.2006. KANISIUS.h.85-7.
4. (Thompson, june. Toddlercare. Jakarta:Erlangga.2003.hal.88-9.)
5. ( Fadhli, Aulia. Buku pintar kesehatan anak. Yogyakarta.2010. Pusaka Anggrek.h.46.
6. Muscari, Mary E. Keperawatan pediatrik. Ed.3. jakarta: EGC.2005.h.129.
7. ( Behrman R E, Kliegman R M, Arvin A M. Ilmu kesehatan anak nelson.vol.1.
Jakarta. 2000.EGC.h.114.)

13

You might also like