You are on page 1of 8

PEMANFAATAN KANDUNGAN PIGMEN

KLOROFIL DALAM ALGA HIJAU


(CHLOROPHYCEAE) SEBAGAI UPAYA
PENCEGAHAN PENYAKIT PARU OBSTRUKIF
KRONIK (PPOK) PADA PASIEN LANJUT USIA
Nur Rahmi

Pendahuluan

Penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) merupakan suatu penyakit paru


kronk yang sejatinya dapat dicegah dan diobati yang ditandai dengan adanya
suatu keterbatasan aliran udara nafas yang masuk saat aktivitas inspirasi maupun
saat aktivitas ekspirasiyang terjadi secara tidak sepenuhnya menjadi reversibel,
hingga pada beberapa kasus yang dianggap sangat berat dapat dikatakan sebagai
adanya efek ekstrapulmonal yang umumnya bisa terjadi. Adanya keterbatasan
masuknya aliran nafas pada sistem pernapasan akibat adanya obstruksi akan
berlangsung secara progresif dan adanya hubungan antara reaksi inflamasi pada
paru akibat dari paparan partikel atau berupa gas kimia lainnya.1

Keterbatasan dari berbagai jenis sumber mengenai insiden dari penyakit


paru obstruktif kronik (PPOK) yang mencakup angka insiden dari ruang lingkup
nasional maupun internasional, yaitu belum memadai dalam hal adanya informasi
yang cukup. Namun, adanya data lokal di daerah Semarang pada tahun 1990-1991
yang bertempat di RSUP Dr. Kariadi yang menyatakan bahwa, telah dirawat
pasien penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) pada usia lanjut sebesar 5,6% di
antara jumlah pasien yang menderita penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) usia
lanjut yang di rawat di rumah sakit. Hal ini terbilang cukup tinggi mengingat
pesatnya perubahan era globalisasi saat ini yang condong mengarah kepada

1
tingginya konsumerasi dan hedonisme yang akan mengakibatkan dampak yang
kurang baik terhadap kesehatan nafas tubuh.1

Etiologi dari penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) yang terjadi pada
orang lanjut usia sering dikaitkan dengan adanya beberapa faktor risiko yang
terdapat pada penderita, yaitu adanya pengaruh genetik, paparan partikel atau gas
toksis, seperti asap rokok, asap pabrik, dan bentuk polutan lainnya. Selain itu,
juga bisa dipengaruhi oleh pertumbuhan atau perkembangan paru yang abnormal,
sters oksidatif, gender, umur, kondisi sosial ekonomi, nutrisi dan penyakit-
penyakit komorbid, seperti asma bronkial. Faktor risiko yang paling kuat dari
penyebab penyakit paru obstruktif kronik (PPOK), yaitu merokok, namun, dari
segi faktor genetik, utamanya yaitu adanya defisiensi alfa-1 antitripsin yang
sifatnya herediter.2

Patofisiologi dari Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK)

Paparan secara langsung terhadap partikel gas kimia atau gas toksik yang
berlangsung secara progresif, sehingga hal ini akan menimbulkan suatu respon
inflamasi pada paru, saluran nafas, dan vaskular. Respon inflamasi ini terjadi
sepanjang adanya paparan bahan toksik tersebut. Perubahan patologi yang timbul
akibat respon inflamasi tersebut, yaitu dapat dijumpai pada saluran nafas
proksimal, parenkim paru, vaskular paru, dan penebalan otot polos yang bisa
menimbulkan hipertensi pulomonal. Perubahan lain yang terjadi secara
ekstrapulmonal paru, dapat dijumpai adanya osteoporosis, anemia, otot-otot atrofi,
dan depresi mental yang terjadi pada beberapa kasus penyakit paru obstruktif
kronik (PPOK) yang berat.1,4

Patofisiologi dari timbulnya penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) ini


diawali oleh sutu proses inflamasi pada banyaknya sel neutrofilik yang ditari oleh
IL-8, dimana jumlah limfosit juga ikut meningkat, dan sel T CD8 helper tipe 1
juga menigkat. Adanya beberpa perbedaan dari jenis sel inflamasi ini yang
nantinya akan memberikan suatu respon yang baik terhadap pemberian
pengobatan dari kortikosteroid, namun dalam hal ini pemanfaatan dari klorofil

2
dalam alga hijau diharapkan mampu menjadikan suatu terapi yang sangat eektif
dalam hal lebih meningkatkan tingkat pencegahan dari penyakit paru obstruktif
kronik (PPOK) menjadi kasus yang berat. Namun, apabila terjadi eksaserbasi
yang sangat kuat pada penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) ini, maka jumlah
eosinofil ini akan meningkat sebanyak 30 kali lipat dari normalnya.4

Gambar 1. Respon Inflamasi pada PPOK.3

Perjalanan dari penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) yang melibatkan


beberapa jenis sel inflamasi, yaitu antara lain dapat berupa netrofil, makrofag,
limfosit T (CD4+ dan CD8+), limfosit B, eosinofil dan epitel bronkus yang akan
mengeluarkan mediator inflamasi dan adanya growth factors yang mampu
menimbulkan reaksi inflamasi pada paru dan saluran nafas. Adanya reaksi dari
respon inflamasi tersebut akan lebih menjadi buruk apabila terdapat stres oksidatif
yang terjadi secara berlebihan dalam paru dan saluran nafas, sehingga hal ini akan
mengganggu sistem pernafasan dari pasien dengan lanjut usia yang secara tidak
langsung telah mengalami penurunan fungsi organ tertentu yang berkaitan dengan
organ respirasi.1,4

3
Manfaat Kandungan Pigmen Klorofil Dalam Alga Hijau (Chlorophyceae)
Untuk Penyakit Paru Obstrukif Kronik (PPOK) Pada Pasien Lanjut Usia

Alga hijau merupakan suatu jenis alga yang dikelompokkan berdasarkan


dari zat warna atau pigmentasinya. Pada alga hijau ada memiliki sel tunggal dan
juga bersel banyak, berwujud berkas, lembaran atau membentuk suatu koloni.
Spesies dari alga hijau yang bersel tunggal ada yang hidupnya berpindah tempat
dan ada juga yang hidupnya menetap. Dimana, sel-sel dari alga hijau ini bersifat
eukariotik, yaitu inti selnya dibungkus oleh membran inti. Hal yang menbuat alga
ini berwarna hijau, yaitu dikarenakan oleh adanya pigmen klorofil dalam jumlah
yang banyak pada alga hijau ini, namun ada juga beberapa pigmen lainnya, yaitu
karotena dan xantofil. Wujud dari pigmen klorofil dalam pigmen lainnya, yaitu
terdapatdalam kloroplas yang bentuknya bermacam-macam, seperti mangkuk,
gelang, pita spiral, jala, dan bintang.5

Gambar 2. Struktur Dasar Kimia Alga Hijau (Chlorophyceae).6

Dalam hal ini, pemanfaatan dari pigmen klorofil yang dianggap sebagai
suatu pigmen yang mampu menghasilkan kadar antioksidan yang tinggi dan
mampu memperbaiki respon inflamasi yang terjadi pada pasien dengan penyakit
paru obstruktif kronik (PPOK) ini, diharapkan mampu memberikan perbaikan
dengan tingkat pemcegahan yang tinggi dari pigmen klorofil dalam alga hijau ini,

4
sehingga dalam perjalanan penyakit pasien, tidak terlalu rumit dalam
meminimalisir dari setiap gejala yang ada.5

Gambar 3. Mekanisme Antioksidan Melawan Radikal Bebas Di Dalam Tubuh.6

Dari gambaran di atas, menunjukkan bahwa mekanisme dari antioksidan


mampu melawan radikal bebas yang ada di dalam tubuh dengan tingginya kadar
antioksidan yang terkandung dalam pigmen klorofil dari alga hijau. Hal ini juga
disinyalir seiring dengan perubahan zaman, dimana era konsumerisme dari
masyarakat semakin menigkat dengan gaya hidup yang mewah yang
menyebabkan bertambahnya tingkat polusi udara dan hal tersebut dapat dikaitkan
dengan tingginya kadar radikal bebas dalam tubuh. Untuk itu, dengan penggunaan
dari pigmen klofil pada alga hijau ini, mampu memberikan efek yang sangat
maksimal oleh karena tingginya kadar antioksidan dan mampu memberikan
perbaikan akibat respon inflamasi yang ditimbulkan oleh perjalanan penyakit paru
obstruktif kronik (PPOK) pada pasien dengan lanjut usia. Pigmen klorofil ini,
memilki manfaat yang sangat besar dalam hal menurunkan tigkat reaksi dari
respon inflamasi dikarenakan oleh pada pigmen klofil yang terkandung dalam
alga hijau ini mengandung efek antiinflamasi yang sangat baik.5,6

5
Kesmpulan

Manfaat dari kandungan pigmen klorofil dalam alga hijau


(Chlorophyceae) untuk pasien dengan penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) ini
mampu menurunkan respon inflamasi yang diakibatkan oleh banyaknya partikel-
partikel gas toksik yang ditemukan dari hasil pemaparan dari udara bebas, dengan
mengandalkan kadar antioksidan dalam pigmen korofil pada alga hijau ini.

Upaya pencegahan yang dimaksudkan dalam hal ini, yaitu dengan


kandungan pigmen klorofil pada alga hijau ini mampu memberikan efek
terapeutik pada pasien lanjut usia dengan penyakit paru obstruktif kronik (PPOK),
sehingga hal tersebut dapat dijadikan suatu acuan dalam memberikan sistem yang
bisa digunakan dalam hal meminimalisir tingkat kejadian penyakit paru obstruktif
kronik (PPOK) pada pasien lanjut usia.

Tingginya kadar antioksidan dalam pigmen klorofil ini, menggambarkan


tingginya efektivitas dari mekanisme perlawanan dari radikal bebas yang banyak
di dalam tubuh yang mampu memberikan respon inflamasi yang terjadi secara
berkelanjutan. Untuk itu sangat disarankan untuk menghindari paparan langsung
dari radikal bebas yang saat ini tak terbendung lagi.

Sejauh ini, penelitian yang lebih lanjut lagi mengenai manfaat dari pigmen
klorofil pada alga hijau ini belum dilakukan dalam ruang lingkup instansi
kesehatan, untuk sangat diharapkan kedepannya mampu memberikan sumbangsih
yang sangat besar terhadap upaya pencegahan dari penyakit paru obstruktif kronik
(PPOK) pada pasien lanjut usia.

6
Daftar Pustaka

1. Martono, H., Pranarka K., Buku Ajar Boedhi-Darmojo Geriatri (Ilmu


Kesehatan Usia Lanjut), Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2010.
2. Agustin, H., Yunus, F. Proses Metabolisme pada Penyakit Paru Obstruktif
Kronik (PPOK), J Respire Indo, Vol 28 No 3, Jakarta. 2008.
3. Eeden SF, Yeung A, Quinlam K, Hogg JC. Systemic Response To Ambient
Particulate Matter. Proc Am Thorac Soc 2005.
4. Djojodibroto, D., Respirologi (Respiratory Medicine). Ed.2. Jakarta :
EGC. 2014.
5. Kim K M, Gerung G S, Boo S M.Two-gene sequences and morphology of
Gelidium zolingerii (Kutzing) comb.nov (Gelidiales, Rhodophyta). J.
Algae 26(1): 33- 40 pp. 2011.
6. Shinichi Takaichi. Carotenoids in Algae: Distributions, Biosyntheses and
Functions (review). Marine Drugs 9, 1101-1118. 2011.

7
Curriculum Vitae

Nama : Nur Rahmi


Tempat, Tanggal Lahir : Ujung Pandang, 9 Oktober 1996
Perguruan Tinggi : Universitas Halu Oleo
Fakultas : Kedokteran
NIM. : K1A1 14 036
Alamat Perguruan tinggi : Jln. H.E.A. Mokodompit Kampus Bumi Tridarma
Universitas Halu Oleo
Alamat Rumah : Jalan Tamangapa Raya V No. 10, Makassar, 90235.
Telp. Peserta : 085242890896
Alamat E-mail Peserta : nekocan09@gmail.com

Nama Orang Tua


Nama Ayah : Alimin
Pekerjaan : PNS
Nama Ibu : Amirah
Pekerjaan : PNS
Karya Ilmiah :
1. Efektivitas Pemakaian Kondom Terhadap Penurunan Risiko Infeksi
Kondiloma akuminata Pada Serviks.
2. Art Therapy Dalam Upaya Pencegahan Dan Penyembuhan Penyakit
Demensia Alzheimer.
3. Mengubah Pandangan Masyarakat Mengenai Pemberian Air Kelapa
Terhadap Infeksi Virus Varicella-Zoster (VZV) Dengan Menggunakan
Terapi Asiklovir.
4. Pendekatan Intervensi Pemberian Terapi Surfaktan Pada Bayi
Prematur Dengan Respiratory Distress Syndrome.

You might also like