You are on page 1of 4

1.

1 Narkotika

Menurut Undang-undang Republik Indonesia No. 35 Tahun 2009


(http://www.bnn.go.id/portal/_uploads/perundangan/2009/10/27/uu-nomor-35-tahun-
2009-tentang-narkotika-ok.pdf) tentang narkotika pasal 6 ayat 1, penggolongan
narkotika terdiri dari 3 golongan, yaitu:
1. Golongan I
a. Hanya digunakan untuk kepentingan pengembangan ilmu pengetahuan
b. Tidak digunakan dalam terapi
c. Potensi ketergantungan sangat tinggi

Contoh: tanaman Papaver somniferum L, Opium, tanaman koka (daun koka,


kokain merah) heroin, morfin dan ganja.
2. Golongan II
a. Untuk pengobatan pilihan terakhir
b. Untuk pengembangan ilmu pengetahuan
c. Potensi ketergantungan tinggi

Contoh: Alfasetilmetadol, Benzetidin, Betametadol


3. Golongan III
a. Digunakan dalam terapi
b. Potensi ketergantungan ringan

Contoh: Opium obat, codein, petidin, fenobarbital


Berdasarkan cara pembuatanya, narkotika dibedakan ke dalam 3 golongan
yaitu narkotika alami, semisintesis, dan narkotika sintesis (Gono, 2011)
https://www.google.co.id/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=3&cad=rja&uact=8&ved=0ahUKEwiWk
NSu_9rMAhUSSY8KHd96CQsQFggrMAI&url=http%3A%2F
%2Fejournal.undip.ac.id%2Findex.php%2Fforum%2Farticle%2Fdownload
%2F3162%2F2838&usg=AFQjCNHWnpl7DCegTeiDMKlkdE6Yo-
Uh5g&sig2=btaeKbdzaMHkIZlxKqdTfw&bvm=bv.122129774,d.c2I:
Narkotika alami adalah narkotika yang zat adiktifnya diambil dari tumbuh-
tumbuhan, contohnya: ganja merupakan tanaman perdu dengan daun yang
menyerupai singkong yang tepinya bergerigi dan berbulu halus. Jumlah jarinya selalu
ganjil. Indonesia merupakan daerah subur untuk tanaman ganja. Cara penyalahgunaan
ganja ini dengan dikeringkan dan dicampur dengan tembakau rokok atau dijadikan
rokok lalu dibakar serta dihisap. Hasis merupakan tanaman serupa ganja yang tumbuh
di Amerika latin dan Eropa proses pematangannya dengan disuling sehingga
berbentuk cair. Koka adalah tanaman perdu mirip pohon kopi. Buahnya yang matang
akan berwarna merah seperti biji kopi. Koka ini kemudian diolah menjadi kokin.
Opium merupakan bunga dengan bentuk dan warna yang indah dari getah bunga
opium dihasikan candu. Opium banyak tumbuh diantar Burma, Kamboja dan
Thailand, juga di daerah antara Afganistan Iran dan Pakistan.
Narkotika semisintesis adalah narkotika alami yang diolah dan diambil zat
aktifnya agar memiliki khasiat yang lebih kuat sehingga bisa dimanfaatkan untuk
kepentingan dunia kedokteran. Contohnya: morfin, biasa dipakai dunia kedokteran
untuk menghilangkan rasa sakit atau pembiusan pada suatu operasi. Kodein, dipakai
untuk penghilang batuk. Heroin, tidak dapat dipakai dalam pengobatan karena daya
adiktif sangat besar dan manfaatnya secara medis belum ditemukan. Dalam
perdagangan gelap, heroin diberi nama putaw atau petai. Bentuknya seperti tepung
terigu : halus, putih, dan agak kotor.
Narkotika sintetis adalah narkotika palsu dibuat dari bahan kimia. Narkotika
ini digunakan untuk pembiusan dan pengobatan bagi orang yang menderita
ketrgantungan narkoba (substitusi), contohnya : petidin, untuk obat bius lokal;
metadhon, untuk pengobatan pecandu narkoba ; naltreixon, untuk pengobatan
pecandu narkoba.

1.2 Morfin

Efek morfin pada susunan saraf pusat dan usus terutama ditimbulkan karena

morfin bekerja sebagai agonis pada reseptor . Selain itu morfin juga mempunyai

afinitas yang lebih lemah terhadap reseptor dan .

Farmakodinamik

Susunan saraf pusat. Efek morfin terhadap SSP berupa analgesia dan narkosis.

Analgesia oleh morfin sudah timbul sebelum pasien tidur dan seringkali analgesia

terjadi tanpa disertai tidur.

Miosis. Morfin yang bekerja pada reseptor dan menyebabkan miosis. Miosis

ditimbulkan oleh perangsangan pada segmen otonom inti saraf okulomotor.


Depresi napas. Morfin menimbulkan depresi napas secara primer dan

berkesinambung berdasrkan efek langsung terhadap pusat napas pada batang

otak.Pada dosis kecil morfin sudah menimbulkan depresi napas tanpa menyebabkan

tidur atau penurunan kesadaran.

Lambung. Morfin menghambat sekresi HCL, tetapi efek ini lemah. Selanjutnya

morfin menyebabkan pergerakan lambung berkurang, tonus bagian antrum tinggi dan

motilititasnya berkurang.

Usus halus. Morfin mengurangi sekresi empedu dan pankreas dan memperlambat

pencernaan makanan di usus halus. Morfin mengurangi kontraksi propulsif,

meninggikan tonus dan spasme periodik usus halus.

Usus besar. Morfin mengurangi atau menghilangkan gerakan propulsi usus besar,

meninggikan tonus dan menyebabkan spasme usus besar, akibatnya penerusan isi

kolon diperlambat dan tinja menjadi lebih keras.

Sistem kardiovaskular. Pemberian morfin dosis terapi tidak memberikan pengaruh

pada tekanan darah, frekuensi maupun irama denyut jantung. Selain itu, morfin

menurunkan kemampuan sistem kardiovaskular unutk bereaksi terhadap perubahan

sikap.

Farmakokinetik

Morfin tidak dapat menembus kulit utuh, tetapi dapat diabsorbsi melalui kulit

luka. Morfin juda dapat menembus mukosa. Dengan kedua cara pemberian ini

absorbsi morfin kecil sekali. Morfin dapat diabsorbsi usus, tetapi efek analgetik

setelah pemberian oral jauh lebih rendah daripada efek analgetik yang timbul setelah

pemberian parenteral dengan dosis yang sama. Ekskresi morfin terutama melalui

ginjal. Sebagian kecil morfin bebas ditemukan dalam tinja dan keringat. Morfin yang
terkonyugasi ditemukan dalam empedu. Sebagian yang sangat kecil dikeluarkan

bersama cairan lambung. (Farmakologi dan Terapi FK UI, 2011)

You might also like