1 Bagian Mahasiswa Kedokteran, Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya, Sumatera Selatam
Korespondensi: Vita Arya utami, Jln. Dr. Moh.Ali, Komp RSMH Palembang 30126, 081279215317, vitaarya13@gmail.com
Latar Belakang. Ulkus peptikum adalah kerusakan mukosa yang menyebabkan
terjadinya inflamasi lokal. Di Indonesia sekitar 4 juta orang menderita ulkus peptikum dengan prevalensi 1,84% (US Census Bureau, International Data Base, 2004). Penyebab ulkus peptikum tersering adalah penggunaann obat-obatan seperti NSAID apabila dosis yang digunakan tinggi dan penggunaannya dalam jangka waktu yang lama. Meloksikam dianggap sebagai obat golongan NSAID yang paling minimal menimbulkan ulkus peptikum. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara penggunaan meloksikam dengan angka kejadian ulkus peptikum di RSMH Palembang. Metode. Jenis penelitian, analitik observasional dengan desain potong lintang. Populasi penelitian, seluruh rekam medis Bagian Gatroenterologi Penyakit Dalam periode Januari 2014 hinggan Desember 2015. Terdapat 76 sampel yang memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi. Data yang dikumpulkan merupakan data sekunder rekam medik yang meliputi usia, jenis kelamin, diagnosis penyakit, pengobatan, lama pengobatan dan dosis pengobatan. Analisis data dilakukan dengan uji Chi-Square. Hasil. Pasien terbanyak menggunakan meloksikam adalah pria (60,5%), kelompok usia terbanyak 50-60 tahun (31,6%) dengan lama pengobatan tersering >2 tahun (71,4%). Uji Chi-Square yang didapat adalah PR=3,500 dengan nilai p=0,254 pada perempuan dan PR=3,694 dengan nilai p=0,151 pada laki-laki. Penggunaan meloksikam 3,5 kali beresiko menyebabkan ulkus peptikum pada perempuan dan 3-4 kali beresiko pada laki-laki. Kesimpulan. Terdapat hubungan yang tidak signifikan antara penggunaan meloksikam dengan angka kejadian ulkus peptikum di RSMH Palembang.