You are on page 1of 13

PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA

JUDUL PROGRAM

ECC (Electro Cardio Count) Pencacah Denyut Jantung berbasis


Optocoupler

BIDANG KEGIATAN:
PKM-KC

Diusulkan oleh:

Tigo Wati 5301413044/2013

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG


SEMARANG
2016
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL i
HALAMAN PENGESAHAN ii
DAFTAR ISI iii
DAFTAR GAMBAR iv
RINGKASAN 1
PENDAHULUAN 2
Latar Belakang 2
Tujuan Penulisan 2
Manfaat Penulisan 2

DAFTAR GAMBAR
iii
Gambar 1. Bentuk Dasar Gelombang ECG (Electro Cardio Graph) 3

Gambar 2. Sensor Jari 5

Gambar 3. Block diagram ECC (Electro Cardio Count) 5

Gambar 4. Dimensi ECC (Electro Cardio Count ) 6

RINGKASAN
Dalam dunia medis, ada beberapa cara untuk menghitung denyut jantung
manusia dalam tiap menitnya. Cara yang paling mudah adalah dengan meraba
iv
pergelangan tangan tepat diatas pembuluh arteri atau pembuluh arteri pada leher
dan mulai menghitung secara manual dibantu stopwatch. Sedangkan ahlimedis
biasanya menggunakan ECG (Electro Cardio Graph). Disamping biayanya mahal,
untuk penggunaan ECG memerlukan kemampuan khusus dalam
pengoperasiannya karena ouputnya masih dalam bentuk grafik.
Dari permasalahan diatas, muncul ide untuk menciptakan alat penghitung
denyut jantung yang secara langsung menghasilkan output berupa bilangan digital
(bukan grafik pulsa) yang diberi nama ECC (Electro Cardio Count). ECC
merupakan suatu alat penghitung denyut jantung manusia yang menggunakan
sensor jari sebagai sensor utama. Secara sederhana, prinsip kerja dari sensor jari
adalah sensor yang dipasang pada jari manusia. Sensor ini menggunakan
optocoupler dimana sumber cahaya (LED infrared) sebagai transmiter dan
fototransistor sebagai receiver. Sensor jari ini didesain sedemikian rupa agar
menjepit jari dengan nyaman sehingga aliran darah tidak terhambat. Selain output
berupa bilangan digital, alat ini dilengkapi indikator level untuk menampilkan
pulsa denyut jantung dan buzzer untuk menampilkan suara deteksi jantung.
ECC (Electro Cardio Count) dapat tercipta dan diimplementasikan dengan
baik jika diadakan riset berkelanjutan dari pemerintah. Juga memperjelas fungsi,
biaya, manfaat, dan kelayakan ECC untuk dikenalkan pada masyarakat dunia.
Selain dari segi kesehatan yang sangat menyumbang peran besar, juga dari segi
iptek, ECC mampu membuktikan bahwa bangsa Indonesia mampu membuat
teknologi dengan cipta, rasa dan karsa tangan sendiri.
Tentunya, keberhasilan dari keseluruhan gagasan ECC (Electro Cardio
Count) ini nantinya ditentukan oleh seberapa besar proporsi pengguna. Jika
gagasan ECC (Electro Cardio Count) ini diaplikasikan dan diakui oleh dunia
medis, maka segera Indonesia akan menjadi pusat riset alat penghitung denyut
jantung yang tentunya berpotensi untuk melebar ke riset alat jantung yang lebih
kompleks lainnya.

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Dalam dunia medis, ada beberapa cara untuk menghitung denyut jantung
manusia dalam tiap menitnya. Cara yang paling mudah dan sering orang awam
lakukan adalah dengan meraba pergelangan tangan tepat diatas pembuluh arteri
atau pembuluh arteri pada leher dan mulai menghitung secara manual dibantu
stopwatch. Sedangkan ahlimedis biasanya menggunakan stetoskop untuk
menghitung denyut jantung melalui dada.
Berbeda dengan menghitung tensi (tekanan darah) manusia yang sudah
mempunyai alat tersendiri yaitu tensimeter (dalam bahasa kedokteran disebut
spigmomanometer), terdapat alat penghitung detak jantung yang menyatu dalam
satu unit alat Patient Monitor. Alat ini ditempatkan di ruang ICU (Intensive Care
Unit). Patient monitor ini berfungsi memonitor kondisi manusia sehingga dapat
menampilkan bentuk pulsa jantung, jumlah denyut jantung per menit (beat per
minute) dan kadar oksigen dalam darah manusia (sO2). Patient monitor ini
termaksud alat yang canggih sehingga harganyapun sangat mahal.
Untuk alat yang lebih sederhana, penghitung denyut jantung secara
elektronik menggunakan ECG (Electro Cardio Graph). Namun untuk dapat
menghitung denyut jantung, dibutuhkan kalkulasi dan pembacaan dari gambar
pulsa denyut jantung diatas milimeter blok. Dari interval waktu antara pulsa
pertama dan kedua, dapat dihitung berapa jumlah denyut jantung dalam tiap
menitnya. Untuk menyederhanakan perhitungan dari ECG inilah, muncul ide
untuk menciptakan alat penghitung denyut jantung yang secara langsung
menghasilkan output berupa bilangan digital (bukan grafik pulsa) yang diberi
nama ECC (Electro Cardio Count) sehingga dapat digunakan secara mandiri oleh
pengguna tanpa bantuan dokter atau ahlimedis.

Tujuan Penulisan
Penulisan karya tulis ini bertujuan untuk merumuskan konsep alat ECC
(Electro Cardio Count) yang lebih implementatif, efektif dan efisien dalam
pengembangan ketersediaan alat medis (khususnya dalam penghitung denyut
jantung) yang lebih murah dan terjangkau oleh pengguna.

Manfaat Penulisan
Manfaat penulisan karya tulis ini adalah terkonsepnya prototip ECC
(Electro Cardio Count) sebagai alat kesehatan. Dengan adanya alat penghitung
denyut jantung sederhana ini, diharapkan mampu membantu pihak medis dan
pemerintah untuk meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat Indonesia secara
menyeluruh.

Telaah Pustaka
Electrocardiogram merupakan alat kedokteran yang biasa digunakan oleh
ahlimedis untuk mendeteksi denyut dan irama jantung (Webster, 1981).
Electrocardiogram (ECG) merupakan grafik hasil yang dibuat oleh sebuah
electrocardiograf, yang merekam aktivitas kelistrikan jantung dalam waktu
tertentu. Dasar atau prinsip kerja yang digunakan dalam alat ini adalah dengan
memanfaatkan sifat konduktor listrik yang baik pada tubuh manusia.

Gambar 1. Bentuk Dasar Gelombang ECG (Electro Cardio Graph)

Rekaman ECG disimpan dalam format citra Bitmap. Pengolahan citra


yang penting dalam sistem diagnosis ini adalah berupa hasil Smoothing,
Segmentation, Normalisation, dan Thinning dari rekaman ECG tersebut.
Smoothing yang digunakan adalah Gaussian Smoothing, dan Thinning yang
digunakan adalah konsep algoritma Barukh O's , Chouinard C dan Plamondon
R, dimana objek utama adalah gambar sinyal ECG.

Algoritma Smoothing diterapkan untuk mengurangi noise dan berfungsi


untuk menyiapkan gambar untuk diproses lebih lanjut seperti pada proses
segmentasi. Gaussian Filtering adalah filter yang ideal yang mampu
mengurangi besarnya frekuensi spasial yang tinggi dalam foto sebanding dengan
frekuensi mereka. Artinya, metode ini mampu mengurangi besarnya frekuensi
yang lebih tinggi lagi. Gaussian Filtering mampu meluas hingga ke segala arah,
tetapi karena mendekati nol secara eksponensial, dapat dipotong tiga atau empat
standar deviasi dari pusat tanpa mempengaruhi hasilnya.

Segmentasi merupakan proses mempartisi citra menjadi beberapa daerah


atau objek. Segmentasi citra pada umumnya berdasar pada sifat discontinuity
atau similarity dari intensitas piksel. Pendekatan discontinuity, mempartisi citra
bila terdapat perubahan intensitas secara tiba-tiba (edge based), dan pendekatan
similarity, mempartisi citra menjadi daerah-daerah yang memiliki kesamaan
4

sifat tertentu (region based), contoh: thresholding, region growing, region


splitting dan merging (Aniati Murni 2008). Sinyal ECG dapat rusak oleh
berbagai macam gangguan. Secara garis besar, gangguan sinyal ECG dapat
diklasifikasikan ke dalam kategori berikut: power line interference (contohnya :
gangguan saluran listrik), baseline wandering (contohnya: akibat pergerakan
subjek), electrode pop or contact noise (contohnya: akibat kontraksi antara
elektroda dan kulit, sehingga menyebabkan pergeseran awal pada saat
pemasangan elektroda), patientelectrode motion artifacts (contohnya: karena
sedikitnya kontak antara elektroda ECG dengan kulit yang menyebabkan
perubahan impedansi), electromyographic noise (contohnya: pergerakan otot)

Selama ini, selain menggunakan Pasien Monitor, penghitung denyut jantung


secara elektronik menggunakan ECG (Electro Cardio Graph). ECG merekam
aktivitas kelistrikan jantung dalam waktu tertentu. Analisis sejumlah gelombang
dan vektor normal depolarisasi dan repolarisasi menghasilkan informasi
diagnostik yang penting berupa grafik. Hasil grafik pulsa denyut jantung diatas
milimeter blok akan diketahui interval waktu antara pulsa pertama dan kedua.
Dari interval waktu pulsa tersebut, dapat dihitung berapa jumlah denyut jantung
dalam tiap menitnya.
Perkembangan ECG bemula dari seorang dokter yang bernama Alexander
Muirhead.Alexander menghubungkan kabel ke pergelangan tangan pasien yang
sakit untuk memperoleh rekaman detak jantung pasien yang divisualisasikan
menggunakan electrometerkapiler. Lalu disempurnakan oleh Willem Einthoven
menggunakan galvanometer senar yang ditemukannya pada tahun 1901, yang
lebih sensitif daripada elektrometerkapiler serta mampu menjelaskan sifat-sifat
elektrokardiografi. Pada tahun 1924, Willem dianugerahi Penghargaan Nobel
dalam Fisiologi atau Kedokteran untuk penemuannya. Prinsip dasar inilah yang
digunakan untuk sistem kerja dari ECG (Electro Cardio Graph).

ECG (Electro Cardio Graph) merupakan alat kedokteran yang biasa


digunakan oleh ahlimedis untuk mendeteksi denyut dan irama jantung (Webster,
1981). Disamping biaya mahal, untuk penggunaan ECG memerlukan kemampuan
khusus dalam pengoperasiannya. Dari kelemahan ECG tersebut, penulis
menggagas suatu alat bernama ECC (Electro Cardio Count) yang merupakan
suatu alat penghitung denyut jantung manusia yang menggunakan sensor jari5
sebagai sensor utama. Secara sederhana, prinsip kerja dari sensor jari adalah
sensor yang dipasang pada jari manusia. Sensor ini akan mendeteksi intensitas
cahaya akibat adanya aliran darah pada ujung jari manusia. Perubahan intensitas
cahaya ini akan dikonversikan menjadi perubahan tegangan.
Gambar 2. Sensor Jari

Gambar diatas merupakan prinsip kerja sensor jari. Sensor ini menggunakan
optocoupler dimana sumber cahaya (LED infrared) sebagai transmiter dan
fototransistor sebagai receiver. Sensor jari ini didesain sedemikian rupa agar
menjepit jari dengan nyaman sehingga aliran darah tidak terhambat. Dan saat
digunakan, cahaya dari luar tidak dapat masuk mengenai fototransistor agar hanya
cahaya dari transmiter yang dideteksi. Posisi transmiter dan receiver saat
digunakan akan menjepit jari dari arah bawah dan atas. Pada saat jantung
memompa darah, maka darah akan mengalir melalui pembuluh arteri dari yang
besar hingga yang kecil seperti ujung jari. Saat ini volume darah pada ujung jari
bertambah, maka intensitas cahaya yang menegenai basis fototransistor akan
mengecil karena terhalang oleh volume darah, hal ini menyebabkan tegangan
pada kolektor-emitorfototransistor sedikit naik. Kemudian, pada saat jantung tidak
memompa darah, volume darah pada ujung jari menjadi lebih kecil sehingga
intensitas yang mengenai basisfototransistor meningkat, hal ini menyebabkan
tegangan kolektor-emitor fototransistor menjadi lebih rendah, dibanding
sebelumnya. Perubahan tegangan pada kaki kolektor inilah yang diambil sebagai
inputan awal untuk perhitungan denyut jantung.Secara garis besar, berikut block
diagram dari kerja alat ECC (Electro Cardio Count) :

Gambar 3. Block diagram ECC (Electro Cardio Count)

Perubahan tegangan pada kaki kolektor yang diambil sebagai inputan awal
untuk perhitungan denyut jantung masih dalam satuan volt yang kecil sehingga
dikuatkan oleh penguat non-inverting dengan nilai penguatan sekiar 4000x. Dan
dilengkapi dengan rangkain low pass filter. Rangkaian ini bertujuan memfilter
6

hanya frekuensi rendah saja yang dapat diloloskan yaitu sekitar 4 Hz. Output dari
rangkaian filter ini akan diperoleh sinyal analog denyut jantung.

Kemudian sinyal analog tersebut diubah menjadi sinyal digital oleh


rangkaian detektor taraf tegangan. Ouput dari detektor ini masuk ke monostabil
sebagai pintu gerbang ke rangkaian penghitung. Monostabil dalam rangkaian ECC
(Electro Cardio Count) ini menggunakan gerbang nand schimt trigger.
Selanjutnya, ECC (Electro Cardio Count) akan dikendalikan oleh timer yang diset
60 detik. Rangkaian timer menggunakan IC 555. Tegangan keluarannya akan
mengakifkan kaki LE (Latch Enable) IC counte rsehingga akan menghentikan
perhitungan beberapa saat tanpa merubah tampilan seven segment.

Pada rangkaian ECC (Electro Cardio Count) ini menggunakan IC counter


MC 4553. Output dari MC 4553 ini masih berupa bilangan biner, kemudian output
ini dihubungkan dengan dekoder MC 4553 yang akan menterjemahkan bilangan
biner ke dalam seven segment. Selain dilengkapi low pass filter, juga ditambahkan
rangkaian indikator level, yang berfungsi untuk menggerakkan LED deret sesuai
dengan pergerakan amplitudo sinyal denyut jantung. Rangkaian ini terdiri dari IC
LM 3914, dua buah resistor dan sepuluh LED yang dirangkai berderet.

Berdasarkan fakta yang ada dan solusi yang pernah diterapkan, maka
terobosan untuk mengembangkan alat penghitung denyut jantung adalah dengan
menciptakan ECC (Electro Cardio Count) yang menghasilkan output bilangan
digital, tanpa harus menghitung manual dari grafik seperti ECG. Selain output
berupa bilangan digital, alat ini dilengkapi indikator level untuk menampilkan
pulsa denyut jantung dan buzzer untuk menampilkan suara deteksi jantung.
9
Berikut gambaran 3 dimensi dari prototip ECC. 9

Gambar 4. Dimensi ECC (Electro Cardio Count )

DAFTAR PUSTAKA
Anonim.2014. Cara Distribusi Alat Kesehatan yang Baik. Jakarta: Permenkes.

Anonim. 2015. Elektrokardiografi. http://www.wikipwedia.com/ diakses tanggal


05 februari 2015 jam 11.06.

Anonim. 2011. Penyakit Jantung Makin Mengancam Masyarakat Indonesia.


http://www.detikhealth.com/ diakses tanggal 05 Februari 2015 jam 12.00.

Kusuma, W. 2014. 425 Alat Pengukur Denyut Jantung.


http://ejournal.gunadarma.ac.id/ diakses tanggal 05 februari 2015 jam
12.30.

Saparudin, dan Edvin Ramadhan. 2010. Identifikasi Kelainan Jantung


Menggunakan Pola Citra Digital Electrocardiogram. JURNAL GENERIC.
Vol. 5 No.1

Saputra, Herdi. 2004. Simulasi Mesin Cerdas Elektrokardiograf Berdasarkan


Jaringan Syaraf Tiruan. Semarang: UNNES.

Sofie, Mohamad. 2002. Pencacah Denyut Jantung dengan Sensor Jari.Semarang:


UNNES.

10

LAMPIRAN
Biodata Ketua dan Anggota
A. Identitas Diri Ketua
1 Nama Lengkap Tigo Wati
2 Jenis Kelamin Perempuan
3 Program Studi Pendidikan Teknik Elektro
4 NIM 5301413044
5 Tempat dan Tanggal Lahir Ponorogo, 16 Juni 1995
6 E-mail ggalekputri3@gmail.com
7 Nomor Telepon/HP 085235003826

B. Riwayat Pendidikan
SD SMP SMA
Nama Institusi SDN 1 Karanglo SMPN 2 SMA
Kidul Kauman Muhammadiyah 1
Ponorogo
Jurusan IPA
Tahun Masuk- 2001-2007 2007-2010 2010-2013
Lulus

C. Pemakalah Seminar Ilmiah (Oral Presentation)


No Nama Pertemuan Ilmiah / Judul Artikel Waktu dan
. Seminar Ilmiah Tempat
1 - - -

D. Penghargaan dalam 10 tahun Terakhir


No Jenis Penghargaan Institusi Pemberi Penghargaan Tahun
.
1 Juara 4 OSN Bidang PEMDA Ponorogo 2011
Astronomi

Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan
dapat dipertanggungjawabkan secara hukum.Apabila di kemudian hari ternyata
dijumpai ketidaksesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima sanksi.
Demikian biodata ini saya buat dengan sesungguhnya dan sebenarnya

Semarang, 17 Februari 2015

(Tigo Wati)
NIM 5301413044

You might also like