You are on page 1of 44

OTOPSI KLINIK DAN

MEDIKOLEGAL

Ida Bagus Putu Alit

1
TOPIK

Aspek mediko legal kematian


Definisi kematian
Hal terkait isu kematian
Sebab kematian : Kausalitas
Definisi autopsi
Jenis-jenis autopsi
Aspek mediko legal kematian
Peristiwa hukum
Perubahan Hak
Kehilangan hak
Timbulnya hak baru
Medical Legal duty
Tindakan medis :
Sertifikasi : Deklarasi
Non sertifikasi : Penyebab Kematian

3
DEFINISI KEMATIAN
UU No.36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
pasal 117:

Seseorang dinyatakan mati apabila fungsi


jantung-sirkulasi dan sistem pernapasan
terbukti telah berhenti secara permanen,
atau apabila kematian batang otak telah
dapat dibuktikan.

4
DEFINISI KEMATIAN
1. MATI KLINIS
Berhenti bekerjanya Jantung & Paru
2. MATI SELULAR
3. MATI BATANG OTAK
Matinya sel saraf pada pusat otonom
di batang otak mengakibatkan berhenti
bekerjanya jantung dan paru
4. MATI OTAK
Matinya sel-sel saraf otak
neokorteks yang sifatnya
ireversibel

5
HAL TERKAIT
SEBAB KEMATIAN
jenis kekerasan atau penyakit yang
menyebabkan kematian
MEKANISME KEMATIAN
Perubahan biologis, kimiawi dan patologi akibat
penyebab kematian
LOKASI KEMATIAN
tempat terjadinya kematian dan atau
ditemukannya jenazah: Fasilitas Kesehatan-
Diluar Fasilitas kesehatan
CARA KEMATIAN
sifat peristiwa yang menimbulkan
penyebab kematian: Wajar Tidak Wajar
6
Penyebab Kematian
(ICD - 10)

Autopsy
Rekam Medis
Autopsy Verbal
Simpulan :
a.Penyebab Kematian langsung
b.Penyebab Kematian antara
c.
d.Penyebab Kematian Dasar
7
SEBAB KEMATIAN
(PERSPEKTIF FORENSIK)

Mengutamakan kepastian
Bila ragu2 harus di declare tidak
dapat ditentukan
If you dont see it dont say it
Purpose: pemastian hak /
kewajiban / konsekuensi yuridis
Cara berpikir: critical analisis cod
. Deduktif
8
MEDICOLEGAL CAUSATION
Causation in Fact and Law
Factual Cause: a cause in the physical world (cause and effect
through empirical observation)
Legal Cause: a cause which is sufficient to result a liability (the
person initiating the chain of events deserves to be held responsible
to the consequence)
FACTUAL CAUSE MUST BE FIRST ESTABLISHED

C.I.Phillip, Logic in Medicine, 2nd ed., BMJ Publ., London, 1995, pp.141-142
9
Kausalitas
Konsep hukum
IN JURE NON REMOTA CAUSA SED PROXYMA
SPECTATURE
DIRECT CAUSATION
PROXIMATE CAUSE
Kausalitas Medis vs Kausalitas Forensik
Medis : Induktif
Forensik : Deduktif
Teori kausalitas
1. CONDISIO SIN QUA NON
2. ADEQUAT VEROORZAKING
3. TOEREKENING NAAR REDELIJKHEID
Condisio sin Qua non
Von Buri
Hubungan sederhana
Sebab secara langsung menimbulkan akibat
A memukul B trauma kepala EDH
Tempus delictum jelas
ADEQUAT VEROORZAKING

Von Kries
Pada kasus yang kompleks
Memerlukan pertimbangan medis lebih dalam
Sebab bila berhubungan adekuat :
Relevans
Necessary
Sufficient unsur utama
ADEQUAT VEROORZAKING
A memukul kepala B, Terjadi EDH. B sebelumnya
telah mengalami penyempitan koroner dan
Hipertensi. Selama perawatan menunjukkan
gejala stroke dan keluhan angina. B Menginggal
seminggu setelah perawatan
Apa penyebab kematian ?
Apakah trauma sebagai faktor penyebab ?
Apakah waktu trauma relevan dengan kematian ?
TOEREKENING NAAR REDELIJKHEID

Koster
Faktor kausalitas :
a) Sifat kejadian
b) Sifat kerugian ( damage)
c) Kemungkinan kerugian yang diperkirakan
( predictable damage) prognosis
d) Beban yang seimbang
AUTOPSI
Berasal dari kata auto = sendiri, dan opsi = melihat
Pengertian :
Pemeriksaan medis terhadap mayat yang
meliputi Pemeriksaan Luar ( PL ) & Pemeriksaan
Dalam ( PD ), dengan membuka rongga kepala,
leher, dada, perut & panggul, atau bagian tubuh
lain yang dianggap perlu, disertai Pemeriksaan
Penunjang/Laboratorium.
Cont`..Autopsi
Terdiri dari pemeriksaan :
Pemeriksaan Luar ( PL )
Pemeriksaan Dalam ( PD )
Pemeriksaan Penunjang
1. Toksikologi
2. Patologi Anatomi
3. Laboratorium lainnya
JENIS AUTOPSI

AUTOPSI FORENSIK/MEDIKOLEGAL
AUTOPSI KLINIK
AUTOPSI VERBAL
AUTOPSI ANATOMI/PENDIDIKAN
AUTOPSI VIRTUAL
AUTOPSI FORENSIK/MEDIKOLEGAL

Untuk kepentingan peradilan


Secara umum bertujuan untuk mengungkap kasus
kematian tidak wajar
(bukti medis, sirkumstansial,trace evidence)
Di Indonesia tidak merupakan keharusan bagi setiap
kematian, akan bila diminta autopsi forensik oleh
penyidik , tidak boleh ada yang menghalang-halangi
pelaksanaannya
Standard of proof : Beyond Reasonable Doubt
Cont`.Autopsi Forensik
Tujuan Khusus :
Petunjuk identitas korban
Jenis dan jumlah luka
Jenis kekerasan
Sebab pasti kematian
Menentukan mekanisme kematian
Perkiraan saat kematian
Adanya bahan racun
Petunjuk cara kematian
Cont`.Autopsi Forensik
Tujuan Khusus :
Adanya penyakit sebagai faktor kontribusi
penyebab kematian
Menemukan benda-benda bukti
Interpretasi ada/tidaknya malpraktek
Untuk rekontruksi
Kewenangan Autopsi Forensik
Dokter ahli Forensik
Dokter lain bila tidak ada dokter ahli forensik dan
perujukan tidak memungkinkan *

*Pasal 122 UU No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan


AUTOPSI KLINIK
DASAR HUKUM
Pasal 119 UU No. 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan ; mengenai Bedah Mayat Klinis
PP no.18 tahun 1981 tentang autopsi
anatomik, autopsi klinik dan transplantasi
organ
Cont`. Autopsi Klinik
Pelaksana: SpPA, SpF
Prinsip pemeriksaan: autopsi lengkap
Diperlukan ijin keluarga
Kematian tidak jelas diagnosisnya
Diagnosis ada tetapi sebab mati tidak
diketahui
Evaluasi keberhasilan therapi
Cont`. Autopsi Klinik
Perjalanan alamiah penyakit
Bayi meninggal yang diserahkan oleh keluarga
ke RS
Pendidikan: laporan kasus kematian di RS oleh
peserta PPDS
Hasil pemeriksaan : Laporan Autopsi
Apabila ditemukan tanda kekerasan /mati tidak
wajar, lapor polisi
Menjadi autopsi forensik/medikolegal
Standard of Proof : Reasonable Medical Certainty
AUTOPSI VERBAL*
Metoda Autopsi Verbal yang dikembangkan
oleh WHO diharapkan dapat merupakan cara
yang memadai untuk penentuan dan
pencatatan sebab kematian
Cont`.Autopsi Verbal
Penentuan sebab mati dengan melakukan
aloanamnesis oleh petugas medis kepada
keluarga/orang terdekat
Khusus pada Kematian Wajar
AUTOPSI ANATOMIS
DASAR HUKUM
Pasal 120 UU No. 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan ; mengenai bedah mayat anatomis
di rumah sakit pendidikan atau di institusi
pendidikan kedokteran
PP no.18 tahun 1981 tentang autopsi
anatomik, autopsi klinik dan transplantasi
organ
AUTOPSI VIRTUAL
Penentuan sebab mati dengan menggunakan
alat penunjang, misalkan Foto Rongten, CT
Scan, MRI dll
Tidak memiliki dasar hukum
Belum dapat diterima di Pengadilan Indonesia
Masih dianggap memperkirakan BUKAN
menentukan sebab mati
BIOETHICS CURRICULUM

Taceant colloquia Effugiat risus. Hic Locus est ubi mors gaudet
succurrere vitae

30
Taceant colloquia Effugiat risus.
Hic Locus est ubi mors gaudet
succurrere vitae

31
KASUS 1 31 Agustus 2011
Seorang laki-laki, YM, 33 tahun dikeroyok oleh
tiga orang. Riwayat pingsan (+) tetapi
kemudian sadar. Setelah itu mengeluh sakit
kepala. Keesokan harinya melapor ke polisi
atas penganiayaan dirinya. Polisi menyarankan
korban ke Rumah Sakit Daerah untuk
pemeriksaan kekerasan dan pemeriksaan sakit
kepalanya. RSUD memeriksa dan membuatkan
VeR dan memberi penghilang rasa sakit dan
korban pulang.
Kasus 1
Sakit kepala terus dirasakan korban sehingga
korban datang ke RS Swasta untuk pemeriksaan.
Di RS Swasta,dokter melakukan pemeriksaan foto
kepala dan dinyatakan tidak ada kelainan. Korban
dipulangkan dengan pemberian obat oral. Pada
hari keenam, Korban datang lagi ke RS Swasta
karena sakit kepalanya tidak hilang. Oleh Rs
dipulangkan dengan diberikan obat oral. Pada
hari kesepuluh,setelah makan malam,korban
mendadak tersedak dan kejang. Kemudian tidak
berapa lama meninggal
PEMERIKSAAN LUAR

Luka-luka memar pada wajah yang non fatal


Perubahan warna sesuai dengan luka memar
7-9 hari
PEMERIKSAAN DALAM
Memar subkutan leher
Jantung :
Bintik perdarahan pada dinding belakang ventrikel
kiri
Sistem koroner : intak
Otot jantung : dbn
Berat : 350 gram
PEMERIKSAAN KEPALA
Kulit kepala bagian dalam :
Memar pada temporoparietal kiri, diameter 2,5 cm
Memar temporoparietal kanan, 3x3cm
Memar atap tulang tengkorak, bulan sabit, 2,5 cm
Selaput otak
SDH pada seluruh hemisphere kanan
Otak besar
Sembab menyeluruh
Otak kecil
Herniasi tonsiler kiri
HISTOPATHOLOGI
Beberapa lapis fibroblast mengelilingi bekuan
darah
Sesuai dengan bekuan darah 7-8 hari
MASALAH
MEDIS :
Diagnosis klinis tidak ditegakkan pre- mortem
Kegagalan diagnosis :
Substandar
Malpraktek medis
Etik : Beneficence , non Maleficence
PEMBUKTIAN HUKAM
Tempus delicti : waktu 10 hari
Novus actus intervinient
Learning Task
1. Bagaimana penentuan kematian yang sah menurut
hukum di Indonesia
2. Tindakan medis apa saja yang dilakukan setelah
kematian pasien ditegakkan dan alasan hukumnya
3. Sehubungan dengan kematian, dokter hanya bisa
menentukan sebab dan mekanisme kematian.
Mengapa cara kematian tidak menjadi tanggung
jawab dokter
4. Cermati konsep kausalitas klinis dan kausalitas
Forensik. Bagaimana perbedaan konsep tersebut
43
Learning Task
5. Jelaskan jenis-jenis otopsi dan kegunaannya

44

You might also like