You are on page 1of 12

Kerangka Acuan Kerja

MASTERPLAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR


EKONOMI DAERAH TERTINGGAL

1.1. Latar Belakang

Di era otonomi saat ini, setiap daerah, sebagai unit administrasi pemerintahan,
berusaha mencari strategi yang tepat untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakatnya. Kabupaten-kabupaten daerah tertinggal1, sebagaimana telah
ditetapkan Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal, tentu sedang berjuang
keras mencari formula untuk menentukan strategi yang tepat mengatasi
ketertinggalannya atau mengentaskan kemiskinan2. Pembangunan daerah tertinggal
merupakan upaya terencana untuk mengubah suatu daerah yang dihuni oleh
masyarakat dengan berbagai permasalahan sosial ekonomi serta keterbatasan fisik
untuk menjadi daerah yang maju dengan masyarakat yang kualitas hidupnya sama
atau tidak jauh tertinggal dibandingkan dengan masyarakat Indonesia lainnya. Upaya
percepatan pembangunan daerah tertinggal tidak dapat dilaksanakan secara parsial,
namun harus dilaksanakan secara komprehensif. Oleh karena itu Percepatan
Pembangunan Daerah Tertinggal harus dibangun berdasarkan komitmen bersama
antara daerah dengan seluruh sektor di pusat.

1
Dalam konteks daerah tertinggal, Kementerian Negara Pembangunan Daerah Tertinggal telah
menyusun Strategi Nasional Pembangunan Daerah Tertinggal (STRANAS PDT) sesuai KEPMEN PDT
No. 001/KEP/M-PDT/II/2005, Daerah Tertinggal didefinisikan berdasarkan kondisi sosial, ekonomi,
budaya dan wilayah (fungsi inter dan intra spasial baik pada aspek alam, manusia, maupun aspek
sarana pendukungnya). Berdasarkan panduan tersebut, maka pengertian daerah tertinggal adalah
suatu daerah dan atau kabupaten yang masyarakat serta wilayahnya relatif kurang berkembang
dibandingkan daerah lain dalam skala nasional.
2
Berbagai strategi nasional telah diformulasikan dalam bentuk program nasional, dan telah
diimplementasikan untuk merobah status atau posisi yaitu dari Kabupaten tertinggal menjadi
tidak tertinggal. Hasilnya ada yang sudah berpindah status ke tidak tertinggal, tetapi yang lain
tetap tertinggal, atau malah ada Kabupaten yang dulunya berstatus tidak tertinggal, kini menjadi
tertinggal. Mengapa? Salah satu jawabannya adalah karena daerah-daerah tertinggal tidak atau
belum memiliki daya saing yang memadai. Hal tersebut merupakan kondisi umum yang ditemui
didaerah tertinggal, seperti diungkapkan Yeremian T. Keban (2009) dalam artikel Strategi
Membangun Daya Saing Daerah Tertinggal.

MASTERPLAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR EKONOMI 1


DAERAH TERTINGGAL
Ketertinggalan daerah juga, diakibatkan kesenjangan antar wilayah yang terlihat
masih tingginya disparitas kualitas sumber daya manusia antarwilayah, perbedaan
kemampuan perekonomian antardaerah, serta belum meratanya ketersediaan
infrastruktur antarwilayah. Daerah-daerah dengan pencapaian pembangunan yang
rendah dikategorikan
[Grab your readers attention with a great quote from the
sebagai daerah ter document or use this space to emphasize a key point. To place
tinggal, dan diperhitung this text box anywhere on the page, just drag it.]
kan memiliki indeks
kemajuan pembangunan
ekonomi dan sumber
daya manusia di bawah
rata-rata indeks
nasional. Persoalan
daerah tertinggal dalam
penanganannya bersifat
Gambar 1.1
lintas bidang, maka Kondisi Infrastruktur Jalan Utama Ke Arah Ibukota Kabupaten
untuk mewujudkan Buton (Sulawesi Tenggara)
pembangunan yang adil dan merata diperlukan percepatan pembangunan dengan di
dukung peran aktif dan kerjasama secara terpadu dari seluruh sektor terkait.
Kondisi kesenjangan pembangunan antar wilayah yang mengindikasikan adanya
daerah tertinggal, telah menetapkan 199 kabupaten yang tergolong daerah tertinggal
pada tahun 2004, yang sebanyak 62 persen berada di Kawasan Timur Indonesia.
Melalui kebijakan, strategi, program, dan kegiatan yang dilaksanakan selama RPJMN
2004-2009, telah dihasilkan kemajuan dalam mengurangi daerah tertinggal. Hasil
evaluasi daerah tertinggal menunjukkan bahwa sebanyak 40 kabupaten (20,1 persen)
dari 199 kabupaten yang pada awal pelaksanaan RPJM Nasional dikategorikan sebagai
daerah tertinggal berpotensi lepas dari status tertinggal menjadi daerah yang relatif
maju dalam skala nasional.
Selanjutnya, pada akhir tahun 2009 terdapat 10 kabupaten yang berpeluang
untuk menjadi daerah maju berdasarkan arah kecenderungan yang terjadi. Dengan
demikian, selama periode RPJMN 2004-2009 terdapat 50 kabupaten tertinggal yang
telah keluar dari daftar daerah tertinggal berdasarkan ukuran ketertinggalan. Namun,
sejalan dengan adanya pemekaran daerah, saat ini terdapat 34 kabupaten Daerah
Otonom Baru hasil pemekaran dari daerah induk yang merupakan daerah tertinggal

MASTERPLAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR EKONOMI 2


DAERAH TERTINGGAL
sehingga total daerah tertinggal pada tahun 2009 adalah sebanyak 183 kabupaten.
Untuk itu, 183 kabupaten tertinggal ini akan menjadi fokus penanganan daerah
tertinggal pada periode 2010-20143.
Beberapa permasalahan yang dihadapi dalam proses pembangunan daerah
tertinggal adalah sebagai berikut: (a) belum optimalnya pengelolaan potensi sumber
daya lokal dalam pengembangan perekonomian daerah tertinggal, yang disebabkan
oleh rendahnya kemampuan permodalan, penguasaan teknologi, informasi pasar dan
investasi dalam pengembangan produk unggulan daerah dan rendahnya kapasitas
kelembagaan pemerintah daerah dan masyarakat dalam pengelolaan sumberdaya
lokal; (b) rendahnya kualitas sumberdaya manusia dan tingkat kesejahteraan
masyarakat daerah tertinggal yang tercermin dari rendahnya tingkat
pendidikan,keterampilan angkatan kerja dan derajat kesehatan masyarakat, serta
tingginya tingkat kemiskinan; (c) lemahnya koordinasi antarpelaku pembangunan di
daerah tertinggal dan belum dimanfaatkannnya kerjasama antar daerah tertinggal
dalam perencanaan, penganggaran dan pelaksanaan pembangunan; (d) belum
optimalnya tindakan afirmatif dalam kebijakan perencanaan, penganggaran,
pelaksanaan, koordinasi, dan pengendalian pembangunan; (e) rendahnya aksesibilitas
daerah tertinggal pada pusat-pusat pertumbuhan wilayah, khususnya pada sentra-
sentra produksi dan pemasaran karena belum didukung oleh sarana dan prasarana
angkutan barang dan penumpang yang sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik
daerah tertinggal; dan (f) terbatasnya sarana dan prasarana pendukung ekonomi
lainnya yang meliputi energi listrik,telekomunikasi, irigasi, dan air bersih.
Adapun sasaran pembangunan jangka menengah dalam bidang daerah
tertinggal4 adalah: (1) meningkatkan rata-rata pertumbuhan ekonomi di daerah
tertinggal sebesar 6,6 persen pada tahun 2010 menjadi 7,1 persen pada tahun 2014;
(2) berkurangnya persentase penduduk miskin di daerah tertinggal pada tahun 2010
sebesar 18,8 persen menjadi 14,2 persen pada tahun 2014; meningkatnya kualitas
sumberdaya manusia di daerah tertinggal yang ditunjukkan oleh peningkatan indeks
pembangunan manusia (IPM) pada tahun 2010 sebesar 67,7 menjadi 72,2 pada tahun

3
Untuk pembangunan daerah tertinggal, dalam periode RPJMN 2010-2014 telah ditetapkan
jumlah daerah tertinggal sebanyak 183 kabupaten secara lengkap terekam dalam Peraturan
Presiden Republik Indonesia No. 5 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional (RPJMN) Tahu 2010-2014.
4
Sasaran percepatan pembangunan daerah tertinggal tertuang pada Strategi Pembangunan Nasional
Daerah Tertinggal 2010-2014.

MASTERPLAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR EKONOMI 3


DAERAH TERTINGGAL
2014; (4) menurunnya tingkat pengangguran sebesar rata-rata 2 % per tahun; dan (5)
teretaskannya 50 kabupaten tertinggal pada tahun 2014.
Dalam kontek nasional, Pemerintah Republik Indonesia saat ini sedang
melakukan upaya-upaya percepatan pembangunan dalam jangka panjang. Salah satu
upaya yang diambil adalah dengan menyusun Masterplan Percepatan dan Perluasan
Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) tahun 2011 - 2025. MP3EI telah ditetapkan
sebagai Peraturan Presiden No. 32 Tahun 2011 pada tanggal 20 Mei 2011. MP3EI
merupakan arahan strategis dalam percepatan dan perluasan pembangunan ekonomi
Indonesia untuk periode 15 (lima belas) tahun terhitung sejak tahun 2011 sampai
dengan tahun 2025 dalam rangka pelaksanaan Rencana Pembangunan Jangka
Panjang Nasional 2005 - 2025 dan melengkapi dokumen perencanaan.
Selain itu diperlukan juga suatu arahan konkrit mengenai upaya-upaya
pembangunan daerah tertinggal di sekitar koridor ekonomi yang telah ditetapkan
dalam MP3EI, yaitu Koridor Ekonomi Sumatera, Koridor Ekonomi Jawa, Koridor
Ekonomi Kalimantan, Koridor Ekonomi Sulawesi, Koridor Ekonomi Bali - Nusa
Tenggara, dan Koridor Ekonomi Kepulauan Maluku - Papua. Kawasan dengan kategori
daerah tertinggal, terpencil dan pulau-pulau kecil secara rata-rata dapat dikategorikan
sebagai kawasan yang pelayanan infrastrukturnya jauh dari standar minimal.
Penanganan kawasan terpencil, pulau-pulau kecil dan kawasan tertinggal hendaknya
dilakukan bukan sekedar pemerataan pembangunan tapi justru menjadi focus
kegiatan pembangunan nasional yang dampak utamanya adalah menghilangkan
ketertinggalan dan meminimalkan kemiskinan masyarakat melalui layanan kemudahan
bagi kawasan tersebut serta komunitas yang tertinggal didalamnya.

Penyediaan infrastruktur merupakan entry point yang konsep penanganannya


telah mendekati baku dengan pendekatan pemberdayaan (sosial kemasyarakatan,
ekonomi dan lingkungan) akan menyentuh langsung secara komprehensif baik fisik
kawasannya maupun masyarakat yang tinggal didalamnya. Terpenuhinya infrastruktur
seperti komunikasi, transportasi, air bersih, irigasi, kesehatan, pendidikan, dan
pelayanan lainnya akan menyebabkan masyarakat di daerah tertinggal tersebut akan
dapat melakukan aktivitas ekonomi dan sosial secara meningkat. Sehingga secara
umum wilayahnya daerah tertinggal dapat relatif berkembang seperti daerah lainnya
dalam skala nasional.

MASTERPLAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR EKONOMI 4


DAERAH TERTINGGAL
Berdasarkan pemikiran diatas, maka diperlukan Masterplan pembangunan
infrastruktur pedesaan yang tertinggal dengan upaya percepatan pengembangan
sosial, ekonomi dan budaya serta sarana dan prasarana dasar pedesaan dengan tetap
menempatkan pemberdayaan masyarakat sebagai strategi dasar pencapaian tujuan
yang diinginkan. Oleh karena itu, Kementerian PDT Tertinggal memandang perlu
adanya kegiatan Masterplan Pembangunan Infrastruktur Ekonomi Daerah Tertinggal.
Masterplan pembangunan infrastruktur ekonomi daerah tertinggal yang nantinya
diharapkan dapat dipakai sebagai acuan dalam pembuatan detail desain teknis
infrastruktur di daerah tertinggal seperti irigasi desa, pasar desa, industri rumah
tangga dan tambatan perahu.

1.2. Maksud, Tujuan dan Sasaran


1.2.1. Maksud

Maksud dari pelaksanaan kegiatan ini adalah melakukan kajian ulang


terhadap studi analisis dan identifikasi kebutuhan infrastruktur yang sudah ada,
selanjutnya menyusun masterplan pembangunan infrastruktur ekonomi dan
disesuaikan berdasarkan kondisi saat ini dengan memperhatikan Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2005 -2025, Masterplan Percepatan dan
Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) tahun 2011 - 2025, perubahan
iklim global yang berdampak pada keadaan fisik di daerah studi. Masterplan ini
diharapkan akan dapat digunakan sebagai pedoman dalam
pembangunan infrastruktur ekonomi di daerah tertinggal

1.2.2. Tujuan

Adapun Tujuan dari pelaksanaan pekerjaan Masterplan Pembangunan


Insfrastruktur Ekonomi Daerah Tertinggal adalah :
1. Merumuskan kerangka pembangunan dan pengembangan infrastruktur ekonomi
secara menyeluruh yang terintegrasi dengan Rencana Pembangunan Jangka
Panjang Nasional 2005 - 2025 dan Masterplan Percepatan dan Perluasan
Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) tahun 2011 - 2025.
2. Pemutakhiran data dasar kebutuhan infrastruktur ekonomi di Kementerian

MASTERPLAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR EKONOMI 5


DAERAH TERTINGGAL
Pembangunan Daerah Tertinggal.
3. Menyusun Masterplan Pembangunan Infrastruktur Ekonomi daerah tertinggal.

1.2.3. Sasaran

Untuk sasaran dari pekerjaan Masterplan Pembangunan Insfrastruktur Ekonomi


Daerah Tertinggal adalah:
1. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan kesejahteraan masyarakat pada
daerah tertinggal.
2. Mengembangkan dan meningkatkan ekonomi lokal serta mengoptimalkan
pemanfaatan potensi sumber daya wilayah.
3. Tersusunnya masterplan pembangunan infrastruktur ekonomi (bidang pertanian,
perindustrian dan perdagangan) di daerah tertinggal untuk mengurangi disparitas
wilayah.
4. Tersusunnya Rencana Program Pembangunan Investasi Infrastruktur ekonomi
Jangka Menengah di Kementerian Daerah Tertinggal.
5. Tersusunnya draft milestone lokasi prioritas pembangunan daerah tertinggal
sebagai bahan yang akan dilakukan Detail Engineering Desain.

1.3. Ruang Lingkup Pekerjaan


1.3.1. Ruang Lingkup Wilayah
Ruang lingkup wilayah kajian untuk penyusunan Master Plan Pembangunan
Infrastruktur Ekonomi Daerah Tertinggal adalah 34 kabupaten terpilih di Wilayah
Indonesia. Pekerjaan pengumpulan data dilakukan pada wilayah kajian tersebut,
sedangkan pekerjaan analisis data dilakukan di Jakarta. Adapun peta wilayah kajian
disajikan dalam gambar 1.2 sebagai berikut :

MASTERPLAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR EKONOMI 6


DAERAH TERTINGGAL
Gambar 1.2. Peta Ruang Lingkup Wilayah Kegiatan Master Plan Pembangunan Infrastruktur
Ekonomi Daerah Tertinggal

MASTERPLAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR EKONOMI 7


DAERAH TERTINGGAL
Tabel 2.1
Komposisi Kabupaten Daerah Tertinggal Berada Di Koridor Ekonomi

No. Wilayah Kabupaten


1. Sumatera 1 Kab. Aceh Besar
2 Kab. Phakpak Barat
3 Kab. Padang Pariaman
4 Kab. Lahat
5 Kab. Kaur
3. Kalimantan 6 Kab. Barito Kuala
7 Kab. Seruyan
8 Kab. Bengkayang
9 Kab. Nunukan
10 Kab. Sambas
4. Sulawesi 11 Kab. Jeneponto
12 Kab. Donggala
13 Kab. Buton
14 Kab. Gorontalo Utara
15 Kab. Polewali Mandar
5. Nusa Tenggara 16 Kab. Lombok Barat
17 Kab. Lombok Tengah
18 Kab. Lombok Timur
19 Kab. Bima
20 Kab. Dompu
21 Kab. Timor Tengah Selatan
22 Kab. Timor Tengah Utara
23 Kab. Belu
24 Kab. Sikka
6. Kepulauan Maluku 25 Kab. Maluku Tengah
26 Kab. Buru Selatan
27 Kab. Maluku Tenggara Barat
28 Kab. Halmahera Barat
29 Kab. Halmahera Selatan
7. Papua 30 Kab. Keerom
31 Kab. Sarmi
32 Kab. Biak Numfor
33 Kab. Sorong
34 Kab. Sorong Selatan
Sumber : Kementerian Negara Pembangunan Daerah Tertinggal (2010)

MASTERPLAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR EKONOMI 8


DAERAH TERTINGGAL
1.3.2. Ruang Lingkup Materi Pekerjaan
Untuk ruang lingkup dari pekerjaan Masterplan Pembangunan Insfrastruktur
Ekonomi Daerah Tertinggal, meliputi :
1. Pengumpulan kondisi eksisting baik data primer dan data sekunder serta
koordinasi dengan pemerintah daerah setempat yang terkait dengan
pembangunan infrastruktur ekonomi di 183 kabupaten daerah tertinggal. Dan
melalukan survei pengumpulan data kondisi eksisting dengan data primer dan
koordinasi dengan pemerintah setempat yang berkaitan dengan pembangunan
infrastruktur ekonomi di 34 kabupaten yang terdiri dari :
a. Wilayah Sumatera dengan 5 (lima) Kabupaten.
b. Wilayah Kalimantan dengan 5 (lima) Kabupaten.
c. Wilayah Sulawesi dengan 5 (lima) Kabupaten.
d. Wilayah Nusa Tenggara dengan 9 (sembilan) Kabupaten.
e. Wilayah Maluku dengan 5 (lima) Kabupaten.
f. Wilayah Papua dengan 5 (lima) Kabupaten.
2. Pengumpulan data sekunder yang dikumpulkan minimal meliputi :
a. Berbagai kebijakan pembangunan infrastruktur ekonomi baik di tingkat
kementerian/lembaga tingkat pusat dan daerah.
b. Berbagai data dan informasi terkait potensi ekonomi daerah tertinggal terpilih.
c. Berbagai data dan informasi terkait kondisi eksisting infrastruktur ekonomi tertinggal.
d. Berbagai data dan informasi terkait dengan peta topografi, hidrologi, transportasi, tata
ruang daerah dan potensi ekonomi dll.
e. Berbagai data dan informasi terkait dengan program MP3EI dan MP3KI
f. Berbagai data dan informasi lain yang relevan untuk menyusun masterplan.
3. Melakukan kajian penataan ruang, kajian terhadap koridor ekonomi, kajian sosial
ekonomi dan budaya pada masing-masing daerah tertinggal.
4. Melakukan Identifikasi dan analisis kebutuhan pengembangan dan pembangunan
infrastruktur ekonomi di daerah tertinggal untuk mendukung percepatan dan
perluasan pembangunan ekonomi.
5. Melakukan Analisis Potensi Ekonomi Daerah, seluruh data dan informasi yang
terkumpul baik data sekunder dan data primer yang terkait dengan potensi
ekonomi (bidang pertanian, pengembangan industri dan perdagangan) dilakukan
analisis untuk mendapatkan gambaran informasi potensi ekonomi yang dapat
dijadikan sumber daya pembangunan ekonomi daerah tertinggal sasaran.

MASTERPLAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR EKONOMI 9


DAERAH TERTINGGAL
6. Melakukan Analisis Kondisi Infrastruktur Ekonomi Daerah Tertinggal sasaran.
7. Perumusan program dan kegiatan pembangunan dan pengembangan
infrastruktur ekonomi di daerah tertinggal.
8. Rencana Program Pembangunan Investasi Infrastruktur ekonomi Jangka
Menengah di Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal
9. Perumusan rencana awal biaya/anggaran yang diperlukan dalam pelaksanaan
pengembangan dan pembangunan infrastruktur ekonomi daerah tertinggal.
10. Perumusan prioritas lokasi pengembangan infrastruktur ekonomi daerah
tertinggal jangka menengah berdasarkan kriteria MP3EI, lokasi bedah desa dan
lokasi prukab.
11. Perumusan koordinasi kementerian/lembaga terkait dalam pelaksanaan
pembangunan infrastruktur ekonomi daerah tertinggal.
12. Melakukan pembahasan laporan dan Workshop baik dipusat dan di daerah.
Pembahasan laporan 3 kali
Workshop 1 kali di pusat
Workshop 3 kali di daerah (Region 1 Sumatera dan Kalimantan, Region 2 Jawa,
Bali dan Nusa Tenggara, Region 3 Sulawesi, Maluku dan Papua)

1.4. Indikator Keluaran dan Keluaran


1.4.1. Indikator Keluaran
Pekerjaan Penyusunan Masterplan Pembangunan Infrastruktur Ekonomi
Daerah Tertinggal ini diharapkan dapat menghasilkan dokumen Masterplan
Pembangunan Infrastruktur Ekonomi yang terintegrasi dengan Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2005 - 2025, Masterplan Percepatan dan
Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) tahun 2011 - 2025 dan bahan
akan dilakukan Detail Engineering Desain infrastruktur ekonomi di daerah tertinggal.

1.4.2. Keluaran

Secara umum keluaran yang diharapkan dari pelaksanaan pekerjaan ini adalah
tersusunnya Master Plan Pembangunan Infrastruktur Ekonomi Daerah Tertinggal.
Sedangkan keluaran pekerjaan untuk masing-masing tahapan pelaporan adalah
sebagai berikut :

MASTERPLAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR EKONOMI 10


DAERAH TERTINGGAL
1. Laporan Pendahuluan, berisi:
a). Rencana kerja penyedia jasa secara menyeluruh;
b). Mobilisasi tenaga ahli dan tenaga pendukung lainnya
c). Metodologi pelaksanaan sesuai dengan kerangka acuan kerja
d). Analisa permasalahan; dan
e). Jadwal kegiatan penyedia jasa
Laporan harus diserahkan sebanyak 15 (lima belas) buku laporan
2. Laporan Antara, berisi:
a). Hasil-hasil pekerjaan yang telah dilaksanaan berisi hasil kajian awal
b). Temuan-temuan;
c). Kompilasi data; dan
d). Hasil survey
Laporan harus diserahkan sebanyak 15 (lima belas) buku laporan
3. Laporan Draft Final, berisi :
a). Konsep akhir dari pekerjaan ini yang berisi keseluruhan hasil kajian; dan
b). Konsep akhir kebijakan sebagaimana digariskan dalam TOR.
Laporan harus diserahkan sebanyak 15 (lima belas) buku laporan.
4. Laporan Final, berisi laporan seluruh kegiatan dan telah didiskusikan
dengan tim teknis, diserahkan sesudah dilakukan perbaikan dan
penyempurnaan dari laporan draft final yang telah memperoleh masukan
dari para ahli dan nara sumber lainnya dari hasil diskusi sebanyak 30 (tiga
puluh] buku laporan dan CD 30 keping.
5. Laporan Ringkasan Eksekutif sebanyak 30 (tiga puluh) buku laporan.
6. Laporan Workshop, laporan harus diserahkan sebanyak 15 (lima belas)
buku laporan masing-masingnya.

1.5. Sistematika Laporan Akhir

Laporan Antara Penyusunan Masterplan Pembangunan Infrastruktur Ekonomi


Daerah Tertinggal terdiri atas 8 (Delapan) Bab dengan ringkasan isi masing-masing
sebagai berikut :
Bab 1 : Pendahuluan
Bab ini memuat latar belakang yang mendasari pelaksanaan pekerjaan,
maksud, tujuan dan sasaran, serta ruang lingkup yang mencakup
lingkup pekerjaan dan lingkup wilayah kajian. Pada bagian akhir dari
bab ini juga akan digambarkan sistematika Laporan Antara.

MASTERPLAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR EKONOMI 11


DAERAH TERTINGGAL
Bab 2 : Metodologi
Pada bab ini menjelaskan metode pengumpulan data, metode analisis
dan metode teknis yang akan digunakan dalam penyusunan Master
Plan Infrastruktur Ekonomi Daerah Tertinggal
Bab 3 : Landasan Kebijakan dan Arah Pembangunan Daerah Tertinggal
Pada bab ini menjelaskan tentang berbagai landasan kebijakan yang
didalamnya menjelaskan tentang berbagai rencana dan strategi
percepatan pembangunan daerah tertinggal dan arah pembangunan
daerah tertinggal yang menjelaskan berbagai model dan tahapan
pembangunan wilayah dalam kerangka percepatan pembangunan
daerah tertinggal.
Bab 4 : Gambaran dan Tinjauan Umum Wilayah
Pada bab ini menjelaskan tentang berbagai gambaran dan tinjauan
umum wilayah yang meliputi karakateristik geografis, demografis, sosial
dan ekonomi.

Bab 5 : Profil Potensi Ekonomi Daerah


Pada bab ini menjelaskan tentang potensi ekonomi daerah diantaranya
sektor unggulan kabupaten dan berbagai komoditas unggulan, selain
itu juga menjelaskan peluang dan hambatan pengembangan potensi
ekonomi daerah, serta menjelaskan prioritas dan arah pengembangan
ekonomi daerah.

Bab 6 : Profil Kondisi Infrastruktur Ekonomi Daerah Tertinggal


Pada bab ini menjelaskan tentang profil dan kondisi infrastruktur
ekonomi daerah, kondisi supratruktur pendukung, berbagai
permasalahan pembangunan infrastruktur ekonomi, serta capaian
pembangunan infrastruktur ekonomi yang telah dilakukan oleh daerah
tertinggal.

Bab 7 : Analisis Data


Pada bab ini menjelaskan tentang berbagai analisis ekonomi, analisis
sektoral dan analisis kewilayahan terhadap berbagai data temuan
lapangan dalam rangka melakukan estimasi kebutuhan infrastruktur
ekonomi daerah tertinggal.

MASTERPLAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR EKONOMI 12


DAERAH TERTINGGAL

You might also like