You are on page 1of 4

Agenda Pendidikan 2016

Agenda Pendidikan 2016. (2) peningkatan mutu dan akses; program Indonesia pintar,
penilaian tingkat kejujuran ujian nasional melalui indeks integritas dan Ujian Nasional bukan
penentu kelulusan, penyebaran guru di garis depan Indonesia, efektifitas pengelolaan
kurikulum 2013, penerimaan peserta didik baru online guna menghindari kolusi, korupsi dan
nepotisme; dan (3) efektivitas birokrasi melalui perbaikan tata kelola dan pelibatan publik;
fasilitasi gerakan publik dalam bidang pendidikan dan kebudayaan, seleksi terbuka pejabat di
lingkungan Kemendikbud, pembentukan struktur baru dalam Kemendikbud; Dirjen Guru dan
Tenaga Kependidikan dan Direktorat Pembinaan Pendidikan Keluarga, dan Indonesia sebagai
Guest of Honour di Frankfurt Book Fair 2015.

Demikian pula, Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti),


pemerintah melakukan banyak terobosan untuk meningkatkan efektivitas penyelenggaraan
pendidikan tinggi bermutu, inovatif dan berdaya saing tinggi melalui : akses, mutu, relevansi,
daya saing dan tata kelola sudah mulai dilaksanakan.

Agenda Pendidikan 2016. Dua kementerian bidang pendidikan ini telah berusaha keras
melaksanakan tugas dan fungsinya masing-masing. Namun karena banyak dan kompleksnya
permasalahan pendidikan di negeri ini, maka masih banyak persoalan pendidikan yang harus
dilaksanakan secara bertahap, mulai tahun 2016 dan dilanjutkan pada tahun-thun berikutnya.

Agenda Pendidikan 2016. Dari pengalaman mengikuti tiga kali rapat evaluasi pembangunan
pendidikan di Indonesia sebulan terakhir (Desember 2015) ini, dan mengikuti perkembangan
masyarakat sekarang ini, seperti Era Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) yang dimulai 1
Januari 2016 ini, menghadapi Indonesia emas dengan bermodalkan bonus demokrafi, penulis
mencatat terdapat banyak permasalahan pendidikan di negeri ini yang segera harus
diselesaikan pada tahun 2016 ini, diantaranya ;

PERTAMA, Kebijakan pemerintah melibatkan keluarga dalam proses pendidikan (pendidikan


informal) merupakan sesuatu yang baru dan penting di negeri. Karena pentingnya kebijakan
tersebut, maka penulis ingatkan agar peran dan fungsi keluarga ditempatkan pada posisi yang
baik dan benar sebagai institusi pendidikan informal. Kekhawatiran penulis, keterlibatan
keluarga dalam proses pendidikan hanya sebatas suplement bagi pendidikan formal
sebagaimana yang terjadi selama ini. Setiap anak semestinya memperoleh 30 persen bobot
pembelajaran informal, Dengan kata lain, saat mereka berada di rumahnya tidak boleh lagi
disibukkan dengan pekerjaan rumah mengenai pelajarannya di sekolah yang diberikan oleh
pihak guru dan sekolahnya. Ketuntasan pembelajaran harus diselesaikan di sekolah itu juga,
jangan dibawa lagi ke rumah.

KEDUA, implementasi kurikulum 2013 tidak sebatas bicara tentang isi (content atau subject
matter) saja, melainkan juga memperhatikan unsur strategi dan metode pembelajaran yang
menurut para ahli pembelajaran jauh lebih penting. Melalui kurikulum 13 ini, peserta didik
belajar dalam suasana menyenangkan guna menumbuhkan kemampuan asosiasi, bertanya,
mengamati, mengeksprimentasi, dan membangun jejaringan.

KETIGA, akreditasi sekolah atau madrasah dan perguruan tinggi sebagai bukti kelayakan
sebuah institusi dan program harus diyakini dan diamalkan sebagai pilar mutu
penyelenggaraan pendidikan. Peringkat akreditasi yang masih sangat rendah, bahkan tidak
terakreditasi harus menjadi perhatian serius semua stakeholder pendidikan, terutama bagi
pemerintah dan pemerintah daerah, khususnya beberapa pemerintah kabupaten atau kota di
Kalimantan Barat yang sangat kurang peduli terhadap akreditasi sekolah atau madrasah
selama ini, padahal peraturan dan perundang-undangan mengenai kewajibannya sudah ada.

KEEMPAT, kualifikasi, akreditasi harus ditingkatkan dan distribusi guru tersebar merata.
Rendahnya peringkat akreditasi sekolah dan perguruan tinggi selama ini disumbang oleh
kurangnya tenaga pendidik, rendahnya kualifikasi dan kompetensi guru dan dosen.

Berdasarkan data tahun 2014, guru di Kalimantan Barat yang belum memenuhi kualifikasi
akademik (sarjana) sebesar 46%. Dan kompetensi guru melalui Uji Kompetensi Guru (UKG)
tahun 2015 lalu di bawah rata-rata nasional, yakni 5,5.

Terkait rendahnya kualifikasi dan kompetensi guru di Indonesia ini, pemerintah di tahun 2016
antara lain melalui perbaikan hulunya, yakni melaksanakan program Revitalisasi Lembaga
Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) dan pembinaan guru dalam jabatan secara terus
menerus didasarkan pada klasifikasi atau peringkat hasil UKG.

KELIMA, setelah ditetapkan berlakunya UU RI No. 23/2014 tentang Pemerintahan Daerah,


dimana terjadi alih kewenangan penyelenggaraan sekolah menengah (SMA dan SMK) dari
kabupaten atau kota ke provinsi, maka di tahun 2016 ini, alih kewenangan tersebut harus
berjalan efektif.

KEENAM, jika di tahun 2015, prioritas pembangunan pendidikan tinggi adalah akses atau
peningkatan Angka Partisipasi Kasar (APK) Perguruan Tinggi (PT), setelah itu baru mutu,
relevansi, daya saing dan tata kelola. Di tahun 2016, prioritas pembangunan pendidikan
tinggi mengalami pergeseran, yang dulunya (2015) prioritas pada akses bergeser pada mutu,
diikuti akses, relevansi, daya saing dan tata kelola.

Oleh karena itu, tema besar pendidikan tinggi di Indonesia adalah Pendidikan Tinggi
Bermutu. Budaya dan penjaminan mutu, baik secara internal maupun eksternal harus
ditumbuh kembangkan. Sebaliknya, pendidikan tinggi tidak bermutu didorong dan dibina
agar bermutu. Sementara perguruan tinggi ilegal dan abal-abal harus dimusnahkan dari muka
bumi dan pihak atau oknun penyelenggara pendidikan tinggi tersebut diambil tindakan tegas
sebagaimana telah diatur dalam perundang-undangan yang berlaku. Dan riset di perguruan
tinggi didorong ke arah inovasi berdaya saing tinggi, tidak sebatas untuk menghasil jurnal
skala nasional dan internasional yang menjadi momok selama ini.

KETUJUH, pendidikan terbaik dari yang terbaik adalah pendidikan terbaik oleh dan untuk
semua. Oleh karena itu, keterlibatan publik dalam pembangunan pendidikan menjadi penting.
Tahun 2016, gerakan melibatkan publik dalam proses pembangunan pendidikan harus
ditingkatkan baik kuantitas maupun kualitasnya, seperti gerakan Ayo Sekolah yang telah
dilakukan oleh pemerintah kabupaten Sambas selama ini.

KEDELAPAN, implementasi revolusi mental di semua jenjang dan jenis pendidikan wajib
dilaksanakan guna menghasilkan generasi yang mandiri, berdaulat dan berkpribadian.
Adapun implementasi revolusi mental dan bela negara di lembaga pendidikan harus
didasarkan pada hakikat dan misi lembaga pendidikan, bukan hakikat dan misi lembaga lain.
Misalnya, implementasi revolusi mental dan bela negara di perguruan tinggi berbasis Tri
Dharma Perguruan Tinggi, yakni : mendidik dengan keteladanan, meneliti dengan kejujuran,
dan mengabdi dengan keikhlasan.

KESEMBILAN, keberhasilan pembangunan pendidikan tidak bisa dilepaskan dari konsensus


politik. Namun, jika salah memposisikan politik di dunia pendidikan (intervensi politk di
dunia pendidikan), maka yang terjadi adalah kegaduhan dunia pendidikan yang tidak boleh
lagi terjadi di tahun 2016 dan di masa-masa yang akan datang.

You might also like